ANALISIS SALURAN DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN TELUR ITIK DI KABUPATEN SITUBONDO.

dokumen-dokumen yang mirip
Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN KENDAL JAWA TENGAH

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KECAMATAN RINGINREJO KABUPATEN KEDIRI Mega Yoga Ardhiana 1), Bambang Ali Nugroho 2) dan Budi Hartono 2)

ABSTRACT. Keywords: Marketing, Channel Marketing, Margin, Copra

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

Distribusi Penjualan Telur Itik.Agnes Debora Hutabarat

ANALISIS PEMASARAN TEMPE PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA MULTI BAROKAH DI KOTA PALU

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

ANALISIS POLA SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN AYAM BURAS (Studi Kasus pada Peternakan Ayam Buras Jimmy s Farm, Cipanas Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

KAJIAN PEMASARAN TELUR AYAM DI KECAMATAN SUKOREJO KABUPATEN PASURUAN

FARMER SHARE DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KACANG HIJAU

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN TRADISIONAL ITIK PETELUR DI KABUPATEN JEMBER.

DISTRIBUSI DAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG PANJANG

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

ABSTRAK. Kata Kunci: Pola saluran pemasaran; marjin pemasaran; efisiensi pemasaran ABSTRACT

MARJIN TATANIAGA AYAM BROILER DARI HULU KE HILIR DI PASAR IBUH KOTA PAYAKUMBUH JURNAL. Oleh : SAPTA BAYU PUTRA NPM

Analisis Pemasaran Susu Segar di Kabupaten Klaten

Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol 3 No. 1 ISSN

ANALISIS PEMASARAN SAPI BALI DI KECAMATAN BANTAENG KABUPATEN BANTAENG

Analisis Tataniaga Kambing Di Pasar Hewan Wlingi Kabupaten Blitar

Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman

ANALISIS TATANIAGA AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN TONGKOL HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI DESA SERAYA TIMUR KECAMATAN KARANGASEM

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PEMASARAN KARET POLA SWADAYA DI KECAMATAN PANGKALAN KURAS KABUPATEN PELALAWAN

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Peternak Barokah Abadi Farm Kabupaten Ciamis.

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL. Analisis Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali Di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. INDRYANI ALI NIM.

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

ANALISIS PEMASARAN SUSU SEGAR DI KABUPATEN KLATEN THE ANALYSIS OF FRESH MILK MARKETING IN KABUPATEN KLATEN

EFFICIENCY MARKETING ANALYSIS OF HONEY BEE IN PASURUAN

MARGIN PEMASARAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI TEMPAT PENDARATAN IKAN SODOHOA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB III METODE PENELITIAN

PEMASARAN SUSU DI KECAMATAN MOJOSONGO DAN KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI. P. U. L. Premisti, A. Setiadi, dan W. Sumekar

ANALISIS MARJIN PEMASARAN AGROINDUSTRI BERAS DI KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAMBU AIR DI DESA MRANAK KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal

RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

MARKETING EFFICIENCY OF PARTNERSHIP SCHEME BROILERS AT SUBDISTRICT KEPUNG KEDIRI REGENCY. Ahmad Zubaidi Adi Ana, Budi Hartono 1 dan Hari Dwi Utami 2

ANALISIS PEMASARAN CENGKEH DI DESA JONO OGE KECAMATAN SIRENJA KABUPATEN DONGGALA

ANALISIS PEMASARAN KOPRADI DESA TAMBU KECAMATAN BALAESANG KABUPATEN DONGGALA

III. METODE PENELITIAN

PEMASARAN MINYAK KELAPA DI KABUPATEN PURWOREJO ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

SALURAN DAN MARGIN PEMASARAN KELAPA KOPYOR DI KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

PEMASARAN IKAN CAKALANG (KATSUWONUS PELAMIS) SEGAR DI PASAR BINAYA KOTA MASOHI

Efisiensi Pemasaran Mangga Gedong Gincu (Mangifera Indica L) di Kabupaten Majalengka

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI DESA SIDONDO I KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA MAWAR POTONG DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT. Abstrak

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PEMBUATAN GARAM DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara

EFISIENSI PEMASARAN EMPING MELINJO DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JERUK MANIS. (MARKETING EFFICIENCY ANALYSIS OF SWEET ORANGE) Djoko Koestiono 1, Ahmad Agil 1

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi

METODE PENELITIAN. GaneÇ Swara Vol. 8 No.2 September Tujuan dan Manfaat Penelitian. Jenis Penelitian. Lokasi Penelitian.

