PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA MATA PELAJARAN FISIKA Paino SMA Negeri 2 Tebing Tinggi, kota Tebing Tinggi Abstract: The purpose of this Classroom Action Research to know with the use of Jigsaw type cooperative learning model can improve student learning outcomes in the eyes of Physics Lesson in grade XII 6 IPA3 SMA Negeri 2 Tebing Tinggi academic year 2015/2016. Of the 25 students obtained the results of research with average value at the time of pretes of 41.2 and increased to 62.5 in cycle I then on the test results cycle II increased to 85.6. At the pretest level of learning learn 12.00%, after done the action on the first cycle of students' mastery level of 64%. In the second cycle obtained student learning completeness level of 92%. It can be concluded that the use of Jigsaw type cooperative learning model can improve student learning outcomes in the subject of Physics Subject matter Symptoms and characteristics of sound waves and light in class XII IPA3 SMA Negeri 2 Tebing Tinggi academic year 2015/2016. Keywords: jigsaw, sound waves, light Abstrak: Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini untuk mengetahui dengan penggunaan model dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata Pelajaran Fisika di kelas XII 6 IPA3 SMA Negeri 2 Tebing Tinggi T.A 2015/2016. Dari 25 orang siswa diperoleh hasil penelitian dengan rata-rata nilai pada saat pretes sebesar 41,2 dan meningkat menjadi 62,5 pada siklus I kemudian pada hasil tes siklus II meningkat menjadi 85,6. Pada saat pretes tingkat ketuntasan belajar 12,00%, setelah dilakukan tindakan pada siklus I tingkat ketuntasan belajar siswa sebesar 64%. Pada siklus II diperoleh tingkat ketuntasan belajar siswa sebesar 92%. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan model dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata Pelajaran Fisika materi pokok Gejala dan ciri-ciri gelombang bunyi dan cahaya di kelas XII IPA3 SMA Negeri 2 Tebing Tinggi academic year 2015/2016. Kata kunci: jigsaw, gelombang bunyi, cahaya 432
Belajar dan pembelajaran dalam Fisika harus diartikan sebagai proses pembentukan kompetensi bukan hanya sekedar proses transfer pengetahuan oleh guru kepada peserta didik saja, artinya guru tidak hanya melakukan kegiatan pembelajaran yang bersifat satu arah saja yaitu berpusat pada guru yang hanya mentransfer pengetahuan oleh guru kepada peserta didik. Dalam hal ini sesuai hasil observasi guru di kelas XII SMA Negeri 2 Tebing Tinggi, guru jarang menggunakan proses pembentukan kompetensi yaitu keterampilan-keterampilan dalam proses belajar yang mana guru hanya melakukan proses pembelajaran satu arah saja yaitu hanya berpusat pada guru saja sehingga siswa merasa bosan dan tidak berminat dalam pembelajaran Fisika. Dalam pembelajaran Fisika sering kali terdapat siswa masih sukar menerima dan mempelajari Fisika terutama pada materi pokok Gejala dan ciri-ciri gelombang bunyi dan cahaya bahkan banyak yang mengeluh bahwa pembelajaran Fisika tidak menarik dan susah untuk dipahami akibatnya hasil belajar siswa pada Pelajaran Fisika rendah. Untuk itu guru harus dapat memilih metode, model dan strategi pembelajaran yang tepat agar siswa tidak hanya mendapat nilai yang baik tetapi juga dapat memahami dan memperoleh pengalaman nyata pada saat pembelajaran, tetapi kenyataannya dalam proses pembelajaran guru masih belum mampu menggunakan model pembelajaran yang bervariasi serta adanya kesulitan mengubah model pembelajaran yang dianggap benar, afektif dan kreatif dalam mengajarkan Fisika. Pembelajaran Fisika dapat dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw agar dapat menumbuhkan tanggung jawab siswa dan terlibat secara aktif dalam memahami suatu persoalan dan juga dapat menyelesaikannya secara berkelompok. Model yaitu merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pembelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Banyak upaya yang dapat dilakukan guru agar hasil belajar siswa bisa meningkat. Salah satunya adalah dengan menggunakan alat peraga dalam pembelajaran. Alat peraga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam menyampaikan materi pelajaran, sehingga pembelajaran tidak monoton. Alat peraga yang digunakan tidak harus berteknologi tinggi dan mahal tetapi dapat berupa alat yang sederhana dan mudah diperoleh siswa disekitar tempat tinggal mereka. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan guru di SMA Negeri 2 Tebing Tinggi, guru hanya berfokus pada bahan ajar berupa buku paket atau buku pegangan saja sehingga siswa kurang paham terhadap materi yang diajarkan. Masalah lain yang sering ditemui dalam pembelajaran yaitu siswa secara terpaksa harus menerima, mencatat dan menghafal apa yang disampaikan guru, sehingga siswa tidak berani untuk mengemukakan pendapat. Selain itu, pendekatan pembelajaran yang digunakan masih bersifat tradisional yaitu duduk, dengar, catat dan hafal. Pembelajaran seperti ini membuat siswa cepat bosan, tidak kreatif dan pasif. 433
METODE Penelitian dilakukan di kelas XII SMA Negeri 2 Tebing Tinggi T.A 2015/2016. Kegiatan penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dalam waktu tiga bulan dari bulan Juli sampai September 2016. Subjek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah seluruh siswa kelas XII IPA3 SMA Negeri 2 Tebing Tinggi T.A 2015/2016 yang berjumlah 25 orang siswa. Objek penelitian adalah merupakan tindakan untuk mening-katkan hasil belajar siswa. Dalam hal ini tindakan yang dilakukan adalah penerapan model. Data penelitian dikumpulkan melalui tes dan observasi. Tes dilakukan setelah kegiatan belajar mengajar berakhir. Tes yang digunakan adalah tes bentuk penugasan (lembar kerja kelompok) dan essay. Tes bentuk penugasan dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa secara lisan, sedangkan tes essay digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan. Observasi dalam hal ini dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Adapun yang dilakukan adalah mengamati aktivitas pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Observasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian tindakan, dengan rencana yang telah disiapkan dan untuk mengetahui sejauh mana tindakan yang dilakukan dapat menghasilkan perubahan kemampuan penguasaan siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan di kelas XII IPA 3 SMA Negeri 2 Tebing Tinggi dengan menggunakan model untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok Gejala dan ciri-ciri gelombang bunyi dan cahaya di kelas XII T.A 2012/2013. Berikut persentase keberhasilan siswa dalam menjawab soal-soal yang diberikan pada saat pretes, siklus I dan Siklus II. Tabel 1. Hasil Prestes Hasil Belajar Nilai Nilai Terendah 0 Nilai Tertinggi 75 Nilai Rata-Rata 41,2 Ketuntasan Klasikal 12% Dari prstes menunjukkan bahwa hanya 3 orang siswa atau 12% yang tuntas belajar dengan tingkat keberhasilan dalam klasikal sangat rendah dan 22 siswa atau 88% siswa lainnya masih tergolong belum tuntas belajar. Berdasarkan data tes awal tersebut secara klasikal masih tergolong belum tuntas. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kemampuan awal siswa masih sangat rendah dalam menyelesaikan soal latihan yang berkaitan dengan Gejala dan ciri-ciri gelombang bunyi dan cahaya. Tabel 2. Hasil Belajar Siklus I Hasil Belajar Nilai Nilai Terendah 15 Nilai Tertinggi 100 Nilai Rata-Rata 62,5 Ketuntasan Klasikal 64% Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pemahaman materi maka 434
guru memberikan postes II yang diberikan pada akhir siklus seperti yang telah dilakukan pada siklus I. Guru memberikan 10 soal essay tes kepada siswa. Setelah diberikan postes II ternyata hasil yang diperoleh sudah mencapai ketuntasan secara klasikal. Berikut hasil postes II yang diberikan pada siswa. Tabel 3. Hasil Belajar Siklus II Hasil Belajar Nilai Nilai Terendah 55 Nilai Tertinggi 100 Nilai Rata-Rata 85,6 Ketuntasan Klasikal 92% Dari siklus II bahwa siswa yang tuntas belajar berjumlah 23 orang siswa atau 92,00% dengan keberhasilan sangat tinggi dan siswa yang tidak tuntas atau yang belum mencapai nilai 61 sejumlah 2 orang siswa atau 8,00%. Dengan demikian dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pada pokok bahasan Gejala dan ciri-ciri gelombang bunyi dan cahaya berdasarkan tingkat keberhasilan secara keseluruhan sudah tergolong tuntas. Berikut persentase keberhasilan siswa dalam menjawab soal-soal yang diberikan pada saat postes II. Berdasarkan observasi refleksi dan evaluasi di atas, siswa yang tuntas belajar bertambah 7 siswa atau 28% sehingga ketuntasan klasikal pada siklus II dengan jumlah siswa yang tuntas belajar menjadi 23 siswa atau 92%. Hal ini berarti telah mencapai ketuntasan yang diinginkan guru sehingga tindakan berikutnya tidak dilanjutkan. Pembahasan Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam pembelajaran Fisika materi pokok Gejala dan ciri-ciri gelombang bunyi dan cahaya melalui penjelasan yang dilaksanakan guru telah terlaksana dengan optimal dan lebih dari 80% siswa sudah mampu menjawab soalsoal latihan dengan baik, walaupun dalam pelaksanaannya siswa masih ada yang belum memahami keseluruhan materi ajar tersebut yang terlihat dari hasil setiap tes kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal latihan. Berdasarkan pengumpulan data selama siklus I telah diperoleh nilai untuk tes kemampuan siswa pada saat pretes dan postes siklus I di Kelas XII IPA3 SMA Negeri 2 Tebing Tinggi melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata Pelajaran Fisika. Hasil penelitian pada saat pretes sebelum diberikan tindakan diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 41,2 dengan ketuntasan ketuntasan klasikal 3 orang siswa atau 12,00% dikatakan belum berhasil baik secara individu maupu secara keseluruhan. Setelah pemberian tindakan melalui penggunaan model yang dilakukan guru pada siklus I diperoleh nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 62,5 dengan tingkat ketuntasan belajar siswa yaitu 16 orang siswa atau 64,00% dan ketercapaian kemampuan siswa secara klasikal dalam menyelesaikan soal yaitu 50%. Berdasarkan analisis data siklus I diperoleh kesimpulan sementara bahwa penggunaan model yang dilakukan guru belum dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada 435
mata Pelajaran Fisika sehingga perlu perbaikan dan pengembangan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada isklus II. Pada tindakan siklus II, dilakukan perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I. penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada siklus II, guru memperdalam pemahaman siswa pada materi pokok Gejala dan ciri-ciri gelombang bunyi dan cahaya dalam artian mengulang kembali materi pelajaran. Dari tes kemampuan menyelesaikan soal diperoleh nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 85,6 dengan ketuntasan belajar meningkat menjadi 92,00% dan ketercapaian kemampuan siswa secara klasikal dalam menyelesaikan soal yaitu 100%. Hal ini berarti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dilaksanakan guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata Pelajaran Fisika materi pokok Gejala dan ciriciri gelombang bunyi dan cahaya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 13 tentang rata-rata nilai perubahan hasil belajar siswa saat pretes, postes I pada siklus I dan postes II pada siklus II. Dalam hal ini penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata Pelajaran Fisika materi pokok Gejala dan ciriciri gelombang bunyi dan cahaya. Pelaksanaan tindakan ini guru telah merancang dalam pembelajaran Fisika pada materi pokok Gejala dan ciri-ciri gelombang bunyi dan cahaya. Namun pada kenyataanya siswa pada saat pembelajaran berlangsung kurang aktif dan suasana kelas tidak kondusif (siswa ribut). Untuk mengatasi hal ini guru menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Dimana proses pembelajarannya berdasarkan kelompok yang dibentuk secara heterogen. Dengan ini siswa di ajak untuk belajar secara kelompok dan menjadi ahli dalam kelompoknya masing-masing dengan teman diskusinya. Model ini sangat efektif selain melatih siswa berfikir dan mengeluarkan pendapat, siswa juga di tuntut untuk bertanggung tanggung jawab dalam menyelesaikan soal serta memiliki rasa percaya diri untuk berbicara di depan orang banyak dalam penyampaian materi. SIMPULAN 1. Rata-rata nilai pada saat pretes sebesar 41,2 meningkat menjadi sebesar 62,5 pada siklus I dan meningkat menjadi 85,6 pada siklus II. 2. Sebelum dilaksanakan tindakan, kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal essay masih rendah dan yang berhasil yaitu 3 orang siswa atau 12,00%. Setelah dilakukan tindakan pada siklus I diperoleh tingkat ketuntasan belajar yaitu 16 orang siswa atau 64,00% yang berarti secara keseluruhan siwa belum mencapai standar minimal ketuntasan belajar pada penelitian ini. Hasil tes pada siklus II diperoleh tingkat ketuntasan belajar siswa 23 orang siswa atau sebesar 92,00% yang berarti setelah dilakukan siklus II siswa secara keseluruhan sudah mencapai standar ketuntasan belajar di atas 75%. 3. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari hasil postes I ke postes II diperoleh 436
peningkatan. Hasil postes inilah yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada mata Pelajaran Fisika materi pokok Gejala dan ciri-ciri gelombang bunyi dan cahaya meningkat. DAFTAR PUSTAKA Aqib, Z. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Dewi, R. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Medan: Pasca Sarjana Unimed. Dimyati, dkk. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Jufri, W. 2013. Belajar dan Pembelajaran SAINS. Bandung: Pustaka Reka Cipta Rusman. 2011. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. Sagala, S. 2010. Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Slameto. 2010. Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 437