BAB 1 PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintah yang baik (Good Government Governance) merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maupun di daerah, unit-unit kerja pemerintah, departemen dan lembaga-lembaga

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

KORELASI OPINI AUDIT BPK ATAS LKKL DENGAN HASIL EVALUASI LAKIP K/L

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I INTRODUKSI. Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Supriyanto dan Suparjo (2008) mengungkapkan :

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

-2- Operasional, (v) Laporan Arus Kas, (vi) Laporan Perubahan Ekuitas, dan (vii) Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Realisasi APBN menggambarkan p

BAB I PENDAHULUAN. Berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara, pemerintah dengan

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Undang-Undang no 22 tahun 1999 dan Undang-Undang no 25

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera, pemerintah Indonesia berusaha untuk mewujudkan tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Reformasi tata kelola pemerintahan dan organisasi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan ekonomi, sudah pasti disemua negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, baik organisasi privat maupun organisasi publik. Governance) yang berbasis pada aspek akuntabilitas, value for money,

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi, sosial dan politik adalah dengan mengembalikan kepercayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

I. UMUM. Saldo...

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 MEMBAIK

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat tersalurkan. Selain itu dalam Pemerintahan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sejak munculnya konsep New Public Management (NPM) pada tahun 1980-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemerintah dituntut untuk mewujudkan prinsip-prinsip yang terkandung

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi dan pelaksanaan otonomi daerah yang lebih luas, mengakibatkan semakin kuatnya tuntutan masyarakat terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Susilawati & Dwi Seftihani (2014) mengungkapkan bahwa perkembangan

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilakukan kepada masyarakat luas (Mardiasmo:

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. atau Walikota dan perangkat daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian laporan keuangan di daerah-daerah khususnya di SKPD (Satuan

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan pelaksanaan akuntabilitas publik

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik, maka akuntabilitas dan transparansi informasi bagi masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dibuat untuk memberi informasi kepada pengguna internal dan

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka

BAB I PENDAHULUAN. pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata kelola pemerintah yang baik (Good Government Governance) merupakan isu aktual dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Praktik kepemerintahan yang baik dapat meningkatkan keterbukaan, partisipasi, dan akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor publik (Sari, 2013). Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintah untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalan mencapai tujuan. Good governance memerlukan pengembangan dan penerapan system pertanggungjawaban yang tepat, jelas, terstruktur, dan legitimasi sehingga penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggung jawab (Mardiasmo, 2002). Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintah yang diatur dalam Undang-undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan negara mensyaratkan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berkewajiban menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan (Mardiasmo, 2002). Laporan Keuangan Pemerintah adalah laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas

2 pelaporan keuangan. Laporan keuangan itu sendiri terdiri dari: (1) Laporan Realisasi Anggaran, (2) Laporan Perubahan Salda Anggaran Lebih, (3) Neraca, (4) Laporan Operasional, (5) Laporan Arus Kas, (6) Laporan Perubahan Ekuitas, dan (7) Catatan atas Laporam Keuangan. Laporan Keuangan setiap tahunnya dinilai oleh auditor eksternal pemerintah yang dalam hal ini dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), kemudian hasilnya dinyatakan dalam bentuk opini. Opini merupakan kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Terdapat beberapa opini yang diberikan oleh BPK, diantaranya: Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), dan Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Tidak Wajar (TW), dan Tidak Memberi Pendapat (TMP). Indikator bahwa laporan keuangan pemerintah daerah sudah berkualitas yaitu opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yang diberikan BPK terhadap laporan keuangan pemerintah (Mardiasmo,2002). Menurut BPK Laporan Keuangan pada Kementerian/Lembaga yang memperoleh opini WTP dalam 5 tahun terakhir cenderung mengalami penurunan dari 76% pada tahun 2011 menjadi 65% pada tahun 2015. Sehingga berdampak pada Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga yang memperoleh opini WDP dan TMP dalam 5 tahun terakhir cenderung meningkat, dari 21% dan 3% pada tahun 2011 menjadi 30% dan 5% pada tahun 2015 (BPK, 2016).

