BAB II TINJAUAN PUSTAKA. rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas (Kep Menkes RI No.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BIOTEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI DAUR ULANG PLASTIK DENGAN ENCENG GONDOK SECARA BERTINGKAT. ST.Salammia l.a 1), Sri Indriani 2)

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat khususnya di kotakota

KEMAMPUAN PENYERAPAN ECENG GONDOK TERHADAP AMONIAK DALAM LIMBAH RUMAH SAKIT BERDASARKAN UMUR DAN LAMA KONTAK (STUDI KASUS: RS PANTI WILASA, SEMARANG)

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

LAPORAN PENELITIAN TERAPAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Bab V Hasil dan Pembahasan

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang pesat khususnya di kota-kota besar,

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan dan aktivitas masyarakat Bali di berbagai sektor

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tidak hanya berasal dari buangan industri tetapi dapat berasal

barang tentu akan semakin beraneka ragam pula hasil buangan sampingnya. Dari

BAB I PENDAHULUAN. fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Salah. untuk waktu sekarang dan masa yang akan datang.

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KINERJA COUNSTRUCTED WETLAND DALAM MENURUNKAN KANDUNGAN PHOSPAT (PO 4) DAN AMMONIA (NH 3) PADA LIMBAH RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia mengakibatkan bertambahnya limbah yang masuk ke lingkungan. Limbah

BAB I PENDAHULUAN. Laboratorium merupakan salah satu penghasil air limbah dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai penanganan pencemaran limbah laboratorium

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

PEMANFAATAN ECENG GONDOK (EICHORNIA CRASSIPES) UNTUK MENURUNKAN KANDUNGAN COD(CHEMICAL OXYGEN DEMOND), ph, BAU, DAN WARNA PADA LIMBAH CAIR TAHU

I. PENDAHULUAN. Limbah berbahaya adalah limbah yang mempunyai sifat-sifat antara lain

Klorin merupakan unsur halogen yang sangat reaktif sehingga mudah bereaksi dengan senyawa organik maupun senyawa lainnya. Xu dkk (2005) melaporkan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

Nur Rahmah Fithriyah

BAB III METODE PENELITIAN

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.1. Autotrof. Parasit. Saprofit

SOAL PENCEMARAN AIR. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING TEPAT. DENGAN MEMBERI TANDA SILANG (X) PADA ALTERNETIF JAWABAN YANG TERSEDIA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

I. PENDAHULUAN. kesehatan lingkungan. Hampir semua limbah binatu rumahan dibuang melalui. kesehatan manusia dan lingkungannya (Ahsan, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN. berbahaya dalam arti (toksisitas) yang tinggi, biasanya senyawa kimia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

Oleh: ANA KUSUMAWATI

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Oleh: Afina Kibtiyah Hidayati Dosen Pembimbing: IDAA. Warma Dewanti, S.T., M.T., Ph.D

BAB V PEMBAHASAN. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan limbah laboratorium dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH KONSENTRASI TERHADAP FITOREMIDIASI LIMBAH Zn MENGGUNAKAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes)

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Minyak dan lemak merupakan komponen utama bahan makanan yang juga

SOAL PENCEMARAN AIR. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Dengan memberi tanda silang (x) pada alternetif jawaban yang tersedia.

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal ini tentu saja membawa berbagai dampak terhadap kehidupan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi, baik industri maupun domestik, yang kehadirannya pada suatu saat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.1. Latar Belakang Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan limbah yang. atau limbah klinis dan non klinis baik padat maupun cair.

DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

KEMAMPUAN KOMBINASI ECENG GONDOK DAN LUMPUR AKTIF UNTUK MENURUNKAN PENCEMARAN PADA LIMBAH CAIR INDUSTRI TAHU. R. D. Ratnani,

TIGA PILAR UTAMA TUMBUHAN LINGKUNGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. mencuci, air untuk pengairan pertanian, air untuk kolam perikanan, air untuk

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

BAB I PENDAHULUAN. Semua makhluk hidup memerlukan air. Manusia sebagian tubuhnya terdiri

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab V Hasil dan Pembahasan. Gambar V.10 Konsentrasi Nitrat Pada Setiap Kedalaman

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan.

