Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 3, Juli 2015 ISSN 2087-3557 SMP Negeri 2 Wonokerto Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan dalam menulis drama berdasarkan anekdot menggunakan teknik latihan terbimbing. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pratindakan dan tindakan. Tahap tindakan terdiri atas siklus I dan siklus II. Tahap pratindakan bertujuan untuk mengetahui keadaan awal kemampuan menulis drama siswa. Penelitian dilakukan di kelas VIII.3 SMP N 2 Wonokerto. Alat pengambilan data nontes yang digunakan berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi foto. Analisis data dilakukan dengan teknik kuantitatif dan teknik kualitatif. Hasil penelitian penggunaan teknik latihan terbimbing dapat meningkatkan keterampilan menulis drama berdasarkan anekdot. Kata Kunci: Drama; Keterampilan Menulis; Teknik Latihan Terbimbing 2015 Didaktikum PENDAHULUAN Keterampilan menulis sebagai salah satu cara berkomunikasi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menyampaikan maksud kepada orang lain atau pembaca dengan menggunakan bahasa tulis yang baik dan benar sehingga apa yang ditulis dan disampaikan sesuai dengan apa yang diinginkan penulis. Keterampilan menulis pada prinsipnya yaitu melihat adanya hubungan antara keterampilan menulis dengan keterampilan membaca melalui penulis dan pembaca. Bila penulis menuliskan sesuatu, maka orang lain atau pembaca sedikit banyak akan terlibat di dalamnya (Ni mah dalam Fatoni, 2002). Dalam keterampilan bersastra, menulis kreatif adalah wujud pembelajaran menulis sastra. Pembelajaran ini harus lebih banyak bersifat aplikatif, yaitu berupa pelatihan kegiatan menulis karya sastra. Kegiatan tersebut memungkinkan siswa mau, gemar, dan akhirnya memiliki kemampuan dan terbiasa menulis kreatif. Kemampuan menulis kreatif bukanlah suatu keterampilan yang dapat diajarkan melalui uraian atau penjelasan semata. Siswa tidak akan memperoleh kemampuan menulis kreatif hanya dengan mencatat apa yang ia dengar. Pembelajaran menulis kreatif dapat berhasil dengan melakukan kegiatan menulis kreatif secara terbimbing dan terus-menerus. Proses pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, ada hal negatif yang mencolok dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas. Dari hasil pengamatan di sekolah, ternyata banyak siswa yang mengeluh jika kegiatan belajar sampai pada pokok pembelajaran menulis sastra. Mereka merasa belum mampu menulis sastra dan menyusun serta menggunakan kalimat dengan struktur yang baik dan benar. Keadaan ini mengakibatkan tidak aktifnya pembelajaran menulis sastra di kelas. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan peneliti, penyebab terjadinya kesenjangan antara harapan yang ada dalam kurikulum dan kenyataan yang ada dalam pencapaian hasil pengajaran 5
dan pembelajaran salah satunya adalah kesalahan dan kekurangtepatan teknik pembelajaran yang digunakan dan dipilih para guru, yaitu teknik pembelajaran yang hanya mengutamakan pada produk penulisan, bukan pada proses kreativitas siswa dalam menulis. Tugas utama guru adalah menciptakan suasana belajar-mengajar yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan bersemangat, sehingga akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi hasil belajar yang optimal. Untuk itu, guru harus pandai-pandai menentukan teknik yang tepat dan efektif dalam pembelajaran menulis sastra, khususnya menulis drama. Menurut Aristoteles (dalam Aminuddin, 1990), drama adalah imitation of life in action. Dengan demikian dapat dibuat rumusan bahwa drama adalah suatu cerita dalam bentuk cakapan, diproyeksikan melalui dialog dan lakuan dalam pentas yang disajikan untuk penonton. Sebagai suatu cerita, drama mempunyai unsur-unsur intrinsik yang terdiri atas alur (plot), tokoh dan penokohan, dialog (percakapan), latar (setting), tema, amanat, dan petunjuk teknis. Dalam pembelajaran menulis drama selama ini para guru hanya menggunakan teknik ceramah dalam proses pembelajaran, misalnya menempuh langkah-langkah pembelajaran dengan memberikan penjelasan tentang apa itu drama, bagaimana ciri-cirinya untuk dapat dibedakan dengan bentuk narasi, kemudian dilanjutkan dengan langkah-langkah menulis drama. Pada akhir pertemuan, guru memberikan tugas kepada siswa untuk menulis drama. Dengan cara tersebut, ternyata hasilnya belum memuaskan. Siswa belum mampu menulis drama dengan baik dan benar. Melihat kondisi demikian, peneliti tergerak untuk mengadakan penelitian dengan teknik yang dapat memperbaiki dan meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis drama. Pada pembelajaran menulis sastra, siswa perlu diarahkan, dibimbing, dan dimotivasi. Hal ini bertujuan supaya proses pembelajaran sastra menyenangkan dan tidak membosankan. Dalam hal ini adalah menulis drama, di mana drama yang dimaksud dalam penelitian ini adalah drama satu babak. Agar pembelajaran tersebut tercapai, diperlukan sebuah teknik yang efektif dan efisien, yakni pembelajaran menulis drama berdasarkan suatu wacana melalui teknik latihan terbimbing. Dengan teknik ini, diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilan menulis drama berdasarkan suatu wacana dengan cara peneliti memberikan bimbingan secara khusus kepada siswa pada waktu proses pembelajaran menulis drama berlangsung. Melalui teknik latihan terbimbing ini, peneliti menyajikan cara menulis drama berdasarkan suatu bentuk wacana mengenai peristiwa nyata dengan langkah-langkah tertentu yang harus dilalui siswa selama proses penulisan. Peneliti memberikan bimbingan langsung mengenai hal-hal yang harus dilakukan oleh siswa, dan membantu siswa yang masih kesulitan dalam proses penulisan. Kesulitan lain yang dihadapi siswa yakni masih kebingungan dalam menentukan tema dan unsurunsur pembangun drama lainnya. Dalam hal ini, untuk memudahkan siswa, peneliti mencoba menggunakan anekdot sebagai basis penulisan, karena dengan wacana anekdot yang berisi mengenai cerita lucu dan mengesankan berdasarkan kejadian yang sebenarnya, tentu siswa lebih mudah dalam menentukan tema dan unsur-unsur pembangun drama lainnya, hal ini terjadi karena wacana anekdot berupa narasi dengan bahasa yang sederhana, sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh siswa. Rumusan penelitian ini yaitu Seberapa besar peningkatan dalam menulis drama berdasarkan anekdot menggunakan teknik latihan terbimbing? Sedangkan tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan peningkatan dalam menulis drama berdasarkan anekdot menggunakan teknik latihan terbimbing. 6 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 3. Juli 2015
METODE PENELITIAN Desain atau metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Action Research, yaitu penelitian yang berbasis kelas atau sekolah (Arikunto, 2009). Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pratindakan dan tindakan. Tahap tindakan terdiri atas siklus I dan siklus II. Tahap pratindakan bertujuan untuk mengetahui keadaan awal kemampuan menulis drama siswa kelas VIII 3 SMP N 2 Wonokerto. Tahap siklus I bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis drama berdasarkan anekdot dengan teknik latihan terbimbing, sedangkan siklus II bertujuan untuk mengatasi kekurangan yang ada pada siklus I, sehingga dilakukan dengan rencana dan persiapan yang lebih matang. Tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah keterampilan menulis drama pada siswa kelas VIII 3. Pengambilan data dilakukan melalui teknik tes dan nontes. Pengambilan data tes dilakukan dengan menjumlahkan aspek-aspek penilaian yang terdiri atas tema, alur, tokoh dan penokohan, dialog, dan latar pada hasil pekerjaan masing-masing siswa, di mana masing-masing aspek penilaian tersebut memiliki skor maksimal 20. Alat pengambilan data nontes yang digunakan berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi foto. Analisis data dilakukan dengan teknik kuantitatif dan teknik kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil tes prasiklus adalah kemampuan menulis drama berdasarkan anekdot siswa sebelum dilakukan tindakan penelitian. Hasil tes prasiklus dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal kemampuan menulis drama siswa. Tes prasiklus yang dilakukan adalah menulis drama berdasarkan anekdot dengan judul yang sama. Kriteria perincian pada prasiklus meliputi 5 aspek penilaian, antara lain: 1) tema, 2) alur, 3) tokoh dan penokohan, 4) dialog, dan 5) latar (setting). Secara umum hasil tes keterampilan menulis drama berdasarkan anekdot dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Hasil Tes Keterampilan Menulis Drama Prasiklus Kategori Rentang Nilai Frekuensi (%) Sangat Baik 85-100 2 4,76 Baik 70-84 7 16,67 Cukup 60-69 23 54,76 Kurang 0-59 10 23,81 Jumlah 42 100 Gambar 1. Hasil Tes Menulis Drama berdasarkan Anekdot Prasiklus 7
Siklus I 1. Perencanaan Sebelum pelaksanaan penelitian tindakan siklus I, dilakukan pretes sebagai kegiatan awal. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh keterampilan siswa dalam menulis drama berdasarkan anekdot. Hasil pretes tersebut dijadikan pedoman untuk memperbaiki pada siklus I. Pada tahap siklus I dilakukan penyusunan rencana kegiatan, dengan menentukan langkahlangkah yang dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Masalah yang dialami dalam pembelajaran menulis drama selama ini adalah kesulitan dalam menentukan tema dan menyusun dialog. Drama yang dibuat siswa cenderung menjurus pada bentuk narasi sehingga lebih mirip dengan cerpen ataupun novel. Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menerapkan penggunaan anekdot dalam menulis drama melalui teknik latihan terbimbing dengan langkah-langkah seperti menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, membuat, dan menyiapkan instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa perangkat tes, yaitu soal dan pedoman penilaian. Instrumen nontes berupa lembar observasi, wawancara, jurnal, dan foto sebagai alat dokumentasi. Semua perencanaan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan. 2. Tindakan Tindakan merupakan pelaksanaan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Tindakan yang akan dilakukan secara garis besar adalah pembelajaran menulis drama berdasarkan anekdot melalui teknik latihan terbimbing. Dalam langkah ini, dilakukan tiga tahap proses belajar mengajar, yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Pada tahap pendahuluan, siswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses pembelajaran. Guru memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan pembelajaran serta manfaat yang akan diperoleh setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Setelah siswa siap, proses pembelajaran menulis drama pun dilaksanakan. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pembelajaran menulis drama berdasarkan anekdot melalui teknik latihan terbimbing antara lain: 1) guru memberikan materi tentang unsur-unsur pembangun drama; 2) guru menjelaskan mengenai kaidah penulisan drama; 3) guru membagikan anekdot dengan judul Tukang Ojek kepada siswa sebagai dasar dalam penulisan drama; 4) siswa diminta untuk menulis drama berdasarkan anekdot; 5) guru membimbing siswanya agar mau dan mampu menulis drama yang baik dengan memperhatikan beberapa hal, di antaranya adalah siswa dibimbing untuk membaca dan memahami anekdot sehingga siswa dapat mengetahui dengan baik isi anekdot tersebut, baik itu mengenai latar belakang kisah, tokoh dan penokohan, alur, sudut pandang, bagaimana cerita berawal, dan bagaimana cerita ditutup. Selanjutnya, siswa dibimbing untuk mengubah narasi menjadi dialog dan petunjuk teknis. Dialog yang dibuat boleh diperluas atau dikembangkan dengan catatan tidak boleh keluar dari inti kisah dalam anekdot, sehingga tokoh dan penokohan, alur, dan inti cerita tetap sama dengan anekdot, yang berbeda adalah bentuk narasi yang diubah menjadi bentuk dialog; 6) di saat siswa sedang bekerja, guru berkeliling melihat pekerjaan siswa satu per satu. Guru membantu mengatasi kesulitan yang dialami siswa. Kesulitan perorangan siswa akan dibantu secara perorangan dan jika terjadi kesamaan permasalahan untuk seluruh siswa, maka guru akan membahasnya secara klasikal atau dibahas pada refleksi akhir pembelajaran; 7) hasil pekerjaan siswa dikumpulkan; 8) salah satu siswa membacakan hasil pekerjaannya itu untuk dijadikan contoh, kemudian; (9) guru bersama siswa membahas dan menilai hasil pekerjaan yang sudah dibacakan, selanjutnya guru bersama siswa merefleksi hasil belajar. 8 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 3. Juli 2015
3. Observasi Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung dan respon siswa terhadap pembelajaran yang ada. Pengamatan dilakukan dengan mengambil data, baik tes maupun nontes. Dalam melakukan pengamatan, peneliti dibantu oleh seorang rekan untuk mengamati tingkah laku siswa selama pembelajaran berlangsung. Data nontes diambil pada saat pembelajaran berlangsung dan setelah pembelajaran selesai. Observasi dan dokumentasi foto dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung, pengisian jurnal dilakukan oleh siswa dan guru setelah pembelajaran selesai, sedangkan wawancara dilaksanakan setelah diketahui nilai yang diperoleh siswa. Hal ini dilakukan untuk menentukan siswa yang akan diwawancara. Hasil observasi pada siklus I keterampilan menulis drama berdasarkan anekdot memperoleh rata-rata sebesar 68,83. 4. Refleksi Berdasarkan penelitian pada siklus I ini dapat diketahui bahwa hasil yang diperoleh siswa belum memuaskan baik dari segi tes maupun nontes. Dari hasil tes menulis drama diperoleh hasil nilai siswa masih belum mencapai target yang diinginkan, yakni hanya mencapai rata-rata kelas 68,83. Hal ini disebabkan karena siswa masih kesulitan dalam membuat dialog-dialog berdasarkan narasi dalam anekdot, hasil penulisan drama yang dibuat siswa masih banyak yang menjurus pada narasi, sehingga lebih mirip cerpen ataupun novel, selain itu, drama satu babak yang dihasilkan juga masih banyak terdapat degresi. Kemudian, berdasarkan hasil observasi, jurnal, wawancara, dan dokumentasi foto diperoleh hasil perilaku siswa yang tergolong negatif. Berdasarkan hasil refleksi, peneliti memperbaiki rencana siklus II untuk mengatasi kekurangan yang ada pada siklus I. Siklus II 1. Perencanaan Pada tahap perencanaan dalam siklus II ini dilakukan penyusunan perbaikan dan penyempurnaan rencana pelaksanaan pembelajaran. Kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus II harus diatasi dan dicari solusinya, sehingga pada siklus II dapat dilakukan pembelajaran yang lebih baik. Selain itu, peneliti juga kembali menyiapkan pedoman penilaian yang berupa tes dan nontes yang telah diperbaiki dan telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan. 2. Tindakan Tindakan pada siklus II merupakan perbaikan dan penyempurnaan tindakan pada siklus I. Kegiatan dalam tindakan siklus II meliputi pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Pada tahap pendahuluan, siswa dikondisikan untuk siap mengikuti proses pembelajaran. Peneliti memberikan penjelasan kepada siswa mengenai tujuan dan manfaat yang akan diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran hari itu serta memotivasi siswa untuk lebih baik dalam menulis drama, kemudian peneliti memberikan umpan balik mengenai hasil pembelajaran pada pertemuan yang lalu dengan mengingatkan kembali materi-materi yang telah diberikan pada pertemuan yang lalu. Peneliti juga menjelaskan kesalahan-kesalahan atau kekurangan siswa dalam menulis drama berdasarkan anekdot dan memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa agar pelaksanaan kegiatan menulis drama berdasarkan anekdot pada siklus II menjadi lebih baik. Setelah siswa siap, proses pembelajaran menulis drama pun dilaksanakan. Langkah pertama yang harus dilakukan dalam pembelajaran menulis drama berdasarkan anekdot melalui teknik latihan terbimbing antara lain: 1) guru membagikan anekdot dengan judul Hakim yang Bodoh sebagai dasar dalam penulisan drama; 2) siswa diminta untuk menulis drama berdasarkan anekdot; 3) guru membimbing siswanya agar mau dan mampu menulis drama yang baik dengan memperhatikan beberapa hal, di antaranya adalah siswa dibimbing untuk membaca dan memahami anekdot sehingga siswa dapat mengetahui dengan baik isi anekdot tersebut, baik itu mengenai latar 9
belakang kisah, tokoh dan penokohan, alur, sudut pandang, bagaimana cerita berawal, dan bagaimana cerita ditutup. Selanjutnya, siswa dibimbing untuk mengubah narasi menjadi dialog dan petunjuk teknis. Dialog yang dibuat boleh diperluas atau dikembangkan dengan catatan tidak boleh keluar dari inti kisah dalam anekdot, sehingga tokoh dan penokohan, alur, dan inti cerita tetap sama dengan anekdot, yang berbeda adalah bentuk narasi yang diubah menjadi bentuk dialog; 4) di saat siswa sedang bekerja, guru berkeliling melihat pekerjaan siswa satu per satu. Guru membantu mengatasi kesulitan yang dialami siswa. Kesulitan perorangan siswa akan dibantu secara perorangan dan jika terjadi kesamaan permasalahan untuk seluruh siswa, maka guru akan membahasnya secara klasikal atau dibahas pada refleksi akhir pembelajaran; 5) hasil pekerjaan siswa dikumpulkan; 6) salah satu siswa membacakan hasil pekerjaannya itu untuk dijadikan contoh; 7) guru bersama siswa membahas dan menilai hasil pekerjaan yang sudah dibacakan, selanjutnya guru bersama siswa menyimpulkan manfaat pembelajaran menulis drama dan merefleksi hasil belajar. 