HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN KETEPATAN PENGEMBALIAN SERANGAN SMASH

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN KETEPATAN PENGEMALIAN SERANGAN SMASH PADA PERMAINAN BULUTANGKIS

BAB III METODE PENELITIAN (X) O 1 O 2 (Y 1, Y 2 ) C O 1 O 2 (Y 1, Y 2 )

JURNAL ILMIAH OLAHRAGA. Hikmah Nindya Putri/

BAB III METODE PENELITIAN

R3 : Koefisien regresi X3 terhadap Y

Keterangan: X1 : Pengukuran Reaksi X2 : Pengukuran Antisipasi Y1 : Penjaga Gawang Sepakbola Y2 : Penjaga Gawang Futsal

KORELASI ANTARA KOORDINASI DAN REAKSI DENGAN HASIL PUKULAN DRIVE FOREHAND DALAM PERMAINAN SQUASH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PERBANDINGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN ANTICIPATION REACTION TIME ANTARA ATLET KATA DAN KUMITE CABANG OLAHRAGA KARATE

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya yang bermain bulutangkis baik di ruangan tertutup (indoor)

HUBUNGAN POWER OTOT LENGAN DAN KOORDINASI DENGAN KECEPATAN DAN KETEPATAN SMASH DALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

2015 UJI VALIDITAS DAN REABILITAS INSTRUMEN TES FOREHAND SMASH DARI JAMES POOLE UNTUK CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. jam belajar siswa SMP Santa Maria kelas VII, sesuai dengan dikeluarkannya surat

Gambar 3.1 Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Universitas Pendidikan Indonesia

SKRIPSI Diajuakan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PENJASKESREK.

PENGEMBANGAN TES KETERAMPILAN SERVIS PENDEK BULUTANGKIS UNTUK ATLET KELOMPOK ANAK-ANAK, PEMULA, REMAJA DAN TARUNA

BAB III METODE PENELITIAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DANREKREASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam

OLEH DILLA FARID W. T

HUBUNGAN KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ) DAN KECERDASAN EMOSIONAL (EQ) DENGAN KETERAMPILAN BERMAIN DALAM CABANG OLAHRAGA BULU TANGKIS

III. METODOLOGI PENELITIAN. metode korelasional. Dijelaskan oleh Arikunto (1998) penelitian korelasional

III. METODELOGI PENELITIAN. berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan reaksi

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bulutangkis merupakan salah satu olahraga yang terkenal di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA REACTION TIME DAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT LENGAN DENGAN KECEPATAN PUKULAN PADA CABANG OLAHRAGA TINJU

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, terlebih bila olahraga tersebut dapat dilakukan oleh

ARTIKEL SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi Penjaskesrek.

2015 PERBAND INGAN KECEPATAN REAKSI D AN ANTISIPASI REAKSI PAD A PENJAGA GAWANG D ALAM OLAHRAGA SEPAKBOLA D AN FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

2015 KONSTRUKSI TES KELINCAHAN D ALAM CABANG OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Dalam setiap melakukan penelitian diperlukan suatu metode. Penggunaan

HUBUNGAN TINGGI RAIHAN DENGAN KETEPATAN SMASH OPEN ATLET BOLA VOLI PUTRA KLUB YUSO SLEMAN

KONTRIBUSI POWER LENGAN DAN TUNGKAI TERHADAP HASIL PUKULAN SMASH PENUH CABANG BULUTANGKIS PADA MAHASISWA PENJASKESREK FKIP UNSYIAH ANGKATAN 2010

SKRIPSI Diajuakan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PENJASKESREK.

