JurnalIlmiahPlatax Vol. 3:(2), Juli 2015 ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
PERTUMBUHAN KARANG Acropora formosa DENGAN TEKNIK TRANSPLANTASI PADA UKURAN FRAGMEN YANG BERBEDA

Pengaruh Perbedaan Ukuran Fragmen dan Metode Transplantasi Terhadap Pertumbuhan Karang Pocillopora damicornis di Teluk Awur, Jepara

TRANSPLANTASI KARANG BATU MARGA Acropora PADA SUBSTRAT BUATAN DI PERAIRAN TABLOLONG KABUPATEN KUPANG

APLIKASI TEKNOLOGI BUDIDAYA KARANG HIAS BAGI NELAYAN PULAU SAMATELLULOMPO KABUPATEN PANGKEP

Pertumbuhan fragmen bibit ukuran berbeda dalam pembudidayaan karang hias Acropora formosa

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

REHABILITASI TERUMBU KARANG TELUK AMBON SEBAGAI UPAYA UNTUK MEREDUKSI EMISI CARBON CO

TINGKAT KELULUSAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN FRAGMEN TERUMBU KARANG HIAS HASIL TRANSPLANTASI DI PULAU PRAMUKA KEPULAUAN SERIBU

MODUL TRANSPLANTASI KARANG SECARA SEDERHANA PELATIHAN EKOLOGI TERUMBU KARANG ( COREMAP FASE II KABUPATEN SELAYAR YAYASAN LANRA LINK MAKASSAR)

KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN KARANG (Acropora humilis) HASIL TANSPLANTASI PADA KEDALAMAN YANG BERBEDA

STUDI PERTUMBUHAN DAN SURVIVAL RATE PADA TRANSPLANTASI KARANG Acropora sp. DI PANTAI KONDANG MERAK KABUPATEN MALANG

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 3. No. 1 November 2012: ISSN

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAJU PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP KARANG Acropora formosa HASIL TRANSPLANSTASI PADA KEDALAMAN BERBEDA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODE PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

SPERMONDE (2017) 3(1): ISSN:

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KARANG JENIS Lobophyllia hemprichii YANG DITRANSPLANTASIKAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

BISAKAH TRANSPLANTASI KARANG PERBAIKI EKOSISTEM TERUMBU KARANG?

YANG DI TRANSPLANTASI DI PERAIRAN TELUK TEMPURUNG KECAMATAN BATANG KAPAS KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA

TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP DAN LAJU PERTUMBUHAN KARANG

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Karang Cara Makan dan Sistem Reproduksi

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Teknologi Fragmentasi Buatan Karang (Caulastrea furcata dan Cynarina lacrimalis) dalam Upaya Percepatan Pertumbuhan pada Kondisi Terkontrol

JAKARTA (22/5/2015)

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

TRANSPLANTASI KARANG Acropora aspera DENGAN METODE TALI DI PERAIRAN TELUK AWUR, JEPARA

PROPAGASI KARANG HIAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Suharsono (2008) mencatat jenis-jenis karang yang ditemukan di

SINTASAN DAN PERTUMBUHAN TRANSPLANTASI KARANG HIAS ACROPORA

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN TOGEAN SULAWESI TENGAH

STUDI JUVENIL KARANG YANG MENEMPEL PADA RUMPON BUATAN DI PERAIRAN PULAU MANDANGIN, KECAMATAN SAMPANG, KABUPATEN SAMPANG JAWA TIMUR

PERDAGANGAN KARANG HIAS : SUATU ANCAMAN TERHADAP EKOSISTEM TERUMBU KARANG? Oleh Giyanto 1)

Transplantation of coral fragment, Acropora formosa (Scleractinia)

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang dua per tiga luasnya ditutupi oleh laut

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEMINAR NASIONAL BASIC SCIENCE II

PERSENTASE TUTUPAN KARANG HIDUP DI PULAU ABANG BATAM PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KONDISI TERUMBU KARANG HIDUP BERDASARKAN PERSEN TUTUPAN DI PULAU KARANG PROVINSI SUMATERA UTARA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KUALITAS PERAIRAN

hasil pengukuran kesehatan karang adalah enam dan nilai minimumnya dua dari

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(4), September 2013 ISSN:

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kondisi kualitas perairan dalam system resirkulasi untuk pertumbuhan dan

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

EKOSISTEM LAUT DANGKAL EKOSISTEM LAUT DANGKAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REHABILITASI TERUMBU KARANG AKIBAT PENGEBOMAN DENGAN METODE TRANSPLANTASI MENGGUNAKAN KARANG JENIS Acropora sp. Abstract

BUDI DAYA KARANG HIAS MENDUKUNG PERDAGANGAN KARANG HIAS YANG BERKESINAMBUNGAN

POTENSI ANCAMAN LEDAKAN POPULASI ACANTHASTERPLANCI TERHADAP KELESTARIAN TERUMBU KARANG DI WILAYAH LAUT JAKARTA DAN UPAYA PENGENDALIANNYA

