BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENYULUHAN KESEHATAN BAHAYA DAMPAK ROKOK BAGI KESEHATAN ANAK-ANAK TANJUNG DALAM KECAMATAN LEMBAH MASURAI KABUPATEN MERANGIN

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN TEORI

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

Kadang kanker paru (terutama adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

I. PENDAHULUAN. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibalut dengan kertas atau daun. nipah. Menurut Purnama (1998) dalam Alamsyah (2009), rokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok merupakan gulungan tembakau yang dirajang dan diberi cengkeh

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

PANDUAN LARANGAN MEROKOK DI LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pekerja berdasarkan ketentuan pasal 1 angka 3. UU No 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ).

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

I. PENDAHULUAN. dapat ditemui pada kalangan remaja (Fatimah, 2006). kimia yang akan menimbulkan berbagi penyakit (Partodiharjo, 2008).

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat. Ada banyak penyebab dari terganggunya kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan 45% wanita yang merokok, dan 27% wanita hamil yang merokok,

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAGIAN 1: MENGAPA PERLU DETOKS?

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. ATP (Adenosin Tri Phospat) dan karbon dioksida (CO 2 ) sebagai zat sisa hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Target Milleneum Development Goals (MDGs) sampai dengan tahun 2015 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup di dunia dengan segala aktivitas yang dijalankannya seharihari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH ROKOK TERHADAP KESEHATAN MANUSIA

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

Jenis Rokok Kandungan Rokok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MEROKOK PADA PELAJAR SMP NEGERI 3 MAJENANG CILACAP TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. dari para penjelajah Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan

BAB I PENDAHULUAN. bahaya tersebut diantaranya bahaya faktor kimia (debu, uap logam, uap),

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB III ANALISIS MASALAH

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

Manfaat Terapi Ozon Manfaat Terapi Ozon Pengobatan / Terapi alternatif / komplementer diabetes, kanker, stroke, dll

berkembang, baik pencemaran udara dalam ruangan maupun udara ambien di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bentuk-bentuk sediaan tembakau sangat bervariasi dan penggunaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini jumlah perokok di dunia mengalami peningkatan termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan terjadinya penyakit paru kronik (Kurniawidjaja,2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya pendapatan masyarakat. Di sisi lain menimbulkan dampak

Memaknai Paradigma Peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) atau Hari Tanpa Rokok Sedunia (HTRS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.5

Yang Terhormat (orang tua / pengasuh)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke

PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, yaitu melalui pengindraan yang terjadi melalui penginderaan manusia yaitu: penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa dan lingkungan ( Notoatmodjo, 2003 ). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian dibuktikan bahwa perilaku yang disadari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni : Awareness, Interest, Evaluation, Trial, Adoption (Notoatmodjo, 2003). Perubahan perilaku subjek terhadap rokok dimulai dari subjek mengenal dan mengetahui tentang bahaya merokok terhadap kasehatan terlebih dahulu (Awareness), selanjutnya subjek mulai tertarik terhadap rokok (Interest), setelah itu subjek mulai menimbang keuntungan dan kerugian dari rokok terhadap dirinya (Evaluation), kemudian subjek mulai mencoba berperilaku merokok (Trial), dan akhirnya subjek telah berperilaku baru berupa merokok yang telah disesuaikan

dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap bahaya merokok dan penyakit kanker baru (Adoption). 2. Gambaran Pengetahuan Menurut Notoatmodjo, 2007 pengetahuan mempunyai krireria yaitu tahu (know), Memahami (comprehension), Aplikasi (application), Analisa (analysis) dan Sintesis (synthesis). Tahu diartikan sebagai pengingat suatu maten yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap spesiflk dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, ini merupakan tingkatan yang rendah. Memahami merupakan kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat meginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi. Aplikasi sebagai kemampuan untuk menggunakan suatu materi yang telah dipelajari pada situasi akan kondisi real (sebelumnya) ialah mampu menggunakan hukum-hukum, rumus, metode prinsip dan sebagainya. Dalam situasi yang lain misalnya dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan, analisa kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek di dalam struktur organisasi tersebut dan masalah ada kaitannya satu dengan yang lain, Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata,

seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. Sedangkan Sintesis mewujudkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, atau untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada dan evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian berdasarkan kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan. kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penetitian atau responden ( Notoatmodjo, 2003). 3. Gambaran Pengetahuan Perokok Perokok adalah kebiasaan menghisap tembakau. Pengetahuan perokok akan dampak buruk merokok umumnya rendah, dengan dibuktikan sebagian besar perokok tidak dapat mengingat secara rinci bahaya merokok terhadap kesehatan, beranggapan orang lain yang merokok akan terkena resiko lebih berat dibandingkan dirinya sendiri. Ada lain beranggapan bahkan perokok yang mengerti akan bahaya merokok meremehkan dampak buruknya terhadap kesehatan, cenderung kurang menyadari akan bahaya asap rokoknya pada orang lain dan pemahaman menyeluruh akan bahaya rokok merupakan faktor penting yang memotivasi perokok untuk berhenti merokok (Aditama, 2011).

Orang yang memiliki kebiasaan merokok pada awalnya akibat dari ketertarikan untuk mencoba rokok yang didorong oleh sifat-sifat positif alami manusia yaitu perasaan ingin tahu, perasaan ingin diakui lebih berani oleh lingkungannya, ingin dianggap lebih hebat dari pada orang yang tidak merokok, perasaan setia, senasib sepenanggungan dengan menerima ajakan unutuk merokok ( Partodiharjo, 2007). 4. Definisi Rokok Rokok adalah silinder dari kertas yang berisi daun-daun tembakau yang telah diacah, dan berukuran panjang antara 70 milimeter hingga 120 milimeter, dan mempunyai diameter sekitar 10 milimeter (ukuran ini bervariasi tergantung negara). Rokok dibakar pada salah satu hujungnya, dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada hujung yang lainnya (Robicsek & Francis, 2007). Asap utama adalah asap rokok yang terhisap langsung masuk ke paru-paru lalu dihembuskan kembali, manakala asap sampingan adalah asap rokok yang dihasilkan oleh ujung rokok yang terbakar, dan juga dari hembusan perokok. Asap sampingan adalah lebih berbahaya kepada kesehatan berbanding dengan asap utama (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah (Bustan.N.M, 2007).

5. Kandungan Rokok Beberapa zat kandungan rokok dikenal mempunyai kandungan yaitu sianida, benzene, cadmium, metanol (alkohol kayu), setilena, amonia, formaldehida, hidrogen sianida dan arsenik (Aditama, 2011). Sianida merupakan senyawa kimia yang mengandung kelompok cyano, benzene juga dikenal sebagai bensol atau senyawa kimia organik yang mudah terbakar dan cairan tidak berwarna, cadmium sebuah logam yang sangat beracun dan radioaktif yang ditemukan baterai. Metanol (alkohol kayu) adalah alkohol yang paling sederhana yang juga dikenal sebagai metal alcohol, setilena (bahan bakar yang digunakan dalam obor las) merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon alkuna yang paling sederhana. Selain kandungan itu ada lagi kandungan lain seperti amonia ditemukan di mana-mana di lingkungan tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu, formaldehida cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk mengawetkan mayat, hidrogen sianida adalah racun yang digunakan sebagai fumigan untuk membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat plastik dan pestisida dan arsenik adalah bahan yang terdapat dalam racun tikus. Sedangkan asap yang dihasilkan rokok mengandung tar. Tar itu sendiri mengandung banyak bahan beracun ke dalam tubuh. Ini adalah substansi, tebal lengket, dan ketika menghirup itu melekat pada rambut-rambut kecil di paru-paru. Organ ini melindungi paru-paru dari kotoran dan infeksi, tapi ketika tertutup tar

