FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR RESIKO KEJADIAN PENYAKIT HIPERTENSI DI PUSKESMAS BASUKI RAHMAT PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

Kata Kunci: Aktivitas Fisik, Kebiasaan Merokok, Riwayat Keluarga, Kejadian Hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Menurut WHO dan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

SAMSUL BAHRI. :Tingkat Pengetahuan, Diabetes Millitus, Kepatuhan Diet rendah glukosa

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Kata Kunci : Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Keluarga Menderita Diabetes, Aktifitas Fisik dan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Unnes Journal of Public Health

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI BADAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BUOL

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut badan organisasi dunia World Health Organization (WHO)

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

ABSTRAK. Kata Kunci: Obesitas, Natrium, Hipertensi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Faktor Risiko Kejadian Stroke di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi Semarang

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah gangguan fungsi jantung dimana otot

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan terdapat 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8% dari seluruh total

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

Angka Kejadian dan Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di 78 RT Kotamadya Palembang Tahun 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit arteri koroner (CAD = coronary arteridesease) masih merupakan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

HUBUNGAN OBESITAS DAN RIWAYAT DIABETES MELLITUS DENGAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2015

Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks Pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Padang Bulan Tahun 2015.

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN KETAATAN BEROBAT DENGAN DERAJAT SISTOLE DAN DIASTOLE PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS SUKAMERINDU KOTA BENGKULU

HUBUNGAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DENGAN KEJADIAN KATARAK DI INSTALASI RAWAT JALAN (POLI MATA) RUMAH SAKIT DR. SOBIRIN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet terhadap Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Desa Nambangan

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN KOMPENSASI DAN DISIPLIN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA TENAGA KEPERAWATAN DI RSJ. PROF. DR. V. L. RATUMBUYSANG MANADO

Kata Kunci: Katarak, Diabetes Mellitus, Riwayat Trauma Mata, Konsumsi Minuman Beralkohol, Pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

Identifikasi Faktor Resiko 1

HUBUNGAN ANTARA STRES, POLA MAKAN DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA KEKAMBUHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS BENDOSARI SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

Transkripsi:

AISYAH: JURNAL ILMU KESEHATAN 2 (1) 2017, 23 30 Available online at http://ejournal.stikesaisyah.ac.id/index.php/eja FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN ILIR BARAT II PALEMBANG Program Studi DIII Keperawatan Akper Kesdam II Sriwijaya Jln. Sultan Mahmud Badaruddin II No Palembang Email:azharim.hasan88@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi. Metode penelitian yang di gunakan deskriptif analitik dengan pendekatan study Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah 2816 pasien yang terdiagnosa di Puskesmas Makrayu dari bulan Januari - Desember 2010 dengan sampel penelitian sebanyak 112 responden. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara umur (p value = 0,010), jenis kelamin p value = 0,026), keturunan (p value = 0,002), pekerjaan (p value = 0,006), olahraga (p value = 0,019) dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Makrayu Kecamatan Ilir Barat II Palembang. Petugas kesehatan di Puskesmas Makrayu diharapkan dapat lebih meningkatkan promosi kesehatan atau penyuluhan kesehatan khususnya pada penderita hipertensi yang datang berobat. Kata kunci :, Faktor Resiko RELATED FACTORS WITH HYPERTENSION EVENTS IN COMMUNITY HEALTH CENTER (PUSKESMAS) MAKRAYU DISTRICT ILIR BARAT II PALEMBANG ABSTRACT This study aims to determine the factors associated with the incidence of hypertension. This research method used descriptive analytic with Cross Sectional study approach. The population of this study were 2816 patients diagnosed with hypertension at Makrayu Community Health Center from January to December 2010 with a sample of 112 respondents. The result showed that there was a relationship between age (p value = 0,010), gender (p value = 0,026), heredity (p value = 0,002), occupation (p value = 0,006), physical exercise (p value = 0,019) with hypertension At the Makrayu Community Health Center, District Ilir Barat II Palembang. Medical team are expected to increase health promotion or health counseling especially in hypertension patients who come for treatment at Makrayu Community Health Center. Keywords: on, Risk Factor How to Cite: Azhari, Hasan. M. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Di Puskesmas Makrayu Kecamatan Ilir Barat II Palembang. Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan. 2 (1), 23 30. PENDAHULUAN Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek

Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, 24 maupun jangka panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor resiko yang dimiliki seseorang (Yundini, 2006). Menurut WHO penyakit tidak menular telah menjadi penyebab kematian terbesar di dunia. disebutkan bahwa hampir 17 juta orang meninggal lebih awal tiap tahunnya sebagai akibat epidemik penyakit tidak menular. Berdasarkan data WHO dari 50% penderita hipertensi yang diketahui hanya 25 % yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5 % yang diobati dengan baik. WHO memperkirakan, 600 juta orang di dunia kini menderita hipertensi dan 3 juta diantaranya meninggal setiap tahun karenanya (Kowalski, 2010). Menurut AHA (American Heart Association) di Amerika, tekanan darah tinggi di temukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28% atau 59 juta orang mengidap prehipertensi. Di tahun (1996) di Amerika serikat 15% golongan kulit putih dewasa dan 25-30% golongan kulit hitam adalah penderita hipertensi. Satu dari 4 orang penduduk di Amerika Serikat menderita hipertensi. Disamping itu 20% anak-anak di Amerika Serikat sudah mengalami permulaan dari tekanan darah tinggi. Total dari semua penderita adalah 57 juta orang Amerika Serikat atau lebih (Muhammadun AS, 2010) Prevalensi penderita hipertensi di Singapura mencapai 27,3% dan prevalensi penderita hipertensi di Negara Malaysia mencapai 22,2%. Angka ini masih lebih rendah jika di bandingkan dengan prevalensi penderita hipertensi yang ada di Indonesia sebesar 31,7% dari total penduduk dewasa (Depkominfo, 2011). Jumlah penderita hipertensi di Indonesia sudah cukup menghawatirkan dari hasil Riset Kesehatan Dasar Riskesdas (2007) menyebutkan, bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7% dari total penduduk dewasa. dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskular lebih banyak pada perempuan (52%) dan pada laki-laki (48%). Pada tahun 2008 sedikitnya 30% penduduk Indonesia mempunyai tekanan darah tinggi. Dari sekitar 31,7% tersebut hanya sekitar 0,4% kasus yang patuh meminum obat hipertensi, rendahnya penderita yang berobat, karena hipertensi atau penyakit yang sering disebut sebagai darah tinggi ini tidak terdiagnosis dan juga tidak menunjukkan gejala (Riskesdas Nasional, 2007). Dari 33 Provinsi di Indonesia kasus hipertensi tertinggi terdapat pada daerah urban seperti: Jabodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan Makasar yang mencapai 30 34% per tahun (Kusmana, 2002). Penyakit hipertensi di Propinsi Sumatera Selatan memiliki prevalensi penderita pada tahun 2007 adalah 0,49%, tahun 2008 tercatat sebanyak 0,55%, dan ditahun 2009 tercatat sebanyak 0,53% dan diiringi Penyakit Jantung 0,30%, Diabetes Melitus 0,28% (Profil DinKes Propinsi Sum-Sel, 2010). Jumlah penderita hipertensi di Kota Palembang berdasarkan data yang tercatat pada tahun 2008 adalah 1,22%, dan di tahun 2009 adalah 1,47% (Profil DinKes Kota Palembang, 2010). Angka kejadian di Wilayah Kerja Puskesmas Makrayu berdasarkan data yang tercatat pada tahun 2008 adalah (418,36), pada tahun 2009 adalah (615,83), dan di tahun 2010 adalah 3,9% (Profil Puskesmas Makrayu, 2010). Dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian di Wilayah Kerja Puskesmas Makrayu Kecamatan Ilir Barat II Palembang tahun 2011.

Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, 25 Tujuan Penelitian ini adalah untuk Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi yang terdiri dari faktor usia, jenis kelamin, faktor keturunan, faktor pekerjaan, dan faktor olahraga atau latihan fisik. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan bagi petugas kesehatan dalam memberikan pembinaan dan informasi dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya pada penyakit hipertensi. METODE PENELITIAN Desain dalam penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan study cross sectional mengenai dinamika hubungan antara faktor umur, jenis kelamin, keturunan, pekerjaan, olahraga dengan kejadian hipertensi. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang terdiagnosa yang datang berobat di Puskesmas Makrayu Kecamatan Ilir Barat II Palembang selama rentang waktu antara bulan Januari - Desember 2010 yang berjumlah 2816 kasus. Sampel penelitian di tentukan menggunakan rumus Lameshow dalam Ariawan (1998) dengan jumlah 112 responden. Responden yang terpilih dilakukan wawancara dan di pilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Responden yang tidak memenuhi kriteria inklusi tidak di ikutsertakan dalam penelitian ini, dan responden yang memenuhi kriteria inklusi diikutsertakan dalam penelitian dan di catat dalam status penelitian. Data yang di peroleh kemudian di kumpulkan dan di analisis. Kegiatan pengukuran dan pengamatan variabel penelitian menggunakan kuesioner berupa daftar pertanyaan yang di gunakan sebagai alat untuk pemandu wawancara dan pengumpulan data penelitian yang terdiri karakteristik responden berdasarkan umur, jenis kelamin, keturunan, pekerjaan dan olahraga atau latihan fisik. Proses pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sebelumnya telah diberikan arahan oleh peneliti. Analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan analisis deskriptif yang berupa tabel distribusi frekuensi dan ratarata ada masing-masing variabel independen (umur, jenis kelamin, keturunan, pekerjaan, olahraga atau latihan fisik) dan juga variabel dependen (kejadian hipertensi). Analisa bivariat dilakukan dengan menggunakan analisis statistik chi-square untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan batas kemaknaan 95%, α = 0,05 atau 5 % sehingga jika nilai p 0,05 maka secara statistik disebut bermakna atau ada hubungan, jika nilai p > 0,05 maka hasil hitungan disebut tidak bermakna atau tidak ada hubungan, Pengolahan data ini dilakukan dengan sistem komputerisasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa dari 57 responden yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi yang menderita hipertensi sebanyak 43 orang (75,4%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak mempunyai riwayat keluarga hipertensi sebanyak 25 orang (45,5%) dari 55 reponden. Hasil analisis chi-square didapatkan p value = 0,002 < (0.05), berarti ada hubungan antara keturunan atau genetik dengan kejadian hipertensi. Nilai Odds ratio (OR) = 3,686, berarti responden yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi mempunyai peluang sebanyak 3,6 kali untuk terkena penyakit hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak mempunyai riwayat keluarga hipertensi dengan tingkat kepercayaan (95% CI) = 1.650-8.231

Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, 26 Tabel 1 Hubungan Antara Genetik dengan Genetik Tidak Total n % n % n % Tidak ada riwayat keluarga 30 54,5 25 45,5 55 100 Ada riwayat keluarga 14 24,7 43 75,4 57 100 Total 44 39,3 68 60,7 112 100 p value 0,002 Odds Ratio (95% CI) 3,686 (1.650-8.231) Tabel 2 menunjukan bahwa dari 60 responden yang bekerja yang menderita hipertensi sebanyak 44 orang (73,3%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja sebanyak 24 orang (46,2%) dari 52 responden. Hasil analisa chi-square didapatkan p value = 0,006 < (0,05), berarti ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian hipertensi. Nilai Odds ratio (OR) = 3,208, berarti responden yang bekerja mempunyai peluang sebanyak 3,2 kali untuk terkena penyakit hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja dengan tingkat kepercayaan (95% CI) = 1.456-7.072. Tabel 2 Hubungan Antara Pekerjaan dengan Pekerjaan Tidak Total n % n % n % Tidak bekerja 28 53,8 24 46,2 52 100 Bekerja 16 26,7 44 73,3 60 100 Total 44 39,3 68 60,7 112 100 p value 0,006 Odds Ratio (95% CI) 3,208 (1.456-7.072) Tabel 3 menunjukan bahwa dari 72 responden yang tidak berolahraga yang menderita hipertensi sebanyak 50 orang (69,4%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang melakukan aktivitas fisik atau berolahraga yang menderita hipertensi sebanyak 18 orang (45%) dari 40 responden. Hasil analisis chi-square didapatkan p value = 0,019 < (0,05), berarti ada hubungan antara olahraga dengan kejadian hipertensi dengan nilai Odds ratio (OR) = 2,778, berarti responden yang tidak berolahraga mempunyai peluang sebanyak 2,7 kali untuk terkena penyakit hipertensi dibandingkan dengan responden yang berolahraga dengan tingkat kepercayaan (95% CI) = 1.249-6.180.

Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, 27 Tabel 3 Hubungan Antara Olahraga dengan Olahraga Tidak Total n % n % n % Olahraga 22 55,0 18 45,0 40 100 Tidak olahraga 22 30,6 50 69,4 72 100 Total 44 39,3 68 60,7 112 100 p value 0,019 Odds Ratio (95% CI) 2,778 (1.249-6.180) Dalam pelaksanaannya, penelitian ini tidak terlepas dari keterbatasan- keterbatasan yang terjadi yang tidak dapat dihindari walaupun telah diupayakan untuk mengatasinya, peneliti menyadari kurangnya pengetahuan dalam melakukan penelitian tentu hasilnya kurang sempurna banyak kekurangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara umur, jenis kelamin, pekerjaan, genetik dan olahraga dengan kejadian hipertensi. Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah cross sectional yang merupakan metode penelitian yang hanya mengobservasi fenomena pada satu titik waktu tertentu. Penelitian cross sectional tidak memiliki kemampuan untuk menjelaskan dinamika perubahan kondisi atau hubungan dari populasi yang diamatinya dalam periode waktu yang berbeda serta variabel dinamis yang mempengaruhinya. Hubungan Antara Umur dengan didapatkan p value = 0,010 dengan nilai = 0,05, p< (H0 ditolak) berarti menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur dengan kejadian hipertensi dengan nilai Odds ratio (OR) = 3,042, ini artinya responden yang mempunyai umur > 35 tahun mempunyai peluang sebanyak 3 kali untuk terkena penyakit hipertensi dibandingkan dengan responden yang berumur < 35 tahun dengan tingkat kepercayaan (95% CI) = 1.367-6.772. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Sutanto (2010) yang menyatakan bahwa dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang yang menderita hipertensi juga semakin besar. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko yang di miliki seseorang. Berbagai penelitian telah menemukan hubungan antara berbagai factor risiko terhadap timbulnya hipertensi. Hilangnya elastisitas jaringan dan arterisklerosis serta pelebaran pembuluh darah adalah faktor penyebab hipertensi pada usia tua. Dari berbagai penelitian yang di lakukan di Indonesia menunjukkan penduduk yang berusia di atas 20 tahun sudah memiliki faktor resiko penderita hipertensi. Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan didapatkan didapatkan p value = 0,026 dengan nilai = 0,05, p< (H0 ditolak) berarti menunjukkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi dengan nilai Odds ratio (OR) = 2,708, ini artinya responden yang berjenis kelamin perempuan mempunyai peluang sebanyak 2,7 kali untuk terkena penyakit hipertensi dibandingkan dengan responden yang berjenis kelamin laki-laki dengan tingkat kepercayaan (95% CI) = 1.197-6.126. Hasil penelitian ini sejalan pula dengan penelitian Efriansyah (2010) yang menyatakan ada hubungan antara jenis

Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, 28 kelamin dengan kejadian hipertensi (p value = 0,018 dengan nilai OR = 3,417). Berdasarkan hasil penelitian dan teori yang ada maka peneliti menyimpulkan bahwa ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi, sebagian besar hipertensi terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Hubungan Antara Genetik dengan didapatkan p value = 0,002 dengan nilai = 0,05, p< (H0 ditolak) berarti menunjukkan bahwa ada hubungan antara genetik atau genetik dengan kejadian hipertensi dengan nilai Odds ratio (OR) = 3,686, ini artinya responden yang mempunyai riwayat keluarga hipertensi mempunyai peluang sebanyak 3,6 kali untuk terkena penyakit hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak mempunyai riwayat keluarga hipertensi dengan tingkat kepercayaan (95% CI) = 1.650-8.231. Hubungan Antara Pekerjaan dengan didapatkan p value = 0,006 dengan nilai = 0,05, p< (H0 ditolak) berarti menunjukkan bahwa ada hubungan antara pekerjaan dengan kejadian hipertensi dengan nilai Odds ratio (OR) = 3,208, ini artinya responden yang bekerja mempunyai peluang sebanyak 3,2 kali untuk terkena penyakit hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja dengan tingkat kepercayaan (95% CI) = 1.456-7.072. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Drnasry Noor (2008) yang menyatakan bahwa Pekerjaan lebih banyak di lihat dari kemungkinan keterpaparan khusus dan tingkat atau derajat keterpaparan tersebut serta besarnya risiko menurut sifat pekerjaan, lingkungan kerja, dan sifat sosioekonomi pada pekerjaan tertentu. Ada berbagai hal yang mungkin berhubungan erat dengan sifat pekerjaan seperti jenis kelamin, umur, status perkawinan serta tingkat pendidikan yang juga sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan pekerja. pekerjaan juga mempunyai hubungan yang erat dengan status social ekonomi, sedangkan berbagai jenis penyakit yang timbul dalam keluarga sering berkaitan dengan jenis pekerjaan yang mempengaruhi pendapatan keluarga. Hubungan Antara Olahraga dengan didapatkan p value = 0,019 dengan nilai = 0,05, p< (H0 ditolak) berarti menunjukkan bahwa ada hubungan antara olahraga dengan kejadian hipertensi dengan nilai Odds ratio (OR) = 2,778, ini artinya responden yang tidak berolahraga mempunyai peluang sebanyak 2,7 kali untuk terkena penyakit hipertensi dibandingkan dengan responden yang berolahraga dengan tingkat kepercayaan (95% CI) = 1.249-6.180. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh 112 responden, kesimpulan penelitian yang dapat disampaikan adalah terdapat hubungan antara kejadian hipertensi dengan umur (p value = 0,010), jenis kelamin (p value = 0,026), genetik (p value = 0,002), pekerjaan (p value = 0,006), dan juga olahraga dengan nilai p value = 0,019. Saran kepada petugas kesehatan di Puskesmas Makrayu diharapkan untuk lebih meningkatkan promosi kesehatan atau penyuluhan kesehatan khususnya pada penderita hipertensi yang datang berobat di Puskesmas. Penyuluhan sebaiknya dilakukan secara rutin dan terus-menerus agar terjadi penurunan jumlah penderita hipertensi di Puskesmas. Diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan untuk meneliti variabel-variabel lain yang belum

Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, 29 penulis teliti dan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan menggunakan desain atau rancangan penelitian yang lain. DAFTAR PUSTAKA Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari, Jantung dan Stroke Edisi Terbaru. Yogyakarta: Dianloka Printika. Arif, Et Al. (2001). Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Media Aeusculapius. FKUI. Azwar, A. (1999). Pengantar Epidemiologi. Jakarta: Binarupa Aksara Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC. Bustan, M, N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta. Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Depkominfo. (2011). Persen Kasus Tidak Terdiagnosis Dinas kesehatan Propinsi Sumsel. (2010). Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Selatan. 2010 Dinas Kesehatan Kota. (2010). Profil Dinas Kesehatan Kota Tahun 2010. Dietisien, S. Gz, Freitag, Harry, L. M. (2011). Deteksi Dini dan Pencegahan dan Stroke. Jakarta: Medpress. Gunawan, Lany. (2001). tekanan darah tinggi. Yogyakarta: Kanisius.

Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan 2 (1) 2017, 30