JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-7 Online di :

dokumen-dokumen yang mirip
Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman Online di :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL JURNAL KAJIAN HUBUNGAN ANTARA KUALITAS AIR DAN PRODUKTIVITAS BUDIDAYA IKAN NILA DI DANAU LIMBOTO KABUPATEN GORONTALO

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

The Vertical Profile of Nitrate in the Lacustrine and Transition Zone Koto Panjang Reservoir Kampar District Riau Province ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

I. PENDAHULUAN. menjalankan aktivitas budidaya. Air yang digunakan untuk keperluan budidaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

I. PENDAHULUAN. Waduk adalah wadah air yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

Profil Vertikal Fosfat di Waduk Bandar Kayangan Lembah Sari Kelurahan Lembah Sari Kabupaten Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus - September Tahapan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI DAN HUBUNGAN ARUS TERHADAP SEBARAN DAN FLUKTUASI NUTRIEN (N DAN P) DI PERAIRAN KALIANGET KABUPATEN SUMENEP

3. METODE PENELITIAN

The Vertical Profile of Phosphate on the Baru Lake in Buluh Cina Village Siak Hulu Subdistrict Kampar District. Oleh. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Hidup PP no 82 tahun 2001 yang dimaksud dengan polusi atau pencemaran

PENGGUNAAN PROBIOTIK DALAM PROSES PELAPUKAN ECENG GONDOK (EICHHORNIA SP.) PADA TERBENTUKNYA BAHAN ORGANIK, NITRAT DAN FOSFAT (SKALA LABORATORIUM)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Juli 2014 untuk

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

Gambar 4. Peta Rata-Rata Suhu Setiap Stasiun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pesat khususnya di kota-kota besar,

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisa kesesuaian lahan perairan Abalon ini

3. METODE PENELITIAN

KESESUAIAN KUALITAS AIR KERAMBA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI DANAU SENTANI DISTRIK SENTANI TIMUR KABUPATEN JAYAPURA PROVINSI PAPUA

METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Pelaksanaan Penelitian Penentuan stasiun

ANALISIS KADAR NITRAT DAN KLASIFIKASI TINGKAT KESUBURAN DI PERAIRAN WADUK IR. H. DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA

TINJAUAN PUSTAKA. bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

BAB I PENDAHLUAN 1.1. Latar Belakang

F. MIPA. UNDIP. ABSTRAK

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PERAIRAN KECAMATAN MANTANG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU UNTUK KEGIATAN BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

STUDI LAJU DEOKSIGENASI PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG UNTUK RUAS SILIWANGI - ASIA AFRIKA, BANDUNG

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

Abstract. Keywords: Koto Panjang reservoir, phosphate, lacustrine and transition

III. METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian analisis kesesuaian perairan untuk budidaya

PENDAHULUAN. hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya (Effendi, 2003).

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan kimia. Secara biologi, carrying capacity dalam lingkungan dikaitkan dengan

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia mengakibatkan bertambahnya limbah yang masuk ke lingkungan. Limbah

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

EFEKTIFITAS SISTEM AKUAPONIK DALAM MEREDUKSI KONSENTRASI AMONIA PADA SISTEM BUDIDAYA IKAN ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA. tidak dimiliki oleh sektor lain seperti pertanian. Tidaklah mengherankan jika kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

ANALISIS KESUBURAN PERAIRAN SEKITAR MUARA SUNGAI TUNTANG, MORODEMAK BERDASARKAN HUBUNGAN ANTARA NILAI PRODUKTIVITAS PRIMER DENGAN NO 3 dan PO 4

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. memonitor kualitas perairan (Leitão, 2012), melalui pemahaman terhadap siklus

TINJAUAN PUSTAKA. adanya aliran yang cukup kuat, sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan objek penelitian ini berada di Teluk Cikunyinyi, Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TROPHIC STATE INDEX (TSI) DI HABITAT RAJUNGAN (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) PANTAI BETAHWALANG, KABUPATEN DEMAK