organ ini tidak dapat melakukan fungsinya. Tar juga melapisi dinding sistem respirasi secara keseluruhan, mempersempit tabung yang transportasi udara (bronchiolus) dan mengurangi elastisitas paru-paru yang pada akhirnya menyebabkan kanker paru-paru dan penyakit pernafasan kronis. Selain itu asap ini juga mengandung karbon monoksida. Karbon monoksida adalah bahan kimia beracun ditemukan dalam asap buangan mobil. Hal inilah yang kemudian bisa menurunkan jumlah oksigen dalam darah dan menghalangi semua kinerja organ pensuplai oksigen di dalam tubuh. Karena tubuh kurang oksigen membuat jantung mengalami penebalan dan bekerja lebih keras memompa darah. Inilah penyebab utama seorang perokok bisa mengalami serangan jantung secara mendadak. Nikotin terdapat juga didalam asap rokok dan akan merangsang hormon adrenalin yang dapat menyebabkan jantung berdebar debar, tekanan dan kadar kolestrol didalam darah akan meningkat yang erat hubunganya dengan serangan jantung (S. Ronald, 2008). 6. Bahaya Merokok Terhadap Kesehatan Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Di mana-mana, mudah menemui orang merokok, lelakiwanita, anak kecil-tua rentang, kaya-miskin; tidak ada terkecuali. Merokok merupakan bagian hidup masyarakat. Dari segi kesehatan, tidak ada satu titik yang menyetujui atau melihat manfaat yang dikandungnya. Namun tidak mudah untuk menurunkan terlebih menghilangkannya. Karena itu gaya hidup ini menarik

sebagai suatu masalah kesehatan, minimal dianggap sebagai faktor resiko dari berbagai macam penyakit. Pada penyakit yang disebabkan oleh rokok sebagian dapat ditangani dengan baik, tetapi pada sebagian besar lainnya masih belum dapat diobati dengan baik, dan bahkan bukan tidak mungkin dapat berakibat fatal pada penderitanya. Karena itu, yang paling penting tentu adalah upaya pencegahan. Dengan kata lain, jangan merokok, atau berhentilah merokok dengan segera sebelum penyakitpenyakit datang menyerang kita semua seperti kanker paru, kanker mulut, kanker rahim, penyakit jantung, gangguan kehamilan dan janin serta penyakit paru. Kanker paru sering dihubungkan dengan kebiasaan merokok sebagai penyebab utamanya. Hal ini telah dibuktikan pada berbagai penelitian di dalam dan di luar negeri. Faktor lain yang mungkin dapat menambah risiko timbulnya kanker paru adalah pencemaran udara dalam industri atau pertambangan. Beberapa bahan pencemar yang dihubungkan dengan kemungkinan meningkatnya risiko kanker paru adalah asbes, arsen, berilium, cadmium, gas mustard, chromium, uranium dan nikel. Tetapi, peranan bahan pencemar ini sebagai penyebab terjadinya kanker paru tidaklah cukup besar, hanya sekitar 10% sampai 20%, dan kebanyakan pada mereka yang bekerja di lingkungan pertambangan atau industri tertentu. Jadi, faktor penyebab utama kanker paru adalah kebiasaan merokok. Para ahli membagi kanker secara umum dalam tiga golongan besar. Golongan pertama adalah kanker yang dapat dicegah, golongan kedua adalah