PENGARUH LATIHAN SKIPPING TERHADAP KEMAMPUAN JUMP SMASH DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS PADA SISWA KELAS VII SMP SANTA MARIA KOTA SELATAN TAHUN 2013

Oleh: Ganang Cipto Pramodho/ Prodi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi/Fakultas Ilmu Keolahragaan/Universitas Negeri Yogyakarta

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN PERGELANGAN TANGAN DENGAN KETEPATAN SMASH PENUH DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS

Riska Bhakti Utomo ABSTRAK

Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kondisi psikis atau mental akan mempengaruhi performa atlet baik saat latihan

Indra Safari. Kata Kunci: teknik dasar, menggunakan net dan tanpa menggunakan net

Kata Kunci: Kelincahan, Koordinasi Mata Tangan, Kecepatan, Power Lengan, Ketepatan Forehand Drive

SKRIPSI Diajuakan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PENJASKESREK.

JURNAL. Oleh: AINU ROHMAT HAFIDI Dibimbing oleh : 1. Drs. Sugito, M.Pd. 2. Mokhammad Firdaus, M.Or.

PENGARUH IMAJERY TRAINING TERHADAP KETERAMPILAN HASIL SHOOTING SEPAK BOLA DI SSB JAVA PUTRA YUDHA

PENGATURAN LATIHAN ACAK POLA TETAP DAN GABUNGAN POLA TETAP - ACAK TERHADAP HASIL PERTANDINGAN BULUTANGKIS

USWAN FIRMANSYAH K

ANALISIS KEMENANGAN LEE CHONG WEI DALAM PERTANDINGAN MELAWAN CHEN LONG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Indonesia menurut Depdikbud (1978/1979: 129) menyatakan bulutangkis

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang menggeluti olahraga tenis lapangan atau menjadi sumber mata

Oleh : Miswar NPM: P

KONTRIBUSI TINGGI BADAN DAN TINGGI LOMPATAN TERHADAP SMASH BOLA VOLI PEMAIN BOLA VOLI KLUB LAVENDOS VC KECAMATAN JAYA KABUPATEN ACEH JAYA TAHUN 2016

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Hubungan Kemampuan Servis. (Ibnu Nur Budiawan)

BAB III METODE PENELITIAN

2015 HUBUNGAN ANTARA FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DAN POWER OTOT LENGAN DENGAN KECEPATAN SMASH DALAM OLAHRAGA BULU TANGKIS

BAB III METODE PENILITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode adalah salah satu cara yang ditempuh dalam mencapai suatu

Pengembangan Model Pembelajaran Pukulan Clear Lob Menggunakan Shuttlecock Dilempar

III. METODE PENELITIAN. diinginkan. Menurut Arikunto (2006 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu penelitian

2015 LATIHAN SHADOW BADMINTON DAN LATIHAN LADDER DALAM MENINGKATKAN KELINCAHAN ATLET BULUTANGKIS

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT

HUBUNGAN KECEPATAN DAN KELINCAHAN TERHADAP KEMAMPUAN DRIBBLING BOLA FUTSAL PADA ATLET O2SN KECAMATAN SUMEDANG UTARA

BAB III METODE PENELITIAN

KONTRIBUSI KEKUATAN OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT LENGAN, TINGGI LONCATAN, DAN KECEPATAN REAKSI TERHADAP PUKULAN JUMPING SMASH ATLET PB TULUNGAGUNG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tehnik dasar dalam bola voli yaitu ; servis, passing atas, passing bawah, smash,

2015 PERBANDINGAN FOREHAND DRIVE ANTARA SKILLED DAN UNSKILLED DALAM CABANG OLAHRAGA TENIS LAPANGAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Bandar Lampung, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. antara daya ledak otot tungkai dan koordinasi mata-tangan dengan

METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini adalah penelitian eksperimen murni diartikan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN

: Panjang tungkai. : Power otot tungkai.

PENGARUH LATIHAN KARET DAN LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN POWER LENGAN DAN KECEPATAN PUKULAN GYAKU TSUKI CHUDAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

perkembangan olahraga itu bersifat dinamis, seiring dengan perkembangan yang digemari oleh masyarakat umum yaitu badminton.

