TINJAUAN PUSTAKA. Universitas Sumatera Utara

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain :

TINJAUAN PUSTAKA. Lintang Utara, Lintang Selatan, Bujur Timur dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

PENDAHULUAN. ini harus berani bekerja keras guna meningkatkan dan melipat gamdakan produksi

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai penopang pembangunan. Sektor pertanian meliputi subsektor

DAFTAR RENCANA UMUM KEGIATAN ( R.U.P )

TINJAUAN PUSTAKA. bunting. Produksi daging kambing di Indonesia pada tahun 2003 sebesar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Prawirokusumo (1990) ilmu usaha tani memperlajari bagaimana membuat dan

IDENTIFIKASI LOKASI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

2.1 KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN MENURUT RTRW. spasial dalam pengembangan wilayah dan kota yang dibentuk atas dasar kesepakatan

PENDAHULUAN. Pelaksanaan kegiatan Kajian Pengembangan Sarana Transportasi Pedesaan

RINCIAN DANA ALOKASI DANA DESA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN ANGGARAN 2016

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi Lintang Utara,

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

RINCIN DANA DESA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN ANGGARAN Alokasi Berdasarkan Formula Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Miskin Luas Wilayah IKG

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Peternakan adalah kegiatan usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam biotik

TINJAUAN PUSTAKA. manusia sebagai sumber penghasil daging, susu, tenaga kerja dan kebutuhan manusia

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan itu adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan manusia. Untuk meningkatkan produktivitas ternak

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB 5 PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 9 TAHUN 2008

PENDAHULUAN. penduduk suatu Negara (Todaro, 1990).

GAMBARAN UMUM WILAYAH PERENCANAAN

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

Katalog BPS :

GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI. wilayah Kabupaten Deli Serdang. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu

ANALISA DAN RENCANA PENGEMBANGAN. secara garis besar kebutuhan transportasi di Kabupaten Serdang Bedagai dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN SERDANG BEDAGAI. BPS-Statistics of Serdang Bedagai Regency

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013 sebanyak 78,3 ribu rumah tangga

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

Hasan Basri Tarmizi*, Safaruddin**

BAB II. Gambaran Umum Wilayah Perencanaan 2.1 GAMBARAN UMUM KABUPATEN SERDANG BEDAGAI KEADAAN GEOGRAFI

III KERANGKA PEMIKIRAN

MINAT PETERNAK UNTUK MENGEMBANGKAN TERNAK SAPI DI KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus : Kecamatan Sungai Bahar Kabupaten Muaro Jambi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

4.1. Kebijaksanaan Pengembangan Tata Ruang Wilayah. Kebijaksanan tata ruang Kabupaten Serdang Bedagai meliputi beberapa prinsip dasar, yaitu :

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

III KERANGKA PEMIKIRAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara Negara arab seperti : Arab Saudi,Iran, Irak dll. pasar yang demikian potensial untuk dimasuki oleh para produsen makanan.

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

TINJAUAN PUSTAKA. Sektor peternakan adalah sektor yang memberikan kontribusi tinggi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal hal

BAB I PENDAHULUAN. yang strategis karena selain hasil daging dan bantuan tenaganya, ternyata ada

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. berubah, semula lebih banyak penduduk Indonesia mengkonsumsi karbohidrat namun

KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Domba. karena pakan utamanya adalah tanaman atau tumbuhan. Meski demikian domba

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian suatu Negara sangat ditunjang oleh berkembangnya usaha

ANALISIS DAYA DUKUNG PAKAN UNTUK PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG DI KECAMATAN TANJUNG RAYA KABUPATEN AGAM SKRIPSI. Oleh : AHMAD ZEKI

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

III KERANGKA PEMIKIRAN

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

4.1 ANALISA KESESUAIAN LAHAN

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2001

I PENDAHULUAN. terhadap pembangunan perekonomian Indonesia. Kebutuhan protein hewani dari

