2 PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/21/PADG/2017 TENTANG PENYEDIAAN PREFUND DALAM PENYELENGGARAAN TRANSFER DANA DAN KLIRING BERJADWAL OLEH BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ANGGOTA DEWAN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjaga keamanan dan kelancaran penyelenggaraan transfer dana dan kliring berjadwal oleh Bank Indonesia diperlukan penyediaan dana prefund oleh masing-masing peserta; b. bahwa untuk mewujudkan penyediaan dana prefund oleh peserta yang semakin lancar dan efisien diperlukan penyesuaian terhadap jenis dan formula perhitungan prefund; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Anggota Dewan Gubernur tentang Penyediaan Prefund dalam Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia; Mengingat : Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/9/PBI/2015 tentang Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5704) sebagaimana telah beberapa kali
2 diubah, terakhir dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/15/PBI/2017 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 302, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6170); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR TENTANG PENYEDIAAN PREFUND DALAM PENYELENGGARAAN TRANSFER DANA DAN KLIRING BERJADWAL OLEH BANK INDONESIA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal adalah kegiatan untuk memproses perhitungan hak dan kewajiban antarpeserta sistem kliring nasional Bank Indonesia yang setelmennya dilakukan pada waktu tertentu. 2. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia yang selanjutnya disingkat SKNBI adalah infrastruktur yang digunakan oleh Bank Indonesia dalam Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal untuk memproses data keuangan elektronik pada layanan transfer dana, layanan kliring warkat debit, layanan pembayaran reguler, dan layanan penagihan reguler. 3. Data Keuangan Elektronik yang selanjutnya disingkat DKE adalah data keuangan dalam format elektronik yang digunakan sebagai dasar perhitungan dalam penyelenggaraan SKNBI. 4. DKE Transfer Dana adalah DKE yang dibuat berdasarkan perintah transfer dana dan digunakan sebagai dasar perhitungan dalam layanan transfer dana.
3 5. DKE Warkat Debit adalah DKE yang dibuat berdasarkan perintah transfer debit dan digunakan sebagai dasar perhitungan dalam layanan kliring warkat debit. 6. DKE Pembayaran adalah DKE yang dibuat berdasarkan perintah transfer dana dan digunakan sebagai dasar perhitungan dalam layanan pembayaran reguler. 7. DKE Penagihan adalah DKE yang dibuat berdasarkan perintah transfer debit dan digunakan sebagai dasar perhitungan dalam layanan penagihan reguler. 8. Penyelenggara SKNBI yang selanjutnya disebut Penyelenggara adalah Bank Indonesia. 9. Peserta SKNBI yang selanjutnya disebut Peserta adalah pihak yang telah memenuhi persyaratan dan telah memperoleh persetujuan dari Penyelenggara sebagai Peserta. 10. Peserta Langsung Utama yang selanjutnya disingkat PLU adalah Peserta yang mengirimkan DKE ke Penyelenggara secara langsung dengan menggunakan infrastruktur SKNBI dan setelmen dana dilakukan ke rekening setelmen dana Peserta yang bersangkutan. 11. Peserta Langsung Afiliasi yang selanjutnya disingkat PLA adalah Peserta yang mengirimkan DKE ke Penyelenggara secara langsung dengan menggunakan infrastruktur SKNBI Peserta yang bersangkutan dan setelmen dana dilakukan ke rekening setelmen dana bank pembayar. 12. Peserta Tidak Langsung yang selanjutnya disingkat PTL adalah Peserta yang mengirimkan DKE ke Penyelenggara secara tidak langsung melalui bank penerus dan setelmen dana dilakukan ke rekening setelmen dana bank penerus. 13. Layanan Transfer Dana adalah layanan dalam SKNBI yang memproses pemindahan sejumlah dana antar-peserta dari 1 (satu) pengirim kepada 1 (satu) penerima. 14. Layanan Kliring Warkat Debit adalah layanan dalam SKNBI yang memproses penagihan sejumlah dana yang dilakukan antar-peserta dari 1 (satu) pengirim tagihan kepada 1 (satu) penerima tagihan, disertai dengan fisik warkat debit.