HUBUNGAN KETERAMPILAN DAN KECERDASAN EMOSI DENGAN HASIL PERTANDINGAN BULUTANGKIS PADA KLUB MUTIARA KAB. PEKALONGAN

BAB III METODE PENELITIAN. pelaksanaan penelitian adalah hal yang sangat penting, sebab dengan

EFEKTIVITAS MODEL RETURN BERPASANGAN TERHADAP HASIL PUKULAN DROPSHOOT DAN PUKULAN LOB JURNAL. Oleh DODI ALVINDO

ARTIKEL ILMIAH PENGARUH LATIHAN BEBAN RAKET TERHADAP HASIL PUKULAN LONG FOREHAND

Jurnal Kesehatan Olahraga Vol. 07 No 3 edisi Maret 2017 hal 74-80

Oleh: Ilham Arvan Junaidi (Dosen Universitas PGRI Palembang) Kata Kunci: Kekuatan Pegangan, Daya Tahan Kekuatan, Jumping Smash

I. PENDAHULUAN. diharapkan siswa akan dapat mencapai standar kompetensi pada masingmasing

2015 PENGARUH LATIHAN LOMPAT D ENGAN MENGGUANAKAN BOLA YANG D IGANTUNG TERHAD AP KETERAMPILAN SMASH D ALAM PERMAINAN BOLA VOLI

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

S K R I P S I. Oleh : NUGROHO SETYO PRESTANTO

SUMBANGAN TINGGI BADAN DAN FLEKSIBILITAS PERGELANGAN TANGAN DENGAN KETERAMPILAN DROPSHOT FOREHAND PADA ATLET BULUTANGKIS DI PB PANDIGA YOGYAKARTA

KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TERHADAP PUKULAN LOB ATLET BULUTANGKIS PB. MERAH PUTIH KOTA PADANG

SKRIPSI OLEH : RADEN GALIH WISNU JATI NPM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

Transkripsi:

HUBUNGAN WHOLE BODY REACTION TIME DAN ANTICIPATION REACTION TIME DENGAN KETEPATAN PENGEMBALIAN SERANGAN SMASH Maliki Akbar, Muhamad Firman Azhari, Heraman Subarjah Universitas Pendidikan Indonesia Jl. Setiabudi No. 229, Bandung 40132, Jawa Barat, Indonesia malikiakbar@student.upi.edu Abstrak Tujuan dari penelitian ini untuk mengkaji apakah ada hubungan antara whole body reaction time dan anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian smash dalam permainan bulutangkis. Metode yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Untuk menganalisis data menggunakan uji korelasi, agar diketahui hubungan hasil whole body reaction time dan anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian smash dalam permainan bulutangkis. Sampel pada penelitian ini adalah 20 orang atlet UKM bulutangkis UPI ang sudh mengikuti kejuaraan tingkat nasional. Instrumen yang digunakan yaitu tes whole body reaction, anticipation reaction dan pengembalian smash. Hasil pengolahan data dan analisis data, maka kesimpulan dari penelitian ini bahwa whole body reaction time memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai presentase 19,9% dan begitupun anticipation reaction time memiliki hubungan yang signifikan dengan nilai presentase 44,7%. Hubungan anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis lebih besar hubungannya dibandingkan dengan hubungan whole body reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis. Kata kunci : bulutangkis, ketepatan, return smash PENDAHULUAN Beberapa teknik dasar olahraga bulutangkis yang banyak digunakan untuk mematikan permainan lawan adalah smash. Menurut Poole (1986, hlm 143) smash adalah pukuluan overhead yang keras, diarahkan ke bawah yang kuat, merupakan pukulan menyerang yang utama. Dari hasil observasi peneliti di UKM Bulutangkis UPI pada kejuaraan-kejuaraan bulutangkis tepatnya di Kota Bandung mempunyai kelemahan pada cara mengantisipasi serangan lawan khususnya serangan smash. Peneliti khawatir jika kelemahan tersebut dibiarkan maka akan berpengaruh pada performa atlet pada saat bertanding. Menurut Hikmah Nindya (2013, hlm. 3) dalam jurnal yang berjudul Analisis Pertandingan Bulutangkis Final Tunggal Putra Pada Olimpade Musim Panas XXX di London 2012, antara Lee Chong Wei melawan Lin Dan yang menyatakan dari hasil analisis tersebut kegagalan pukulan Lee Chong Wei sebesar 53,27% dengan kegagalan pukulan terbanyak yaitu Return smash. Menurut Brian Raka Juang (2015, hlm. 7) Dalam jurnal yang berjudul Analisis Kelebihan dan Kelemahan Keterampilan Teknik Bermain Bulutangkis Pada Pemain Tunggal Putra Terbaik Indonesia Tahun 2014, kelemahan teknik pukulan Tommy Sugiarto saat melawan Lee Chong Wei adalah pukulan Return smash dan pukulan Flick. Kedua pukulan ini paling banyak gagal dilakukan Tommy dari pada pukulan yang lain. 301