PEMBUATAN PREPARAT STOMATA METODE LEAF CLEARING DAN PREPAPAT STOMATA SEGAR. Laporan Praktikum Mikroteknik. OLEH : : M. Rizqun akbar : J1C112031

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mikroorganisme banyak ditemukan di lingkungan perairan, di antaranya di

Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Limbah Limbah Rumah Sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas (Kep Menkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004). Mengingat dampak yang mungkin timbul, maka diperlukan upaya pengelolaan yang baik meliputi alat atau sarana, keuangan dan tata laksana pengorganisasian yang ditetapkan dengan tujuan memperoleh kondisi rumah sakit yang memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan. Air limbah rumah sakit umumnya mempunyai komposisi yang hampir sama dengan limbah rumah tangga atau domestik. Perbedaannya adalah adanya kandungan mikroorganisme, bahan kimia beracun dan bahan radioaktif yang terdapat pada limbah rumah sakit. Limbah rumah sakit dapat dikatagorikan sebagai limbah yang mengandung berbagai bahan organik yang salah satunya mengandung ammonia. Ammonia merupakan senyawa nitrogen yang mudah larut dalam air dan bersifat basa sehingga dalam air akan membentuk ammonium hidroksida. Ammonia dapat berpengaruh pada reflex pernafasan, batuk-batuk, sesak napas lalu tiba-tiba lemas, serta dapat menganggu selaput conjunctive pada mata. Dijumpai pula efek kronis pada bronchus, peningkatan eksresi ludah, gejala kencing tersendat-sendat / urine retention (Margono, et al, 1991). 2.1.1 Limbah padat Rumah Sakit Limbah padat rumah sakit adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien. Termasuk dalam kajian 5

tersebut juga kegiatan medis di poliklinik, perawatan, bedah, kebidanan, otopsi dan ruang laboratorium. Limbah padat menurut (Soemirat, 2009) dapat digolongkan menjadi limbah benda tajam terdiri dari jarum, pipet, pecahan kaca dan pisau bedah. Limbah infeksius terdiri dari limbah yang dihasilkan oleh laboratorium, kamar isolasi, kamar perawatan, dan sangat berbahaya karena bisa juga menularkan penyakit. Limbah jaringan tubuh terdiri dari darah, anggota badan hasil amputasi, cairan tubuh dan plasenta. Limbah farmasi berupa obat-obatan atau bahan yang telah kadaluarsa, obat- obat yang terkontaminasi, obat yang dikembalikan pasien atau tidak digunakan. Limbah kimia berupa limbah kimia yang berbahaya, tidak berbahaya dan limbah yang bisa meledak atau yang hanya bersifat korosif. Limbah radioktif bahan yang terkontaminasi dengan radio-isotop. Limbah ini harus dikelola sesuai dengan peraturan yang diwajibkan. 2.1.2 Limbah cair Rumah Sakit Dalam melakukan fungsinya rumah sakit menimbulkan berbagai limbah dan sebagian dari limbah tersebut merupakan limbah yang berbahaya. Sebagian dari limbah rumah sakit berbentuk cair sehingga disebut dengan limbah cair. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan (Depkes RI, 2006). Sumber air limbah rumah sakit dibagi atas tiga jenis yaitu air limbah infeksius, air limbah domestik dan air limbah kimia. Menurut (Adisasmito, 2007) dalam buku Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit, limbah cair rumah sakit terdiri dari limbah cair infeksius dan non 6