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab V Hasil dan Pembahasan

KAJIAN SEBARAN SPASIAL PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN PADA MUSIM TIMUR DI PERAIRAN TELUK SEMARANG

The Vertical Profile Of Nitrate and Orthophosphate in Pinang Luar Oxbow Lake Buluh China Village Siak Hulu Sub District Kampar District Riau Province

BAB I PENDAHULUAN. budidaya, masyarakat sekitar danau sering melakukan budidaya perikanan jala

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

Water quality of Parit Belanda River based on physical-chemical parameters, Rumbai Pesisir District, Pekanbaru City, Riau Province.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MANAJEMEN KUALITAS AIR

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River)

BAB III METODE PENELITIAN

DISTRIBUSI OKSIGEN TERLARUT DAN BEBERAPA FAKTOR FISIKA DAN KIMIA PERAIRAN PENTING DI DANAU LINDU SULAWESI TENGAH 1. Vipen Adiansyah 2 & Samuel 2

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Teluk Ratai Kabupaten Pesawaran,

PENGECEKAN KUALITAS AIR PADA ALIRAN SEKITAR KOLAM CIPARANJE

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut (DO; Dissolved Oxygen Sumber DO di perairan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BY: Ai Setiadi FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSSITAS SATYA NEGARA INDONESIA

Transkripsi:

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 1, Nomor 1, Tahun 2012, Halaman 1-7 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/maquares STRATIFIKASI VERTIKAL NO 3 -N DAN PO 4 -P PADA PERAIRAN DI SEKITAR ECENG GONDOK (Eichornia crassipes Solms) DENGAN LATAR BELAKANG PENGGUNAAN LAHAN BERBEDA DI RAWA PENING *) Penulis Penanggung Jawab Galin Dian Rovita, Pujiono Wahyu Purnomo dan Prijadi Soedarsono*) Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedharto, SH, Tembalang Semarang. 50275 Telp/Fax (024) 7474698 Abstrak Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2012 di Rawa Pening. Stasiun yang digunakan untuk penelitian yaitu Stasiun I pada lingkungan KJA (Karamba Jaring Apung) dan Stasiun II pada lingkungan pengambilan Eceng Gondok. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gradien perubahan NO 3 -N dan PO 4 -P secara vertikal dan horizontal dari aktivitas KJA dan pengambilan Eceng Gondok dan untuk mengetahui status kesuburan perairan berdasarkan gradien NO 3 -N dan PO 4 -P di sekitar lingkungan tersebut. Metode sampling menggunakan metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan konsentrasi NO 3 -N dan PO 4 -P pada kedua lingkungan tidak dipengaruhi oleh jarak maupun kedalaman perairan. Kandungan rata-rata NO 3 -N di lingkungan KJA lebih tinggi dibandingkan pada lingkungan pengambilan Eceng Gondok, sedangkan kandungan rata-rata PO 4 -P di lingkungan pengambilan Eceng Gondok lebih tinggi dibandingkan di lingkungan KJA. Kondisi lingkungan KJA berdasarkan konsentrasi NO 3 -N cenderung mesotrofik, sedangkan di lingkungan pengambilan Eceng Gondok cenderung oligotrofik. Kondisi lingkungan dikedua lokasi berdasarkan konsentrasi PO 4 -P cenderung eutrofik. Kata kunci: NO 3 -N, PO 4 -P, Eceng Gondok, Rawa Pening Abstract The research was done in Mei to Juli 2012 in Rawa Pening. Station used for research that is Station 1 at environment of floating net cages and Station 2 at environment cutting of Water Hyacinth. This research aim to know gradien change of NO 3 -N and PO 4 -P vertically and horizontal of activity in floating net cages and in cutting of Water Hyacinth as well as to know status fertility of territorial water pursuant to NO 3 -N gradien and PO 4 -P gradien around environment. Sampling method use method of purposive sampling. Result of research show NO 3 -N concentration and PO 4 -P concentration at both environment do not influence by distance and also deepness of territorial water. Mean NO 3 -N content in environment of floating net cages higher compared to at environment cutting of Water Hyacinth, while PO 4 -P mean content in environment of cutting of Water Hyacinth compared to in environment of floating net cages. Condition of environment of floating net cages pursuant to concentration of NO 3 -N tend to mesotrofik, while in environment cutting of Water Hyacinth tend to oligotrofik. Condition of environment both of location pursuant to concentration of PO4-P tend to eutrofik. Keyword: NO 3 -N, PO 4 -P, Water Hyacinth, Rawa Pening 1. Pendahuluan Rawa Pening merupakan salah satu danau di Indonesia yang mengalami masalah penurunan kualitas air. Terdapat sembilan sub-das yang mengalir menuju Rawa Pening, dari sub-das tersebut membawa beragam polutan dalam aliran air akibat beberapa kegiatan antara lain pertanian dan aktivitas rumah tangga yang menghasilkan limbah cair. Kegiatan pertanian yang banyak menggunakan pestisida dan pupuk serta kegiatan domestik yang menghasilkan limbah detergen menyebabkan air yang mengalir ke sub-das Rawa Pening menjadi kaya akan kandungan nutrien NO 3 -N dan PO 4 -P beserta unsur lainnya. Kegiatan perikanan budidaya juga turut menyumbang dampak negatif bagi penurunan kualitas air di Rawa Pening. Banyaknya Karamba Jaring Apung (KJA) yang memanfaatkan pakan buatan sebagai pakan ikan menyebabkan peningkatan kandungan bahan organik yang dapat memicu adanya eutrofikasi. Menurut data Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Semarang dalam angka 2011, jumlah total KJA di Rawa Pening sebanyak 752 unit. Ciri-ciri fisik yang dapat dilihat akibat adanya pengkayaan nutrien dan bahan organik di Rawa Pening yaitu melimpahnya populasi tanaman Eceng Gondok (Eichornia crassipes Solms). Keberadaan Eceng Gondok tersebut menimbulkan masalah baru