Tommy gagal melakukan pukulan Return smash sebanyak 25 kali dan pukulan Flick sebanyak 6 kali. Adapun dalam buku Sejarah Olahraga Bulutangkis Hetti R.A (2010, hlm. 40) menyatakan bahwa Pengembalian smash yang baik bisa menjadi serangan balik. Imanudin I (2008, hlm. 112) Kecepatan reaksi ialah waktu dari terjadinya rangsangan. Reaksi merupakan komponen yang penting yang harus dimiliki oleh seorang atlet karena dengan memiliki waktu reaksi yang baik seseorang akan lebih cepat merespon sesuatu. Dalam olahraga kemampuan antisipasi sangat lah penting, teori menurut Bankosz Z dkk (2013) According to many authors, the time of simple reaction plays a pivotal role in badminton and should be developed to the greatest possible extent. Maka dari itu sangatlah penting pada penelitian ini. Terkait dengan permasalahan ini menurut peneliti pemenang bukan hanya yang mampu menyerang, melainkan yang bisa bertahan dengan serangan smash dan tepat menempatkan pengembalian posisi shutllecock ke daerah lawan. Oleh karena itu perlu adanya penelitian mengenai hubungan whole body reaction time dan anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash, yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan dari hal tersebut. METODE Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, dengan pendekatan korelasi. Pada penelitian ini mencoba mencari hubungan antara variabel bebas (independen) yang terdiri dari whole body reaction time dan anticipation reaction time, sedangkan variabel terikat (dependen) pada penelitian ini yaitu ketepatan pengembalian smash. Sampel dari penelitian ini adalah anggota bidang prestasi UKM Bulutangkis UPI dengan jumlah (20) orang. Untuk mengetahui hasil whole body reaction time dan anticipation reaction time, menggunakan alat yang berada di laboratorium FPOK Universitas Pendidikan Indonesia sedangkan untuk mengetahui ketepatan return smash akan di lakukan di lapangan bulutangkis. Anticipation Reaction Time Test Tujuan Mengukur kecepatan reaksi antisipasi setelah stimulus diberikan. Nama alat Speed Anticipation Time. Pelaksanaan : 1) Subyek duduk di depan alat. 2) Tempatkan dagu diatas penahan dagu senyaman mungkin. 3) Subyek akan memerhatikan cahaya yang akan melintas di hadapan mata subyek. 4) Setelah cahaya tersebut menghilang, subyek memperkirakan waktu cahaya tersebut untuk kembali muncul dengan menekan tombol merah. 5) Lakukan sebanyak 5 kali. d. Skor Diambil std. deviasi dari 5 kali pengambilan skor. Whole Body Reaction Time Pelaksanaan : 1) Subyek berdiri di atas matras yang terbuat dari karet dan di dalamnya terdapat sensor dengan posisi kaki menekuk sedikit lututnya agar tidak menjadi hambatan ketika bereaksi setelah stimulus diberikan. 2) Ketika tester menekan tombol, maka akan keluar stimulus berupa cahaya dan subyek melompat dari pijakan karet yang terdapat sensor. 3) Lakukan sebanyak 5 kali. a. Skor : Catat waktu dari 5 kali kesempatan kemudian diambil nilai terbaik dari std.deviasi nya. Ketepatan return smash/test pengembalian smash 302

