BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan oleh kemampuan bangsa untuk dapat memajukan kesejahteraan masyarakat, oleh sebab itu diperlukan dana untuk pembiayaan pembangunan guna mencapai tujuan yang diinginkan. Usaha untuk mencapai tujuan tersebut salah satunya adalah melalui pajak. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dapat memberikan peranan dan sumbangan yang berarti bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran negara. Demikian pentingnya pajak bagi negara, maka pemungutannya didasarkan pada ketentuan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 23 huruf (a), bahwa segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-Undang. Dalam melaksanakan pemugutan pajak dari masyarakat, salah pajak yang dipungut oleh Pemerintah adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pajak Pertambahan Nilai yaitu Pajak Langsung yang pada akhirnya dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Dalam perhitungan Pajak Pertambahan Nilai terdapat Pajak Masukan (PM) dan Pajak Keluaran (PK). Pajak Masukan adalah Pajak yang dikenakan ketika Pengusaha Kena Pajak (PKP) melakukan pembelian terhadap Barang Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) sedangkan Pajak Keluaran
adalah Pajak yang dikenakan ketika Pengusaha Kena Pajak melakukan penjualan terhadap Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. Perusahaan atau Pengusaha yang baru berdiri akan banyak melakukan pengeluaran untuk menjalankan usaha, biasanya pada awal-awal tahun belum memperoleh hasil keuntungan atas usahanya. Khususnya dalam hal ini adalah perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur akan melakukan pembelian barangbarang modal untuk menjalankan fungsi usahanya. Barang modal seperti mesinmesin,alat-alat berat untuk dapat melakukan proses produksinya yang menghailkan barang yang akan dijual kepada konsumennya. Barang Modal menurut PMK No.81/PMK.03/2010, barang modal adalah harta berwujud yang memiliki masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan. Produsen atau PKP pada saat memperoleh barang-barang modal tentunya belum bisa segera beroperasi/berproduksi, karena ada barang-barang parsial yang masih harus diadakan untuk merakit barang modal sehingga dapat melakukan proses produksi. Perusahaan dalam kondisi demikian tentunya belum memiliki PPN Keluaran dan terhutang PPN, melainkan banyak PPN masukan yang dapat dikreditkan sehingga menyebabkan posisi Surat Pemberitahuan (SPT) PPN Lebih bayar. Dalam hal tersebut PKP yang belum berproduksi memiliki fasilitas agar dapat melakukan permohonan pengembalian (restitusi) atas PPN masukan dari barang-barang modal tersebut.
Salah satu bentuk pelayanan yang diatur di dalam Standard Operating Procedure (SOP) Layanan Unggulan Bidang Perpajakan adalah Pelayanan terhadap Permohonan Pengembalian Kelebihan Pajak, khususnya Pengembalian Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pelayanan tersebut merupakan bentuk pembuktian komitmen Direktorat Jenderal Pajak untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada wajib pajak yaitu wajib pajak dalam melakukan permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Kualitas pelayanan sebagai wujud kepuasan wajib pajak diatur oleh Keputusan Menteri Keuangan Nomor 187/KMK.01/2010 tanggal 3 Mei 2010 dan dijabarkan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-79/PJ/2010 tanggal 15 Juli 2010 tentang Standard Operating Procedure (SOP) Layanan Unggulan Bidang Perpajakan. Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Procedure) Layanan Unggulan Kementerian Keuangan adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan yang dibakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan eksternal dan/atau internal sesuai dengan peraturan perundang-undangan untuk kepentingan masyarakat atau para pemangku kepentingan lainnya atas jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh Kementerian Keuangan. Sesuai dengan fungsi pajak reguler yaitu alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Pelayanan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dan pengendalian di bidang ekonomi oleh pemerintah sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai akan menambah Pendapatan Negara, sehingga Pemerintah dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan meningkatnya taraf hidup, pengurangan pengangguran dan kesenjangan sosial. Dan akan berdampak pada pendapatan potensi pajak yang lebih besar dari sektor pajak lainnya. Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di atas maka penulis tertarik untuk membuat laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dengan judul: MEKANISME PERMOHONAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MEDAN BARAT. B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Secara teoritis Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan kegiatan intrakurikuler yang dilakukan mahasiswa secara mandiri dengan cara praktis dilapangan yang langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang diterima dari para dosen Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah : 1.1. Untuk mengetahui dan memahami Mekanisme Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.