kanker yang dapat ditemukan dalam stadium dini dan golongan ketiga adalah kanker yang dapat diobati dengan tuntas. Dalam hal ini kanker paru termasuk golongan yang pertama, kanker yang dapat dicegah dengan menghindarkan diri dari kebiasaan merokok. Para ahli bahkan menyatakan bahwa bila kebiasaan merokok di dunia ini tidak dikendalikan maka bukan mustahil akan timbul epidemi kanker paru di tahun 2020 mendatang. Seorang perokok mempunyai kemungkinan 4 sampai 14 kali lebih tinggi untuk mendapatkan kanker paru bila dibandingkan dengan bukan perokok. Bila kita menghubungkan semua kanker pada pria dan wanita maka dewasa ini kanker paru merupakan kanker nomor dua yang paling sering ditemukan di dunia. Salah satu bahan di dalam rokok yang merupakan penyebab kanker paru adalah tar. Bila seseorang mengisap rokok dalam jangka lama maka di dalam parunya akan terjadi berbagai perubahan akibat asap rokok itu. Proses kanker di paru dimulai dengan apa yang disebut masa "prakanker". Perubahan pertama yang terjadi pada masa ini disebut sebagai "metaplasia skuamosa'' yang ditandai dengan perubahan bentuk sel epitel pada permukaan saluran napas dan rusaknya silia atau bulu getar yang ada pada permukaan saluran napas di paru. Bila rangsangan asap rokok berlangsung terus maka metaplasia skuamosa ini dapat berubah menjadi displasia, karsinoma in situ, dan akhirnya menjadi kanker paru. Bila seseorang berhenti merokok pada masa prakanker yang awal maka prosesnya tidak akan berlanjut menjadi kanker, tetapi bila sudah terlambat maka parahlah akibatnya. Timbulnya kanker paru berhubungan dengan jumlah rokok

yang diisap, lamanya merokok, jenis rokok yang diisap dan bahkan berhubungan juga dengan dalam tidaknya isapan yang dilakukan. Artinya, makin banyak rokok yang diisap, makin lama punya kebiasaan merokok, makin tinggi kadar tar rokok yang diisap dan makin dalam seseorang mengisap rokoknya akan makin tinggi pula kemungkinannya ia mendapat kanker paru. Berat ringannya kanker paru ditentukan oleh jenis tumor dan stadium penyakitnya. Ada empat jenis kanker paru yang dikenal, yaitu yang disebut (1) karsinoma epidermoid; (2) adenokarsinoma; (3) karsinoma sel besar; dan (4) karsinoma sel kecil. Jenis yang terakhir adalah jenis yang paling ganas dan paling cepat menyebar ke alat tubuh lain di luar paru. Di pihak lain, stadium penyakit yang paling ringan adalah Stadium I dan yang paling berat digolongkan dalam Stadium IV. Sebelum pengobatan dimulai harus ditentukan dulu jenis kanker dan stadiumnya. Kalau stadiumnya sudah lanjut dan/atau kankernya tergolong amat ganas maka sangat buruklah harapannya. Pengobatan kanker paru terdiri dari pembedahan, penyinaran atau radioterapi, dan pemberian obat-obat sitostatika. Kadang-kadang dilakukan beberapa jenis pengobatan sekaligus, misalnya pembedahan yang kemudian diikuti dengan radioterapi. Cara pengobatan terbaik adalah pembedahan yang biasanya hanya dikerjakan pada stadium-stadium awal. Sayangnya banyak pasien yang datang sudah terlambat sehingga tidak dapat dibedah lagi dan penyembuhannya menjadi amat sulit diupayakan lagi.