a. Pelaksanaan : 1) smasher melakukan smash ke arah testee, 2) testee yang sudah bersiap segera menerima smash dan langsung melakukan pengembalian smash. 3) Shuttlekock yang dikembalikan oleh testee akan jatuh ke daerah poin. 4) Pelaksanaan tes ini dilakukan satu orang testee sebanyak 3 kali kesempatan. b. Skor : catat skor atau poin terbaik dari 3 kali kesempatan tersebut. menggunakan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 21. HASIL DAN PEMBAHASAN Hubungan yang Signifikan Antara Whole Body Reaction Time dengan Ketepatan Pengembalian Serangan Smash pada Permainan Bulutangkis Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel X1 (Whole Body Reaction Time) dengan variabel Y (Ketepatan Pengembalian Serangan Smash), dalam penelitian ini menggunakan rumus Correlation Pearson Product Moment dengan menggunakan bantuan SPSS 23, hasilnya sebagai berikut: Gambar. Tes Pengembalian Smash Dalam skripsi Adhi P.Karunia (2010), mengadaptasi Herman Tarigan (2003) Keterangan : S : Smasher R : Pengembali smash : Arah jatuhnya kok : Arah rally O1 : Pencatat nilai O1 : Pencatat nilai Angka-angka yang tertera dalam lapangan bulutangkis adalah poin yang di dapat oleh testee sesuai dimana jatuhnya shuttlecock. Analisis Data Dalam penelitian ini, setelah mendapatkan data dari sampel, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah analisis data. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini Varia bel Whole Body Reacti on Time Hasil Uji Korelasi antara Whole Body Reaction Time dengan Ketepatan Pengembalian Serangan Smash Pearson Correla Sig tion 0,446 0,0 49 Keteran gan Ho ditolak Kesimp ulan Terdapat hubunga n Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,049 atau lebih kecil dari 0,05 (0,049 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi antara whole body reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis. Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai Pearson 303

Correlation sebesar 0,446 termasuk dalam kategori hubungan tingkat sedang. Koefisien Determinasi (KD) Untuk melihat besarnya hubungan dari keduanya dapat dilakukan melalui uji koefisien determinasi, hasilnya sebagai berikut: Hasil Uji Koefisien Determinasi Variabel R R 2 Whole Body Reaction Time 0,446 0,199 Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai R square sebesar 0,199. Koefisien determinasi merupakan nilai kuadrat dari korelasi dikali 100%. Jika dihitung secara manual adalah sebagai berikut: KD = r 2 x 100% = 0,199 x 100% = 19,9% Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan/korelasi antara Whole Body Reaction Time dengan Ketepatan Pengembalian Serangan Smash pada permainan bulutangkis sebesar 19,9%. Sedangkan sisanya sebesar 80,1% merupakan faktor lain yang mempengaruhi ketepatan pengembalian serangan smash yang tidak diteliti dari penelitian ini. Hubungan yang Signifikan Antara Anticipation Reaction Time dengan Ketepatan Pengembalian Serangan Smash pada Permainan Bulutangkis Analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel X2 (Anticipation Reaction Time) dengan variabel Y (Ketepatan Pengembalian Serangan Smash), dalam penelitian ini menggunakan rumus Correlation Pearson Product Moment dengan menggunakan bantuan SPSS 23, hasilnya sebagai berikut: Hasil Uji Korelasi antara Anticipation Reaction Time dengan Ketepatan Pengembalian Serangan Smash Variab el Anticip ation Reactio n Time Pearso n Sig Correla tion 0,668 0,0 01 Ketera ngan Ho ditolak Kesimp ulan Terdapa t hubunga n Berdasarkan tabel diatas,diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,001 atau lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan atau korelasi antara anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis. Keeratan hubungan dapat dilihat dari nilai Pearson Correlation sebesar 0,668 termasuk dalam kategori hubungan tingkat kuat. Koefisien Determinasi Untuk melihat besarnya hubungan dari keduanya dapat dilakukan melalui uji koefisien determinasi, hasilnya sebagai berikut: Hasil Uji Koefisien Determinasi Variabel R R 2 Anticipation Reaction Time 0,668 0,447 Berdasarkan table di atas, diperoleh nilai R square sebesar 0,447. Koefisien determinasi merupakan nilai kuadrat dari korelasi dikali 100%. Jika dihitung secara manual adalah sebagai berikut: KD = r 2 x 100% = 0,447 x 100% = 44,7% Jadi dapat disimpulkan bahwa hubungan/korelasi antara anticipation reaction 304