infeksius. Limbah cair infeksius berasal dari kegiatan pelayanan MCK (Mandi, Cuci, Kakus) pasien berupa limbah cair dalam kamar mandi dan pencucian peralatan yang digunakan, laboratorium klinis berupa air limbah dari pencucian peralatan laboratorium dan sejenisnya, pengobatan atau perawatan klinis terutama berasal dari kegiatan pencucian ginjal dan pencucian peralatan ruang operasi, laundry dan pembersihan ruang infeksi, emergency dan radiologi. Pengolahan limbah dengan memanfaatkan teknologi pengolahan dapat dilakukan dengan cara fisika, kimia dan biologis atau gabungan ketiga sistem pengolahan tersebut. Pengolahan limbah cara biologis digolongkan menjadi pengolahan cara aerob dan pengolahan limbah cara anaerob (Ginting, 2007). 2.2 Eceng gondok (Eichornia crassipes) Menurut (Gerbano, 2005) menyebutkan eceng gondok termasuk famili Pontederiaceae. Tanaman ini hidup di daerah tropis maupun subtropis. Eceng gondok digolongkan sebagai gulma perairan yang mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan dan berkembang biak secara cepat. Tempat tumbuh yang ideal bagi tanaman eceng gondok adalah perairan yang dangkal dan berair keruh, dengan suhu berkisar antara 28-30º C dan kondisi ph berkisar 4-12. Di perairan yang dalam dan berair jernih di dataran tinggi, tanaman ini sulit tumbuh. Eceng gondok mampu menghisap air dan menguapkannya ke udara melalui proses evaporasi. Eceng gondok yang berkembang di Indonesia berasal dari Amerika Selatan (Brazil). Tanaman ini didatangkan tahun 1894 sebagai koleksi di Kebun Raya Bogor. Pada umumnya eceng gondok tumbuh mengapung di atas 7

permukaan air dan lahan lahan basah atau di antara tanaman tanaman pertanian yang dibudidayakan di lahan basah. Tanaman ini banyak dijumpai pada daerah rendah di pinggiran sawah, danau, waduk, rawa dan kawasan industri di pinggir sungai dari hulu sampai hilir (Gerbono, 2005., Thayagajaran, 1984). Daun eceng gondok berbentuk bulat telur, berwarna hijau segar dan mengkilap. Pada perairan yang mengandung nitrogen tinggi, eceng gondok memiliki daun yang relatif lebar dan berwarna hijau tua. Sebaliknya di perairan yang mengandung nitrogen rendah, eceng gondok memiliki daun yang relatif kecil dan berwarna kekuning-kuningan, karena pertumbuhan eceng gondok tergantung dari nutrisi yang tersedia dan cahaya matahari untuk fotosintesis. Tangkai daun memanjang, berbentuk silindris, dengan diameter 1-2 cm. Tangkai ini mengandung air yang dibalut serat yang kuat dan lentur. Akar tanaman ini mampu menetralisir air yang tercemar limbah, sehingga seringkali dimanfaatkan untuk penanganan limbah industri, Bunga eceng gondok berwarna ungu muda (nila) dan banyak dimanfaatkan sebagai bunga potong. Eceng gondok memiliki keunggulan dalam kegiatan fotosintesis, penyediaan oksigen dan penyerapan sinar matahari. (Sumber Hidayat, 1993). Gambar 1. Eeceng gondok (Eichornia crassipes) 8

Bagian dinding permukaan akar, batang dan daunnya memiliki lapisan yang sangat peka sehingga pada kedalaman yang ekstrem sampai 8 meter di bawah permukaan air masih mampu menyerap sinar matahari serta zat-zat yang larut di bawah permukaan air. Akar, batang, dan daunnya juga memiliki kantungkantung udara sehingga mampu mengapung di air. Keunggulan lain dari eceng gondok adalah dapat menyerap senyawa nitrogen dan fosfor dari air yang tercemar, berpotensi untuk digunakan sebagai komponen utama pembersih air limbah dari berbagai industri dan rumah tangga. Karena kemampuannya yang besar, tanaman ini diteliti oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA) untuk digunakan sebagai tanaman pembersih air di pesawat ruang angkasa (Little, 1979., Thayagajaran, 1984). Eceng gondok juga dapat digunakan untuk menurunkan konsentrasi COD dari air limbah (Zimmel, 2006., Tripathi, 1990). Struktur anatomi eceng gondok terdiri dari struktur batang, struktur daun dan struktur akar. Batang tanaman eceng gondok (petiola) yang berbentuk bulat menggembung, didalamnya penuh dengan ruang-ruang udara yang berfungsi untuk mengapung diatas permukaan air. Lapisan terluar dari petiola adalah epidermis. Lapisan epidermis pada eceng gondok tidak berfungsi sebagai alat perlindungan jaringan, tetapi berfungsi untuk mengabsorbsi gas-gas dan zat-zat makanan secara langsung dari air. Jaringan di sebelah dalam banyak terdapat jaringan pengangkut yang terdiri dari xylem dan floem, dengan letak yang tersebar merata di dalam parenki (Widyaningsih, 2007). Menurut (Zimmel, 2006) dalam meneliti mengenai kemampuan eceng gondok untuk mengolah limbah cair tahu didapatkan kesimpulan bahwa eceng 9