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA TERNAK SAPI POTONG DI DESA MANGKAI LAMA KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATUBARA PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para

I. PEDAHULUAN. sekitar 2-5 ekor ternak per rumah tangga peternak (RTP). Skala yang kecil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

Konsep Usahatani Terpadu : Tanaman Pangan dan Ternak FAKULTAS PETERNAKAN

TINJAUAN PUSTAKA. seluruh uang atau hasil material lainnya yang dicapai dari penggunaan kekayaan

TINJAUAN KEBIJAKAN 2-1

ANALISIS USAHA TERNAK ITIK PETELUR Studi Kasus Kec. Bandar Khalifah Kab. Serdang Bedagai

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. a) Peternakan rakyat dengan cara pemeliharaan yang tradisional. sedang kotorannya dipakai sebagai pupuk.

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA

Domba merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak ruminansia kecil, hewan pemamahbiak dan merupakan hewan mamalia yang menyusui anaknya. Di samping penghasil daging yang baik, domba dan kambing juga menghasilkan kulit yang dapat di manfaatkan untuk berbagai macam keperluan industri kulit (Cahyono, 1998). Keberhasilan usaha peternakan domba tidak terbatas pada usaha pengembangan populasi ternak yang dipelihara. Perawatan dan pengawasan terhadap kemungkinan serangan penyakit perlu mendapat perhatian yang serius. Penyakit yang sulit di tanggulangi atau di sembuhkan serta berbahaya bagi ternak yang lain harus di jauhkan. Dari segi ekonomi, apabila biaya pengobatan lebih tinggi daripada nilai ternaknya, maka dianjurkan di jual sebagai ternak potong (Sodiq dan Abidin, 2002). Kecamatan Perbaungan merupakan salah satu daerah penyebaran populasi ternak di Kabupaten Serdang Bedagai yang berpotensi untuk dikembangkanya populasi ternak domba menjadi lebih baik lagi karena kawasan tersebut termasuk salah satu wilayah di Propinsi Sumatera Utara yang perkembangan populasi ternak dombanya pada tahun 2009 di Kecamatan Perbaungan mencapai 4.218. (Badan Pusat Statistik, 2009).

Tabel 1. Populasi Ternak Domba di Kabupaten Serdang Bedagai dalam Kecamatan No Kecamatan Luas Wilayah(km 2 ) Jumlah domba Ternak Jumlah KK Kepadatan domba/kk 1 Perbaungan 111,620 4.218 923 4,569 2 Teluk Mengkudu 66,950 3.384 655 5,166 3 Pegajahan 93,120 2.420 317 7,634 4 Sipispis 145,259 2.273 238 9,550 5 Pantai Cermin 80,296 1.615 540 2,990 6 Serbajadi 50,690 1.570 452 3,473 7 Dolok Masihul 237,417 1.293 227 5,696 8 Sei Rampah 198,900 1.254 337 3,721 9 Bintang Bayu 95,586 832 136 6,117 10 Kotarih 78,024 664 113 5,876 11 Tebing Tinggi 182,291 617 270 2,285 12 Sei Bamban 72,260 590 610 0,967 13 Tebing Syahbandar 120,297 506 295 1,175

14 Bandar Khalifah 116,000, 410 232 1,767 15 Tanjung Beringin 74,170 158 516 0,306 16 Silinda 56,740 150 178 0,842 17 Dolok Merawan 120,600 112 156 0,717 Sumber : Badan Pusat Statistik (2009) Tabel 2. Populasi Ternak Domba di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai No Desa Luas Desa ( Ha) Jumlah domba Ternak Jumlah KK Kepadatan domba/kk 1 Sei Sijenggi 292 521 114 4,570 2 Tanjung Buluh 729 497 112 4,438 3 Suka Beras 350 400 190 2,105 4 Deli Muda Hilir 643 469 243 1,930 5 Cinta Air 352 456 321 1,420 6 Lubuk Bayas 487 519 512 1,013 7 Pematang Tatal 232 352 425 0,828 8 Lubuk Cemara 260 247 308 0,801

9 Lubuk Rotan 365 385 520 0,740 10 Melati I 105 273 402 0,679 11 Lubuk Dendang 175 156 294 0,530 12 Adolina 1.723 135 290 0,465 13 Suka Jadi 445 320 887 0,360 14 Sei Buluh 83 264 808 0,326 15 Kesatuan 291 165 558 0,295 16 Tanah Merah 361 168 638 0,263 17 Kota Galuh 308 216 830 0,260 18 Melati II 1.180 261 1.027 0,254 19 Jumbur Pulau 274 233 943 0,247 20 Pematang Sijanom 4.710 237 1.425 0,166 21 Batang Terap 471 180 937 0,192 22 Sungai Naga Lawan 871 98 672 0,145 23 Lidah Tanah 638 92 965 0,095 24 Bengkel 145 87 990 0,087 25 Tualang 568 110 2.067 0,053 26 Cintaman Jernih 1.620 90 1.715 0,052 27 Simpang Tiga Pekan 164 87 2.402 0,036 28 Deli Muda Hulu 17 122 3.493 0,034 Sumber : Badan Pusat Statistik (2009) Menurut Murtidjo (1993), potensi ekonomi ternak domba sebagai lapangan usaha memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan ternak besar lain yakni :

- Ternak domba relatif kecil dan cepat dewasa, sehingga usaha ternak domba memiliki keuntungan ekonomi yang cukup tinggi. - Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang dalam pemeliharaanya tidak memerlukan lahan yang luas. - Investasi usaha ternak domba membutuhkan modal relatif kecil - Modal usaha untuk ternak domba lebih cepat berputar dibanding dengan jenis ternak ruminansia besar yang lain. - Domba memiliki sifat suka bergerombol sehingga memudahkan dalam pemeliharaanya. Usaha Peternakan Rakyat Usaha peternakan rakyat mempunyai ciri-ciri antara lain: skala usaha kecil dengan cabang usaha, teknologi sederhana, produktivitas rendah, mutu produk kurang terjamin, belum sepenuhnya berorientasi pasar dan kurang peka terhadap perubahan perubahan (Cyrilla dan Ismail, 1988). Usahatani dapat berupa usaha bercocok tanam atau memelihara ternak Pada umunya ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia berlahan sempit, permodalan terbatas, tingkat pengetahuan petani yang terbatas dan kurang dinamis, serta pendapatan petani yang rendah (Soekartawi et al, 1986). Usaha ternak domba merupakan pelengkap yang baik pada usaha pertanian tanaman pangan dengan pemanfaatan bahan-bahan yang mungkin tidak dipergunakan dan penyerapan kelebihan tenaga kerja pada kebanyakan keluarga tani, walaupun begitu usaha ini mampu memberikan fungsi sosial yang sangat penting. Ternak domba berfungsi sebagai sumber dana untuk pendidikan anggota keluarga tani dan sebagai pemenuhan kebutuhan yang sifatnya mendesak (Suradisastra, 1993).