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

Nurida Arafah 1, T. Fauzi 1, Elvira Iskandar 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

ANALISIS PEMASARAN TANAMAN HIAS PUCUK MERAH (OLEINA SYZYGIUM) PADA USAHA KEMBANG ASRI DI KOTA PALU

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Cikuya Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya)

SISTEM PENYALURAN BERAS KOMERSIL MELALUI SALURAN RUMAH PANGAN KITA DI PT XYZ LAMPUNG. Pangan Kita in PT XYZ Lampung)

212 ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 3, Oktober 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

Analisis Hubungan Fungsi Pemasaran.Rika Destriany

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

ANALISIS SALURAN PEMASARAN TAHU BULAT (Studi Kasus pada Perusahaan Cahaya Dinar di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Marketing Efficiency carp seed (Cyprinus carpio) in Kenagarian Lansek Kadok South Rao Pasaman District of West Sumatra Province ABSTRACT

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

ANALISIS MARGIN PEMASARAN DAGING AYAM RAS PETELUR AFKIR DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN DAIRI

SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN TEMBAKAU RAKYAT: Kasus Subak Cengcengan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Oleh Drs. Ketut Mudita, SP. M.Agb.

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DAGING SAPI DI PASAR SENTRAL KOTA GORONTALO

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

TREND PRODUKSI DAN PROSPEK PENGEMBANGAN KOMODITAS BUAH NAGA DI KABUPATEN JEMBER

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 TATANIAGA DAGING SAPI DI KABUPATEN PURWOREJO. Mariyono, Dyah Panuntun Utami dan Zulfanita ABSTRAK

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KELAPA (Cocos nucifera L) (Suatu Kasus di Desa Ciakar Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran) Abstrak

J. Sains & Teknologi, Agustus 2015, Vol.15 No.2 : ISSN LEMBAGA PEMASARAN KOMODITI PALA DI KOTA TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di subdistrito Ainaro Vila dan Suco Nugufu, distrito

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

MARKETING ANALYSIS OF SMALL AND LARGE BROILER FARMING ON SINAR SARANA SENTOSA PARTNERSHIP SCHEME AT MALANG REGENCY

EFISIENSI PEMASARAN SUSU PASTEURISASI DI CV. CITA NASIONAL KABUPATEN SEMARANG. P. S.A. Sihombing, T. Ekowati, W. Sumekar

Transkripsi:

ANALISIS SALURAN DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN TELUR ITIK DI KABUPATEN SITUBONDO Latifatul Hasanah 1, Ujang Suryadi 2, Wahjoe Widhijanto 2 1Manajemen Bisnis Unggas, Politeknik Negeri Jember 2Jurusan Perternakan, Politeknik Negeri Jember Email: latifah.fatul.awu@gmail.com INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan margin pemasaran telur itik di Kabupaten Situbondo. Metode yang digunakan untuk menggumpulkan data ialah survei dengan bantuan kuesioner dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan analisis efisiensi pemasaran pada distribusi panjang dan pendek masing-masing sebesar 2,84% dan 1,16%. Saluran distribusi pendek lebih efisien dibandingkan dengan saluran distribusi panjang, sehingga saluran distribusi pendek memberikan keuntungan yang lebih besar bagi pelaku pemasaran telur itik di Kabupaten Situbondo. Kata kunci : Saluran Distribusi, Telur Itik, Keuntungan Pemasaran ABSTRACT This study aims to find out the distribution and marketing margins of duck eggs in Situbondo. The methods used to collect data were survey and interviews suported by questionnaires. The analisys of short and long distribution channels showed were 2.84% and 1.16% respectively. The short distribution channel was more efficient than long distributin channel, so that it provided greater benefits for marketing of duck eggs in Situbondo. Keyword: Distribution Channels, Duck Eggs, Marketing Margins PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha peternakan itik merupakan salah satu usaha peternakan yang cukup berperan dalam perekonomian. Hasil produksi itik berupa telur dan daging yang dapat di konsumsi serta banyak diminati oleh masyarakat (Kurnianingrum, 2008). Produksi telur itik di Kabupaten Situbondo mengalami peningkatan dari 382.246 kg pada tahun 2013 (BPS, 2013) menjadi 385.708 kg (BPS, 2014). Produsen telur dalam memasarkan telur itik menggunakan berbagai cara agar produk telur itik sampai ke tangan konsumen. Pemasaran ini membutuhkan proses yang panjang dan biaya yang tinggi. Salah satu bentuk usaha untuk mencapai tujuan dan sasaran dibidang pemasaran adalah dengan kegiatan pemilihan saluran pemasaran. Semakin panjang rantai pemasaran biasanya semakin tinggi biaya pemasaran, dan semakin tidak efisien. Biaya pemasaran ini sering kali diukur dengan margin pemasaran yaitu bagian yang dibayarkan konsumen ketika membeli produk atau barang yang diperlukan untuk menutupi biaya yang dikeluarkan dalam proses pemasaran (Kotler, 2005). 25

