BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

VI. PENINGKATAN MUTU PRODUK KOMODITAS BERBASIS KELAPA SAWIT

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT DI PT. SMART TBK. SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. meminimisasi terhambatnya proses produksi jika terjadi kerusakan.

BAB I PENDAHULUAN. krisis tersebut adalah industri agro bisnis dan sampai akhir tahun 2010 industri agrobisnis

BAB I PENDAHULUAN. operasi pada suatu perusahaan adalah kesiapan mesin mesin produksi dalam. diperlukan adanya suatu sistem perawatan yang baik.

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam dunia industri khususnya sebagai supplier bahan baku

DAFTAR ISTILAH. : Probabilitas suatu sistem beroperasi sesuai fungsinya dalam suatu waktu tertentu dalam kondisi operasi yang telah ditetapkan

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PRA-RANCANGAN PABRIK PEMBUATAN MINYAK MAKAN MERAH DARI CRUDE PALM OIL (CPO) DENGAN KAPASITAS TON / TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. hasilnya lazim disebut CPO (Crude Palm Oil), sehingga untuk proses ini. diperlukan pabrik pengolahan buah /biji kelapa sawit.

BAB I PENDAHULUAN. hasilnya lazim disebut CPO (Crude Palm Oil), sehingga untuk proses ini. diperlukan pabrik pengolahan buah /biji kelapa sawit.

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI,KERANGKA PEMIKIRAN,DAN HIPOTESA PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. melakukan produksi terus menerus. Mesin-mesin merupakan komponen

BAB I PENDAHULUAN. perawatan terbagi atas dua yaitu preventive maintenance dan corrective

POMPA MINYAK PADA INSTALASI PENGOLAHAN AKHIR DI PT. BUKIT ZAITUN- BITUNG Annie Amelia Toreh

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia tidak lain terbentuk karena letak geografis yang strategis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah (Lanjutan)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di Indonesia. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi

PENERAPAN MODEL PROGRAM LINIER PRIMAL-DUAL DALAM MENGOPTIMALKAN PRODUKSI MINYAK GORENG PADA PT XYZ

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BABI PENDAHULUAN. PT. Tunas Bam Lampung mempakan salah satu anak pemsahaan dari PT.

BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai beberapa keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PT. ASTRA AGRO LESTARI, Tbk Sejarah Perusahaan PT. Astra Agro Lestari Tbk (biasa disebut PT. AAL) adalah salah satu perusahaan agribisnis terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai pengolah bahan mentah kelapa sawit untuk menghasilkan minyak

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan berusaha

Perancangan Penjadwalan Perawatan Mesin dengan Metode Map Value Stream Mapping (MVSM) di PT XXX

BAB I PENDAHULUAN. proses kemajuan dan kemunduran suatu perusahaan, artinya meningkatkan

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB II TINJAUAN UMUM. yang ditanam di Taman Botani Bogor, Indonesia pada tahun benih dari

Evaluasi Efektivitas Mesin Filter Press

I. DAFTAR INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PENDAHULUAN. integral pembangunan nasional. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESJA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 30/PMK.05/2016 TENTANG

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memacu industri-industri

PERENCANAAN PABRIK MINYAK GORENG KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS CPO 500 TON/HARI TUGAS PERENCANAAN UNIT PENGOLAHAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. PT. Multimas merupakan salah satu Industri pengolahan CPO (Crude

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prospek industri kelapa sawit Indonesia semakin cerah di pasar minyak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN KERJA PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam rangka mendukung kelangsungan produksi sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tata letak pabrik merupakan landasan utama dalam pengaturan tata letak

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

MEMPELAJARI TINGKAT KEVAKUMAN DI SCRUBER DAN DAN SUHU RBDPO DI PRE STRIPER TERHADAP PFAD YANG DI HASILKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PERAWATAN PENCEGAHAN PADA PERALATAN SUB UNIT SINTESA UNIT UREA DI PT X MENGGUNAKAN SIMULASI MONTE CARLO

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

Prarancangan Pabrik Asam Stearat dari Minyak Kelapa Sawit Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pemasaran minyak goreng dengan bahan dasar kopra dan kelapa sawit. Pabrik ini telah