Kebiasaan merokok juga dihubungkan dengan berbagai kanker lain, mulai dari kanker mulut sampai ke kanker leher rahim. Resiko bagi laki-laki perokok yang terkena kanker mulut adalah kira-kira lima kali lebih banyak daripada bukan perokok. Risiko untuk kanker tenggorokan se'mbilan kali lebih tinggi dan risiko untuk kanker kandung kemih 2-3 kali lebih tinggi daripada bukan perokok. Seorang penyanyi tenar dunia asal Amerika, yang juga se-orang perokok berat ternyata kemudian meninggal akibat kanker tenggorokan. Kanker bibir, kanker lidah dan kanker kerongkongan (esofagus) juga meningkat pada para perokok. Kebiasaan merokok memang dihubungkan juga dengan kanker dari alatalat tubuh yang tidak berhubungan langsung dengan asap rokok, misalnya kandung kemih, ginjal, leher rahim dan kelenjar pankreas di dalara perut. Diduga kanker akibat diserapnya bahan-bahan karsinogen sampai ke alat-alat tubuh di atas. Sedangkan alat tubuh yang berhubungan dengan asap rokok yaitu mulut, tenggorokan, pita suara dan esophagus rokok dapat menyebabkan kanker, penyakit gusi, pilek dan kerongkongan kering. Lebih dari 90% penderita kanker mulut adalah perokok dan tingkat kematian penderita kanker mulut pada perokok lebih besar 20 sampai dengan 30 kali dibandingkan dengan penderita kanker mulut yang bukan perokok (Suryo.S. 2007). Penyakit jantung bisa dikategorikan penyebab merokok. Seorang tokoh masyarakat dikabarkan meninggal dunia mendadak akibat serangan jantung. Ternyata, serangan jantung ini bukan yang pertama kali baginya. Sebelumnya ia pernah menghadapi serangan serupa yang lebih ringan sifatnya, dan ia masih dapat diselamatkan. Ketika itu, doktemya telah mengharuskan agar tokoh kita ini

berhenti merokok, karena kebiasaan merokok yang telah puluhan tahun dijalaninya merupakan salah satu faktor dan risiko terjadinya serangan jantung, baik serangan yang pertama maupun kemungkinan serangan berikutnya. Tetapi, dalam kesibukannya sehari-hari, pasien ini kembali merokok lagi, kemudian mendapat serangan jantung kembali yang akhirnya tidak dapat ditolong lagi. Kebiasaan merokok memang merupakan salah satu faktor resiko penting sampai terjadinya penyakit jantung koroner, di samping faktor risiko lain seperti tekanan darah tinggi, tingginya kadar lipid atau lemak dalam darah, kegemukan dan lain-lain. Penyakit jantung koroner berhubungan dengan penyempitan atau tersumbatnya pembuluh darah koroner, yaitu pembuluh darah yang berfungsi memberikan aliran darah bagi jaringan jantung. Penyakit inilah yang sering dikenal sebagai penyebab serangan jantung yang mendadak. Dua bahan terpenting dalam asap rokok yang berkaitan dengan penyakit jantung adalah nikotin dan gas CO. Asap rokok mengandung sekitar 0,5% sampai 3% nikotin, dan kalau diisap maka kadar nikotin dalam darah akan berkisar antara 40-50 mg/ml. Nikotin dapat mengganggu jantung, membuat irama jantung menjadi tidak teratur, mempercepat aliran darah, menimbulkan kerusakan lapisan dalam dari pembuluh darah dan menimbulkan penggumpalan darah. Kebiasaan merokok juga diketahui meningkatkan kadar kolesterol dan asam lemak bebas. Nikotin memang mempengaruhi metabolisme lemak dan mempermudah terjadinya penyempitan pembuluh darah di jantung. Hal yang

hampir serupa dapat juga terjadi pada pembuluh darah di otak dengan akibat serangan stroke yang dapat mengakibatkan kelumpuhan. Di pihak lain, gas CO (karbon monooksida) akan mengganggu kemampuan darah kita untuk berikatan dengan oksigen. Gas CO mempunyai kemampuan mengikat zat hemoglobin di dalam darah 200 kali lebih kuat dari pada oksigen. Akibatnya, hemoglobin tidak akan mengikat oksigen dan tubuh kita pun jadi kekurangan oksigen yang merupakan suatu bahan utama bagi kehidupan manusia. Setiap batang rokok mengandung 3% sampai 6% gas CO. Kadar CO dalam darah perokok berat sekitar 5%. Secara umum, kebiasaan merokok berpengaruh pada jantung dan pembuluh darah melalui mekanisme aterosklerotik, gangguan metabolisme lemak, gangguan sistem hemostatik, gangguan irama jantung serta penurunan kemampuan untuk oksigenisa-si. Kaitan antara penyakit jantung dan pembuluh darah dengan rokok juga berhubungan dengan jumlah rokok yang diisap dan lamanya kebiasaan merokok. Perokok akan mengalami serangan jantung tiga kali lebih sering dibandingkan dengan bukan perokok. Kebiasaan merokok juga meningkatkan kematian menjadi dua kali lebih tinggi pada perokok yang sebelumnya pernah mendapat serangan jantung. Jika merokok dimulai dari usia muda maka risiko mendapatkan penyakit jantung koroner adalah dua kali lebih sering dibandingkan bukan perokok, dan banyak yang mendapat serangan jantung sebelum usia 50 tahun. Kebiasaan merokok juga memperburuk keadaan penderita tekanan darah