4 15. Layanan Pembayaran Reguler adalah layanan dalam SKNBI yang memproses pemindahan sejumlah dana antar-peserta dari 1 (satu) atau beberapa pengirim kepada 1 (satu) atau beberapa penerima. 16. Layanan Penagihan Reguler adalah layanan dalam SKNBI yang memproses penagihan sejumlah dana antar-peserta dari 1 (satu) pengirim tagihan kepada beberapa penerima tagihan. 17. Prefund adalah dana yang disediakan oleh Peserta untuk memenuhi kewajiban dalam penyelenggaraan SKNBI. 18. Prefund Debit adalah Prefund yang disediakan untuk Layanan Kliring Warkat Debit dan Layanan Penagihan Reguler. 19. Prefund Kredit adalah Prefund yang disediakan untuk Layanan Transfer Dana dan Layanan Pembayaran Reguler. 20. Bank Pembayar adalah PLU yang ditunjuk oleh PLA untuk melaksanakan setelmen dana, penyediaan Prefund, dan/atau pembayaran kewajiban lainnya dalam penyelenggaraan SKNBI. 21. Bank Penerus adalah PLU yang memenuhi persyaratan dan telah memperoleh persetujuan dari Penyelenggara untuk melaksanakan pengiriman DKE, penyediaan Prefund, setelmen dana, dan/atau pembayaran kewajiban lainnya untuk kepentingan PTL. 22. Setelmen Dana adalah kegiatan pendebitan dan pengkreditan rekening setelmen dana melalui Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement yang dilakukan berdasarkan perhitungan hak dan kewajiban masingmasing Peserta yang timbul dalam penyelenggaraan SKNBI. 23. Rekening Setelmen Dana adalah rekening Peserta dalam mata uang Rupiah yang ditatausahakan di Bank Indonesia. 24. Sistem Sentral Kliring yang selanjutnya disingkat SSK adalah komponen SKNBI di Penyelenggara yang digunakan dalam Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal.
5 25. Sistem Peserta Kliring yang selanjutnya disingkat SPK adalah komponen SKNBI di Peserta yang terhubung dengan SSK. 26. Periode Waktu Kegiatan adalah jangka waktu yang ditetapkan oleh Penyelenggara dalam satu hari kliring untuk melaksanakan kegiatan operasional setiap layanan dalam SKNBI. BAB II JENIS DAN PENGGUNAAN PREFUND Pasal 2 (1) Untuk memenuhi kewajiban dalam Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal, Peserta wajib menyediakan Prefund sesuai dengan Periode Waktu Kegiatan yang ditetapkan oleh Penyelenggara. (2) Prefund sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas: a. Prefund Debit; dan b. Prefund Kredit. (3) Penyediaan Prefund sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk dana tunai (cash Prefund). (4) Periode Waktu Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini. Pasal 3 (1) PLU wajib menyediakan Prefund Debit dan Prefund Kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). (2) PLA wajib menyediakan Prefund Kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1). Pasal 4 (1) Prefund sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) ditatausahakan pada sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement dalam rekening milik Penyelenggara yang
6 digunakan khusus untuk menampung dana tunai (cash Prefund). (2) Penatausahaan dana tunai (cash Prefund) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) untuk masing-masing Peserta dilakukan di SSK. BAB III TATA CARA PENYEDIAAN PREFUND DEBIT Pasal 5 (1) Peserta wajib menyediakan Prefund Debit paling sedikit sebesar jumlah dari hasil netting Layanan Kliring Warkat Debit yang bersaldo debit (negatif) dan hasil netting Layanan Penagihan Reguler yang bersaldo debit (negatif). (2) Penyediaan Prefund Debit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang wajib dipenuhi oleh Peserta terdiri atas: a. minimum Prefund Debit yang disediakan Peserta; dan b. penambahan Prefund Debit dalam hal minimum Prefund Debit sebagaimana dimaksud dalam huruf a belum memenuhi jumlah kewajiban penyediaan Prefund sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 6 (1) Perhitungan minimum Prefund Debit dilakukan oleh Penyelenggara berdasarkan jumlah netting hasil kliring harian Layanan Kliring Warkat Debit dan Layanan Penagihan Reguler yang bersaldo debit (negatif) terbesar selama 12 (dua belas) bulan terakhir. (2) Contoh perhitungan minimum Prefund Debit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini. (3) Data netting hasil kliring harian Layanan Kliring Warkat Debit dan Layanan Penagihan Reguler yang bersaldo debit (negatif) bulan kedua belas yang diperhitungkan yaitu data transaksi sampai dengan tanggal 25 bulan yang bersangkutan.