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Laporan Kerja Praktek BAB I PENDAHULUAN

Nelson Manurung 1* 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan *

PERBANDINGAN HASIL ANALISIS BEBERAPA PARAMETER MUTU PADA CRUDE PALM OLEIN YANG DIPEROLEH DARI PENCAMPURAN CPO DAN RBD PALM OLEIN TERHADAP TEORETIS

NOMOR 392 TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dengan terjadinya krisis ekonomi global yang melanda dunia bisnis di Indonesia,

Gambar I.1. Pertumbuhan Produksi dan Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produk, kehandalan dan kelancaran suatu proses serta biaya. Hal ini memicu para

Pengolahan Pelumas Bekas Secara Fisika

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BE-506B. To Filtration. Gambar 1.1 Proses pemanasan umpan CTA dengan menggunakan 9 buah heat exchanger

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. kondisi full capacity serta dapat menghasilkan kualitas produk seratus persen.

PROSES PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT KASAR DI PT. SMART Tbk. SURABAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. BATARA ELOK SEMESTA TERPADU (1 AGUSTUS 8 SEPTEMBER 2015)

Bab I Pendahuluan. Recycle. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gula pasir merupakan kebutuhan pokok strategis yang memegang peran

PRA RANCANGAN PABRIK MINYAK OLEIN DARI CRUDE PALM OIL (CPO) KARYA AKHIR SYAFARUDDIN MANURUNG

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. PT. SMART, Tbk. Medan adalah salah satu perusahaan pengolah kelapa

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan data stagnasi mesin yang dicatat oleh perusahaan. Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah mesin pendukung sistem boiler yang berbahan bakar batu bara di PT Indo Pusaka Berau.

BAB I PENDAHULUAN. akan menghasilkan produk yang tidak baik pula. Maintenance berperan penting

TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik. Oleh KRISMES SIMANJUNTAK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT XYZ merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi dua jenis produk yaitu Upper dan Full Shoe.

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN OPTIMUM KOMPONEN KRITIS MESIN HAMMER MILL DENGAN MODEL AGE REPLACEMENT DI PT. SEJATI COCONUT INDUSTRI

Prarancangan Pabrik Margarin dari RBDPO (Refined, Bleached, Deodorized Palm Oil) Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

PROSES PENGOLAHAN MINYAK KELAPA SAWIT DI PT. SALIM IVOMAS PRATAMA Tbk. SURABAYA LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) merupakan perusahaan industri yang bergerak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan. Secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut. 1.1 Latar Belakang PT Incasi Raya merupakan perusahaan yang memproduksi minyak goreng berbahan dasar CPO (Crude Palm Oil). Proses produksi minyak goreng berlangsung secara continuous. Proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng secara umum dapat dilihat pada Gambar 1.1. Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa secara garis besar proses pengolahan minyak goreng terdiri atas empat proses utama yaitu proses degumming, bleaching, deodorizing, dan fractinantion. Proses degumming merupakan proses penghilangan getah, bleaching merupakan proses pencerahan warna, proses deodorizing merupakan proses penghilangan bau, sedangkan proses fractinaton merupakan proses pemisahan fraksi padat dengan frasksi cair dari CPO menjadi stearin dan olein. Proses produksi minyak goreng melibatkan beberapa mesin produksi diantaranya vessel, pump, mixer, membrane press filter, water chiller, heat exchanger, crystalizer, bleacher, niagara filter dan lain sebagainya. Adanya kerusakan pada mesin produksi mengakibatkan terjadinya gangguan pada proses produksi, yang berpengaruh terhadap pencapaian target produksi PT Incasi Raya. Berdasarkan data target dan realisasi produksi minyak goreng PT Incasi Raya tahun 2014, diperoleh informasi bahwa target produksi tidak tercapai. Target produksi minyak goreng pada tahun 2014 sebesar 116.160 ton sedangkan realisasi produksi sebesar 104.643,71 ton (Sumber : Bagian produksi PT Incasi Raya). Dengan demikian persentase pencapaian target produksi pada tahun 2014 adalah 90,1%.