tinggi serta meningkatkan kemungkinan mendapat penyakit jantung koroner pada kaum wanita yang meminum pil KB (kontrasepsi oral). Pengaruh rokok pada janin dalam kandungan memang sering mendapat sorotan masyarakat umum dan juga kalangan kesehatan. Kebiasaan merokok para calon ibu ternyata membawa akibat buruk pada anak yang akan dilahirkannya. Wanita hamil yang merokok lebih banyak melahirkan bayi yang meninggal bila dibandingkan dengan wanita hamil yang bukan perokok. Seandainya bayi itu lahir normal, maka bayi wanita perokok lebih sering meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya. Berat badan bayi ibu perokok pada umumnya kurang dan mudah menjadi sakit. Berat badan bayi tersebut lebih rendah 40 sampai 400 gram dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu bukan perokok. Sekitar 7% dari ibu-ibu hamil yang merokok satu bungkus sehari mungkin akan melahirkan anak yang beratnya kurang dari 2500 gram, dan persentase ini meningkat mcnjadi 12% pada ibu-ibu hamil yang menghabiskan dua bungkus rokok seharinya. Penurunan berat badan bayi ini dapat terjadi karena beberapa hal. Rokok yang diisap si ibu akan mengganggu oksi-genisasi di tubuh janin karena ikut masuknya karbon monooksida ke peredaran darah janin dan adanya gangguan enzim-enzim pernapasan janin dalam kandungan. Selain itu, gizi ibu perokok meraang biasanya lebih buruk dari yang tidak merokok karena kebiasaan merokok telah diketahui menekan nafsu makan. Selanjutnya, nikotin juga merupakan zat vasokonstriktor yang berakibat mengganggu metabolisme protein dalam tubuh janin yang sedang

berkembang, serta nikotin dapat menyebabkan jantung janin berdenyut lebih lambat dan menimbulkan gangguan pada sistem saraf. Kelainan bawaan pada bayi yang baru lahir, misalnya kelainan katup jantung, ternyata juga lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu perokok dibandingkan dengan yang tidak merokok. Kejadian abortus juga lebih sering terjadi pada wanita-wanita perokok. Para ahli belakangan ini juga mulai mendeteksi adanya kecenderungan gangguan tumbuh-kembang anak-anak dari ibu perokok, baik dari sudut fisik, emosi maupun kecerdasan. Semua keadaan di atas terjadi karena pengaruh bahan-bahan dalam asap rokok seperti gas CO, sianida, tiosianat, nikotin dan karbonik anhidrase, yang selain mengganggu kesehatan ibu juga dapat rnenembus plasenta atau ari-ari dan mengganggu kesehatan janin di daiam kandungan. Paru seorang perokok merupakan suatu alat tubuh yang langsung berhubungan dengan asap rokok. Kebiasaan ini sering menimbulkan keluhan batuk serta dahak yang banyak. Saluran napas yang kecil menjadi meradang dan menyempit. Serangan asma akan menjadi lebih sering dan lebih berat dirasakan, dan infeksi paru akan lebih sering terjadi. Selain itu, kebiasaan merokok secara nyata menurunkan ke-mampuan paru seseorang untuk bernapas dengan baik. Pemeriksaan kemampuan pernapasan, yang disebut tes "faal" paru dengan menggunakan alat spirometer dengan jelas menunjukkan penurunan kemampuan pernapasan seorang perokok.