Halaman 2 yang berhubungan dengan pendangkalan Rawa Pening. Warga sekitar banyak yang memanfaatkan batang Eceng Gondok untuk bahan kerajinan sehingga secara tidak langsung dapat mengurangi populasinya. Jumlah Eceng Gondok yang diambil dari Rawa Pening ±4 ton/hari. Aktivitas tersebut juga memberikan dampak negatif karena akar dan daunnya dibiarkan begitu saja, sehingga menyebabkan pendangkalan, sedimentasi dan pembusukan Sebagai sumberdaya perairan yang penting maka fenomena tersebut menimbulkan pertanyaan, yaitu apakah kondisi akumulasi bahan organik tersebut dapat bermanfaat atau tidak bagi keberlangsungan pemanfaatan sumberdaya air. Untuk itu, maka akan di evaluasi distribusi NO 3 -N dan PO 4 -P pada 2 kegiatan yang berpotensi menghasilkan materi organik. Pola perubahan dan faktor-faktor pendukung perairan dapat dijadikan bahan evaluasi tersebut. 2. Materi dan Metode Penelitian A. Materi Penelitian Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel air dari Rawa Pening yang akan diuji kandungan NO 3 - N dan PO 4 -Pnya. Beberapa variabel fisika dan kimia yang diukur secara in situ antara lain, yaitu kedalaman, kecerahan, temperatur, DO dan ph. B. Metode Penelitian, Pengolahan dan Analisis Data Metode Sampling Metode sampling menggunakan metode purposive sampling. Menurut Somantri dan Sambas (2006), purposive sampling adalah penarikan sampel yang dilakukan berdasarkan karakteristik yang ditetapkan terhadap elemen populasi target yang disesuaikan dengan tujuan dan masalah penelitian. Penggunaan metode ini berdasarkan pada pertimbangan lokasi penelitian dan parameter yang ingin diukur dalam penelitian. Sampling dilakukan dua kali dengan selang waktu tiga minggu. Lokasi sampling yaitu Stasiun I di lingkungan Karamba Jaring Apung dan Stasiun II di lingkungan pemotongan Eceng Gondok. Pengujian NO 3 -N dan PO 4 -P pada sampel air dilakukan di Balai Lingkungan Hidup (BLH), Semarang, sedangkan pengukuran variabel kualitas air dilakukan secara in situ di masing-masing stasiun penelitian. STASIUN I (KJA) Titik Sampling 1 S 07 16 11.2 E 110 26 32.5 Titik Sampling 2 S 07 16 11.7 ± 100 m E 110 26 28.3 ± 100 m Titik Sampling 3 S 07 16 16.9 E 110 26 22.7 Dasar Dasar Dasar STASIUN II (Pemotongan Eceng Gondok) Titik Sampling 1 S 07 17 59.2 E 110 25 27.2 ± 100 m Titik Sampling 2 S 07 17 56.0 E 110 25 26.7 ± 100 m Titik Sampling 3 S 07 17 47.6 E 110 25 31.3 Dasar Dasar Dasar Gambar 1. Skema Lokasi Pengambilan Sampel

