BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III Metode Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi dan komplikasinya adalah salah satu penyebab kematian nomor satusecara global

POLA SIDIK JARI ANAK-ANAK SINDROM DOWN DI SLB BAKHTI KENCANA DAN ANAK-ANAK NORMAL DI SD BUDI MULIA DUA YOGYAKARTA

DERMATOGLIFI UJUNG JARI DAN TELAPAK TANGAN PENDERITA TUNAGRAHITA DI SEKOLAH LUAR BIASA SAWAHLUNTO. Oleh: Oktarina, Meliya Wati dan Rina Widiana

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keselamatan lalu lintas jalan saat ini. sudah merupakan masalah global yang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan tertentu dengan mempergunakan alat tertentu pula.

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II

BAB I PENDAHULUAN. Masalah transportasi atau perhubungan merupakan masalah yang

EKSPLORASI POLA SIDIK JARI DAN SUDUT AXIAL TRIRADIUS DIGITAL (ATD) PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI PALEMBANG

DERMATOGLIFI UJUNG JARI DAN TELAPAK TANGAN PENDERITA HEMOFILIA DI SUMATERA BARAT. Oleh:

VARIASI POLA SIDIK JARI MAHASISWA BERBAGAI SUKU BANGSA DI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu. lintas banyak terjadi di dunia. Tidak hanya di dunia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya

Analisis Pola Sidik Jari Tangan dan Jumlah Sulur Serta Besar Sudut ATD Penderita Diabetes Mellitus di Rumah Sakit Umum Daerah Jambi

BAB I PENDAHULUAN. dapat diungkap karena bantuan dari disiplin ilmu lain. bantu dalam penyelesaian proses beracara pidana sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tata cara kita berperilaku atau

Perbedaan Pola Sidik Jari Anak-Anak Sindrom Down dan Anak- Anak Normal di Purwokerto

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

Variasi Sidik Palmar dan Phalanx Distal pada Penderita Kanker Payudara di Surabaya

STUDI PEMAHAMAN MAHASISWA SEBAGAI PENGENDARA TERHADAP RAMBU LALU LINTAS DAN MARKA JALAN DI KOTA PADANG

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB III PRAKTIK MASYARAKAT KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN MEMILIKI MODA ANGKUTAN DAN KETAATAN TERHADAP LALU LINTAS

CHECK LIST PERSYARATAN DOKUMEN KLAIM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

BAB I PENDAHULUAN. bukan suatu kebutuhan namun pada saat sekarang dapat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh keadaan geografis dan demografisnya. Menurut Kementrian

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Surat Ijin Mengemudi (SIM)

Catatan Kritis Pengelolaan PNBP di Kepolisian RI. Indonesia Corruption Watch Jakarta, 10 Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekitar 1,27 juta orang meninggal di jalan setiap tahunnya di dunia, dan 20 -

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan. tujuan membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang pada

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Fenomena maraknya kriminalitas di era globalisasi. semakin merisaukan segala pihak.

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU PENGEMUDI SEPEDA MOTOR PADA BERBAGAI KEADAAN LALU LINTAS JALAN DENGAN KARAKTERISTIK PENGEMUDI, KENDARAAN, DAN PERJALANAN

Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan

HUBUNGAN POLA DERMATOGLIFI DENGAN HIPERTENSI ESSENSIAL

SYARAT UMUM MEMPEROLEH SIM (SURAT IZIN MENGEMUDI)

MEKANISME PENERBITAN SIM SIM PERSEORANGAN SIM UMUM SIM BAGI WNA

UNTAET REGULASI NOMOR 2001/8 TENTANG PENDIRIAN REZIM UNTUK MENGATUR LALU LINTAS DI TIMOR LOROSAE

III. METODE PENELITIAN. yang bertujuan mendeskrifsikan apa-apa yang saat ini berlaku, didalamnya

Foto 5. public adress Foto 7. public adress

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

PENGADILAN TINGGI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. sepeda motor yang tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi). Kurangnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. baik masih hidup ataupun telah mati, dari yang masih utuh dan belum mengalami

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

KUESIONER. Identitas Responden

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terabaikan oleh lembaga pemerintahan. Menurut undang-undang no 22 tahun 2009

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM UNIT PELAYANAN SIM 4.1. PROSEDUR PENERBITAN SURAT IZIN MENGEMUDI ( SIM )

Pengertian Maksud dan Tujuan Pembuatan Visum et Repertum Pembagian Visum et Repertum

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N. Nomor : 1 / Pid.B / 2014 / PN-SBG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG PROSES PELAYANAN PENERBITAN SIM

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan penyebab pertama kematian pada remaja usia tahun (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB IV ANALISIS SIDIK JARI SEBAGAI SARANA PEMBUKTIAN TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN. A. Analisis Pembuktian Tindak Pidana Pembunuhan Dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

BAB I PENDAHULUAN. turis-turis tersebut di berbagai kota dan daerah di Indonesia, sehingga. berbagai wilayah dan belahan dunia.

I. PENDAHULUAN. bahwa : Tidak ada satupun lembaga kemasyarakatan yang lebih efektif di dalam. secara fisik tetapi juga berpengaruh secara psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang menjadi generasi muda yang lebih baik dan berguna bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atika Permata Sari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi. Undang-Undang Dasar 1945 telah mengamanatkan bahwa negara

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR NOMOR DOKUMEN : SOP-SIMLING- /II/2017

LAPORAN - POLISI. c. Jenis kendaraan yang terlibat. 1. Mobil Pick Up Mitsubishi Colt T120 DN 8054 VQ.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 11 TAHUN 2010

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAYANAN SIM NO. REVISI 00 TANGGAL TERBIT: 2016 DIPERIKSA OLEH KASAT LANTAS T T D

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Kecelakaan. 1. Jumlah kecelakaan dan jumlah korban kecelakaan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BUKU MONITORING KESEHATAN PENGEMUDI

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. York pada tanggal 30 Mei Pada tanggal 17 Agustus tahun yang sama,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

MODUL-1 LUKA / TRAUMA

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jumlah Sulur sebagai Penanda Diabetes Mellitus Tipe-2 Etnis Minangkabau. Ridge count as Type-2 diabetes mellitus marker in Minangkabau Ethnic

KANTOR PELAYANAN TERPADU SAMSAT DAN SATLANTAS POLTABES SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Munculnya gelombang reformasi di akhir dekade 90-an yang ditandai dengan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatoglifi atau pola sidik jari merupakan gambaran guratan-guratan yang menonjol khas pada ujung jari manusia, bersifat unik dan berbeda-beda bagi setiap individu. Adanya sulur yang paralel membentuk suatu pola pada ujung jari, telapak tangan dan kaki. Gambaran tiap sulur dermal ini ditentukan oleh banyaknya gen yang saling mempengaruhi dan mungkin beberapa diantaranya bersifat dominan dan tidak dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan sesudah lahir (Burns & Graham, 2005). Sidik jari telah digunakan untuk keperluan identifikasi, hubungan keturunan, maupun membantu diagnosis (Suryadi, 1985) Menurut Supardi (2002) dalam Veneza (2013), Sidik jari berperan sangat penting dalam proses identifikasi personal dan mengungkap pelaku suatu tindak pidana. Sidik jari adalah kulit yang menebal dan menipis membentuk suatu punggungan pada telapak jari yang membentuk suatu pola, sidik jari tidak akan hilang sampai seseorang meninggal dunia dan busuk, goresan-goresan atau luka biasanya pada waktu kulit berganti akan membentuk pola yang sama. Kecuali kulit tersebut mengalami luka bakar yang parah. Pola dermatoglifi merupakan salah satu variasi biologis yang berbeda dari orang yang satu dengan orang yang lain. Pembentukan pola dematoglifi terjadi sebelum usia 12 minggu perkembangan embrio. Pola dermatoglifi tidak akan berubah setelah 12 minggu sehingga pola dermatoglifi dapat digunakan sebagai alat identifikasi personal (Chintamani, 2007). Terdapat media yang menggunakan sidik jari sebagai alat identifikasi personal seperti absensi sidik jari, kartu identitas, dan dokumen lain seperti SKCK. Pada abad 20, sidik jari dikembangkan ke arah security system yang berfungsi sebagai data keamanan. Sebagai contoh mesin absensi kartu identitas yang terdapat sidik jari sebagai identitas personal seperti SIM, KTP, dan Ijazah.

Penduduk baru yang ingin membuat kartu KTP baru, di dalam salah satu prosedur pembuatan melalui proses pengambilan sidik jari sebagai identitas pribadi. Selain pada kartu KTP, pembuatan kartu SIM untuk pengendara bermotor baik yang beroda dua atau lebih pada salah satu prosedurnya juga melalui proses pengambilan sidik jari sebagai identitas pribadi. Perbedaannya adalah pada kartu KTP tidak tercantumkan sidik jari dari pemilik kartu, sedangkan pada kartu SIM selain pada database juga dicantumkan gambaan pola sidik jari dari pemilik kartu pada sisi depan kartu sim disamping identitas pemilik. Sidik jari yang terdapat di SIM nantinya akan dibandingkan dengan cap sidik jari yang dilakukan peneliti. Faktanya, Sidik jari yang terdapat di kartu sim memiliki beberapa keterbatasan seperti pada cetakan pada kartu sim yang blur atau tidak jelas, terlalu tebal, teknik pengambilan atau penekanan jari yang tidak sesuai. Kartu SIM dinyatakan tidak berlaku lagi apabila salah satunya kartu SIM dalam keadaan rusak dan tidak terbaca lagi (Kepolisian Negara RI, 2012). Dalam ilmu daktiloskopi, sidik jari dikatakan identik apabila mempunyai minimal 12 titik yang sama dalam satu ruas jari dan tidak perlu lengkap semua, bisa kelingking atau ibu jari (Supardi (2002) dalam Veneza (2013)). Menurut Peraturan KAPOLRI Nomor 9 tahun 2012 Pasal 4, SIM berfungsi sebagai: a. legitismasi kompetensi pengemudi merupakan bentuk pengakuan dan penghargaan dari Negara Republik Indonesia kepada para peserta uji yang telah lulus ujian teori, ujian keterampilan melalui simulator, dan ujian praktik. b. identitas pengemudi karena memuat keterangan identitas lengkap nama, alamat, tanggal lahir, tinggi badan, cap sidik jari pengemudi. c. kontrol kompetensi pengemudi, SIM sebagai alat penegakan hukum dan bentuk akuntabilitas pengemudi. d. identitas forensik kepolisian, karena keterangan identitas pada SIM dapat digunakan untuk mendukung kegiatan penyelidikan dan penyidik pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas serta tindak pidana lain.

Banyak Penduduk menjadi lebih cepat mempunyai SIM daripada KTP. Hal ini karena dalam Pasal 77 ayat (1) UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan menyatakan bahwa setiap penduduk yang memiliki kendaraan bermotor wajib untuk memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis Kendaraan Bermotor yang dikemudikan. Semakin mudahnya orang memperoleh kendaraan dan meningkatnya gaya hidup hedonisme membuat kendaraan saat ini bukan lagi menjadi barang mewah. Dengan makin meningkatnya kegiatan manusia untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, seseorang diharuskan memiliki kendaraan untuk mempermudah dalam berpergian dari satu tempat ke tempat yang lain. Sebagai contoh seseorang dapat mengansur uang muka Rp. 500.000 untuk memiliki kendaraan bermotor (Kompasiana, 2015). Berdasarkan data BPS (Badan Pusat Statistik) D.I Yogyakarta tahun 2012, populasi pengemudi kendaraan bermotor berjumlah 1.537.534 buah dengan 1.531.006 buah kendaraan pribadi, 374 buah kendaraan umum, dan 6.154 buah kendaraan pemerintah. Tabel 1.1. Jumlah kendaraan bermotor yang terdaftar di BPS D.I Yogyakarta tahun 2012 Jenis Kendaraan Bukan Umum, Perorangan Umum, Perusahaan Pemeritahan Jumlah Total 1. Sepeda Motor Solo/Single Motorcycle 1,502,745 374 6,135 1,509,245 2. Sepeda Motor dengan Kereta 12 - - 12 Samping 3. Scooter/ Scooter 2,380-17 2,397 4. Trail 22,597-2 22,599 5. Kendaraan bermotor lainnya 3,272 - - 3,272 Sumber : BPS D.I. Yogyakarta (2012)

Berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2012 pasal 25 ayat 1 dan UU No. 22 Tahun 2009 Pasal 81 ayat 2, Persyaratan Umur yang berhak memiliki SIM paling rendah yaitu: a. Berusia 17 tahun untuk SIM A, SIM C, dan SIM D, b. Berusia 20 tahun untuk SIM B I, c. Berusia 21 tahun untuk SIM B II, d. Berusia 20 tahun untuk SIM A Umum, e. Berusia 22 tahun untuk SIM B I Umum, dan f. Berusia 23 tahun untuk SIM B II Umum. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian untuk mengetahui akurasi keterbacaan sidik ibu jari tangan kanan pada kartu SIM dalam proses identifikasi personal. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana perbedaan keterbacaan sidik ibu jari yang tercetak pada kartu SIM dibandingkan dengan sidik ibu jari tangan kanan yang sesungguhnya? 1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perbedaan keterbacaan pola sidik ibu jari tangan kanan pada kartu SIM. 1.4 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai keterbacaan pola sidik ibu jari tangan kanan pada Kartu SIM belum pernah dilakukan, akan tetapi ada beberapa penelitian yang mempunyai topik yang serupa dengan penelitian penulis penelitian tersebut dilakukan oleh : 1. Veneza,D.A. (2013) yang berjudul Fungsi Sidik Jari Dalam Mengidentifikasi Korban dan Pelaku Tindak Pidana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui fungsi sidik jari dalam mengidentifikasi korban dan mengungkap pelaku tindak pidana. Penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara dan studi dokumentasi dengan data yang terdapat pada kantor POLRESTABES Makassar. Hasil penelitian menunjukkan fungsi sidik jari sangat penting

dalam mengungkap atau membuktikan korban dan pelaku secara ilmiah dan membantu untuk memperjelas identitas korban. 2. Lahiri, A., Bandyopadhyay, S., Adhya, S., Ghosh, S., Goswami, S., Bhattacharya, P. (2013) yang berjudul A Study on Relationship between Dermatoglyphics and Hypertension. Penelitian ini adalah penelitian cross sectional untuk mengetahui hubungan dermatoglifi palmar dengan kejadian hipertensi pada 145 orang dengan tekanan darah normal dan 131 orang dengan hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola loop ulnar memiliki frekuensi yang lebih tinggi pada kedua populasi (populasi hipertensi dan populasi tidak hipertensi). 3. Umana., Uduak, E., Netete, B.V., Timbuak, J.A., Ibegbu, A.O., Musa, S.A., Hamman, W.O. (2014) yang berjudul Dermatoglyphics and Cheiloscopy Pattern in Hypertensive Patients; A Study in Ahmadu Bello University Teaching Hospital, Zaria, Nigeria and Environs. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola dermatoglifi dan pola cheiloscopy pada pasien hipertensi yang mengunjungi klinik rawat jalan Ahmadu Bello University Teaching Hospital (ABUTH), Zaria. Penelitian dilakukan secara cross sectional dengan subyek penelitian 118 pasien yang secara klinis didiagnosis dengan hipertensi dan 126 subyek yang normotensif yang tidak memiliki riwayat keluarga hipertensi. Hasil penelitian menyatakan adanya hubungan antara pola sidik jari dan lip print dengan hipertensi pada perempuan. Sedangkan pada laki-laki tidak ada hubungan antara pola sidik jari hipertensi, tapi pola lip print menunjukkan hubungan dengan hipertensi. 4. Lathif, N., Hidayatno, A., Isnanto, R.A. (2011) yang berjudul Aplikasi Sidik Jari untuk Sistem Presensi Menggunakan Magic Secure 2500. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat sistem presensi berbasis sidik jari menggunakan perangkat keras magic secure 2500. Penelitian dilakukan dengan melakukan pengujian yang dimodifikasi dalam 5 variasi arah menempelkan sidik jari. Jari yang diujikan adalah ibu jari tangan kanan, ibu jari tangan kiri, jari tangan tengah kanan, dan

kelingking tangan kanan. Responden penelitian yang digunakan adalah 15 orang responden. Hasil penelitian yang diperoleh adalah sistem memiliki tingkat persentase keberhasilan mengenali sidik jari sebesar 96,33%. 5. Ainur, A., Hastuti, J., Nugraha, Z.S. (2009) yang berjudul Pola Sidik Jari Anak-Anak Sindrom Down di SLB Bahkti Kencana dan Anak-Anak Normal di SD Budi Mulia Dua Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan untuk mengatahui meneliti perbedaan pola sidik jari dan perbedaan Total Ridge Count (TRC) pada anak dengan sindrom down di SLB Bahkti Kencana dan anak normal di SD Budi Mulia Dua Yogyakarta. Penelitian dilakukan secara cross sectional pada dua kelompok subjek yang masingmasing berjumlah 10 anak. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan gambaran pola whorl pada kelompok anak dengan sindrom down dan kelompok anak normal, tetapi tidak terdapat perbedaan pada pola sidik jari lainnya. 6. Mundijo, T. (2016) yang berjudul Gambaran Pola Sidik Jari pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang Angkatan Tahun 2015. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pola sidik jari pada mahasiswa FK UM Palembang. Penelitian bersifat deskriptif dengan metode total sampling dengan total 90 orang. Hasil penelitian menunjukkan pola loop ulnar lebih dominan sebesar 42,28% dan pola dengan frekuensi paling sedikit jumlahnya adalah arch sebesar 9,62%. Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian di atas yang telah dilakukan sebelumnya yaitu penulis akan melakukan penelitian untuk mengetahui keterbacaan pola sidik ibu jari tangan kanan pada kartu SIM sebagai sarana identifikasi personal. Penelitian ini merupakan penelitian awal yang berhubungan dengan pemanfaatan sidik ibu jari tangan kanan pada kartu SIM, sehingga nantinya kartu SIM dapat digunakan sebagai salah satu media identifikasi personal.

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Bagi Peneliti Dapat melatih mahasiswa untuk belajar menulis karya tulis ilmiah dan dapat melakukan penelitian yang sesuai khususnya mengenai fungsi pola sidik jari pada kartu SIM. 1.5.2 Bagi Masyarakat Menambah kemanfaatan kartu identitas yang memiliki sidik jari seperti kartu SIM atau ijasah yang digunakan sebagai alat identitas personal. 1.5.3 Bagi Kepolisian Dapat membantu kepolisan dalam mengidentifikasi jika ada korban Mr. X yang bisa di crossmatch dengan database INAFIS polres.