3. Observasi Observasi dilakukan terhadap perubahan hasil belajar dan perubahan sikap siswa dalam proses belajar mengajar. Pengambilan data dilakukan dengan tes dan nontes. Tes dilakukan setelah pembelajaran menulis drama berdasarkan anekdot berlangsung. Sementara itu, data nontes dilakukan dengan menggunakan lembar observasi, pedoman wawancara, jurnal siswa, dan dokumentasi foto. Observasi dilakukan pada saat pembelajaran menulis drama berdasarkan anekdot berlangsung. Dalam melakukan pengamatan, peneliti dibantu oleh seorang rekan untuk mengamati tingkah laku siswa selama pembelajaran berlangsung. Sasaran yang diamati meliputi perilaku positif dan negatif siswa selama proses pembelajaran. Setelah kegiatan pembelajaran selesai, siswa dan guru atau peneliti mengisi jurnal yang telah dipersiapkan. Setelah hasil tes menulis drama dikoreksi dan dianalisis, dilakukan wawancara terhadap siswa yang mendapat nilai tinggi, sedang, dan rendah. Hasil observasi pada siklus II keterampilan menulis drama berdasarkan anekdot memperoleh rata-rata sebesar 75,88. 4. Refleksi Berdasarkan hasil penelitian pada siklus II ini, sudah banyak terjadi peningkatan nilai dan perilaku siswa. Pada siklus II ini rata-rata siswa mencapai 75,88. Nilai tersebut sudah melebihi standar nilai yang ditargetkan. Hal ini disebabkan karena siswa sudah dapat menyoroti alur, tokoh dan penokohan, latar, dan tema dalam anekdot untuk dibuat menjadi drama tanpa menjurus pada bentuk narasi dengan menerapkan kaidah-kaidah penulisan drama yang dalam proses pembelajarannya dibimbing oleh peneliti, sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menyenagkan, selain itu, siswa juga sudah dapat menulis drama satu babak dengan tepat (tanpa adanya degresi). Hasil tes keterampilan menulis drama berdasarkan anekdot dari Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II dapat dilihat Tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2. Hasil Tes Menulis Drama Berdasarkan Andekot Tiap Siklus Kategori Rentang Nilai Pra Siklus Siklus I Siklus II F % F % F % Sangat Baik 85-100 2 4,76 3 7,14 4 9,52 Baik 70-84 7 16,67 17 40,48 29 69,05 Cukup 60-69 23 54,76 18 42,86 9 21,43 Kurang 0-59 10 23,81 4 9,52 0 0 Jumlah 42 100 42 100 42 100 10 Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 3. Juli 2015
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2 berikut: Gambar 2. Hasil Tes Menulis Drama Berdasarkan Anekdot (Pra, Siklus I dan Siklus II) SIMPULAN Keterampilan menulis drama siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis drama berdasarkan anekdot dengan teknik latihan terbimbing mengalami peningkatan. Hasil analisis dari data tes prasiklus, siklus I dan siklus II mengalami peningkatan. Hasil tes prasiklus menunjukkan skor rata-rata sebesar 62,04, hasil tes pada siklus I diperoleh hasil dengan rata-rata kelas sebesar 68,83 dan pada siklus II diperoleh hasil rata-rata kelas 75,88. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari prasiklus ke siklus I, yaitu sebesar 6,79 atau 16,16 % dan peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 7,05 atau 16,78 %, kemudian peningkatan yang terjadi dari prasiklus ke siklus II sebesar 13,84 atau 32,95 %. Hasil yang dicapai tersebut sudah memenuhi target yang telah ditetapkan. Peningkatan nilai rata-rata ini membuktikan keberhasilan pembelajaran menulis drama berdasarkan anekdot dengan teknik latihan terbimbing. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terima kasih saya ucapkan kepada Kepala Sekolah, Guru dan Siswa kelas VIII.3 SMP Negeri 2 Wonokerto Kabupaten Pekalongan atas segala bantuannya. DAFTAR PUSTAKA Aminuddin. 1990. Sekitar Masalah Sastra. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh Arikunto, Suharsimi. 2009. Peneitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara Fatoni. 2002. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi melalui Metode Karya Wisata pada Siswa Kelas II MA Nahdlatusy-Syubban Sayung Kabupaten Demak. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang 11