BAB I PENDAHULUAN. yang mencapai pulau dengan panjang pantai sekitar km 2 dan luas

Perbandingan Kondisi Terumbu Karang Selama Tiga Tahun Terakhir pada Perairan Taka Malang dan Tanjung Gelam Kep. Karimunjawa

PREFERENSI DAN DAYA PREDASI Acanthaster planci TERHADAP KARANG KERAS

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

POTENSI PEMULIHAN KOMUNITAS KARANG BATU PASCA GEMPA DAN TSUNAMI DI PERAIRAN PULAU NIAS, SUMATRA UTARA RIKOH MANOGAR SIRINGORINGO

4 UJI COBA PENGGUNAAN INDEKS DALAM MENILAI PERUBAHAN TEMPORAL RESILIENSI TERUMBU KARANG

I. PENDAHULUAN. terumbu karang untuk berkembangbiak dan hidup. Secara geografis terletak pada garis

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Keanekaragaman dan Penutupan Terumbu Karang di Pantai Pasir Putih Situbondo, Jawa Timur

STUDI KOMPETISI TURF ALGAE DAN KARANG GENUS ACROPORA DI PULAU MENJANGAN KECIL, KEPULAUAN KARIMUNJAWA, KABUPATEN JEPARA

CORAL REEFS TRANSPLANTATION BY CV. PUTRA PELANGI SAMUDRA, DENPASAR-BALI TRANSPLANTASI TERUMBU KARANG OLEH CV. PUTRA PELANGI SAMUDRA, DENPASAR BALI

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOSISTEM TERUMBU KARANG SEBAGAI EKOWISATA BAHARI DI PULAU DODOLA KABUPATEN PULAU MOROTAI

DISTRIBUSI DAN PREFERENSI HABITAT SPONS KELAS DEMOSPONGIAE DI KEPULAUAN SERIBU PROVINSI DKI JAKARTA KARJO KARDONO HANDOJO

#LIBURAN HIJAU MY HOLIDAYS SAVE THE WORLD. Oleh syifa

I. PENDAHULUAN. Tingginya dinamika sumberdaya ikan tidak terlepas dari kompleksitas ekosistem

PENGARUH KEDALAMAN TERHADAP MORFOLOGI KARANG DI PULAU CEMARA KECIL, TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA

G U B E R N U R SUMATERA BARAT


macroborer seperti polychae~a, sponge dan bivalva yang mengakibatkan bioerosi PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. (Estradivari et al. 2009).

PERTUMBUHAN DAN TINGKAT KELANGSUNGAN HIDUP TRANSPLANTASI KARANG MASIF

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT

BENTUK PERTUMBUHAN KARANG DAERAH TERTUTUP DAN TERBUKA DI PERAIRAN SEKITAR PULAU PAMEGARAN, TELUK JAKARTA

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KARANG JENIS Lobophyllia hemprichii YANG DITRANSPLANTASIKAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Potensi Keuntungan Bersih per Tahun per km 2 dari Terumbu Karang dalam Kondisi Baik di Asia Tenggara Penggunaan Sumberdaya

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 6 Nomor 2. Desember 2016 e ISSN Halaman :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

CORAL BLEACHING DI TWP PULAU PIEH DAN LAUT DI SEKITARNYA TAHUN 2016

CORAL REEF CONDITION BASED ON LEVEL OF SEDIMENTATION IN KENDARI BAY

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan karang lunak Lobophytum strictum hasil transplantasi pada sistem resirkulasi dengan kondisi cahaya berbeda

Kondisi Eksisting Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Dok II Kota Jayapura Provinsi Papua

KELIMPAHAN ZOOXANTHELLAE PADA Acropora sp. BERDASARKAN KEDALAMAN PERAIRAN DAN NAUNGAN YANG BERBEDA DI PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU JAKARTA

P R O S I D I N G ISSN: X SEMNAS BIODIVERSITAS Maret 2016 Vol.5 No.2 Hal : XXXX

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang dan Masalah yang dikaji (Statement of the Problem) I.1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN

Komposisi Jenis, Kerapatan Dan Tingkat Kemerataan Lamun Di Desa Otiola Kecamatan Ponelo Kepulauan Kabupaten Gorontalo Utara

Transkripsi:

PERTUMBUHAN FRAGMEN Acropora Formosa PADA UKURAN YANG BERBEDA DENGAN METODE TRANSPLANTASI DI PERAIRAN SELAT LEMBEH (The Growht of Acropora Formosa Fragment in Different Sizes Using Transplantation Method in Lembeh Strait) Bambang Hermanto UPT. Loka Konservasi Biota Laut LIPI, Bitung, Sulawesi Utara ABSTRACT Transplantation method is an effective way for rehabilitating the degraded coral reef. Acropora formosa is one of the coral species that is used for transplantation method which is a kind of branching corals that have a rapid growth up to 8 cm/year. This study aimed to determine the effect of coral fragment size to the coral growth, survival rate and the growth rate of Acropora formosa at several locations in the Lembeh Strait. The research was conducted in February - June 2015 using concrete block transplantation method. The results showed that Acropora formosa with the initial fragment length 8 cm have the highest of survival rates (84 %), absolute growth (0,8 cm) and growth rate (0,201 cm/month). The initial fragments length of Acropora formosa can affect the coral growth in transplantation method (p <0.05). Keywords: Coral transplantation, Acropora formosa, Fragment size, North Sulawesi ABSTRAK Metode transplantasi merupakan metode yang cukup efektif untuk merehabilitasi kondisi terumbu karang yang mengalami degradasi. Salah satu jenis yang sering digunakan untuk metode transplantasi yaitu jenis Acropora formosa yang merupakan jenis karang bercabang yang memiliki pertumbuhan yang cukup cepat hingga 8 cm/tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran fragmen terhadap pertumbuhan karang, tingkat kelangsungan hidup serta laju pertumbuhan fragmen karang Acropora formosa pada beberapa lokasi di perairan Selat Lembeh. Penelitian dilakukan pada bulan Februari - Juni 2015 dengan menggunakan metode transplantasi lepas dasar (substrat beton). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fragmen karang Acropora formosa dengan panjang fragmen awal 8 cm memiliki tingkat kelangsungan hidup, pertumbuhan mutlak dan laju pertumbuhan tertinggi yaitu mencapai 84% (survival rate), 0,8 cm (pertumbuhan mutlak tinggi) dan 0,201 cm/bln (laju pertumbuhan). Ukuran panjang awal fragmen Acropora formosa cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan karang (p<0,05). Kata kunci: Transplantasi karang, Acropora formosa, ukuran fragmen, Sulawesi Utara I. Pendahuluan Selat Lembeh yang secara geografis berada pada posisi 0 o 30 0 o 0 o LU dan 121 o 0 127 o 0 BT dan berbatasan langsung dengan kota Bitung merupakan suatu kawasan perairan yang cukup penting di Sulawesi Utara (Arifin, 2007). Perairan ini mempunyai kekayaan ekologis yang cukup tinggi. Di sini bisa dijumpai ekosistem terumbu karang yang cukup luas serta berbagai biota laut lainnya 90

seperti ikan, kerang, ekhinodermata dan lain-lain. Di Selat Lembeh juga bisa dijumpai ikan hias langka yang bernilai ekonomi cukup tinggi. Tidak mengherankan bila Selat Lembeh juga dijadikan sebagai destinasi wisata bahari bagi masyarakat Bitung dan sekitarnya bahkan bagi wisatawan mancanegara. Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem yang hidup di dasar laut yang memiliki bentuk dan struktur yang cukup unik. Namun saat ini terumbu karang menghadapi ancaman yang besar dari dampak berbagai kegiatan manusia, baik dari pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan, overfishing, maupun polusi. Dampak tersebut kini telah mengarah pada kerusakan ekosistem terumbu karang secara global. Terumbu karang telah mengalami perubahan besar dalam beberapa waktu terakhir serta kondisinya memburuk hingga 60% untuk 50 tahun yang akan datang (Wilkinson, 2002). Terumbu karang dengan kriteria baik hanya tersisa 5,3 % dari luas terumbu karang Indonesia (Suharsono, 2008). Hasil penelitian terakhir di Selat Lembeh menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang batu di perairan ini masuk kategori jelek hingga baik dengan persentase tutupan berkisar antara 18 % - 82,18 % (Souhoka, 2013). Area terumbu karang yang telah rusak pada dasarnya memiliki kemampuan untuk pulih secara alami tetapi membutuhkan waktu yang lama. Beberapa penelitian mengungkapkan karang memiliki pertumbuhan yang cukup lambat. Jenis-jenis karang bercabang seperti Acropora dan Pocillopora memiliki pertumbuhan 6-8 cm/tahun sedang jenis karang masive seperti Porites dan Lobophyllia memiliki pertumbuhan 0,5-1 cm/tahun (Suharsono, 2008). Karena pemulihan alami terumbu karang yang lambat serta potensi ekologisnya yang tinggi, upaya rekonstruksi dari berbagai jenis dan berbagai skala telah diupayakan untuk memfasilitasi rekonstruksi terumbu karang diberbagai wilayah (Craik et al. 1990, Rinkevich 1995, Guzman 1999). Berbagai macam metode dan cara dilakukan untuk memperbaiki dan merehabilitasi kondisi terumbu karang. Teknik rehabilitasi yang cukup lama dikenal dan telah diterapkan di beberapa wilayah di dunia adalah transplantasi karang (Edwards dan Clark, 1998). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran fragmen terhadap pertumbuhan karang, tingkat kelangsungan hidup serta laju pertumbuhan fragmen karang Acropora formosa pada beberapa lokasi di perairan Selat Lembeh. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui ukuran fragmen yang optimal untuk efektifitas dan efisiensi dalam penerapan teknologi transplantasi yang berkelanjutan. II. Metodologi 2.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Juni 2015 pada 5 lokasi di perairan Selat Lembeh, Sulawesi Utara meliputi Pantai LIPI, Tg. Nanas, Rarandam, Mawali dan Kebun Binatang. Posisi kordinat dan peta lokasi kegiatan transplantasi terumbu karang disajikan pada tabel dan gambar 1. 2.1 Metode Transplantasi Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen lapangan, yaitu suatu cara untuk mengetahui hubungan sebab akibat dengan cara memberikan satu atau lebih perlakuan dan membandingkan hasilnya untuk dilihat pengaruhnya terhadap objek penelitian yang dilakukan dilapangan. Metode yang digunakan adalah metode lepas dasar dengan substrat beton berbentuk kubus dengan lubang di tiap bagian sisi kubus dan 4 tiang paralon di sisi bagian atas substrat sebagai tempat penempelan fragmen karang. Proses penanaman fragmen karang ini dilakukan pada kedalaman 5 m pada 5 lokasi yang berbeda di 91