Pengembangan domba sebagai salah satu ternak potong masih banyak mengalami hambatan karena pemeliharaan domba dan kambing masih dilakukan secara tradisional. Pemberian pakannya hanya sekedarnya tanpa memperhitungkan kebutuhan standar gizi. Bahkan sering dijumpai domba dan kambing dilepas begitu saja untuk mencari makan sendiri. Tatalaksana program pemeliharaanya tidak baik dan kandangnya hanya di buat sekedar tempat berlindung dari terik matahari disiang hari dan dingin di malam hari (Cahyono, 1998). peternak yaitu : Beberapa karakteristik sosial ekonomi peternak yang diduga berpengaruh terhadap pendapatan a. Pengalaman Beternak Pengalaman seseorang dalam berusahatani berpengaruh terhadap penerimaan inovasi dari luar. Dalam melakukan penelitian, lamanya pengalaman diukur mulai sejak kapan peternak itu aktif secara msndiri mengusahakan usahataninya tersebut sampai diadakan penelitian (Fauzia dan Tampubolon, 1991). Mnurut Abidin dan Simanjuntak (1997), faktor penghambat berkembangnya peternakan pada suatu daerah tersebut dapat berasal dari faktor-faktor topografi, iklim, keadaan social, tersedianya bahan-bahan makanan rerumputan dan penguat. Disamping itu faktor pengalaman yang dimiliki peternak masyarakat sangat menentukan pula berkembangnya peternakan didaerah itu. b. Tingkat Pendidikan Model pendidikan yang digambarkan dalam pendidikan petani bukan pendidikan formal yang acap kali mengasingkan pertanian dan realitas. Pendidikan petani yang dikembangkan adalah pendidikan yang memungkinkan tiap-tiap pribadi berkontak dengan orang lain, pekerjaan dan dengan dirinya sendiri (kebutuhan, perasaan, dorongan, saling memberi dan menrima, berbicara dan

mendengarkan). Model pendidikan ini mempunyai ideal yang mengarah pada suatu sasaran agar petani mempunyai mentalitas yang baik yang disertai dengan penguasaan majemen dasar serta memiliki skill dalam praktek bertani, yang akhirnya membawa petani untuk memperoleh produksi yang optimal. Produksi yang optimal tentu merupakan suatu langkah penting untuk memenuhi kebutuhan (Wiryono, 1997). Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya. Keterbatasan keterampilan/pendidikan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja (Ahmadi, 2003). Menurut Soekartawi (1986), menyatakan bahwa tingkat pendidikan peternak cenderung mempengaruhi cara berpikir dan tingkat penerimaan mereka terhadap inovasi dan teknologi baru. Peternak yang tingkat pendidikannya lebih tinggi seharusnya dapat meningkatkan lebih besar pendapatan peternak namun kenyataan di lapangan berbeda seperti yang telah diuraikan diatas karena pada dasarnya pernak yang ada di daerah peneltian masih tergolong berpendidikan rendah. c. Umur/usia Semakin muda usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi Chamdi (2003). d. Sistem Pemeliharaan Sistem pemeliharaan intensif yaitu domba yang dipelihara dilakukan secara intensif dengan membutuhkan perhatian penuh dari pemiliknya, berupa kegiatan rutin sehari-hari dan kegiatan insidental. Seumur hidup ternak berada di kandang dan tidak bisa berkeliaran kemana-mana (Mulyono dan Sarwono,2007).

Sistem pemeliharaan semi intensif adalah kegiatan pemeliharaan ternak domba dengan sistem pengembalaan yang dilakukan secara teratur dan baik.dalam kondisi tertentu, pemilik sudah mulai menaruh perhatian terhadap ternak domba yang dipeliharanya, terutama ketika ternak akan melahirkan dan digemukan untuk dipotong dengan mengurung ternak domba selama sehari penuh. Dalam hal ini pemilik sudah mulai menjaga kebersihan kandang dan memberikan obat-obatan/konsentrat sebagai tambahan makanan (Mulyono dan Sarwono,2007). Sistem pemeliharaan ekstensif merupakan beternak domba secara tradisional yaitu campur tangan peternak terhadap ternak peliharaanya hampir tidak ada. Domba dilepas begitu saja dan pergi mencari pakan sendiri di lapangan pengembalaan, pinggiran hutan atau tempat lain yang banyak ditumbuhi rumput dan sumber pakan. Sesuai dengan habitat aslinya, domba menyukai pakan dari tanaman di daerah perbukitan (Mulyono dan Sarwono,2007). Skala Pemilikan Menurut Sodiq dan Abidin (2002), berdasarkan skala usaha dan tingkat pendapatan peternak usaha peternakan di klasifikasikan sebagai berikut: 1. Peternakan sebagai usaha sambilan. Yaitu: tingkat pendapatan petani dari usaha ternaknya tidak lebih tinggi dari 30% total pendapatanya. 2. Peternakan sebagai cabang usaha.