time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis sebesar 44,7%. Sedangkan sisanya sebesar 55,3% merupakan faktor lain yang mempengaruhi ketepatan pengembalian serangan smash yang tidak diteliti dari penelitian ini. Pembahasan Penelitian Hubungan yang Signifikan Antara Whole Body Reaction Time dengan Ketepatan Pengembalian Serangan Smash pada Permainan Bulutangkis Dengan hasil yang di dapat oleh peneliti maka di kemukakan oleh peneliti terdapatnya hubungan pada penelitian ini di sebabkan pada permainan tunggal atlet memiliki jangkauan yang luas pergerakan di lapangan untuk mengembalikan serangan smash. Pengembalian smash yang baik bisa menjadi serangan balik (Hetti R.A, 2010, hlm. 40). Untuk mengembalikan smash membutuhkan teknik dasar bulutangkis seperti return smash yang bagus dan mumpuni. Seperti pengembalian pendek, pengembalian mendatar atau drive, dan pengembalian panjang. Selain itu dibutuhkan juga kecepatan respon terhadap serangan smash lawan. Whole body reaction time merupakan kecepatan respon oleh seluruh tubuh dari stimulus yang diberikan (Gavkare dkk, 2013). Gerakan respon yang baik diperlukan dalam setiap olahraga apapun termasuk bulutangkis. Olahraga bulutangkis merupakan permaian yang mengandalkan kecepatan dan respon yang baik dalam memukul atau mengembalikan shuttlecock dari serangan lawan. sehingga adanya kombinasi teknik dasar yang baik dan whole body reaction time dapat dengan baik mengembalikan serangan smash lawan. Whole body reaction time dengan pengembalian serangan smash lawan pada permainan bulutangkis mempunyai hubungan, hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara whole body reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis, meskipun tingkat hubungannya dalam kategori sedang dengan besarnya hubungan sebesar 19,9%. Dua tipe pengukuran dari whole body reaction time dalam penelitian ini yaitu visual whole body reaction time. Dapat diartikan bahwa jika seorang atlet atau pemain bulutangkis mempunyai kemampuan whole body reaction time yang bagus maka dapat dengan baik pula mengembalikan serangan smash dari lawan. Terlebih dalam permainan bulutangkis seorang atlet atau pemain bulutangkis memerlukan reaksi yang sangat baik dalam visual maupun auditory, karena cabang olahraga permainan bulutangkis pun memiliki stimulus dari lawan maupun aba aba dari pelatih. Hubungan yang Signifikan Antara Anticipation Reaction Time dengan Ketepatan Pengembalian Serangan Smash pada Permainan Bulutangkis Ketika atlet bulutangkis dapat memprediksi secara akurat sebuah kejadian dan dapat mengatur pergerakan lanjutan, serta atlet dapat memulai respon yang tepat lebih cepat daripada bereaksi setelah menerima stimulus akan meningkatkan kemampuan yang lebih baik untuk mencapai sebuah performa maksimal pada saat bertanding. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan menurut Dawes Jay dan Rozen Mark, 2012,hlm 31 bahwa When athletes can accurately predict an event and organize their movements in advance, they can initiate an appropriate response more quickly than if they had waited to react to a stimulus (Ketika atlet dapat akurat memprediksi suatu kejadian dan mengatur gerakan mereka, maka mereka dapat melakukan respon yang tepat lebih cepat daripada jika mereka telah menunggu untuk bereaksi terhadap rangsangan). Sehingga jika atlet atau pemain bulutangkis mempunyai kemampuan anticipation reaction time yang baik maka dia mampu untuk mengantisipasi serangan dan tepat dalam menempatkan shuttlecock dengan 305