7 (4) Dalam hal tanggal 25 sebagaimana dimaksud pada ayat (3) jatuh pada hari libur maka data netting hasil kliring harian Layanan Kliring Warkat Debit dan Layanan Penagihan Reguler yang bersaldo debit (negatif) yang diperhitungkan yaitu data sampai dengan hari kerja terakhir sebelum tanggal 25 bulan tersebut. (5) Informasi minimum Prefund Debit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diakses oleh Peserta melalui SPK setiap tanggal 26. (6) Dalam hal tanggal 26 sebagaimana dimaksud pada ayat (5) jatuh pada hari libur maka besarnya minimum Prefund Debit dapat diakses oleh Peserta melalui SPK pada hari kerja berikutnya. Pasal 7 Penyediaan Prefund Debit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dilakukan oleh Peserta melalui Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement dengan cara melakukan transfer dana dari Rekening Setelmen Dana Peserta ke rekening milik Penyelenggara dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement. Pasal 8 Perhitungan minimum Prefund Debit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) bagi Peserta baru, diatur dengan ketentuan sebagai berikut: a. pada hari pertama keikutsertaan Peserta, nilai minimum Prefund Debit yang harus disediakan yaitu sebesar Rp0,00 (nol rupiah); b. pada hari kerja berikutnya di bulan yang sama dengan tanggal keikutsertaan Peserta, nilai minimum Prefund Debit yang harus disediakan oleh Peserta ditetapkan berdasarkan netting hasil kliring harian Layanan Kliring Warkat Debit dan Layanan Penagihan Reguler yang bersaldo debit (negatif) terbesar Peserta pada hari kerja sebelumnya sejak tanggal efektif kepesertaan; dan
8 c. nilai minimum Prefund Debit untuk bulan berikutnya ditetapkan sesuai dengan data historis yang dimiliki Peserta sebagai berikut: 1. dalam hal hari pertama keikutsertaan Peserta yaitu sebelum tanggal 26 maka nilai minimum Prefund Debit dihitung berdasarkan netting hasil kliring harian Layanan Kliring Warkat Debit dan Layanan Penagihan Reguler yang bersaldo debit (negatif) terbesar Peserta pada bulan sebelumnya sejak tanggal efektif kepesertaan; atau 2. dalam hal hari pertama keikutsertaan Peserta yaitu setelah tanggal 26 maka nilai minimum Prefund Debit dihitung berdasarkan netting hasil kliring harian Layanan Kliring Warkat Debit dan Layanan Penagihan Reguler yang bersaldo debit (negatif) terbesar Peserta pada hari kerja sebelumnya sejak tanggal efektif kepesertaan. Pasal 9 Perhitungan minimum Prefund Debit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) bagi Peserta yang melakukan penggabungan atau peleburan usaha, diatur dengan ketentuan sebagai berikut: a. sejak tanggal efektif penggabungan atau peleburan usaha sampai dengan akhir bulan yang bersangkutan, nilai minimum Prefund Debit yang harus disediakan yaitu sebesar total nilai minimum Prefund Debit dari Peserta yang melakukan penggabungan atau peleburan usaha, yang telah ditetapkan pada awal bulan ketika Peserta tersebut belum melakukan penggabungan atau peleburan usaha; dan b. nilai minimum Prefund Debit untuk bulan berikutnya ditetapkan berdasarkan jumlah netting hasil kliring harian Layanan Kliring Warkat Debit dan Layanan Penagihan Reguler yang bersaldo debit (negatif) terbesar, dalam bulan sebelumnya terhitung sejak tanggal efektif penggabungan atau peleburan usaha.
9 Pasal 10 Perhitungan minimum Prefund Debit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) yang wajib disediakan oleh Peserta yang melakukan perubahan kegiatan usaha dari konvensional menjadi berdasarkan prinsip syariah dilakukan dengan berdasarkan data historis nilai minimum Prefund Debit sebelum perubahan kegiatan usaha dilakukan. Pasal 11 (1) Peserta yang tidak memenuhi kewajiban penyediaan minimum Prefund Debit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a, pada hari yang sama harus melakukan hal sebagai berikut: a. menyampaikan surat pernyataan kepada Penyelenggara mengenai tidak dipenuhinya kewajiban penyediaan minimum Prefund Debit; dan b. sebelum surat pernyataan sebagaimana dimaksud dalam huruf a disampaikan, Peserta terlebih dahulu menyampaikan informasi segera kepada Penyelenggara mengenai tidak dipenuhinya kewajiban penyediaan minimum Prefund Debit beserta alasannya, melalui faksimile dan/atau sarana lainnya. (2) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus ditandatangani oleh pimpinan atau pejabat yang berwenang dan memiliki spesimen tanda tangan di Penyelenggara. (3) Surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a mengacu pada format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini.