Berdasarkan wawancara dengan Kepala Bagian Produksi bapak Zulkarnain (2015), ada dua faktor yang menyebabkan tidak tercapainya target produksi yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal dipengaruhi oleh kekurangan bahan baku CPO yang diperoleh dari pemasok. Keterbatasan bahan baku yang diperoleh, disebabkan oleh beberapa hal diantaranya kebijakan ekspor CPO perusahaan pemasok, serta curah hujan. Faktor eksternal ini merupakan faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan. Faktor internal berupa kerusakan mesin produksi (breakdown) serta gangguan operasional. Faktor internal berupa breakdown mesin yang menyebabkan downtime dapat dikurangi oleh perusahaan melalui perencanaan kegiatan perawatan yang tepat. Gambar 1.2 berikut memperlihatkan penyebab tidak tercapainya target produksi. BE pneumatic Transport fan Bleaching Earth Pump Asam phospat CPO Heat exchanger Pump Niagara filter Pump Bleacher Phosporic acid mixer Heat Exchanger Pump Tangki timbun CPO Mulai Ampas bleaching earth Bleaching Degumming Olein Tank Deodorizing Air dan bau Fractinantion Olein Deacidifying vessel Pump Crystalizer Membrane press filter Selesai PFAD PFAD Tank Stearin Stearin Tank Gambar 1.1 Block Diagram Proses Pengolahan Minyak Goreng 2

Mesin Breakdown Mesin Produksi Gangguan Operational Curah hujan tinggi menyebabkan transportasi/pemanenan kelapa sawit sebagai bahan baku CPO terganggu CPO yang diperoleh dari pemasok sedikit Kebijakan ekspor CPO oleh Pemasok Target Produksi Tidak Tercapai Kekurangan bahan baku Material Gambar 1.2 Fishbone Diagram Penyebab Target Produksi Tidak Tercapai (Sumber : PT Incasi Raya) Sebagai contoh untuk penggantian komponen bearing pada mesin pompa dilakukan apabila komponen tersebut telah beroperasi selama 4.000 jam. Akan tetapi, dalam pelaksanaanya jika ditemui bahwa komponen belum rusak maka belum dilakukan penggantian terhadap komponen tersebut. Kebijakan corrective tersebut dilakukan guna menghemat biaya pembelian komponen. Menurut (Siahaan, 2013) akibat sistem corrective maintanance, downtime yang terjadi lebih besar akibat tidak adanya perencanaan kegiatan perawatan atau penggantian komponen dilakukan secara mendadak pada saat terjadinya kerusakan. Apabila kegiatan perawatan dilakukan sebelum terjadinya kerusakan atau berdasarkan perawatan preventive yang telah direncanakan sebelumnya maka downtime yang terjadi akan lebih kecil. Berdasarkan data downtime akibat breakdown mesin PT Incasi Raya selama periode 2012 Juni 2015 pada Tabel 1.1, dapat dilihat rata rata downtime yang terjadi cukup tinggi. Berdasarkan total Downtime yang terjadi pada tahun 2012 hingga 2014, total downtime mengalami peningkatan tiap tahun. Peningkatan downtime mengindikasikan bahwa kebijakan perawatan saat ini belum efektif untuk mengurangi downtime yang terjadi. Berdasarkan Tabel 1.1, dapat dilihat total downtime yang terjadi pada tahun 2014 adalah 27.295 menit, 3

