PUSAT BATIK BANYUMASAN DENGAN PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DI PURWOKERTO

dokumen-dokumen yang mirip
RESOR PANTAI WEDI OMBO DI GUNUNG KIDUL, YOGYAKARTA

SENTRA BATIK SEBAGAI DESTINASI WISATA DENGAN PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DI SURAKARTA

BAB VI PENERAPAN KONSEP PADA RANCANGAN. memproduksi, memamerkan dan mengadakan kegiatan atau pelayanan yang

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

SOLO MICE HALL DENGAN PENERAPAN ANALOGI PENDHAPA

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN Wukirsari Sebagai Desa Penghasil Kerajinan Tangan

b. Kebutuhan ruang Rumah Pengrajin Alat Tenun

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA WADUK KEDUNG OMBO

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. lingkungan maupun keadaan lingkungan saat ini menjadi penting untuk

BAB V HASIL RANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk

TAMAN BUDAYA RAJA ALI HAJI DENGAN PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DI TANJUNGPINANG

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

SENTRA MEBEL SEBAGAI DESTINASI WISATA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME DI JUWIRING, KLATEN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB VI PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

SENTRA BATIK TULIS LASEM Nanda Nurani Putri BAB I PENDAHULUAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. perancangan tapak dan bangunan. Dalam penerapannya, terjadi ketidaksesuaian

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

PUSAT INFORMASI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN SULAWESI SELATAN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR MODERN

BAB VI HASIL RANCANGAN. dengan ruang-ruang produksi kerajinan rakyat khas Malang yang fungsi

PRAMBANAN HERITAGE HOTEL AND CONVENTION

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

dan perancangan Pasar Seni di Muntilan adalah bagaimana wujud rancangan sebagai tempat pemasaran dan wisata berdasarkan kontinuitas antar ruang

PEKALONGAN BATIK CENTER

KAWASAN WISATA BETAWI DI CONDET DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR REGIONALISME

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

BAB 6 HASIL RANCANGAN. Perubahan Konsep Tapak pada Hasil Rancangan. bab sebelumnya didasarkan pada sebuah tema arsitektur organik yang menerapkan

BAB 4 PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. adalah High-Tech Of Wood. Konsep High-Tech Of Wood ini memiliki pengertian

BAB VI HASIL PERANCANGAN

TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL NYI AGENG SERANG DI KULON PROGO YOGYAKARTA

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB III ANALISA. ±4000 org b. Debarkasi Penumpang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

Wahana Rekreasi Edukatif Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia Di Surabaya

MUSEUM BATIK YOGYAKARTA Oleh : Pinasthi Anindita, Bharoto, Sri Hartuti Wahyuningrum

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Dalegan di Gresik ini adalah difraksi (kelenturan). Konsep tersebut berawal dari

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

PUSAT BATIK SOLO DENGAN PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL STUDI KASUS KAMPUNG BATIK SONDAKAN DI SURAKARTA

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Bina Nusantara adalah sebagai berikut :

DAFTAR ISI BAB I... 0 PENDAHULUAN PENGERTIAN JUDUL LATAR BELAKANG Kawasan Betawi Condet Program Pemerintah

RESORT DENGAN FASAILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB V KONSEP PERANCANGAN. 5.1 Konsep dasar perancanagan. 5.2 Konsep perancangan

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

Penerapan Budaya Sunda dalam Perancangan Pasar Rakyat Kasus: Pasar Sederhana, Bandung

PENATAAN DAN PENGEMBANGAN SIMPUL CURUG GEDE DI KAWASAN WISATA BATURADEN

BALAI PEMBINAAN DAN PELATIHAN KETERAMPILAN ANAK JALANAN DENGAN PENDEKATAN FLEKSIBILITAS ARSITEKTUR DI SURAKARTA

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

MUSEUM BATIK JAWA TENGAH DI KOTA SEMARANG

BAB VI HASIL RANCANGAN

PEMBENTUKAN CERLANG-BAYANG MOTIF BATIK TULUNGAGUNG MELALUI ELEMEN PEMBENTUK RUANG PADA GALERI BATIK

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL RADIN INTEN II LAMPUNG

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

STRATEGI PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REDESAIN BALAI LATIHAN KERJA KOTA SURAKARTA

BAB VI HASIL RANCANGAN. Perancangan Kembali Citra Muslim Fashion Center di Kota Malang ini

BAB VI HASIL PERANCANGAN


Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

PENGEMBANGAN KAWASAN BUMI PERKEMAHAN KEPURUN KLATEN DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

Zona lainnya menjadi zona nista-madya dan utama-madya.