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk saluran distribusi pemasaran telur itik dan mengetahui saluran pemasaran telur itik yang lebih efisien di Kabupaten Situbondo. MATERI DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif dengan menggunakan metode survei. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu secara purpossive sampling, yaitu penentuan lokasi penelitian dengan cara sengaja. Sampel yang di gunakan sebanyak 50 responden yang terdiri dari 15 peternak, 10 pedagang pengepul, 25 pedagang pengecer. Data yang diambil merupakan data primer dan data sekunder. Data primer diambil menggunakan kuesioner dengan metode wawancara, sedangkan data sekunder diambil dari data Badan Pusat Statistik. Data yang diperoleh dianalisis secara diskriptif, sedangkan margin pemasaran dianalisis menggunakan analisis margin pemasaran dan distribusi margin pemasaran yang diterima masing-masing pemasaran menggunakan rumus menurut Sudiyono (2002). Mp = Pr Pf Keterangan: Mp = Margin pemasaran (Rp/butir) Pr = Harga penjualan (Rp/butir) Pf = Harga pembelian (Rp/butir) Margin pemasaran setiap model saluran pemasaran yang terlibat digunakan rumus Menurut Swasta (1999 ). Keterangan: Mt = Margin pemasaran total M1 = Margin pemasaran lembaga pemasaran ke-1 M2 = Margin pemasaran lembaga pemasaran ke-2 Mn = Margin pemasaran lembaga pemasaran ke-n Analisis efisiensi pemasaran dilihat dari share harga yang diterima produsen menurut Fanani (2002). Mt = M1 + M2 + Mn Ep = BP NP x 100% Keterangan: Ep = Efisiensi pemasaran (%) BP = Total biaya pemasaran (Rp/butir) NP = Total nilai produk yang dipasarkan (Rp/butir) Jika Ep nilainya paling kecil maka paling efisien HASIL DAN PEMBAHASAN Saluran Distribusi Pemasaran Telur Itik Sistem pemasaran telur itik yang ada di Kabupaten Situbondo sebagian besar melibatkan pedagang pengepul dan pedagang pengecer, hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat pengetahuan peternak dalam proses pemasaran telur itik serta lebih efisien waktu dan biaya. Hasil pengamatan dan penelusuran diketahui bahwa pemasaran telur itik di Kabupaten Situbondo seperti pada Gambar 1. 26