baik, kemudian atlet bisa menjadikan itu serangan balik, terutama mengantisipasi pukulan smash. Karena sebagaimana diketahui bahwa anticipation reaction time mempunyai hubungan dengan pengembalian serangan smash lawan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anticipation reaction time mempunyai hubungan dengan ketepatan pengembalian serangan smash lawan pada permaianan bulutangkis dengan tingkat hubungan yang kuat. Anticipation reaction time mempunyai hubungan dengan ketepatan pengembalian serangan smash sebesar 44,7%. Sehingga bisa disimpulkan bahwa jika atlet atau pemain bulutangkis mempunyai kemampuan anticipation reaction time yang baik maka ketepatan pengembalian serangan smashnya pun akan baik pula. Whole body reaction time dan anticipation reaction time keduanya memiliki hubungan dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulutangkis, akan tetapi dalam penelitian ini anticipation reaction time hubungannya lebih besar daripada whole body reaction time. reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulu tangkis. Hubungan antara whole body reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash termasuk kategori sedang dengan sumbangan hubungan sebesar 19,9%. Selain itu terdapat hubungan antara anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash pada permainan bulu tangkis. Hubungan antara anticipation reaction time dengan ketepatan pengembalian serangan smash termasuk kategori kuat dengan sumbangan hubungan sebesar 44,7%. KESIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis data dari lapangan, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini diantaranya: bahwa terdapat hubungan antara whole body 306

DAFTAR PUSTAKA Adhi P. Karunia (2010). Pengaruh Rally (Pertukaran Melintasi Net) Terhadap Pengembalian Smash Bulutangkis Pada Siswa Kelas VIII SMP Satya Dharma Sudjana GMP Tahun Pelajaran 2008-2009. Lampung: Universitas Lampung. Anwar, D. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya : Amelia Arikunto. (1991). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. Jakarta: PT Bina Aksara, Bankosz Z, dkk (2013). Assessment of simple reaction time in badminton players. TRENDS in Sport Science, 1 (20), 54 61. Dawes Jay, dkk (2012). Developing Agility And Quickness. Amerika Serikat; National Strenght And Conditioning Association. M Ajay, Gavkare, dkk (2013). Auditory Reaction Time, Visual Reaction Time and Whole Body Reaction Time in Athletes. Indian Medical Gazzete. Hlm. 214 218 Hetti.R.A (2010). Sejarah Olahraga Bulutangkis. Bogor : Quadra. Nindya.Hikmah (2013). Analisis Pertandingan Tunggal Putra Pada Olimpiade Musim Panas XXX di London 2012. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Subarjah, H. (2009). Permainan Bulutangkis, Bandung: CV. Bintang WarliArtika. Subarjah H, Hidayat Y. (2007). Modul mata kuliah Permainan Bulutangkis, Bandung FPOK UPI Suherman A, Indri Nur R. (2014) Modul Stastistika Ilmu Keolahragaan. Bandung: FPOK UPI Sugiyono,(2010). Metode Penelitian kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Imanudin,Iman. (2014). Modul Mata Kuliah Ilmu Kepelatihan Olahraga. Bandung: FPOK UPI Hendriawan,Irvan, (2014). Hubungan Whole Body Reaction Time Dengan Antisipasi Penjaga Gawang Pada Saat Tendangan Penalty Dalam Olahraga Sepakbola. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Poole James (1982), Belajar Bulutangkis. Bandung: Pionir Universitas Pendidikan Indonesia. (2015). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Raka. Brian (2015). Analisis kelebihan dan kelemahan keterampilan teknik bermain bulutangkis pada permainan tunggal putra terbaik 2014. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. 307