5 BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil Perancangan Galeri Seni Dwi Matra di Batu merupakan aplikasi dari

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi

DAFTAR ISI. BAB III OBJEK STUDI 3.1. Kriteria Pemilihan Lokasi Tinjauan Umum Tinjauan Lokasi Analisa Tapak...

PENGEMBANGAN HUTAN SEKIPAN SEBAGAI WANA WISATA DI TAWANGMANGU DENGAN PENERAPAN PRINSIP EKOWISATA DAN ARSITEKTUR HIJAU

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KAJIAN TEORI. Pengembangan Batik adalah arsitektur neo vernakular. Ide dalam. penggunaan tema arsitektur neo vernakular diawali dari adanya

BAB V I APLIKASI KONSEP PADA RANCANGAN. karena itu, dalam perkembangan pariwisata ini juga erat kaitannya dengan

KATA PENGANTAR Galeri Seni Kriya Logam, Kulit dan Rotan di Denpasar

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Hasil perancangan dari kawasan wisata Pantai Dalegan di Kabupaten Gresik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengertian Judul

Jenis dan besaran ruang dalam bangunan ini sebagai berikut :

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. ke jaman, seirama dengan perkembangan mode. Sekitar abad. berubah menjadi barang yang memiliki fungsi ekonomis di

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN. iii KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI. vi DAFTAR TABEL

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Penerapan Tema dasar Arsitektur Islam yang berwawasan lingkungan pada

Transkripsi:

PUSAT BATIK BANYUMASAN DENGAN PENDEKATAN KEARIFAN LOKAL DI PURWOKERTO Aqmarina Safitri, Rachmadi Nugroho, Hari Yuliarso Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Email : rinaaqma12@gmail.com Abstract: Batik became one of Indonesia s cultural heritage that should be preserved and cultivated batik is already recognized by the international community (UNESCO) designated as a Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity. Purwokerto is a batik producer Banyumasan which have tourism potential of batik spreads make travelers less efficient in time to reach the points the location of batik industry. The problems that arise in the design of the center of Batik Banyumasan in Purwokerto is how efforts to plan and design a Banyumasan Batik Center that hostsrelated activities efficient batik tour for tourists. The aim is to meet the container activities related to information and promotion, sales, and production of Banyumasan Batik with the approach of Local Wisdom. Architectural design that fits this batik center planning method using Local Wsdom aspect due to the approach of considering the aspects of Local Wisdom that still exists in the local environment. The concept of a Batik Centre Local Wisdom will apply to wards the building that includes the concept of a zone of space, building orientation, shape and appearance of the building as well as the structure of the building is closely related to the element of local wisdom. Keywords:Batik, Banyumasan Batik, Batik Center, Purwokerto, Local Wisdom. 1. PENDAHULUAN Batik merupakan produk budaya Indonesia yang sangat unik dan merupakan kekayaan budaya yang harus dilestarikan dan dibudidayakan. Saat ini, seni batik sangat diminati oleh berbagai kalangan. Batik sudah diakui masyarakat internasional, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009, sebagai warisan budaya Indonesia. Selain sebagai karya kreatif yang sudah berkembang sejak jaman dahulu serta sebagai hasil seni budaya, maka kerajinan dan industri batik merupakan sumber kehidupan perkonomian masyarakat di berbagai kota, seperti Banyumasan, Pekalongan, Solo, Yogyakarta, Cirebon dan sebagainya, dimana masing-masing daerah memiliki corak dan motif tersendiri yang berbedabeda. Nilai produksi batik Indonesia lambat laun semakin meningkat baik di dalam negeri sendiri maupun mancanegara, seiring banyaknya jumlah unit usaha batik. Salah satu kota penghasil batik di Indonesia adalah Kota Purwokerto. Di kota ini terdapat corak khas batik setempat yang dikenal dengan nama Batik Banyumasan. Kota Purwokerto ini memiliki beberapa lokasi penghasil batik yang berjumlah ratusan industri dan tersebar di beberapa titik di Kota Purwokerto. Banyaknya pengrajin batik dan corak khas batik menjadikan kebutuhan wadah kegiatan berupa Pusat batik. Pusat Batik Banyumasan ini bertujuan sebagai salah satu destinasi wisata belanja yang ada di Kota Purwokerto, yang akan mewadahi segala kegiatan mengenai informasi dan promosi, penjualan, serta produksi dan penjualan Batik Banyumasan yang diambil dari produsen-produsen asli dari titik-titik penghasil batik khas Banyumasan. Desain arsitektur perencanaan pusat batik didasarkan pada penekanan aspek Kearifan Lokal. Pusat batik ini diharapkan membawa unsur Kearifan Lokal terhadap bangunan dengan menerapkan unsur Kearifan Lokal terhadap bentuk dan tampilan bangunan. Pusat batik ini diharapkan sebagai salah satu sarana untuk melestarikan unsur Kearifan Lokal setempat.