3 Hal tersebut dapat dilihat dari hasil opini BPK terhadap laporan keuangan Kementerian/Lembaga dari tahun 2011-2015 yaitu : Tabel 1.1 Hasil Opini BPK atas LKKL N0. BA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA 2011 2012 2013 2014 2015 1 001 Majelis Permusyawaratan Rakyat 2 002 Dewan Perwakilan Rakyat WDP WTP WTP WTP WTP 3 004 Badan Pemeriksa Keuangan 4 005 Mahkamah Agung WDP WTP WTP WTP WTP 5 006 Kejaksaan RI WTP WTP WDP 6 007 Sekretariat Negara WTP WTP WTP 7 010 Kementerian Dalam WDP WTP Negeri 8 011 Kementerian Luar Negeri WTP WTP WTP WDP 9 012 Kementerian Pertahanan WDP WTP WDP 10 013 Kementerian Hukum dan WTP WTP WTP HAM 11 015 Kementerian Keuangan 12 018 Kementerian Pertanian WDP WDP WDP 13 019 Kementerian Perindustrian 14 020 Kementerian Energi dan WTP WTP WTP WDP WDP Sumber Daya Mineral 15 022 Kementerian Perhubungan WDP WDP WTP WTP 16 023 Kementerian Pendidikan TMP WDP WTP WTP WTP dan Kebudayaan 17 024 Kementerian Kesehatan WDP WTP WTP WTP 18 025 Kementerian Agama WDP 19 026 Kementerian WDP WDP WDP TMP WDP

4 Perikanan 23 033 Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 24 034 Kementerian koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan 25 035 Kementerian koordinator Bidang Perekonomian 26 036 Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat 27 036 Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan WDP Ketenagakerjaan 20 027 Kementerian Sosial 21 029 Kementerian Lingkungan Hidup Kehutanan 22 032 Kementerian Kelautan dan WDP TMP WTP WTP WDP WTP WTP WDP WDP WDP WDP WDP WTP 28 040 Kementerian Pariwisata WDP WDP TMP TMP WTP 29 041 Kementerian Negara Riset WTP WTP WTP WTP dan Teknologi 30 042 Kementerian WTP WTP WDP WDP Sumber: BPK.R1 Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa opini yang diberikan oleh BPK R1 terhadap sejumlah entitas laporan keuangan yang mendapat WTP di tahun 2015 ada 19 entitas, dan yang mendapatkan opini WDP ada 10 entitas, serta 1 entitas mendapatkan opini TMP. Meskipun sudah banyak laporan keuangan yang mendapatkan opini WTP akan tetapi tidak sedikit juga laporan keuangan yang mendapatkan opini WDP. Hal yang paling menarik perhatian terkait dengan adanya beberapa kementerian/lembaga seperti pada kementerian ESDM. Pada tahun 2011-2013 di kementerian ESDM mendapatkan opini WTP sedangkan pada tahun 2013-2015 mendapatkan opini WDP. Hal tersebut disebabkan karena terjadinya penurunan kualitas laporan keuangan. Penurunan kualitas laporan

5 keuangan bisa saja terjadi karena menurunnya Akuntabilitas dan Transparansi (BPK, 2015). Penurunan Akuntabilitas dan Transparansi terjadi karena adanya penyimpangan-penyimpangan yang berhasil ditemukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan dalam pemeriksaan audit laporan keuangan pemerintah (Zuliarti, 2012). Penyimpangan-penyimpangan tersebut mendapat bukti kuat seperti yang dikutip dalam sindonews.com menyebutkan bahwa adanya penyimpangan yang sering terjadi, seperti administrasi kurang lengkap dan pembukuannya belum benar (Sindonews.com). Hampir seluruh instansi dan lembaga-lembaga pemerintah menekankan konsep akuntabilitas ini khususnya dalam menjalankan fungsi administratif kepemerintahan. Fenomena ini merupakan imbas dari tuntutan masyarakat karena pada masa orde baru konsep akuntabilitas tidak mampu diterapkan secara konsisten di setiap lini kepemerintahan. Namun demikian, implementasi konsep akuntabilitas di kementerian/ Lembaga bukan tanpa hambatan. Beberapa hambatan yang menjadi kendala dalam penerapan konsep akuntabilitas antara lain adalah; rendahnya standar kesejahteraan pegawai sehingga memicu pegawai untuk melakukan penyimpangan, faktor budaya seperti kebiasaan mendahulukan kepentingan keluarga dan kerabat dibanding pelayanan kepada masyarakat, dan lemahnya system hukum pada pemerintah (Teguh arifiyadi, 2011). Pada dasarnya Transparansi itu sendiri ternyata belum di implementasikan, seperti dalam hasil laporan keuangan. Fraksi Demokrat mengemukakan sampai