1.2. Untuk mengetahui Pengembalian Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai (Restitusi PPN) pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. 1.3. Untuk mengetahui hambatan dan upaya mengatasi hambatan dalam permohoan pengembalian kelebihan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). 2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 2.1. Bagi Mahasiswa a. Menambah wawasan di bidang perpajakan khususnya Pengembalian Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai. b. Agar dapat meningkatkan keahlian dan keterampilan dalam bidang perpajakan maupun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. c. Sebagai wadah untuk mempersiapkan diri menghadapi dunia kerja dengan dibekali keahlian keterampilan dan pengalaman yang diperoleh sewaktu melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. 2.2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat a. Meningkatkan uji nyata atas ilmu yang telah disampaikan selama di perkuliahan. b. Dapat memperkenalkan serta mempromosikan sumber daya manusia yang ada di khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
c. Dapat mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan ilmu perpajakan di lingkungan Perguruan Tinggi khususnya di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan. 2.3. Bagi Program Diploma III Administrasi Perpajakan a. Mempererat hubungan antara Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dengan pihak Universitas khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan. b. Memperkenalkan sumber daya manusia yang terdapat di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. c. Mendapat masukan berupa ide atau saran untuk perbaikan dan penyempurnaan kurikulium yang berlaku di Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara C. Uraian Teoritis Adapun uraian teoritis yang mendasari penelitian ini adalah: 1. Definisi Pajak Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH yaitu: Iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo,2009:1).
Sedangkan pengertian pajak menurut Undang-Undang No 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum & Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dari berbagai definisi tentang pajak di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pajak memiliki beberapa aspek dasar : a. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang; b. Sifatnya dapat dipaksakan; c. Tidak ada kontraprestasi yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak; d. Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara baik pemerintah pusat maupun daerah; e. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum. 2. Fungsi Pajak Sebagaimana telah diketahui ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai defenisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu: a. Fungsi penerimaan (Budgeter)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh: dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. b. Fungsi mengatur (Regulerend) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan. 3. Jenis Pajak. Dalam rangka memungut pajak oleh pemerintah dari masyarakat, maka pemerintah dalam melaksanakannya, ada beberapa pembagian pajaknya yaitu: a. Berdasarkan Golongannya 1. Pajak Langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak (WP) dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contohnya Pajak Penghasilan. 2. Pajak Tidak Langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh Pajak Pertambahan Nilai. b. Menurut Lembaga Pemungutnya 1. Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.
2. Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak Daerah terdiri atas dua yaitu Pajak Provinsi (Pajak Kendaraan Bermotor dan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor) dan Pajak Kabupaten/Kota termasuk Pajak Hotel, pajak Restoran dan Pajak Hiburan (Mardiasmo,2009:5). c. Menurut Sifatnya 1. Pajak Subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjek pajaknya. Contohnya Pajak Penghasilan. 2. Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan Wajib Pajak. Contohnya Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. 4. Asas Pemungutan Pajak Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang penuh asas-asas pemungutan dalam memilih alternatif pemungutannya, sehingga terdapat keserasian pemungut pajak dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan lagi yaitu pemahaman atas perlakuan pajak terrtentu. Asas-asas pemungutan pajak yang digunakan untuk memungut pajak penghasilan adalah sebagai berikut: a. Asas Tempat Tinggal Negara-negara mempunyai hak untuk memungut atas seluruh penghasilan Wajib Pajak berdasarkan tempat tinggal Wajib Pajak. Wajib pajak yang
bertempat tinggal di Indonesia dikenai pajak atas penghasilan diterima atau diperoleh, yang bersal dari Indonesia atau berasal dari luar Indonesia. b. Asas Kebangsaan Pengenaan pajak dihubungkan dengan suatu negara. Asas ini diberlakukan kepada setiap orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia untuk membayar pajak. c. Asas Sumber Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang bersumber pada suatu negara yang memungut pajak. Dengan demikian, wajib pajak menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak di Indonesia tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. 5. Sistem Pemungutan Pajak Sebelum reformasi perpajakan berlaku di Indonesia, sistem pemungutan pajaknya hanya bertumpuh kepada Official Assesment System. Namun setelah reformasi perpajakan sistem pemungutan pajaknya disamping Official Assesment System juga Self Assesment. Namun tetap berlaku juga With Holding System, yaitu sistem pemungutan pajak diberikan kewenangannya kepada pihak ketiga (bukan wajib pajak dan bukan juga fiskus). Dalam pelaksanaan pemungut pajak dikenal beberapa pelaksanaan pemungutan pajak, yang masih berlaku sampai sekarang ini: a. Official Assesment System
Yaitu sestem pemungutan pajak yang memberikan kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang. Ciri-ciri Official Assesment System: 1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus 2. Wajib pajak bersifat pasif 3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus b. Self Assesment System Yaitu suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan dan tanggungjawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. 6. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak tidak langsung yang dikenakan pada setiap pertambahan Nilai atau transaksi penyerahan barang dan atau jasa kena pajak dalam pendistribusiannya dari produsen dan konsumen. Pajak Pertambahan Nilai disebut Pajak tidak langsung karena tidak langsung dibebankan kepada penanggung pajak (konsumen) tetapi melalui mekanisme pemungutan pajak dan disetor oleh pihak lain (penjual). Transaksi pengenaan bisa dalam bentuk jual-beli, pemanfaatan jasa dan sewa menyewa. Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud yang menurut sifatnya atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak dan barang