Halaman 3 Analisis Kandungan NO 3 -N dan PO 4 -P Analisis kandungan NO 3 -N dan PO 4 -P diujikan di Balai Lingkungan Hidup (BLH) Semarang. Analisis tersebut menggunakan metode pengujian spektrofotometri UV/Vis. Pengukuran NO 3 -N mengacu pada acuan metode APHA 4500-NO 3-6, sedangkan untuk PO 4 -P mengacu pada acuan metode SNI 06-6988-31-2005. Sampel air dasar diambil menggunakan botol Nansen. Sampling kualitas air yaitu kedalaman, kecerahan, temperatur dan ph diukur pada masingmasing lokasi secara in situ pada lapisan permukaan dan dasar perairan. Pengukuran Variabel Kualitas Air Kedalaman diukur pada setiap titik pengambilan sampling dengan menggunakan tongkat kedalaman dengan skala 1cm. Kecerahan diukur pada setiap titik pengambilan sampling dengan menggunakan secchi disk. Temperatur dan DO diukur menggunakan DO meter dengan cara memasukan sensor ke dalam perairan kemudian ditunggu sampai skalanya stabil. ph air diukur menggunakan ph paper dengan cara mencelupkan ph paper pada sampel air, kemudian cocokan dengan skala warna ph. Evaluasi Data Evaluasi data yang digunakan terkait dengan tujuan penelitian yaitu menggunakan 2 tahap analisis data. Pertama adalah uji khi kuadrat dengan bantuan tabel kontingensi untuk mengevaluasi perbedaan sebaran nilai NO 3 -N dan PO 4 -P di lingkungan KJA dan lingkungan pemotongan Eceng Gondok. Kedua adalah uji regresi. Uji regresi linier digunakan untuk menganalisis pola degradasi beban buangan NO 3 -N dan PO 4 -P di lokasi KJA dan lokasi pemotongan Eceng Gondok, baik untuk lapisan permukaan maupun lapisan dasar perairan. Uji keberartian regresi juga dilakukan untuk mengetahui keberartian dari koefisien regresi. 3. Hasil dan Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gradien perubahan NO 3 -N dan PO 4 -P secara vertikal dan horizontal dari aktivitas KJA dan pemotongan Eceng Gondok serta untuk mengetahui status kesuburan perairan berdasarkan gradien NO 3 -N dan PO 4 -P di sekitar lingkungan KJA dan pemotongan Eceng Gondok. Gambaran Umum Lokasi Peneltian Danau Rawa Pening terletak pada Astronomi 7 4 LS - 7 30 LS dan 110 24 46 BT - 110 49 06 BT dan berada di ketinggian antara 455-465 meter di atas permukaan laut (dpl) serta dikelilingi oleh tiga Gunung, yaitu Merbabu, Telomoyo dan Ungaran. Letak Danau ini strategis karena berada di tepian jalan raya Nasional Semarang-Solo dan Semarang-Yogyakarta, serta berada di jalan antar Ambarawa-Kota Salatiga. Stasiun I yaitu KJA Tuntang terletak di dekat pemukiman warga serta berada di muara dari outlat Rawa Pening. KJA tersebut difungsikan sebagai lahan budidaya ikan, dimana kegiatan budidaya tersebut juga memberi pengaruh terhadap kualitas air disekitarnya. Disekitar KJA juga terdapat Eceng Gondok yang tumbuh subur mengelilingi karamba. Titik 1 berada tepat di pinggir dari KJA tersebut, kemudian titik 2 (±100m dari titik 1 ke arah tengah Rawa Pening) merupakan perairan terbuka, sedangkan titik 3 (±100m dari titik 2 ke arah tengah Rawa Pening) merupakan perairan yang terdapat banyak Eceng Gondok. Stasiun II yang merupakan salah satu lokasi pemotongan Eceng Gondok berada sedikit ke tengah perairan Rawa Pening. Lokasi tersebut merupakan tempat dimana warga mengambil batang Eceng Gondok untuk dijadikan bahan kerajinan. Kondisinya terdapat Eceng Gondok yang tumbuh subur, namun disisi lain terlihat adanya penumpukan sisa pemotongan Eceng Gondok. Titik 1 berada tepat di pinggir dari populasi Eceng Gondok yang sudah mengalami pemotongan, kemudian titik 2 (±100m dari titik 1 ke arah tengah Rawa Pening) merupakan perairan terbuka, sedangkan titik 3 (±100m dari titik 2 ke arah tengah Rawa Pening) merupakan perairan yang terdapat banyak Eceng Gondok. Gambar 2. Foto Satelit Lokasi Sampling