10 BAB IV TATA CARA PENYEDIAAN PREFUND KREDIT Pasal 12 (1) Peserta wajib menyediakan Prefund Kredit paling sedikit sebesar jumlah dari hasil netting Layanan Transfer Dana yang bersaldo debit (negatif) dan hasil netting Layanan Pembayaran Reguler yang bersaldo debit (negatif). (2) Dalam hal Prefund Kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) belum memenuhi jumlah kewajiban penyediaan Prefund sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peserta wajib melakukan penambahan Prefund Kredit. Pasal 13 (1) Mekanisme penyediaan Prefund Kredit untuk masingmasing Peserta diatur sebagai berikut: a. penyediaan Prefund Kredit dilakukan oleh Peserta yang bersangkutan, untuk PLU; dan b. penyediaan Prefund Kredit dilakukan oleh PLU yang menjadi Bank Pembayar dari PLA yang bersangkutan, untuk PLA. (2) Penyediaan Prefund Kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement dengan cara melakukan transfer dana dari Rekening Setelmen Dana PLU atau Rekening Setelmen Dana Bank Pembayar ke rekening milik Penyelenggara dengan mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai penyelenggaraan Sistem Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement. BAB V PENGEMBALIAN PREFUND Pasal 14 (1) Penyelenggara mengembalikan saldo Prefund yang tidak digunakan dalam perhitungan Layanan Transfer Dana,
11 Layanan Kliring Warkat Debit, Layanan Pembayaran Reguler, dan/atau Layanan Penagihan Reguler. (2) Saldo Prefund Debit dikembalikan oleh Penyelenggara ke Rekening Setelmen Dana PLU. (3) Saldo Prefund Kredit dikembalikan oleh Penyelenggara ke Rekening Setelmen Dana PLU atau Rekening Setelmen Dana Bank Pembayar. (4) Periode pengembalian saldo Prefund Kredit dan Prefund Debit mengacu pada Periode Waktu Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I. BAB VI SANKSI Pasal 15 (1) Peserta yang tidak memenuhi kewajiban penyediaan minimum Prefund Debit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a, dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah). (2) Pengenaan sanksi administratif berupa kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Penyelenggara dengan mendebit Rekening Setelmen Dana Peserta paling lama pada 1 (satu) hari kerja berikutnya. (3) Peserta yang dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap dapat ikut serta dalam Layanan Kliring Warkat Debit dan Layanan Penagihan Reguler. (4) Apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peserta tidak memenuhi kewajiban penyediaan minimum Prefund Debit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a sebanyak 6 (enam) kali, Peserta dapat dikenakan sanksi berupa penurunan status kepesertaan dari aktif menjadi ditangguhkan.
12 (5) Penyelenggara dapat mengubah kembali status Peserta dari ditangguhkan menjadi aktif berdasarkan kebijakan Penyelenggara. (6) Penyelenggara menginformasikan perubahan status Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) kepada: a. Peserta yang bersangkutan melalui surat; b. seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message dan/atau sarana lainnya; dan c. koordinator pertukaran warkat debit yang di wilayah kerjanya terdapat perwakilan Peserta melalui surat atau sarana lainnya. Pasal 16 (1) Dalam hal Peserta tidak mampu memenuhi kewajiban penyediaan minimum Prefund Debit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf a, Peserta dikenakan sanksi administratif berupa penurunan status kepesertaan dari aktif menjadi ditangguhkan. (2) Penyelenggara dapat mengubah kembali status Peserta dari ditangguhkan menjadi aktif apabila Peserta dapat memenuhi kembali kewajiban penyediaan minimum Prefund Debit. (3) Penyelenggara menginformasikan perubahan status Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kepada: a. Peserta yang bersangkutan melalui surat; b. seluruh Peserta melalui fasilitas administrative message dan/atau sarana lainnya; dan c. koordinator pertukaran warkat debit yang di wilayah kerjanya terdapat perwakilan Peserta melalui surat atau sarana lainnya. Pasal 17 (1) Peserta yang tidak melakukan penambahan Prefund Debit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b yang menyebabkan:
13 a. DKE Warkat Debit tidak diperhitungkan dalam Layanan Kliring Warkat Debit; atau b. DKE Penagihan tidak diperhitungkan dalam Layanan Penagihan Reguler, dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) per 1 (satu) hari kerja. (2) Peserta yang tidak melakukan penambahan Prefund Kredit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 yang menyebabkan: a. DKE Transfer Dana tidak diperhitungkan dalam Layanan Transfer Dana; atau b. DKE Pembayaran tidak diperhitungkan dalam Layanan Pembayaran Reguler, dikenakan sanksi administratif berupa kewajiban membayar sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) per 1 (satu) hari kerja. (3) Pengenaan sanksi administratif berupa kewajiban membayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan dengan mendebit Rekening Setelmen Dana Peserta atau Rekening Setelmen Dana Bank Pembayar, paling lama pada 1 (satu) hari kerja berikutnya. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Pada saat Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku, Bab V dan Bab XVII huruf B Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/7/DPSP tanggal 2 Mei 2016 perihal Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/40/DPSP tanggal 30 Desember 2016, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
14 Pasal 19 Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2019. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan penempatan Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 29 Desember 2017 ANGGOTA DEWAN GUBERNUR, SUGENG
PENJELASAN ATAS PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/21/PADG/2017 TENTANG PENYEDIAAN PREFUND DALAM PENYELENGGARAAN TRANSFER DANA DAN KLIRING BERJADWAL OLEH BANK INDONESIA I. UMUM Untuk menjaga keamanan dan kelancaran Penyelenggaraan Transfer Dana dan Kliring Berjadwal oleh Bank Indonesia serta mendukung pelaksanaan prinsip no money no game, diperlukan adanya penyediaan dana Prefund oleh masing-masing Peserta. Oleh karena penyediaan Prefund oleh Peserta memiliki dampak terhadap likuiditas Peserta maka pengaturan mengenai kewajiban penyediaan Prefund oleh Peserta selain dilakukan dengan memperhatikan aspek keamanan juga perlu mempertimbangkan aspek efisiensi penyediaan dana. Penetapan jenis Prefund yang disediakan oleh Peserta dan formula perhitungan penyediaan minimum Prefund debit akan mendukung terselenggaranya penyelenggaraan SKNBI yang semakin lancar, aman, dan efisien. Penyediaan Prefund Debit dalam bentuk dana tunai (cash Prefund) dimaksudkan untuk meningkatkan kelancaran, keamanan, dan efisiensi dalam pengelolaan dana oleh Peserta. Dengan demikian tidak dikenal lagi penyediaan Prefund Debit dalam bentuk surat berharga (collateral Prefund).
2 II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Ayat (1) Kewajiban Prefund Kredit oleh PLU termasuk untuk memenuhi kewajiban Prefund Kredit bagi PTL apabila PLU yang bersangkutan bertindak sebagai Bank Penerus. Ayat (2) Pasal 4 Pasal 5 Ayat (1) Yang dimaksud dengan netting Layanan Kliring Warkat Debit adalah selisih antara jumlah total nominal DKE Warkat Debit keluar yang tidak diretur oleh Peserta lain dan didukung oleh dana yang cukup (confirmed outgoing) dengan jumlah total nominal DKE Warkat Debit masuk (incoming) yang tidak diretur. Yang dimaksud dengan netting Layanan Penagihan Reguler adalah selisih antara jumlah total nominal DKE Penagihan keluar yang tidak diretur oleh Peserta lain dan didukung oleh dana yang cukup (confirmed outgoing) dengan jumlah total nominal DKE Penagihan masuk (incoming) yang tidak diretur. Ayat (2) Pasal 6
3 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Yang dimaksud dengan Peserta yang melakukan penggabungan adalah Peserta yang menggabungkan diri dan Peserta yang menerima penggabungan. Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Ayat (1) Yang dimaksud dengan netting Layanan Transfer Dana adalah selisih antara jumlah total nominal DKE Transfer Dana masuk yang didukung oleh dana yang cukup (confirmed incoming) dengan jumlah total nominal DKE Transfer Dana keluar (outgoing). Yang dimaksud dengan netting Layanan Pembayaran Reguler adalah selisih antara jumlah total nominal DKE Pembayaran masuk yang didukung oleh dana yang cukup (confirmed incoming) dengan jumlah total nominal DKE Pembayaran keluar (outgoing). Ayat (2) Pasal 13 Ayat (1) Huruf a Penyediaan Prefund Kredit oleh PLU dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban PLU yang bersangkutan dan PTL dalam hal PLU tersebut menjadi Bank Penerus PTL yang bersangkutan.
4 Huruf b Ayat (2) Pasal 14 Pasal 15 Ayat (1) Peserta yang dikenakan sanksi kewajiban membayar adalah Peserta yang tidak menyediakan Prefund Debit karena kelalaian Peserta. Ayat (2) Ayat (3) Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19