dimana kapasitas produksi PT Incasi Raya sebesar 20 ton/jam. Dengan demikian, total kehilangan produksi akibat breakdown mesin pada tahun 2014 adalah 9.098,33 ton. Apabila downtime yang disebabkan oleh breakdown mesin dapat diminimalkan, maka nilai kehilangan produksi sebesar 9.098,33 ton dapat dikurangi. Tabel 1.1 Data Downtime Akibat Breakdown Mesin PT Incasi Raya Periode 2012 hingga Mei 2015 No Tahun Downtime (menit) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total 1 2012 2700 1300 3935 920 1650 2520 480 1660 1540 3020 2385 2090 24200 2 2013 1130 2080 3255 3240 1360 2720 1570 1475 2180 1790 1610 2320 24730 3 2014 4205 2380 2710 1810 1430 1650 510 2760 2090 2270 1770 3710 27295 4 2015 3000 1680 1790 2620 1880 2840 13810 (Sumber : Bagian Engineering PT Incasi Raya, 2015) Downtime yang besar juga berdampak terhadap peningkatan biaya perawatan. Menurut Krishnasamy et al. (2004) total biaya perawatan tidak hanya dipengaruhi oleh biaya komponen saja, tetapi juga dipengaruhi oleh biaya kehilangan produksi yang diakibatkan oleh downtime mesin serta biaya operator teknisi. Ketiga faktor tersebut harus diperhatikan dalam menyusun penjadwalan perawatan guna meminimasi total biaya perawatan. Peningkatan biaya perawatan berdampak terhadap peningkatan biaya opearasi perusahaan. Menurut Dhillon (2006) pengurangan biaya operasi perusahaan sebesar 40%-60% dapat dicapai melalui kebijakan perawatan yang efektif. Menurut Krishnasamy et al. (2004), kebijakan perawatan akan memberikan dampak yang signifikan terhadap perusahaan, apabila dilakukan terhadap peralatan produksi yang tepat yang memiliki faktor resiko kegagalan tertinggi yang disebut dengan mesin kritis. Untuk itu perlu bagi perusahaan untuk mengidentifikasi mesin kritis yang dimilikinya, agar dampak dari kegagalan fungsi mesin tersebut dapat diminimailisir melalui kebijakan perawatan yang tepat. Menurut Barabady (2005), rancangan strategi perawatan hendaklah dikembangkan berdasarkan kinerja dari mesin mesin yang digunakan meliputi keandalan, waktu antar kerusakan, laju kegagalan, biaya pemeliharaan, dan biaya 4

akibat kegagalan. Berdasarkan beberapa permasalahan yang telah dijelaskan maka perlu dilakukan penelitian untuk mengevaluasi serta memberikan usulan penjadwalan perawatan preventive terhadap komponen - komponen kritis mesin kritis PT Incasi Raya dengan mempertimbangkan berbagai elemen biaya perawatan, sehingga menghasilkan jadwal perawatan dengan total biaya perawatan yang minimum. 1.2 Perumusan Masalah Masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini yaitu bagaimana menentukan penjadwalan perawatan pada komponen - komponen kritis mesin kritis dengan tujuan minimasi total biaya perawatan. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah menghasilkan jadwal perawatan dengan tujuan minimasi total biaya perawatan. 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian tugas akhir ini adalah 1. Data kerusakan mesin yang digunakan yaitu data kerusakan mesin pada periode Januari 2012 Juni 2015. 2. Komponen yang akan dievaluasi dan diusulkan penjadwalan perawatannya adalah komponen - komponen kritis pada mesin kritis. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penyelesaian tugas akhir ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini memaparkan tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi mengenai teori-teori dasar yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas yang terdiri atas proses produksi minyak 5

goreng, konsep perawatan, permasalahan dalam perawatan, tujuan perawatan, tipe tipe perawatan, tipe tipe laju kerusakan, distribusi kerusakan, pemilihan komponen kritis, reliability, dan penentuan interval perawatan. Teori teori ini digunakan sebagai pedoman dan dasar pemikiran dalam menyelesaikan permasalahan pada penelitian yang dilakukan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan dalam penelitian sehingga tujuan penelitian dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan. BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini berisi tentang pengumpulan data kerusakan dan data yang berhubungan dengan biaya perawatan yang digunakan untuk melakukan pengolahan data sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. BAB V ANALISIS Bab ini berisikan analisis terhadap pengolahan yang telah dilakukan sebelumnya dan membandingkan hasil pengolahan dengan teori yang telah didapatkan. BAB VI PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan yang dikaitkan dengan tujuan penelitian dan saran saran penulis yang berhubungan dengan penelitian agar dapat menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya. 6

Berdasarkan data downtime mesin PT incasi raya dari periode 2012, 2013 dan 2014 menunjukan adanya peningkatan downtime mesin tiap tahunnya. Total downtime mesin untuk tiap tahun 2012, 2013 dan 2014 dapat dilihat pada gambar 1.3. 7

MENIT 31000 30000 29000 28000 27000 26000 25000 Total Downtime Mesin Pertahun 2012 2013 2014 PERIODE Gambar 1.3 Total Downtime PT Incasi Raya Periode 2012 2014 (Sumber : PT Incasi Raya) Adanya peningkatan downtime tiap tahun tersebut menandakan sistem perawatan yang diterapkan sekarang belum efektif. kegiatan maintanance yang diterapkan masih bersifat corrective maintanance. Perbaikan dilakukan setelah terjadi kerusakan. Akibatnya downtime yang terjadi cukup tinggi akibat kegiatan maintanance yang tidak direncanakan yang mengakibatkan waktu penggantian komponen menjadi lebih lama jika dibandingkan dengan waktu penggantian komponen apabila kegiatan tersebut telah direncanakan sebelumnya. Downtime yang tinggi juga berdampak terhadap peningkatan biaya maintanance. Fluktuatif Tergantung bahan baku produktivitas PT incasi Raya bahan baku CPO 8

CPO CPO yang didapatkan terbatas tergantung dari perusahaan dan ekspor Data penjualan dan produksi Tidak memenuhi target pemintaan Kerugian penjualan tidak terpenuhi Penyebabnya maintanance dan CPO td Crude Palm Oil merupakan minyak olahan kelapa sawit yang menjadi komoditas ekspor hasil pertanian unggulan di Indonesia.. Hal ini ditandai dengan indonesia sebagai negara pengekspor CPO terbesar di Dunia(). Kegiatan ekspor CPO di Indonesia dari tahun ketahun selalau mengalami peningkatan. Bagi perusahaan dengan sistem produksi continious, proses produksinya sangat ditentukan oleh kondisi mesin produksi untuk melakukan fungsinya. Kerusakan pada salah satu mesin akan berdampak terhadap kerja mesin yang lain sehingga output yang dihasilkan perusahaan tidak sesuai dengan kapasitasnya. Dalam hal ini availabilitas merupakan kunci penting bagi perusahaan untuk dapat berproduksi sesuai dengan kapasitasnya. Salah satu perusahaan dengan sistem produksi continious adalah PT Incasi Raya. Produk utama PT Incasi Raya adalah minyak goreng (olin) dari CPO (Crude Palm Oil). Selain minyak goreng PT incasi raya juga memiliki produk sampingan berupa stearin dan PFAD (Palm Fatty Acid Destilation) yang digunakan sebagai bahan baku margarin dan sabun. Pengolahan minyak goreng dari kelapa sawit melalui beberapa proses, secara garis besar yaitu proses refinery, degumming, bleaching, deodorizing dan fractinantion. Proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng dapat dilihat pada gambar 1.1. 9

Gambar 1.1 Proses Pengolahan Minyak Goreng Pada proses degumming CPO dipanaskan pada temperatur 90 o C hingga 120 o C serta penambahan H 3 PO 4 untuk menghilangkan getah. Selanjutnya pada proses bleaching terjadi pemucatan warna sehingga didapatkan warna CPO yang lebih cerah. Proses deodorizing bertujuan untuk menghilangkan bau pada minyak. Terakhir proses fractination terjadi pemisahan CPO menjadi olin (minyak goreng) dan stearin (bahan baku margarin). Pengolahan CPO menjadi minyak goreng dibagi menjadi beberapa stasiun. setiap stasiun memiliki kapasitas yang berbedabeda. Stasiun lurgi memiliki kapasitas 12,5 ton/jam, stasiun Alfalaval memiliki kapasitas 40 ton/jam, lipico memiliki kapsitas 48,5 ton/jam, dan stasiun tirtiaux memiliki kapasitas 50 ton/jam. Salah satu faktor yang mengakibatkan adanya pengurangan kapasitas produksi adalah kerusakan mesin. Berdasarkan data downtime mesin selama tahun 2012 hingga mei 2015 yang terjadi di masing masing stasiun, stasiun alfa laval memiliki total downtime mesin tertinggi yaitu dengan persentase sebesar 67%, sedangkan untuk stasiun lainnya persentase downtime mesin di bawah 20%. Persentase kerusakan masing masing stasiun dapat dilihat pada gambar 1.2. 10

Persentase Downtime Mesin Tiap Stasiun 0% 0 0 0 0 0 Gambar 1.2 Downtime mesin pada masing masing stasiun PT Incasi Raya Berdasarkan gambar 1.2 stasiun alfa laval memiliki persentase downtime tertinggi yaitu 67% dengan total downtime sebesar 69850 menit setara dengan kehilangan produksi sebesar 2021,123 ton. Berdasarkan wawancara dengan bapak Arman selaku kepala bagian engineering PT Incasi Raya, kegiatan maintanance yang diterapkan masih bersifat corrective maintanance. Perbaikan dilakukan apabila terdapat kerusakan pada komponen saja. Hal ini dilakukan guna menghemat biaya pembelian komponen. Akibatnya downtime yang terjadi cukup tinggi akibat kegiatan maintanance yang tidak direncanakan yang mengakibatkan waktu penggantian komponen menjadi lebih lama jika dibandingkan dengan waktu penggantian komponen apabila kegiatan tersebut telah direncanakan sebelumnya. Downtime yang tinggi juga berdampak terhadap peningkatan biaya maintanance. Menurut Jardine (2001) perhitungan total biaya maintanance tidak hanya dipengaruhi oleh biaya komponen saja tetapi juga dipengaruhi oleh biaya kerugian produksi yang diakibatkan oleh downtime mesin, biaya operator dan baiaya komponen. Ketiga faktor tersebut harus diperhatikan dalam menyusun kebijakan maintanance guna meminimasi biaya total maintanance. 11

Pada stasiun Alva lafal terdapat beberapa mesin diantaranya pompa Niagara, pompa vacuum, pompa posphor,vessel, niagara filter, mixer dan lainlain. Setiap mesin pada stasiun ini memiliki masalah yang berbeda beda seperti mechanical seal bocor, suara pompa kasar, coupling rusak, filter rusak dan sebagainya. Kerusakan pada masing masing komponen tersebut memiliki dampak yang berbeda beda misalnya kerusakan pada mechanical seal akan mengakibatkan pompa bocor sehingga fluida proses keluar dari pompa. Hal ini sangat berbahaya karena fluida tersebut memiliki temperatur yang tinggi (90 o C-120 o C) dan bersifat asam (H 3 PO 4 ) yang dapat menimbulkan resiko keselamatan operator, selain itu kebocoran yang terjadi juga berdampak terhadap pengurangan output yang dihasilkan terhadap kapasitas stasiun alva lafal. Untuk komponen lain seperti kerusakan pada bearing dan coupling berdampak terhadap operasional mesin dengan kemungkinan terburuk mesin berhenti beroperasi. Pengurangan terhadap biaya maintanance dalam penentuan kebijakan maintananace sebaiknya juga diikuti dengan pengurangan dampak resiko yang ditimbulkan oleh kegagalan fungsi dari peralatan produksi. Tiap tiap komponen dalam peralatan produksi memiliki resiko potensi kegagalan yang berbeda beda, dimana ada yang berdampak terhadap kenyamanan lingkungan kerja, operator serta operasional maupun dampak terhadap operasional saja. Untuk itu diperlukan suatu penilaian terhadap resiko yang ditimbulkan dari kegagalan komponen tersebut. Menurut cooper (2007) tujuan dari manajemen resiko adalah untuk menentukan apa yang dilakukan sebagai respon dari resiko yang sudah diidentifikasi. Perlakuan resiko mengubah analisis awal menjadi aksi nyata untuk mengurangi resiko. Salah satu strategi perlakuan sebagai bentuk respon terhadap resiko adalah pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya resiko (risk prevention). Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk menentukan kebijakan maintanance terhadap komponen peralatan produksi stasiun Alva Laval PT Incasi Raya berdasarkan resiko kegagalan komponen tertinggi, sehingga 12

didapatkan kebijakan maintanance yang meminimumkan baiaya dan juga resiko yang diakibatkan oleh kegagalan fungsi peralatan produksi tersebut. Evaluasi Konsekuensi dari Kegagalan Kumpulkan Data Rangking Resiko Buat Perencanaan Maintanance Perencanaan Terhadap Mitigasi Resiko Evaluasi Probabilitas terjadinya kegagalan Penilaian Ulang Terhadap Resiko 13

++ data rata rata waktu perbaikan ++ harga mechanical seal, dan biaya operator ++ data produksi pengaruh cuaca terhadap kualitas bahan baku. ++ data frekuensi perbaikan/penggantian komponen. 14