Penurunan salah satu parameter penting untuk menilai kemampuan pernapasan yaitu volume ekspirasi paksa detik 1 (VEP 1) per tahun adalah 28,7 ml, 38,4 ml dan 41,7 ml, masing-masing untuk nonperokok, bekas perokok dan perokok aktif. Penelitan lain menunjukkan bahwa penurunan VEP 1 pertahun untuk mereka yang tidak merokok berkisar antara 20-30 ml, pada bekas perokok 25-50 ml dan pada perokok sebesar 25-80 ml/tahun. Survei membuktikan bahwa secara umum penurunan VEP 1 per tahun pada perokok ssekitar 10-20 ml lebih banyak daripada bukan perokok. Selain penurunan faal paru, maka berbagai keluhan pernapasan juga akan lebih sering terjadi pada perokok. Pengaruh asap rokok di paru dapat berupa peradangan kronik dari saluran napas. Jumlah sel radang akan meningkat dua sampai empat kali. Oksidan yang dikeluarkan asap rokok dapat juga secara langsung menimbulkan kerusakan pada jaringan paru. Asap rokok juga dapat menimbulkan efek sitotoksik pada makrofag di dalam paru. Asap rokok tercatat mempengaruhi sel neuroendokrin. Asap rokok juga dikenal dapat mengganggu fungsi rambut getar dalam paru sehingga mengganggu proses pembersihan paru dan saluran napas. Pada perokok dapat terjadi perubahan epitel saluran napas ke arah timbulnya kanker di paru. Dua penyakit pada paru selain kanker yang banyak dihubungkan dengan kebiasaan merokok adalah bronkitis kronik dan emfisema paru. Bronkitis kronik ditandai dengan keiuhan batuk berdahak yang berkepanjangan, dan terjadinya karcna ada kerusakan selaput lendir serta silia yang ada pada saluran napas. Emfisema terutama ditandai oleh keluhan sesak napas yang terjadi karena kerusakan pada saluran napas yang kecil.

Kedua penyakit ini tidak jarang terjadi bersama-sama, dan disebut PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik). Penderita PPOK akan mengeluh karena batuk berdahak dan juga sesak napas. Sulitnya, kclainan pada PPOK bersifat irreversible, artinya luiak dapat kembali normal lagi. Upaya yang dapat dilakukan adalah menjaga supaya kelainan tidak makin memburuk dan sedikit banyak mengusahakan perbaikan kemampuan bernapas. Kematian akibat Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) pada mereka yang merokok adalah sepuluh kali lebih tinggi dari yang tidak merokok. Penelitian di Spanyol dan Cina menemukan bahwa tuberkulosis paru juga lebih sering terjadi pada perokok dibandingkan bukan pe-rokok. Selain PPOK, kebiasaan merokok juga dilaporkan dapat memperburuk terjadinya berbagai penyakit paru akibat kerja, seperti halnya silikosis pada para pekerja yang berhubungan dengan debu silika bebas dan asbestosis pada mereka yang bekerja di lingkungan debu asbes. Dapat juga terjadi pembentukan jaringan ikat (fibrosis) paru akibat paparan alumunium dan radon. Pengaruh asap rokok dapat lebih besar daripada pengaruh debu tambang Penelitian menunjukkan bahwa pengaruh buruk debu batubara hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok. Penelitian lain menunjukkan perbandingan terjadinya kematian akibat kanker paru pada mereka yang tidak merokok dan tidak terkena paparan asbes deiigan mereka yang terkena paparan asbes adalah I banding 5,17. Tetapi, pada mereka yang merokok clan juga terkena paparan asbes angkanya menjadi mclonjak menjadi 53,3 Asap rokok sendiri memang dapat menimbulkan kanker. Selain itu, gangguan pembersihan paru pada perokok akan mengakibatkan kontak yang berkepanjangan antara debu asbes dengan saluran