Analisis Saluran Pemasaran Saluran pemasaran merupakan komponen penting dalam pemasaran barang dan jasa, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pemasaran telur itik di Kabupaten Situbondo terdapat 2 saluran distribusi yaitu saluran distribusi panjang dan saluran distribusi pendek. Adapun bentuk saluran distribusi tertera pada Gambar 2. Saluran Distribusi Panjang Saluran distribusi panjang merupakan saluran pemasaran telur itik yang menggunakan dua pedagang perantara yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Saluran pemasaran ini di mulai dari peternak ke pedagang pengumpul, selanjutnya pedagang pengecer, dan terakhir konsumen. Harga jual telur itik pada pedagang pengepul Rp1.420,00/butir dan harga beli Rp1.160,00/butir, sehingga margin pemasaran yang didapat oleh pedagang pengepul adalah Rp260,00/butir, sedangkan harga jual telur itik pada pedagang pengecer Rp1.790,00/butir dan harga beli Rp1.420,00/butir, sehingga margin pemasaran yang diperoleh pedagang pengecer adalah Rp370,00/butir. Margin pemasaran pada saluran distribusi panjang terdapat dua margin pemasaran yaitu margin pemasaran pedagang pengepul Rp260,00/butir dan margin pemasaran pedagang pengecer Rp370,00/butir, sehingga margin pemasaran saluran distribusi panjang di Kabupaten Situbondo adalah Rp630,00/butir. Biaya penjualan telur itik yang dikeluarkan oleh pedagang pengepul pada saluran distribusi panjang sebesar Rp37,75/butir dan biaya pedagang pengecer sebesar Rp13.41/butir, sehingga biaya pemasaran telur pada saluran distribusi panjang di Kabupaten Situbondo adalah Rp51,16/butir. Gambar 1. Bentuk saluran distribusi pemasaran. Keuntungan yang dicapai pada pedagang pengepul yaitu Rp222,25/butir yang didapat dari harga jual telur itik dikurangi dengan harga beli telur dan biaya pemasaran telur, sedangkan keuntungan yang dicapai pedagang pengecer pada saluran distribusi pendek yaitu Rp357,00/butir, sehingga keuntungan yang diperoleh pada saluran distribusi panjang yaitu Rp579,25/butir, yang artinya dalam setiap butir telur itik yang terjual keuntungan yang diperoleh adalah sebesar Rp579,25. 27

Saluran Distribusi Pendek Saluran distribusi pendek merupakan saluran pemasaran telur itik yang hanya menggunakan satu pedagang perantara yaitu pedagang pengepul, pada saluran ini peternak menjual ke pedagang pengepul dan pedagang pengepul ke konsumen. Margin pemasaran pada Gambar 2. diperoleh dari harga jual dikurangi dengan harga beli, harga jual telur pedagang pengecer pada saluran distribusi pendek Rp1.700,00/butir dengan harga beli Rp1.120,00/butir, sehingga margin pemasaran pada saluran distribusi pendek yaitu Rp580,00/butir. Gambar 2. Saluran pemasaran telur itik di Kabupaten Situbondo. Biaya pemasaran saluran distribusi pendek Rp19,75/butir, biaya tersebut merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan telur itik di Kabupaten Situbondo, artinya pada saluran distribusi pendek dalam setiap satu butir telur membutuhkan biaya pemasaran Rp19,75. Biaya pemasaran pada saluran distribusi lebih sedikit dikarenakan pedagang pengecer hanya mengeluarkan biaya transportasi untuk membeli telur ke peternak dan melakukan pemasaran di pasar. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1999) besar kecilnya biaya pemasaran yang dikeluarkan tergantung dari panjang pendeknya jalur pemasaran dan peran fungsi tata niaga. Keuntungan pedagang pengecer pada saluran distribusi pendek Rp560,25/butir, yang didapat dari harga jual telur itik dikurangi dengan harga beli dan biaya penjualan telur itik. Keuntungan yang didapat pada saluran distribusi pendek cukup tinggi, hal ini dikarenakan biaya yang dekeluarkan untuk menjual telur itik tidak terlalu besar, saluran distribusi pendek hanya menggunakan satu perantara dalam memasarkan telur itik sehingga keuntungan yang diperoleh sangat tinggi. Daniel (2002) yang menyatakan bahwa semakin panjang jarak dan semakin banyak perantara yang terlibat dalam pemasaran, maka biaya pemasaran semakin tinggi dan margin tata niaga juga semakin besar. Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986) bahwa semakin jauh daerah konsumen terhadap daerah produksi maka semakin 28