Yaitu : petani mengusahakan pertanian campuran (mixed farming) dengan usaha ternak sebagai cabang usaha lainya, pendapatan petani berkisar antara 30%-70% dari total pendapatan usaha ternak secara keseluruhan. 3. Peternakan sebagai usaha pokok. Yaitu: usaha ternak menjadi usaha pokok, sedangkan usaha tani lainya hanya sebagai sambilan. Tingkat pendapatan petani berkisar antara 70%-100% dari usaha ternak. 4. Peternakan sebagai usaha industri. Yaitu: usaha peternakan sudah menjadi suatu usaha pemeliharaan ternak dengan komoditas ternak terpilih (specialiced farming) dengan tingkat pendapatan mencapai 100%. Pendapatan Usaha Ternak Menurut Boediono (1998), biaya mencakup suatu pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas yang bertujuan mencari keuntungan. Berdasarkan volume kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya adalah nilai dari semua pengorbanan ekonomis yaitu semua hal yang harus dikeluarkan untuk membuat suatu produk, yang diperlukan, yang tidak dapat dihindarkan, dapat diperkirakan, dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk (Cyrilla dan Ismail, 1988). Biaya tetap (fixed cost) adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tetap pada volume kegiatan tertentu, sedangkan biaya variabel (variabel cost) adalah biaya yang jumlah totalnya berubah ubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan (Widjaja, 1999 ).

Asuransi, perbaikan rutin, pajak dan bunga modal termasuk kedalam biaya tetap, sedangkan pakan, pupuk, bibit, obat obatan, bahan bakar dan kesehatan ternak termasuk biaya tidak tetap (Kay dan Edward, 1994). Soeharjo dan Patong (1973), menyebutkan bahwa dalam analisis pendapatan diperlukan dua keterangan pokok yaitu keadaan penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Selanjutnya disebutkan bahwa tujuan analisis pendapatan adalah untuk menggambarkan keadaan sekarang dan keadaan yang akan datang dari kegiatan usaha. Dengan kata lain analisis pendapatan bertujuan untuk mengukur keberhasilan suatu usaha. Analisis usaha Analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu usaha ternak komersil. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang di hadapi. Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha ternak tersebut. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik menambah cabang usaha atau memperbesar skala usaha. Hernanto (1996), menyatakan bahwa analisis usaha dimaksudkan untuk mengetahui kinerja usaha secara menyeluruh. Ada tiga laporan utama yang berkaitan dengan analisis usaha yaitu : (1) arus biaya dan penerimaan (cash flow), yaitu berupa biaya operasional (2) neraca (balance sheet), yaitu berupa harta, utang dan modal (3) pertelaan pendapatan (income statement), yaitu menyangkut laporan laba-rugi berupa pendapatan dikurangi dengan beban (biaya).

Pendapatan (income statement) lebih menunjukkan kepada sumber-sumber penerimaan dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk mencapai penerimaan tersebut. Berdasarkan data tersebut dapat diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana riil untuk periode selanjutnya. Menurut Suharno dan Nazaruddin (1994), gambaran mengenai usaha ternak yang memilki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya. Analisis usaha juga dapat memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan, penggunaan modal, besar biaya untuk bibit, pakan, kandang serta lamanya modal akan kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh. Analisis pendapatan berfungsi untuk mengukur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat di tingkatkan atau tidak. Kegiatan usaha dikatakan berhasil apabila pendapatanya memenuhi syarat cukup untuk memenuhi semua sarana produksi. Analisis usaha tersebut merupakan keterangan yang rinci tentang penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu tertentu (Aritonang, 1993).