6 saat ini masyarakat masih merasakan belum optimalnya kinerja pemerintah dalam memberikan pelayanan publik. Masyarakat meminta agar otoritas tertinggi di pemerintah menempatkan orang-orang professional terutama di instansi-intansi maupun lembaga serta menghilangkan budaya dan praktek KKN di kalangan birokrasi dan penegak hukum dengan cara membuat system yang transparan dan akuntabel (DPRD Prov. Jawa Barat, 2010). Akuntabilitas dan transparansi tersebut dimaksudkan untuk memastikan bahwa pengelolaan keuangan yang dilakukan pemerintah berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Hal tersebut seiring dengan tuntutan masyarakat agar organisasi sektor publik meningkatkan kualitas, profesionalisme, dan akuntabilitas publik dalam menjalankan aktivitas pengelolaan keuangan pemerintah pusat/daerah (Badjuri dan Trihapsari, 2004). Beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sri Ayu Wulandari (2014) yang berjudul pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Studi kasus pada pemerintah Kabupaten Pinrang) dengan hasil bahwa Akuntabilitas dan Transparansi berpengaruh positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Azri Akmal Hermana (2015) yang berjudul pengaruh Akuntabilitas dan Transparansi terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Studi pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kota Bandung) dengan hasil bahwa Akuntabilitas dan Transparansi berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Laporan Keuangan.

7 Berdasarkan uraian Latar Belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian sebagai berikut: Pengaruh Transparansi dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Menurut Persepsi Karyawan Badan Geologi (Studi kasus pada Badan Geologi Bandung, Kementerian Energi Sumber Daya Mineral Kota Bandung) 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan penulis, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh Transparansi terhadap Kualitas Laporan Keuangan di Kementerian ESDM 2. Bagaimana pengaruh Akuntabilitas terhadap Kualitas Laporan Keuangan di Kementerian ESDM 3. Bagaimana pengaruh Transparansi dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Laporan Keuangan di Kementerian ESDM 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah mengumpulkan data dari berbagai informasi yang terkait dengan transparansi dan akuntabilitas terhadap Kualitas Laporan Keuangan di Kementerian ESDM yang kemudian akan diolah dan dianalisa untuk mencapai hasil yang diharapkan, sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar Pengaruh Transparansi terhadap Kualitas Laporan Keuangan di Kementerian ESDM?

8 2. Seberapa besar Akuntabilitas terhadap Kualitas Laporan Keuangan di Kementerian ESDM?. 3. Seberapa besar pengaruh Transparansi dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Laporan Keuangan di Kementerian ESDM? 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Bagi penulis Dengan adanya penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai pengaruh dari transparansi laporan keuangan dan akuntabilitas laporan keuangan terhadap kualitas laporan keuangan. 2. Bagi Kementerian/ Lembaga Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan pemikiran sebagai bahan pertimbangan dalam pembuatan kebijakan dimasa yang akan datang. 3. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber rujukan yang berarti bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan referensi bagi para peneliti selanjutnya, untuk meneliti pengaruh Tranparansi dan Akuntabilitas terhadap Kualitas Laporan Keuangan. 1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Badan Geologi Bandung, Kementerian ESDM yang berlokasi di Jalan Diponegoro No.57 Bandung. Adapun waktu penelitian dimulai sejak bulan Agustus 2016 sampai dengan 13 February 2017.