besar biaya tata niaga. Jika perbedaan distribusi biaya pada masing-masing saluran distribusi pemasaran semakin besar, maka saluran distribusi pemasaran dikatakan semakin tidak efisien (Supriyono, 1998). Analisis Efisiensi Saluran Distribusi Pemasaran Efisiensi pemasaran terjadi bila biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi. Adapun efisiensi pemasaran pada lembaga pemasaran saluran distribusi panjang dan pendek disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis efisiensi pemasaran menunjukkan bahwa efisiensi saluran distribusi panjang yaitu 2,84% dan saluran distribusi pendek yaitu 1,16%, saluran pemasaran telur itik yang memiliki nilai efisiensi terkecil adalah saluran distribusi pendek. Tabel 1. Efisiensi Saluran Pemasaran Efisiensi Pemasaran Telur Itik Saluran Biaya Pemasaran Nilai Produk yang Distribusi (Rp/butir) Dipasarkan (Rp/butir) Efisiensi Pemasaran (%) (a) (b) (a : b) x 100 Panjang 51,16 1.800,00 2,84 Pendek 19,75 1.700,00 1,16 Hal ini dikarenakan saluran distribusi pendek tidak mengeluarkann biaya yang besar, yaitu Rp19,75/butir dengan harga jual telur itik pada konsumen sebesar Rp1.700,00/butir. Biaya pemasaran pada saluran distribusi panjang Rp51,16/butir dengan harga jual telur itik pada konsumen Rp1.800,00/butir. Saluran distribusi pendek dalam hal ini merupakan saluran distribusi yang lebih efisien dibandingkan dengan saluran distribusi panjang. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dilon (2008) yang menyatakan bahwa semakin tinggi biaya pemasaran akan menunjukkan semakin rendahnya efisiensi sistem pemasarannya. Lebih lanjut dinyatakan oleh Downey dan Erickson, (1992) bahwa semakin panjang rantai pemasaran yang digunakan oleh suatu lembaga akan semakin tidak efisien. Hasil analisis yang didapat dari analisis margin pemasaran adalah saluran distribusi panjang memiliki margin pemasaran yang paling besar yaitu Rp630,00/butir dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp51,16/butir dan keuntungan yang diperoleh yaitu Rp579,25/butir. Saluran distribusi pendek memiliki margin pemasran yang lebih kecil yaitu Rp580,00/butir dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp19,75/butir dan keuntungan yang diperoleh yaitu Rp560,25/butir. Analisis efisiensi pemasaran menunjukkan bahwa efisiensi saluran distribusi panjang sebesar 2,84% dan saluran distribusi pendek sebesar 1,16% (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa saluran pemasaran telur itik yang memiliki nilai efisiensi terkecil terdapat pada saluran distribusi pendek. 29

Hasil uji dan analisis margin pemasaran menunjukkan bahwa saluran distribusi berpengaruh terhadap hasil atau keuntungan pemasaran telur itik. Saluran distribusi pendek lebih efisien dibandingkan dengan saluran distribusi panjang, sehingga saluran distribusi pendek memberikan keuntungan yang lebih besar bagi pelaku pemasaran telur itik di Kabupaten Situbondo. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saluran distribusi pendek lebih efisien dibandingkan dengan saluran distribusi panjang, sehingga saluran distribusi pendek memberikan keuntungan yang lebih besar bagi pelaku pemasaran telur itik di Kabupaten Situbondo. Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Dillon, H.S. 2008 Manajemen Distribusi Produk- Produk Agroindustri. Percetakan TI-ITS. Jakarta. Downey, W.D. dan S.P. Erickson. 1989. Manajemen Agribisnis. Erlangga. Jakarta. Hanafiah, A.M. dan A.M. Saefuddin. 1986. Tata niaga Hasil Perikanan. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid I. PT. Indeks Kelompok Gramedia. Jakarta. Kurnianingrum, A.R. 2008. Analisis saluran dan marjin pemasaran studi empirik komoditas telur ayam ras. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 9(2). Rasyaf, M. 1999. Memasarkan Hasil Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta. Sudiyono, A. 2002. Pemasaran Pertanian. UMM Press. Malang. Supriyono, A. 1998. Pengantar Tata Niaga Pertanian Teori dan Aplikasi. Faperta UNEJ. Jember. Swasta, B dan Sukotjo. 1999. Pengantar Bisnis Modern. Liberty. Yogyakarta Saran Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui variabel lain yang berpengaruh terhadap efisiensi saluran distribusi panjang maupun saluran distribusi pendek. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. https://jatim.bps.go.id/linktabelstatis/ view/id/52. Diakses tanggal 30 Oktober 2015. Badan Pusat Statistik (BPS). 2014. https://jatim.bps.go.id/linktabelstatis/ view/id/550. Diakses tanggal 30 Oktober 2015. 30