Arsitektura, Vol. 10, No.1, April 2012: 45-49 2. METODE Pusat Batik Banyumasan ini bermula dari pemikiran tentang upaya dalam menciptakan suatu wadah untuk mewadahi kegiatan yang berhubungan dengan wisata batik yang efisien bagi wisatawan serta berhubungan dengan informasi, promosi, penjualan, produksi, dan penjualan Batik Banyumasan Strategi desain yang digunakan yaitu pendekatan Kearifan Lokal yang akan menerapkan beberapa prinsip Kearifan Lokal sebagai berikut: 1. Bentuk Bangunan Wujud bangunan srotong dengan bentuk atap rondo cincing, yang terdiri dari dua bentuk dasar yaitu bentuk persegi panjang dan bentuk atap kampung dengan dua kemiringan sudut. 2. Dimensi Penerapan pola dimensi ruang yang mengikuti dimensi rumah srotong. 3. Warna Pemilihan warna yang diterapkan memunculkan karakter warna alami dari bahan yang digunakan pada bangunan. 4. Tekstur Tekstur selain sebagai elemen tata ruang dalam memunculkan kekhasan tekstur Kearifan Lokal. 5. Tata Elemen Arsitektural Penerapan beberapa ornamen pada elemen arsitektural di Pusat Batik Banyumasan. 6. Orientasi Bangunan Orientasi bangunan mengikuti arah orientasi Gunung Slamet sebagai penerapan Kearifan Lokal pada bangunan Pusat Batik Banyumasan. 3. ANALISIS Pada sub bab ini akan membahas tentang analisis perencanaan dan perancangan Pusat Batik Banyumasan, berupa peruangan, lokasi tapak, pengolahan tapak, dan struktur. 3.1 Analisis Peruangan 1. Tujuan: kebutuhan ruang. 2. Dasar pertimbangan: pelaku kegiatan, jenis kegiatan, dan pola kegiatan. Tabel 1. Analisis Kebutuhan Ruang KELOMPOK KEBUTUHAN KEGIATAN RUANG Informasi R. Informasi, R. Galeri R. Membatik, R. Membatik Pencelupan, R. Pencucian, R. Nglorod, R. Penjemuran R. Display, R. Ganti, Pemasaran Kasir Kantin, Dapur, Penunjang Mushola, ATM Box Pengelola R. Kepala, R. Sekretaris, R. Tamu, R. Karyawan, R. Rapat Servis R. Pompa, R. Genset, R. AHU, R. Panel Listrik Pada Tabel 1. terlihat kebutuhan peruangan yang dibutuhkan dalam pemenuhan wadah Pusat Batik Banyumasan. 3.2 Analisis Luasan Ruang 1. Tujuan: luasan ruang. 2. Dasar pertimbangan: Jenis kegiatan yang diwadahi, jumlah pelaku, peralatan pendukung yang digunakan, dan kenyamanan sirkulasi. Perhitungan besaran ruang dalam pusat batik yang direncanakan sebagai berikut: a. Kelompok kegiatan umum= ± 1.453 m 2 b. Kelompok kegiatan informasi= ± 208 m 2 c. Kelompok kegiatan membatik= ± 162 m 2 d. Kelompok kegiatan pemasaran= ± 1025 m 2 e. Kelompok kegiatan penunjang= ± 264 m 2 f. Kelompok kegiatan pengelola= ± 66 m 2 g. Kelompok kegiatan servis= ± 60 m 2 Total luas kebutuhan ruang= ± 3.238 m 2. Jumlah lantai= 1 lantai BC= 5.396 m 2. Luas kebutuhan ruang= 5.400 m 2. 3.3 Analisis Lokasi 1. Tujuan: lokasi tapak. 2. Dasar pertimbangan: tapak berpotensi bagi terciptanya nuansa Kearifan Lokal pada banguna dan luasan tapak dapat 46

Aqmarina S, Rachmadi N, Hari Y, Pusat Batik... menampung seluruh kebutuhan ruang yang direncanakan. Gambar 1. Lokasi Tapak Lokasi tapak Pusat Batik Banyumasan berada di Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas (lihat Gambar 1). 3.6 Analisis Pemintakatan 1. Tujuan: zona ruang. 2. Dasar pertimbangan: analisis peruangan, analisis pengolahan tapak, analisis struktur. Pertimbangan mintakat terkait kedekatan hubungan ruang didasarkan pada analisa peruangan yang sudah dilakukan sebelumnya (lihat Gambar 3). Area Parkir Informasi Pemasaran Produksi dan Penunjang Pengelola Servis 3.4 Analisis Pencapaian 1. Tujuan: main entrance dan side entrance. 2. Dasar pertimbangan: kemudahan akses, sirkulasi tapak yang aksesibel, arus kendaraan dan potensi jalan, tingkat keamanan. Letak main entrance berada di sisi Jalan Supardjo Rustam karena lebih menguntungkan bagi operasional Pusat Batik Banyumasan. Side entrance ditentukan berada di sekeliling samping dan belakang tapak dengan pertimbangan entrance untuk fungsi kegiatan servis (lihat Gambar 2). - Menghadap jalur utama - Pencapaian ke lokasi mudah - Kesesuaian dengan arus lalu lintas yang ada agar tidak membuat kemacetan Gambar 2. Analisis Pencapaian Dapat dijadikan entrance Gambar 3. Analisis Pemintakan 3.7 Analisis Bentuk dan Tampilan Bangunan 3.7.1 Analisis Bentuk Bangunan 1. Tujuan: bentuk bangunan. 2. Proses analisis: Citra pada tampilan bangunan diambil dari perencanaan Pusat Batik Banyumasan yang direncanakan menggunakan prinsip-prinsip Kearifan Lokal berupa rumah srotong (Widyandini, 2010). Penerapan wujud bangunan srotong dengan bentuk atap rondo cincing yang akan diterapkan pada perancangan Pusat Batik Banyumasan, yang terdiri dari dua bentuk dasar yaitu bentuk persegi panjang dan bentuk atap kampung dengan dua kemiringan sudut (lihat Gambar 4). 3.5 Analisis Klimatologis dan Kebisingan Analisis sinar matahari dan arah aliran udara dibutuhkan sebagai dasar pertimbangan dalam tata ruang, bukaan, serta pemilihan material bangunan. Analisis tingkat kebisingan bertujuan untuk dapat merespon pemintakan ruang dan peletakkan vegetasi. Gambar 4. Analisis Bentuk Bangunan 47

Arsitektura, Vol. 10, No.1, April 2012: 45-49 Bentuk massa kegiatan pemasaran sebagai inti utama bangunan Pusat Batik Banyumasan juga menerapkan bentuk rumah srotong dengan tata ruang bangunan yang mengadaptasi dari pola ruang rumah srotong (lihat Gambar 5 dan 6). setiap jenisnya. Berikut merupakan aplikasi ornamen pada ruang: a. Ornamen dengan desain pola batik yang diaplikasikan pada dinding di area tertentu. b. Ragam hias yang digunakan pada masyarakat Banyumas meliputi ragam hias flora, fauna, alam, dan religi, seperti Lung-lungan, Ular Naga, Panah, dll (Cahyandari, 2007). Gambar 5. Pola Ruang Rumah Srotong Prinsip Kearifan Lokal Gambar 6. Analisis Bentuk Bangunan 3.7.2 Analisis tampilan bangunan 1. Tujuan: tampilan bangunan. 2. Proses analisis: Kesan Banyumasan akan ditampilkan melalui material, ragam hias, dan warna. Material yang digunakan di Pusat Batik Banyumasan adalah material yang mudah ditemukan di Banyumas. Jenis material lokal tersebut yaitu batu kali, kayu, batu bata, genting, pasir dan kerikil (lihat Gambar 7). Penerapan material genting Pusat Batik Banyumasan Penggunaan material kayu Gambar 7. Analisis Penggunaan Material Penggunaan material lokal seperti kayu dan bambu yang mudah diperoleh di Banyumas dan sekitarnya merupakan perwujudan wujud Kearifan Lokal yang cocok untuk diterapkan terhadap bangunan (lihat Gambar 8). Ornamen-ornamen tersebut masingmasing memiliki arti dan makna pada Gambar 8. Tampilan Bangunan 3.8 Analisis Struktur 3.8.1 Struktur bawah 1. Tujuan: pondasi bangunan. 2. Dasar pertimbangan: struktur bangunan bertingkat rendah dan kondisi tanah pada bangunan. Sub struktur yang sesuai untuk bangunan yang direncanakan, yaitu pondasi batu kali untuk bangunan satu lantai. 3.8.2 Struktur tengah 1. Tujuan: struktur badan bangunan. 2. Dasar Penggunaan pertimbangan: memiliki material kayu fleksibilitas tinggi, ringan dan ekonomis, dan kemampuan menahan gaya-gaya lateral dan kekakuan. struktur rangka dengan kolom, kolom praktis, dan balok sebagai pemikul beban merupakan struktur badan untuk bangunan yang direncanakan. 3.8.3 Struktur atas a. Tujuan: struktur atap. b. Dasar pertimbangan: kondisi bangunan eksisting. 48

Aqmarina S, Rachmadi N, Hari Y, Pusat Batik... c. Proses analisis: atap yang akan digunakan, yaitu atap kampung dengan modifikasinya (atap rumah). Pada penerapannya, Pusat Batik Banyumasan ini menggunakan atap kuda-kuda kayu sebagai pengembangan struktur atap yang biasanya digunakan pada rumah srotong (lihat Gambar 9). disesuaikan dengan atap rumah srotong (lihat Gambar 12). Gambar 12. Potongan Bangunan Gambar 9. Analisis Struktur Atap 4. KESIMPULAN Konsep rancangan Pusat Batik Banyumasan mengacu pada konsep pendekatan Kearifan Lokal. Dari hasil analisa serta hasil korelasi dari beberapa data di atas, maka diperoleh hasil berupa rancangan Pusat Batik Banyumasan di Purwokerto sebagai berikut: 4.1 Bentuk Penerapan bentuk atap rondo cincing, yang terdiri dari dua bentuk dasar yaitu bentuk persegi panjang dan bentuk atap kampung dengan dua kemiringan sudut (lihat Gambar 10). Lokasi : Jl. Supardjo Rustam Luas Lahan : 8.000 m 2 Luas Bangunan : 5.000 m 2 : Promosi, produksi, dan pemasaran batik. Gambar 13. Tampak Bangunan Gambar 14. Eksterior Bangunan Gambar 10. Bentuk Atap 4.2 Warna Warna diperoleh dari bahan bangunan asli maupun diolah (di cat/kapur). Bahan-bahan utama yang memunculkan karakter warna adalah kayu, bambu, genting, dan seng. 4.3 Tata Elemen Arsitektural Penerapan beberapa ornamen pada elemen arsitektural di Pusat Batik Banyumasan (lihat Gambar 11). Gambar 11. Ornamen 4.4 Struktur Penerapan struktur pada bangunan menggunakan struktur atap kuda-kuda yang Gambar 15. Eksterior Bangunan REFERENSI Cahyandari, G.O.I. 2007. Tata Ruang dan Elemen Arsitektur pada Rumah Jawa sebagai Wujud Kategori Pola Aktivitas dalam Rumah Tangga. Yogyakarta: Laporan Penelitian Dikti Kajian Wanita Widyandini, Wita, Nurswening, Yohana. 2010. Tinjauan Arsitektur Tradisional Jawa di Kota Lama Banyumas Teodolita Vol.12, No. 1., Juni 2010: 22-37. Puwokerto: Universitas Wijayakusuma Purwokerto 49