Halaman 4 Hasil Analisis NO 3 -N dan PO 4 -P Hasil pengukuran NO 3 -N adalah seperti diperlihatkan pada Gambar 3. Gambar 3. Diagram Batang Kandungan Rata-Rata NO 3 -N pada Lokasi Penelitian Gambar 3. menunjukan konsentrasi rata-rata NO 3 -N di perairan lokasi penelitian lebih tinggi pada lapisan dasar dengan kisaran 0,303-0,424 mg/l di lingkungan KJA dan 0,027-0,058 mg/l di lingkungan pemotongan Eceng Gondok. Hasil pengukuran PO 4 -P adalah seperti diperlihatkan pada Gambar 4. Gambar 4. Diagram Batang Kandungan Rata-Rata PO 4 -P pada Lokasi Penelitian Gambar 4. menunjukan konsentrasi rata-rata PO 4 -P di perairan lokasi penelitian lebih tinggi pada lapisan dasar dengan kisaran 0,035-0,043 mg/l di lingkungan KJA dan 0,029-0,048 mg/l di lingkungan pemotongan Eceng Gondok. Hasil Pengukuran Variabel Kualitas Air Kedalaman Hasil pengukuran variabel kedalaman adalah seperti diperlihatkan pada Gambar 5. Gambar 5. Diagram Batang Kedalaman Rata-Rata Perairan pada Lokasi Penelitian Gambar 5. menunjukan kedalaman rata-rata pada lingkungan KJA lebih rendah dibandingkan lingkungan pemotongan Eceng Gondok. KJA berada dekat dengan daratan sehingga kedalamannya rendah, sedangkan pemotongan Eceng gondok berada lebih ke tengah, dimana kedalaman di bagian tengah lebih tinggi. Kecerahan Hasil pengukuran variabel kecerahan adalah seperti diperlihatkan pada Gambar 6.