gondok dapat digunakan untuk mengolah limbah cair tahu. Dalam penelitian tersebut pertumbuhan eceng gondok dapat meningkatkan. Eceng gondok mempuyai ciri ciri daun yang berbentuk bulat telur, ujungnya tumpul dan hampir bulat. Tulang daun membengkok dengan ukuran 7-25 cm dan di permukaan sebelah atas daun banyak dijumpai stomata. Eceng gondok mempunyai akar serabut. Akar eceng gondok dapat mengumpulkan lumpur. Lumpur akan melekat di antara bulu-bulu akar. Di belakang tudung akar (kaliptra) akan terbentuk sel-sel baru untuk jaringan akar baru (meristem). Syarat pertumbuhan yang optimum bagi eceng gondok adalah air yang dangkal, ruang tumbuh luas, air tenang, cukup cahaya matahari, suhu antara 20-30ºC, cukup unsur hara, dan ph antara 7-7,5. Eceng gondok memanfaatkan kedalaman air secara terbatas yakni antara 2-3 meter. Namun di daerah tropis ada kemungkinan sampai sedalam 5 meter. Hal ini disebabkan penetrasi cahaya matahari hanya akan terjadi pada kedalaman 2-3 meter atau paling banyak 5 meter di bawah permukaan air. Kedalaman air tidak mempengaruhi produksi biji eceng gondok tetapi mempengaruhi perkecambahan biji. Prosentase perkecambahan biji eceng gondok yang dibenamkan beberapa sentimeter di dalam lumpur menjadi menurun jika dibandingkan dengan yang diletakkan pada permukaan lumpur. Ketenangan air merupakan faktor yang sangat penting untuk memungkinkan pertumbuhan massal dari eceng gondok. Keadaan air yang bergolak karena mengalir atau bergelombang karena angin dapat menghambat pertumbuhan eceng gondok. Eceng gondok sangat memerlukan cahaya matahari yang cukup dan suhu optimum 25-30º C. Hal ini dapat dipenuhi dengan baik oleh iklim tropis, kecuali 10

di rawa-rawa yang terlindung oleh hutan. Perkecambahan biji eceng gondok sangat dipengaruhi oleh cahaya, dalam keadaan gelap, biji eceng gondok tidak dapat berkecambah. Eceng gondok merupakan tumbuhan yang sangat toleran terhadap kadar unsur hara yang rendah dalam air, tetapi sangat besar respon terhadap kadar unsur hara yang tinggi. Pertumbuhan eceng gondok dipengaruhi oleh ph. Pada ph sekitar 7,0-7,5 eceng gondok mempunyai pertumbuhan yang lebih baik. Pada ph di bawah 4,2 dapat meracuni pertumbuhan eceng gondok sehingga eceng gondok mati. Eceng gondok dapat dimanfaatkan untuk proses pemulihan lingkungan. Pemanfaatan tumbuhan dalam aktivitas kehidupan manusia untuk proses pemulihan lingkungan yang tercemar dengan menggunakan tumbuhan telah dikenal luas dengan istilah fitoremediasi (phytoremediation) (Sriyana, 2006 dan Mangkoedihardjo, 2005). Proses fitoremediasi ini berlangsung secara alami dengan enam tahapan proses secara serial yang dilakukan tumbuhan terhadap zat kontaminan/pencemar yang berada di sekitarnya dan menurut (Mangkoedihardjo, 2005) keenam tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Phytoaccumulation (phytoextraction) yaitu proses tumbuhan menarik zat kontaminan dari media sehingga berakumulasi di sekitar akar tumbuhan. Proses ini disebut juga hyperaccumulation. 2. Rhizofiltration (rhizo=akar) adalah proses adsorpsi atau pengendapan zat kontaminan oleh akar dengan cara menempel pada akar. Proses ini telah dibuktikan dengan percobaan menanam bunga matahari pada kolam mengandung zat radio aktif di Chernobyl, Ukraina. 11