wilayah perairan Selat Lembeh. Ukuran fragmen karang Acropora formosa yang digunakan diberi 4 perlakuan yaitu 20 mm, 40 mm, 60 mm dan 80 mm dengan 5 kali pengulangan. Pengamatan terhadap pertumbuhan fragmen karang yang sudah ditanam dilakukan setiap satu kali dalam sebulan selama lima bulan dengan pengontrolan secara intensif. Pemantauan pertumbuhan karang dilakukan dengan cara mengukur tinggi fragmen karang dengan menggunakan kaliper. Perawatan fragmen karang dilakukan bersamaan dengan proses pengamatan yaitu untuk mencegah adanya kematian fragmen karang. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam proses perawatan yaitu pengecekan posisi fragmen karang pada substrat, pengamatan kesehatan fragmen karang dan pembersihan substrat beton. Data pertumbuhan karang yang diperoleh dikuantifikasi dengan rumus sebagai berikut. 1. Pertumbuhan Mutlak Tinggi (Sadarun, 1999) Keterangan: βl = Pertumbuhan mutlak tinggi atau diameter (cm) Lt = Rata-rata tinggi atau diameter setelah bulan ke-t (cm) L0 = Rata-rata tinggi atau diameter pada waktu pengukuran awal (cm) 2. Laju Pertumbuhan Tinggi (Effendie, 1979 dalam Syarifuddin,2010) Keterangan: P = Capaian pertumbuhan karang (mm per minggu) Lt = Rata-rata tinggi atau diameter pada akhir penelitian (cm) L0 = Rata-rata tinggi atau diameter pada awal penelitian (cm) t = Waktu pengamatan (bulan) 3. Tingkat Kelangsungan Hidup Karang (Sadarun, 1999) Keterangan: SR = Tingkat kelangsungan hidup karang yang ditransplantasi (%) Nt = Jumlah karang yang hidup pada akhir penelitian (koloni) N0 = Jumlah karang yang hidup pada awal penelitian (koloni) Analisis data dilakukan dengan Two- Way ANOVA dan Post Hoc Tukey pada tingkat ketelitian 95%. III. Hasil Dan Pembahasan 3.1 Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate) Transplantasi Terumbu Karang Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama 5 bulan pada spesies Acropora formosa hasil transplantasi di 5 lokasi di perairan Selat Lembeh diperoleh tingkat kelangsungan hidup yang berbeda-beda pada tiap lokasi dan pada ukuran fragmen karang yang berbeda. Tingkat kelangsungan hidup atau sintasan merupakan nilai proporsi (%) antara jumlah fragmen karang yang hidup di waktu tertentu dan jumlah fragmen karang pada awal penelitian. Faktor penentu dari keberhasilan transplantasi terumbu karang dapat terlihat dari tingkat kelangsungan hidup karang. Persentase tingkat kelangsungan hidup Acropora formosa hasil transplantasi tersaji pada gambar 2. Tingkat kelangsungan hidup Acropora formosa pada awal penelitian (Februari) pada tiap lokasi adalah 100 %. Jumlah individu pada awal penelitian berjumlah 20 fragmen pada tiap lokasi. Pada bulan maret, persentase kelangsungan hidup di semua lokasi mengalami penurunan. Hal ini dimungkinkan karena pada awal pematahan fragmen karang dari induknya dan kemudian diikatkan pada substrat beton, karang tersebut mengalami stress. Hal tersebut terlihat ketika fragmen karang tersebut mengeluarkan lendir (mucus) setelah proses pengikatan ke substrat. Tingkat stress yang berlebih pada beberapa 92

fragmen karang memungkinkan fragmen karang yang di tanam akan mengalami pemutihan dan akhirnya mati. Pada akhir penelitian yaitu bulan juni 2015, tingkat kelangsungan hidup Acropora formosa pada kelima lokasi berkisar antara 65 85 %. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa kegiatan transplantasi di perairan Selat Lembeh berhasil dilakukan. Pratama, 2005 mengatakan bahwa apabila tingkat kelangsungan hidup fragmen karang pada akhir penelitian mencapai 50-100 % maka kegiatan transplantasi tersebut dikatakan berhasil. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal ini adalah kesamaan kondisi habitat antara lokasi transplantasi dengan lokasi pengambilan fragmen karang terutama dalam kedalaman dan kekeruhan. Sehingga energi yang dikeluarkan fragmen karang untuk proses adaptasi terhadap lingkungan baru tidak terlalu besar (Rani, 1999). Selain itu, diupayakan agar area karang donor tidak jauh dari lokasi transplantasi (±100 m) untuk mengurangi stres pada karang terutama pada proses pengangkutan karang menuju area transplantasi. Gambar 2 menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup Acropora formosa tertinggi ada pada lokasi Pantai LIPI yaitu sebesar 85 %. Jumlah individu pada akhir penelitian berjumlah 17 fragmen karang. Hasil ini lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Khalik (2009) pada famili Acropora dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 89 %. Demikian juga dengan penelitian Kaleka (2004) pada beberapa jenis Acropora yang pada akhir penelitian memiliki tingkat kelangsungan hidup mencapai 100 %. Perbedaaan lokasi penelitian dan penggunaan metode transplantasi yang berbeda diduga sebagai faktor penyebab perbedaan tingkat kelangsungan hidup yang diperoleh. Sedangkan pada lokasi Tanjung nanas, tingkat kelangsungan hidup pada akhir penelitian hanya 65 %. Kuatnya arus di lokasi yang berada diantara pulau serena besar dan pulau utama sulawesi diduga sebagai salah satu faktor rendahnya tingkat kelangsungan hidup Acropora formosa Menurut Panggabean dan Setiadji 2011 Jenis Acropora bercabang tidak dapat tumbuh optimum pada daerah yang memiliki arus kuat dan berombak. Sedangkan karang massive akan tumbuh dominan pada terumbu bagian luar dengan kondisi arus yang kuat ( Suryanti, 2011). Berdasarkan gambar 3. terlihat bahwa tingkat kelangsungan hidup Acropora formosa tertinggi terdapat pada panjang fragmen 8 cm dengan tingkat kelangsungan hidup mencapai 84 %. Sedangkan tingkat kelangsungan hidup terendah terdapat pada ukuran panjang fragmen 2 cm dengan kelangsungan hidup mencapai 72 %. Dari hasil tersebut terlihat bahwa tingkat kelangsungan hidup karang yang memiliki ukuran 8 cm memiliki ketahanan hidup lebih tinggi dibandingkan dengan fragmen karang yang berukuran lebih rendah. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Herdiana, 2001 yang menyatakan bahwa ukuran karang yang lebih kecil cenderung akan memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran fragmen yang lebih besar. Fragmen karang yang lebih besar memiliki ketahanan hidup yang lebih tinggi (Jipriandi et al, 2013) Johan, 2011 juga mengatakan bahwa kelangsungan hidup fragmen karang sangat ditentukan salah satunya oleh ukuran fragmen karang, karena berhubungan dengan laju regenerasi dan kemampuan melepaskan diri dari tutupan sedimen. Tingkat kelangsungan hidup karang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor fisiologi karang dan kemampuan merespon terhadap kondisi lingkungan sehingga kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan sangat berpengaruh. Johan dkk, 2008 juga mengatakan bahwa dalam transplantasi karang Acropora 93

sp., ukuran fragmen karang harus menjadi perhatian, karena ukuran yang lebih kecil akan memiliki tingkat kelangsungan hidup yang rendah. 3.2 Pertumbuhan mutlak tinggi karang Acropora formosa Hasil pengukuran pertambahan panjang fragmen karang Acropora formosa menunjukkan adanya peningkatan selama empat bulan yaitu dari bulan maret-juni 2015. Gambar 4. Menunjukkan pertambahan panjang pada beberapa lokasi di perairan Selat Lembeh selama 4 bulan dan diperkirakan akan terus bertambah tinggi. Berdasarkan gambar 4 terlihat jelas bahwa rata-rata pertumbuhan panjang fragmen Acropora formosa pada akhir penelitian di perairan Selat Lembeh berkisar antara 0,54-0,73 cm. Pertumbuhan panjang fragmen Acropora formosa paling besar berada di lokasi Pantai LIPI yaitu mencapai 0,73 cm. Sedangkan Pertumbuhan panjang fragmen Acropora formosa paling rendah ada di lokasi Tg. Nanas dan Mawali dengan panjang pertumbuhan mencapai 0,54 cm. Rendahnya pertumbuhan panjang di Mawali diduga karena banyaknya organisme biofouling khususnya alga yang menempel pada fragmen karang dan substrat transplantasi sehingga akan mengganggu pertumbuhan dari karang tersebut. Rata-rata pertumbuhan panjang mutlak Acropora formosa pada penelitian ini lebih rendah jika dibandingkan dengan penelitian Khalik, 2009 yang mendapatkan rata-rata pertumbuhan panjang mencapai 1,5-2,47 cm dengan waktu pengamatan 3 bulan. Ukuran pertumbuhan panjang dari fragmen Acropora formosa berdasarkan ukuran panjang fragmen yang ditransplantasikan sejak awal penelitian yaitu bulan februari hingga juni 2015 menunjukkan nilai yang berbeda-beda. Rata-rata pertumbuhan panjang fragmen Acropora formosa dari bulan Maret-Juni 2015 tersaji dalam gambar 5. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan panjang karang Acropora formosa mengalami kenaikan dari bulan maret hingga bulan juni. Pada akhir penelitian rata-rata pertumbuhan panjang fragmen memiliki kisaran antara 0,4 hingga 0,8 cm. Rata-rata pertumbuhan panjang fragmen paling besar yaitu pada fragmen karang Acropora formosa yang berukuran 8 cm dengan pertumbuhan panjang mencapai 0,8 cm, sedangkan rata-rata pertumbuhan panjang karang Acropora formosa terendah terjadi pada fragmen karang yang memiliki uukuran 2 cm yaitu hanya mencapai 0,4 cm. Fragmen dengan ukuran awal 2 cm memiliki ratarata pertumbuhan panjang yang lebih rendah daripada fragmen dengan ukuran awal 8 cm. Hal ini disebabkan karena fragmen yang berukuran 8 cm memiliki lebih banyak sel-sel karang/ polip sehingga memiliki kecepatan pertumbuhan yang lebih tinggi. Hal ini didukung oleh Soong dan Chen, 2003 yang menyatakan bahwa semakin panjang ukuran fragmen maka kecepatan pertumbuhannya juga akan tinggi.. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pertumbuhan panjang pada lokasi dan ukuran panjang awal yang berbeda maka perlu dilakukan analisis varians yang disajikan pada tabel 2. Berdasarkan analisis varians pada pertumbuhan panjang fragmen Acropora formosa terhadap lokasi yang berbeda menunjukkan nilai signifikansi lebih besar dari α (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan panjang fragmen. Sehingga dapat dikatakan bahwa lokasi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan karang pada penelitian ini. Sedangkan analisis varians pada pertumbuhan fragmen Acropora formosa terhadap panjang fragmen yang berbeda menunjukkan nilai signifikansi kurang dari α (p<0.05). 94

Hal ini menunjukkan bahwa ukuran panjang awal fragmen karang memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan fragmen karang Acropora formosa pada penelitian ini. Berdasarkan uji lanjut Post Hoc Tukey pada pertumbuhan karang terhadap ukuran panjang awal fragmen dengan tingkat ketelitian 95% didapatkan hasil bahwa nilai perbedaan pertumbuhan panjang fragmen antarperlakuan diperoleh signifikansi sebesar 0.275 untuk perlakuan 2,4, dan 6 cm dan signifikansi sebesar 0.104 untuk perlakuan 4,6,dan 8 cm. Hasil analisis Post Hoc Tukey dengan tingkat ketelitian 95 % juga menunjukkan bahwa kelompok yang menunjukkan adanya perbedaan pertumbuhan panjang fragmen karang yaitu kelompok 2 cm dan 8 cm. 3.3 Laju pertumbuhan fragmen karang Acropora formosa Hasil pengukuran laju pertumbuhan fragmen karang Acropora pada beberapa lokasi di perairan Selat lembeh tersaji pada gambar 6. Berdasarkan gambar 6 terlihat bahwa laju pertumbuhan fragmen karang Acropora formosa pada beberapa lokasi berkisar antara 0,14-0,183 cm/bulan. Pantai LIPI memiliki laju pertumbuhan fragmen karang paling tinggi yaitu 0,183 sedangkan Tg. Nanas dan Mawali memiliki laju pertumbuhan fragmen karang paling rendah yaitu hanya 0,135. Tingginya laju pertumbuhan di Pantai LIPI kemungkinan disebabkan kondisi habitat di area transplantasi tersebut cukup sesuai untuk pertumbuhan fragmen karang Acropora formosa Perbedaan kondisi lingkungan area transplantasi menjadi salah satu penentu tingkat pertumbuhan karang. Mapstone, 2009 mengatakan bahwa kondisi lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan karang. Berdasarkan hasil pengamatan laju pertumbuhan fragmen karang berdasarkan ukuran panjang awal fragmen yang berbeda menunjukkan bahwa laju pertumbuhan fragmen pada ukuran fragmen yang berbeda memilki nilai yang bervariasi. Gambar 7 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan paling cepat yaitu pada ukuran fragmen 8 cm dengan laju pertumbuhan mencapai 0,201 cm/bln. Sedangkan laju pertumbuhan karang paling lambat terjadi pada fragmen karang berukuran 2 cm dengan laju pertumbuhan hanya 0,1 cm/bln. Gambar 7 menunjukkan bahwa semakin panjang fragmen karang maka laju pertumbuhan karang semakin cepat. Semakin panjang fragmen karang maka semakin banyak juga sel-sel karang/polip sehingga semakin banyak juga zooxanthellae pada karang tersebut. Hal ini menyebabkan proses kalsifikasi semakin cepat sehingga laju pertumbuhan karang juga akan semakin cepat. Zulfikar dan Soedharma, 2008 mengatakan bahwa kecepatan pertumbuhan karang dipengaruhi oleh adanya polip. Karang yang memiliki jumlah polip dua atau lebih bisa memanfaatkan makanan secara optimal dibanding dengan hanya satu polip. IV. Kesimpulan Fragmen karang Acropora formosa di Pantai LIPI memiliki tingkat kelangsungan hidup tertinggi yaitu mencapai 85% sedangkan kelangsungan hidup fragmen karang Acropora formosa tertinggi berdasarkan panjang fragmen awal yaitu pada panjang fragmen 8 cm (84%). Pertumbuhan mutlak tinggi fragmen karang Acropora formosa pada beberapa lokasi di perairan Selat Lembeh berkisar antara 0,54 (Tg. Nanas & Mawali) hingga 0,73 (Pantai LIPI) sedangkan pertumbuhan mutlak tinggi fragmen karang Acropora formosa berdasarkan ukuran awal panjang fragmen Acropora formosa di perairan Selat Lembeh berkisar antara 0,4 cm (ukuran fragmen 2 cm) hingga 0,8 cm (ukuran fragmen 8 cm). Ukuran awal panjang fragmen berpengaruh secara nyata (p<0,05) terhadap 95