Halaman 5 Gambar 6. Diagram Batang Kecerahan Rata-Rata Perairan pada Lingkungan KJA Tuntang dan Lingkungan Pemotongan Eceng Gondok Gambar 6. menunjukan kecerahan pada lingkungan KJA berkisar antara 43,75-44,75 cm, sedangkan pada lingkungan pemotongan Eceng Gondok berkisar antara71,75-82,5 cm. Kecerahan rata-rata pada lingkungan KJA lebih rendah dibandingkan pada lingkungan pemotongan Eceng Gondok karena lokasi KJA merupakan lokasi yang dilewati aliran air yang akan keluar dari rawa pening sehingga banyak material yang ikut terbawa arus menjadikan perairan keruh. Temperatur Hasil pengukuran variabel temperatur adalah seperti diperlihatkan pada Gambar 7. Gambar 7. Diagram Batang Temperatur Perairan Rata-Rata pada Lokasi Penelitian Temperatur rata-rata pada kedua stasiun lebih tinggi di permukaan dibandingkan di dasar perairan. Kisaran temperatur pada lingkungan KJA di permukaan yaitu antara 27,81-28,34 ºC, sedangkan di dasar berkisar antara 26,17-26,48 ºC. Kisaran temperatur pada lingkungan pemotongan Eceng Gondok di permukaan yaitu antara 28,08-28,43 ºC, sedangkan di dasar berkisar antara 26,69-26,89 ºC. DO Hasil pengukuran variabel DO adalah seperti diperlihatkan pada Gambar 8. Gambar 8. Diagram Batang DO Perairan Rata-Rata pada Lokasi Penelitian Kisaran DO rata-rata pada lingkungan KJA di permukaan yaitu antara 7,22-7,52 mg/l, sedangkan di dasar berkisar antara 1,39-2,36 mg/l. Kisaran DO rata-rata pada lingkungan pemotongan Eceng Gondok di permukaan yaitu antara 4,48 5,43 mg/l, sedangkan di dasarnya berkisar antara 0,64-0,7 mg/l.

Halaman 6 ph Nilai ph secara keseluruhan yaitu 7, baik di permukaan maupun di dasar perairan pada lingkungan KJA dan lingkungan pemotongan Eceng Gondok. Nilai ph tersebut baik untuk kehidupan organisme akuatik. Menurut Effendi (2003), sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan ph dan menyukai nilai ph sekitar 7-8,5. Pembahasan Kandungan NO 3 -N pada kedua lokasi relatif tinggi pada dasar perairan dibanding permukaan perairan. Menurut Seitzinger (1988) dalam Risamasu dan Hanif (2011), di dalam sedimen, nitrat diproduksi dari biodegradasi bahan-bahan organik menjadi ammonia yang selanjutnya dioksidasi menjadi nitrat. Bahan organik di perairan yang mengandung nitrat terlarut akan mengalami proses denitrifikasi oleh bakteri anaerob. Proses denitrifikasi tidak memerlukan oksigen, namun sangat dipengaruhi oleh temperatur. Ketika suhu mencapai optimum maka laju penguraian nitrat semakin cepat. Suhu di lapisan permukaan cenderung tinggi sehingga proses denitrifikasi akan berlangsung dengan cepat. Hal tersebut menjadikan konsentrasi NO 3 -N di lapisan permukaan lebih rendah karena telah diubah menjadi gas nitrogen sebagai hasil akhirnya. Konsentrasi NO 3 -N pada lingkungan KJA lebih tinggi dari pada di lingkungan pemotongan Eceng Gondok. Hal tersebut disebabkan kegiatan budidaya menghasilkan limbah kotoran ikan dan sisa pakan yang dapat diuraikan menjadi nitrat, selain itu letak KJA Tuntang berada di dekat outlet dari Rawa Pening sehingga memungkinkan terjadinya akumulasi NO 3 -N dari aliran air yang mengarah keluar dari Rawa Pening. Menurut Erlania dkk. (2010), masukan limbah budidaya yang cukup besar ke perairan, baik yang berasal dari sisa pakan yang tidak termakan akibat cara pemberian pakan yang tidak tepat serta buangan metabolisme ikan yang dikeluarkan dalam bentuk ammoniak, urin dan bahan buangan lainnya, akan mengakibatkan meningkatnya konsentrasi nitrogen dan fosfor (dalam bentuk fosfat) di perairan. PO 4 -P di kedua stasiun tinggi terutama pada dasar perairan karena sedimen merupakan tempat penyimpanan fosfor, dimana fosfor dari organisme yang mati akan diuraikan oleh bakteri pengurai yang selanjutnya akan meningkatkan kadar fosfor di dasar air. Menurut Paytan dan McLaughlin (2007) dalam Risamasu dan Hanif (2011), senyawa fosfor yang terikat di sedimen dapat mengalami dekomposisi dengan bantuan bakteri maupun melalui proses abiotik menghasilkan senyawa fosfat terlarut yang dapat mengalami difusi kembali ke kolom air. Kandungan rata-rata PO 4 -P di lingkungan pemotongan Eceng Gondok lebih tinggi daripada lingkungan KJA. Kegiatan pemotongan Eceng Gondok menghasilkan limbah sisa pemotongan yaitu akar dan daun yang lama-kelamaan akan membusuk dan terdegradasi, kemudian tenggelam ke dasar perairan sehingga akan meningkatkan kadar nutrien di dasar perairan. Menurut Widjaja (2002), sisa dari input fosfor adalah dalam bentuk partikel yang menetap di sedimen dasar. Hasil uji terhadap perubahan NO 3 -N dan PO 4 -P antar jarak dan kedalaman dengan uji khi kuadrat dan bantuan tabel kontingensi menunjukan bahwa tidak ada ketergantungan konsentrasi NO 3 -N maupun PO 4 -P antara jarak dengan kedalaman perairan. Hal tersebut memiliki arti faktual yaitu setiap titik lokasi mempunyai ciri dan dinamika sendiri. Hasil uji khi kuadrat dengan bantuan tabel kontingensi yang menghasilkan pernyataan bahwa setiap segmen kajian adalah bebas dikuatkan oleh uji regresi. Hasil rangkuman uji regresi baik NO 3 -N maupun PO 4 -P di lingkungan KJA dan lingkungan pemotongan Eceng Gondok adalah seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Uji Pola Regresi NO 3 -N dan PO 4 -P No. Lokasi Pola Regresi R Keterangan A. Perubahan NO 3 -N dengan jarak di lingkungan KJA 1. y = 0,16283-0,00027x 0,22 Tidak signifikan 2. Dasar y = 0,30758+0,00046x 0,62 Tidak signifikan B. Perubahan NO 3 -N dengan jarak di lingkungan pemotongan Eceng Gondok 1. y = 0,0279167-0,0000125x 0,94 Tidak signifikan 2. Dasar y = 0,04075+0,0000425x 0,85 Tidak signifikan C. Perubahan PO 4 -P dengan jarak di lingkungan KJA 1. y = 0,013833+0,000025x 0,39 Tidak signifikan 2. Dasar y = 0,0374167+0,0000075x 0,91 Tidak signifikan D. Perubahan PO 4 -P dengan jarak di lingkungan pemotongan Eceng Gondok 1. y = 0,017333+0,000035x 0,08 Tidak signifikan 2. Dasar y = 0,04417+0,00005x 0,52 Tidak signiikan Hasil uji pola regresi NO 3 -N dan PO 4 -P pada lingkungan KJA dan pemotongan Eceng Gondok menunjukan bahwa pola regresi tidak signifikan. Pola regresi tidak signifikan karena nilai signifikan F > 0,05. Uji keberartian regresi kemudian dilakukan untuk menganalisis pola degradasi beban buangan NO 3 -N dan PO 4 -P pada kedua lingkungan tersebut. Uji keberartian regresi menunjukan bahwa tidak ada pengaruh antara jarak terhadap kandungan NO 3 -N maupun PO 4 -P dalam perairan. Berdasarkan hasil penelitian kondisi lingkungan pada kedua lokasi cenderung mesotrofik pada lapisan permukaan dan cenderung eutrofik pada lapisan dasar. Secara keseluruhan unsur hara yang mempengaruhi kondisi

Halaman 7 kesuburan di kedua lingkungan adalah PO 4 -P. Fosfor sebagai senyawa yang juga terkandung dalam detergen dan pupuk pertanian diduga masuk ke perairan Rawa Pening melalui sembilan DAS yang mengalir ke Rawa Pening. DAS tersebut merupakan sungai-sungai yang disekitarnya merupakan lahan pertanian, perkebunan serta pemukiman, sehingga limbah dari aktivitas tersebut akhirnya masuk ke perairan Rawa Pening. Namun, nitrogen juga turut menyumbang dampak negatif terhadap kondisi perairan di Rawa Pening. Menurut Sastrawijaya (1991), fosfor merupakan pendorong kegiatan pengikatan nitrogen bagi ganggang biru. Jadi jika air tidak mengandung senyawa nitrogen, asal ada fosfat dan ganggang biru, maka senyawa nitrogen akan terbentuk Kondisi perairan Rawa Pening memang memiliki fenomena tersendiri. Kondisi yang berbeda dapat pula terjadi ketika sampling pada bulan yang berbeda karena kondisi Rawa Pening dapat berubah setiap saat. Dinamika ekologi dan biokimia di permukaan maupun dasar perairan serta berkombinasi dengan kondisi klimatologi dan hidrogeografi menjadikan Rawa Pening menjadi suatu perairan yang unik dan masih banyak misteri ilmiah di dalamnya. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini antara lain: 1. Degradasi NO 3 -N dan PO 4 -P pada lingkungan KJA dan lingkungan pemotongan Eceng Gondok tidak dipengaruhi oleh jarak maupun kedalaman perairan; 2. Kandungan rata-rata NO 3 -N pada permukaan maupun dasar perairan di lingkungan KJA lebih tinggi dibandingkan pada lingkungan pemotongan Eceng Gondok, sedangkan kandungan rata-rata PO 4 -P pada permukaan maupun dasar perairan di lingkungan pemotongan Eceng Gondok lebih tinggi dibandingkan di lingkungan KJA; dan 3. Kondisi lingkungan di sekitar KJA dan pemotongan Eceng Gondok cenderung mesotrofik pada lapisan permukaan dan cenderung eutrofik pada lapisan dasarnya. Daftar Pustaka Dinas Peternakan dan Perikanan. 2011. Kabupaten Semarang dalam Angka 2011. BAPPEDA dan BPS Kabupaten Semarang, Semarang Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Jogjakarta. Erlania, Rusmaedi, Anjang B. P. Dan Joni H. 2010. Dampak Manajemen Pakan pada Kegiatan Budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Keramba Jaring Apung terhadap Kualitas Perairan Danau Maninjau. Pusat Riset Perikanan Budidaya. Jakarta. Risamasu, F. J. L. Dan Hanif B. P. 2011. Kajian Zat Hara Fosfat, Nitrit, Nitrat dan Silikat di Perairan Kepulauan Matasiri, Kalimantan Selatan. Jurusan Perikanan dan Kelautan, Faperta, Undana, 8 hlm. Sastrawijaya, T. A. 1991. Pencemaran Lingkungan. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Somantri, A. dan Sambas A. M. 2006. Aplikasi Statistika dalam Penelitian. CV Pustaka Setia. Bandung. Widjaja, F. 2002. Factors and Processes Affecting the Degree of Eutrophication. Faculty of Fisheries and Marine Science, Bogor Agricultural University. Yuliastuti, E. 2011. Kajian Kualitas Air Sungai Ngringo Karanganyar dalam Upaya Pengendalian Pencemaran Air. [Thesis]. Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro, Semarang, 127 hlm.