tidak berwujud yang dikenakan PPN. Pada dasarnya semua barang merupakan Brang Kena Pajak kecuali yang diatur lain oleh Undang Undang Nomor PPN itu sendiri. Barang Kena Pajak tersebut terdiri dari barang berwujud (bergerak dan tidak bergerak) dan barang tidak berwujud ( hak cipta, merek dagan, hak paten dan lainlain). Sedangkan Jasa Kena Pajak (JKP) adalah ssetiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan yang dikenakan PPN. Contohnya: jasa konstruksi, jasa sewa ruangan, jasa konsultan, jasa perantara. Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas: a. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha; b. Impor Barang Kena Pajak; c. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha; d. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; e. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak (JKP) Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
f. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; g. Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; dan h. Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak. 7. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 72/PMK.03/2010 tentang Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas barang Mewah Pasal 1 ayat (6) mengatakan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang. 8. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) berdasarkan: 1. Hasil penelitian terhadap kebenaran pembayaran pajak atas permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) Undang- Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). 2. Hasil pemeriksaan terhadap Surat Pemberitahuan terdapat jumlah Kredit Pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang yang diatur dalam Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang KUP. 3. Hasil pemeriksaan terhadap permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang-
Undang KUP, terdapat jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar dari jumlah pajak yang terutang. D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Adapun ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ialah : 1. Mekanisme Permohonan Pengembalian Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. 2. Tata cara Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta informasi sesuai dengan metode yang digunakan sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini, penulis melakukan pengajuan judul, penetapan judul, pembuatan proposal, seminar proposal, perbaiakan, persetujuan, penentuan dosen pembimbing, bimbingan dan konsultasi dengan dosen pembimbing, pembuatan surat izin untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. 2. Studi Literatur Merupakan dasar teori yang mendukung laporan ini menyangkut masalah yang dibahas yang berasal dari buku-buku, peraturan perundang-undangan perpajakan, artikel ilmiah, catatan-catatan maupun bahasa tertulis yang berhubungan dengan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
3. Observasi Lapangan Penulis melakukan peninjauan atau pengamatan secara langsung secara langsung terhadap masalah yang dibahas dan meninjau secara langsung terhadap kondisi pelaksanaan kegiatan untuk mengetahui sistem kerja yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. 4. Pengumpulan Data Pada tahap ini penulis melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. a. Data Primer : Data yang bersumber dari pihak-pihak yang terkait dengan penulisan tugas akhir. b. Data Sekunder : Data yang bersumber dari referensi dan dokumentasi. 5. Analisa Data dan Evaluasi Setelah penulis memperoleh data yang diperlukan, penulis akan menganalisa dan mengevaluasi data dan kemudian akan dipresentasikan secara objektif, jelas dan sistematis. F. Metode Pengumpulan Data Adapun cara pengumpulan sumber-sumber data yang digunakan ialah sebagai berikut: 1. Metode Wawancara (Interview Guide) Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada pegawai yang dianggap mampu memberikan data dan informasi tentang
Mekanisme Permohonan Pengembalian Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. 2. Metode Observasi (Observation Guide) Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung atas kegiatan yang akan dilakukan dalam pencatatan terhadap masalah yang menjadi objek yang dibahas. 3. Metode Dokumentasi (Optional Guide) Yaitu dengan mengumpulkan dokumen atau informasi yang berhubungan dengan Mekanisme Permohonan Pengembalian Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai atau arsip yang dianggap sah sebagai bukti otentik. G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini disusun oleh penulis dalam lima bab. Adapun rincian dari tiap-tiap bab seperti terlihat di bawah ini : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini penulis menguraikan gambaran umum tentang penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang meliputi latar belakang penyusunan, tujuan dan manfaat, ruang lingkup dan metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, serta metode pengumpulan data dan sistematika penulisan. BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Pada bab ini penulis menguraikan sejarah singkat mengenai lokasi Praktik Kerja Lapangan Mandiri, struktur organisasi, uraian tugas pokok dan fungsi dari tiap-tiap seksi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. BAB III : GAMBARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK MEDAN BARAT Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang Dasar Pengenaan Tarif dan Tata cara Penghitungan PPN. Dasar Hukum Pengembalian Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai. Terjadinya Kelebihan Pajak Pertambahan Nilai, Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (Restitusi PPN) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat. BAB 1V : ANALISA Bab ini berisikan tentang analisa Mekanisme Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai, Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai (Restitusi PPN), Hambatan dan Upaya Mengatasi Hambatan dalam Permohonan Pengembalian kelebihan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan kesimpulan dari uraian-uraian dalam babbab sebelumnya serta saran-saran penulis yang merupakan sumbangan pemikiran yang diharapkan dapat memberikan manfaat pada pihak-pihak yang memerlukan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN