BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama dalam distribusi pendapatan adalah terjadinya ketimpangan distribusi pendapatan. Distribusi pendapatan cenderung membaik pada kasus pertumbuhan ekonomi yang terjadi sebagai akibat peningkatan pendapatan secara signifikan pada sektor tradisional. Sebaliknya distribusi pendapatan semakin memburuk karena peningkatan pendapatan sektor modern. Hal ini bisa terjadi akibat perbedaan produktivitas setiap individu dimana satu individu/kelompok mempunyai produktivitas lebih tinggi dibanding individu/kelompok lain. Ketimpangan atau kesenjangan pendapatan merupakan indikator dari distribusi pendapatan masyarakat di suatu daerah atau wilayah pada waktu tertentu. Kecenderungan kenaikan tren ketimpangan pendapatan tersebut terjadi baik di level nasional, perkotaan, pedesaan, juga di semua propinsi di Indonesia. Di perkotaan, ketimpangan cenderung lebih tinggi daripada di pedesaan, demikian juga di kota-kota besar. Berbagai indikator ketimpangan lain juga menunjukkan tren serupa. Pada tahun 2012 misalnya, rata-rata pendapatan penduduk 10% terkaya adalah 12 kali lipat rata-rata pendapatan penduduk 10% termiskin. Tidak semua ketimpangan pendapatan berdampak buruk. Ketimpangan yang terjadi karena peningkatan produktivitas tenaga kerja terampil dan sumbangan teknologi adalah positif. Tetapi, ketimpangan tinggi karena kesempatan yang tidak sama, kekakuan sosial, dan kronisme akan membahayakan keberlanjutan perkembangan ekonomi. Koefisien gini yang menunjukkan tingkat 1
ketimpangan berada pada tingkatan yang cukup mengkhawatirkan adalah sebesar 0,42(Tambunan, 2003). Ketimpangan pendapatan di Indonesia terlihat terutama antara kelompok masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah. Selama 10 tahun terakhir ketimpangan pendapatan di Indonesia meningkat cukup pesat. Koefisien gini, sebagai indikator standar ketimpangan pendapatan mulai meningkat dari 0,33 di tahun 2001 menjadi 0,41 di tahun 2012. Ini merupakan angka koefisien gini tertinggi yang pernah tercatat dalam sejarah Indonesia. Demikian juga halnya dengan Kecamatan Medan Labuhan sebagai salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Terjadi ketimpangan relatif pendapatan berdasarkan perbandingan antara pendapatan yang diterima anggota masyarakat dengan total pendapatan seluruh masyarakat Kecamatan Medan Labuhan, sehingga berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat Kecamatan Medan Labuhan. Pertumbuhan ekonomi di Kecamatan Medan Labuhan meningkat selama periode 2007-2009 dan jumlah kemiskinan (keluarga miskin) mengalami naik turun dalam kurun waktu yang sama sebagaimana terlihat pada tabel berikut. Pertumbuhan Ekonomi Sumber : Badan Pusat Statistik Tabel 1.1 Fenomena Penelitian Jumlah KK Miskin 2007 2008 2009 2007 2008 2009 0,26 6,37 7,12 32.175 26.766 32.471 2
Secara rinci, dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 0,26 pada tahun 2007 meningkat menjadi 6,37 pada tahun 2008 dan 7,12 pada tahun 2009. Sementara kemiskinan (jumlah keluarga miskin) mengalami fluktuasi dalam kurun waktu yang sama yakni sebesar 32.175 pada tahun 2007 menurun menjadi 26.766 pada tahun 2008 dan meningkat kembali menjadi 32.471 pada tahun 2009. Fenomena ini mengindikasikan bahwa laju pertumbuhan ekonomi tidak diikuti oleh peningkatan kesejahteraan. Dengan kata lain, terjadi ketimpangan distribusi pendapatan sehingga laju pertumbuhan ekonomi tidak memberi dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan. Bertitik tolak kepada fenomena tersebut di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui sejauhmana ketimpangan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Medan Labuhan dengan judul Analisis Ketimpangan Pendapatan dan Kesejahteraan Masyarakat di Kota Medan (Studi Kasus di Kecamatan Medan Labuhan). Permasalahan ketimpangan pendapatan tidak dapat dipisahkan dari permasalahan kesejahteraan atau kemiskinan yang lazim terjadi di negara-negara miskin dan berkembang. Di negara-negara miskin yang menjadi perhatian utama adalah masalah pertumbuhan versus distribusi pendapatan. Banyak pihak yang merasakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi justru gagal mengurangi bahkan menghilangkan besarnya kemiskinan absolut di Negara Sedang Berkembang (NSB). Dengan kata lain, pertumbuhan GNP (Gross National Product) per kapita yang cepat tidak secara otomatis meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bahkan, pertumbuhan GNP per kapita di beberapa negara yang 3
sedang berkembang (seperti India, Pakistan, Kenya) telah menimbulkan penurunan absolut dalam tingkat hidup penduduk miskin baik di perkotaan maupun pedesaan (Todaro, 2006). Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pendapatan per kapita suatu masyarakat, semakin kecil proporsi penduduk yang berpendapatan di bawah garis kemiskinan. Namun perlu diingat bahwa di samping tergantung pada pendapatan perkapita, besarnya persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan tergantung juga pada distribusi pendapatan. Semakin tidak merata distribusi pendapatan semakin besar pula penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan atau semakin tinggi persentase penduduk yang miskin (Arsyad, 2010) 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana pola distribusi pendapatan rumah tangga di Kecamatan Medan Labuhan? 2. Bagaimana tingkat ketimpangan distribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Medan Labuhan? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis pola distribusi pendapatan rumah tangga di Kecamatan Medan Labuhan. 2. Untuk menganalisis tingkat ketimpangan distribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Medan Labuhan. 4
1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan masukan dan menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca khususnya yang berkaitan dengan ketimpangan distribusi pendapatan. 2. Sebagai referensi bagi penulis lainnya yang ingin melakukan penelitian yang berkaitan dengan ketimpangan distribusi pendapatan dan kesejahteraan. 3. Diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah dalam hal pemerataan pembangunan. 5