pertumbuhan karang sedangkan lokasi tidak berpengaruh secara nyata (p>0.05) terhadap pertumbuhan Acropora formosa. Jenis Acropora formosa memiliki laju pertumbuhan tercepat pada lokasi Pantai LIPI yaitu 0,183 cm/bln sedangkan laju pertumbuhan tercepat berdasarkan panjang fragmen yaitu pada panjang fragmen 8 cm (0,201 cm/bln). DAFTAR PUSTAKA Arifin, T. 2007. Indeks keberlanjutan ekologi-teknologi ekosistem terumbu karang di Selat Lembeh Kota Bitung. Jurnal Oseanologi dan Limnologi di Indonesia, 33: 307 323. Craik, W., R. Kenchington, and G. Kelleher. 1990. Coral reef management. Z. Dubinskys, editor. Coral reefs. Elsevier, New York. Pp. 453 467 Edwards A.J., and Clark S. 1998. Coral transplantation: A Useful Management Tool or Misguided Meddling? Marine Pollution Bulletin 37: 474-487 Herdiana, Y. 2001. Respon Pertumbuhan serta Keberhasilan Transplantasi Koral Terhadap Ukuran Fragmen dan Posisi Penanaman pada Dua Spesies Karang Acropora micropthalma (Verril, 1869) dan Acropora intermedia (Brook, 1891) di Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor: Bogor Jipriandi, Pratomo A., Irawan H. 2013. Pertumbuhan Karang Acropora formosa Dengan Teknik Transplantasi Pada Ukuran Fragmen Yang Berbeda. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Johan O., Soedharma D., dan Suharsono. 2008. Tingkat Keberhasilan Transplantasi Karang Batu di Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta. Jurnal Riset Akuakultur. 3(2): 289-300. Johan, O. 2001. Tingkat Keberhasilan Transplantasi Karang Batu pada Lokasi Berbeda di Gugusan Pulau Pari Kepulauan Seribu Jakarta. Tesis. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor: Bogor Kaleka, M.W.D. 2004. Transplantasi Karang Batu Marga Acropora pada Substrat Buatan di Perairan Tablolong Kabupaten Kupang. Makalah perorangan Semester Ganjil 2004, Falsafah Sains (PPS 702). Program S3, IPB, Bogor Khalik, I. 2009. Laju Pertumbuhan dan Sintasan Karang Bercabang Acroporidae Yang Ditransplantasi Pada Substrat Alami (Massive Dead Corals) Di Perairan Pulau Barrang Lompo, Makassar. Skripsi. Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin, Makassar. Mapstone, G.M. 1990. Reef Corals and sponge of Indonesia : a video based learning module. Results of the Indonesian-Dutch Snellius- II Expedition. Unesco, Paris Panggabean, A.S. & B. Setiadji. 2011. Bentuk Pertumbuhan Karang Daerah Tertutup Dan Terbuka. Bawal: 3(4) April 2011 : Jakarta Rani, C. 1999. Respon Pertumbuhan Karang Batu Poccilopora verrucosa Ellis & Solander dan Kepiting Trapezia ferruginae Latreille, Xanthidae (yang hidup bersimbiosis) Pada Beberapa Karakteristik Habitat. Program Pasca Sarjana IPB-Bogor Sadarun. 1999. Transplantasi Karang Batu (Stony Coral) di Kepulauan Seribu Teluk Jakarta. Thesis. Institut Pertanian Bogor. Soong, K. and Chen. T. 2003. Coral Transplantation: Regeneration and Growth of Acropora Fragments in a Nursery. Restoration Ecology. 1: 62 71. 96

Souhoka, J. 2013. Laporan Penelitian Tematik Tahun 2013. UPT. Loka Konservasi Biota Laut, Pusat Penelitian Oseanografi LIPI Jakarta. Suharsono. 2008. Jenis-jenis Karang di Indonesia. Program COREMAP LIPI. Jakarta. Suryanti, Supriharyono dan Y. Roslinawati. 2011. Pengaruh Kedalaman Terhadap Morfologi Karang Di Pulau Cemara Kecil, Taman Nasional Karimunjawa. Jurnal Saintek Perikanan 7(1): 63 69 Syarifuddin, A. A. 2010. Studi Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Karang Acropora formosa. Skripsi. Universitas Hasanuddin: Makassar Wilkinson, C. 2002. Status of Coral Reefs of The World : 2002. Australian Institut of Marine Science. Australia Zulfikar dan Soedharma, D. 2008. Teknologi Fragmentasi Buatan Karang (Caulastrea furcata dan Cynaria lacrimalis) dalam Upaya Percepatan Pertumbuhan pada Kondisi Terkontrol. Jurnal Natur Indonesia. 10(2): 76-82 Tabel 1. Geografi Terumbu ST Lokasi Kordinat GPS 1 Pantai LIPI 1.45979 125.22214 2 Tg. Nanas 1.46199 125.22881 3 Rarandam 1.44622 125.23611 4 Mawali 1.44067 125.22591 5 Kebun Binatang 1.45306 125.21201 Posisi Lokasi Trasnplantasi Karang 97

Tingkat kelangsungan hidup (%) Tingkat Kelangsungan Hidup (%) JurnalIlmiahPlatax Vol. 3:(2), Juli 2015 ISSN: 2302-3589 Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Transplantasi Terumbu Karang di Selat Lembeh, 2015 100 90 80 70 60 50 100 95 90 80 90 90 85 80 75 80 75 75 75 65 65 Februari Maret April Mei Juni Waktu Pengamatan Rarandam Mawali Tg. Nanas Kebun Binatang Pantai LIPI Gambar 2. Tingkat kelangsungan hidup Acropora formosa hasil transplantasi pada beberapa lokasi di perairan Selat Lembeh 100 90 80 70 60 100 92 92 84 84 80 80 84 76 80 84 76 72 50 Februari Maret April Mei Juni Waktu pengamatan 2 cm 4 cm 6 cm 8 cm Gambar 3. Tingkat kelangsungan hidup Acropora formosa hasil transplantasi berdasarkan panjang fragmen di perairan Selat Lembeh 98

Pertumbuhan panjang mutlak (cm) Pertumbuhan panjang mutlak (cm) JurnalIlmiahPlatax Vol. 3:(2), Juli 2015 ISSN: 2302-3589 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Maret April Mei Juni Rarandam 0.18 0.35 0.44 0.56 Mawali 0.29 0.42 0.5 0.54 Tg. Nanas 0.16 0.27 0.35 0.54 Kebun binatang 0.29 0.38 0.47 0.59 Pantai LIPI 0.37 0.48 0.62 0.73 Gambar 4. Pertumbuhan karang Acropora sp di beberapa lokasi di perairan selat lembeh 0.90 0.80 0.70 0.60 0.50 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00 Maret April Mei Juni 2 cm 0.19 0.30 0.40 0.40 4 cm 0.22 0.35 0.44 0.54 6 cm 0.29 0.42 0.51 0.60 8 cm 0.32 0.46 0.54 0.80 Gambar 5. Pertumbuhan panjang mutlak karang Acropora sp berdasarkan panjang fragmen Pantai LIPI 0.183 Kebun Binatang Tg. Nanas Mawali Rarandam 0.148 0.135 0.135 0.14 0 0.05 0.1 0.15 0.2 Laju Pertumbuhan Tinggi (cm/bln) Gambar 6. Laju pertumbuhan karang Acropora formosa di beberapa lokasi pada perairan selat Lembeh 99

8 cm 0.201 6 cm 4 cm 0.136 0.151 2 cm 0.1 0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 Laju Pertumbuhan Tinggi (cm/bln) Gambar 7. Laju pertumbuhan tinggi karang Acropora sp berdasarkan panjang fragmen 100