3. Phytostabilization yaitu penempelan zat-zat kontaminan tertentu pada akar yang tidak mungkin terserap ke dalam batang tumbuhan. Zat-zat tersebut menempel erat pada akar sehingga tidak akan terbawa oleh aliran air dalam media. 4. Rhyzodegradation yaitu penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas mikroba yang berada di sekitar akar tumbuhan. Misalnya ragi, fungi dan bakteri. 5. Phytodegradation (phytotransformation) yaitu proses yang dilakukan tumbuhan untuk menguraikan zat kontaminan yang mempunyai rantai molekul yang kompleks menjadi molekul yang sederhana yang dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri. Proses ini dapat berlangsung pada daun, batang, akar atau di luar sekitar akar dengan bantuan enzim yang dikeluarkan oleh tumbuhan itu sendiri. 6. Phytovolatilization yaitu proses menarik dan transpirasi zat kontaminan oleh tumbuhan dalam bentuk yang telah menjadi larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya lagi untuk selanjutnya diuapkan ke atmosfer. Beberapa tumbuhan dapat menguapkan air 200-1000 liter per hari untuk setiap batang. Mekanisme penyerapan limbah organik, metode penurunan atau penghilangan substansi toksis dalam air limbah dengan media tanaman lebih dikenal dengan istilah fitoremediasi. Fitoremediasi adalah pemanfaatan tanaman untuk mengekstraksi, menghilangkan dan mendetoksifikasi polutan dari lingkungan. Eceng gondok menyerap zat - zat organik melalui ujung akarnya sehingga menurunkan kandungan BOD, COD, ammonia, phospat dan padatan tersuspensi yang merupakan tolak ukur percemaran zat-zat organik (Suardhana IW, 2009). Zat zat organik yang terserap akan masuk ke dalam 12

batang melalui pembuluh pengangkut kemudian menyebar ke seluruh bagian tanaman eceng gondok. Pada proses ini zat organik akan mengalami reaksi biologi dan terakumulasi di dalam batang tanaman, kemudian diteruskan ke daun (Sriyana, 2006). Menurut Dinges (1982), eceng gondok mampu menurunkan kadar total bakteri coliform dan fecal bakteri coliform limbah kota. Kecepatan dan banyaknya penyerapan dipengaruhi oleh berbagai faktor, misalnya jenis logam/zat pencemar, umur dan ukuran tumbuhan, lamanya kontak berlangsung. Kemampuan eceng gondok dalam penyerapan adalah karena adanya vakuola dalam struktur sel. Mekanisme penyerapan yang terjadi yaitu dengan adanya bahan-bahan yang diserap menyebabkan vakuola mengelembung, maka sitoplasma terdorong ke pinggiran sel sehingga protoplasma dekat dengan permukaan sel. Hal ini menyebabkan pertukaran atau penyerapan bahan antara sebuah sel dengan sekelilingnya menjadi lebih efisien. Sebuah sel yang bervakuola dapat mencapai ukuran lebih besar dari pada tanpa vakuola. Sitoplasma berfungsi sebagai bengkel sel karena di dalamnya berlangsung sebagian besar kegiatan kimiawi antar sel berlangsung melalui dinding sel dengan proses difusi dan osmosa. (Loveless, 1987). 13