dinding dalam paru. Di pihak lain, partikel asap rokok diduga mengabsorbsi bahan penyebab kanker di asbes dan membawanya ke saluran napas, sementara serat asbes sendiri akan merusak sel dan mengakibatkan masuknya bahan penyebab kanker yang dibawa oleh asap rokok. Salah satu keluhan pernapasan yang perlu dapat perhatian adalah keluhan batuk. Para perokok berat memang biasanya batuk-batuk, terutama di pagi hari. Karena seringnya batuk ini maka tidak jarang orang menyebutnya sebagai "batuk biasa". Pendapat itu adalah salah. Perlu tegaskan di sini bahwa tidak ada batuk yang "biasa". Semua batuk adalah "luar biasa" karena orang yang sepenuhnya sehat tidak akan batuk. Jadi, kalau ada batuk-batuk itu berarti ada yang terganggu. Asap rokok yang terus-menerus diisap itu mengiritasi selaput lendir pada saluran napas, membuat dahak banyak terkumpul dan menye-babkan batuk. Lama kelamaan bukan tidak mungkin akan timbul penyakit yang serius seperti bronkitis kronik atau kanker paru. Karena itu kalau seorang perokok batuk-batuk, waspadalah. Keluhan batuk itu sebenarnya merupakan mekanisme peringatan (warning) yang menyatakan sudah ada gangguan di paru dan saluran napas. Asap rokok telah secara nyata berhubungan dengan makin seringnya dan makin beratnya serangan asma. Kebiasaan merokok merupakan faktor penting yang dapat mencetuskan serangan asma, memperberat serangan dan memperburuk kemampuan pernapasan. Selain itu, beberapa penelitian lain juga menunjukkan bahwa "bronchial hyperresponsiveness" juga makin meningkat pada mereka yang terkena asap rokok, artinya kemungkinan terjadinya serangan asma menjadi makin besar. Penelitian lain menunjukkan bahwa anak asma yang ibunya perokok

ternyata lebih sering datang berobat ke bagian gawat darurat dan lebih banyak membutuhkan obat-obatan dari anak-anak yang ibunya tidak pernah merokok. Efek asap rokok terhadap asma dapat berupa efek penyempitan saluran napas ("simple bronchospastic effect") yang terjadi segera setelah paparan asap dan penyembuhannya menjadi lebih sulit selama mereka tetap merokok. Tidak jarang kita temui pasien sakit maag yang telah berobat berulang kali, telah makan berbagai macam obat, telah menghindari berbagai-jenis makanan yang akan merangsang timbulnya keluhan sakit maag, tetapi tetap saja mengeluh perih ulu hatinya dan berbagai keluhan perut lainnya. Dalam wawancara yang mendalam, ternyata pasien tersebut adalah perokok berat. Akhirnya, dengan penjelasan yang diberikan, pasien itu mau menghentikan kebiasaan merokoknya, dan keluhan sakit maagnya menjadi lebih mudah dikontrol. Di pihak lain, keadaan alergi dan penurunan daya tahan tubuh juga lebih mudah terjadi pada perokok. Penderita kencing manis (diabetes melitus) pada seorang perokok ternyata punya kemungkinan lebih sering mendapat serangan jantung, penyakit pembuluh darah perifer dan bahkan ada laporan yang menghubungkan kebiasaan merokok pada penderita diabetes mellitus dengan terjadinya kebusukan jaringan (gangren). Tar pada rokok juga kini dikaitkan dengan kerusakan kromosom pada manusia. Penelitian pada binatang percobaan menemukan bahwa asap rokok menyebabkan perubahan genetik, gangguan kromosom, menghambat pcrbaikan DNA (Deoxyribonu-cleic acid) yang rusak serta mengganggu sistem enzimatik (Aditama, 2011).