BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN

dokumen-dokumen yang mirip
PEREMPUAN Dan POLITIK. (Studi Kasus Perempuan dan Politik di Tewah Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 Kabupaten Gunung Mas) TESIS

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

PEREMPUAN dan POLITIK. (Studi Kasus Perempuan dan Politik di Jemaat GKE Tewah Pada. Pemilu Legislatif Tahun 2009 Kabupaten Gunung Mas)

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

I. PENDAHULUAN. melalui penghargaan terhadap perbedaan-perbedaan yang ada, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih mulia yaitu kesejahteraan rakyat.

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

Bab 5. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Pembaruan Parpol Lewat UU

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. 1. Persepsi Mahasiswa Penyandang Disabilitas Tentang Aksesibilitas Pemilu

Menuju Pemilu Demokratis yang Partisipatif, Adil, dan Setara. Pusat Kajian Politik (Puskapol) FISIP Universitas Indonesia Jakarta, 16 Desember 2015

DAFTAR INVENTARIS MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG PARTAI POLITIK DAN MASALAH KETERWAKILAN PEREMPUAN. PG Tetap PDIP PPP PD PAN PKB PKS BPD PBR PDS

I. PENDAHULUAN. melalui lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semarak dinamika politik di Indonesia dapat dilihat dari pesta demokrasi

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan perempuan di panggung politik merupakan isu yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu Negara yang menjalankan sistem demokrasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa idealnya mempunyai peran

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

BAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh organisasi politik memiliki strategi yang berbeda-beda.

Kesimpulan K E S I M P U L A N. DALAM TAHUN 1965, JUMLAH TOTAL PEREMPUAN YANG MENJABAT sebagai anggota

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Kabupaten Way Kanan

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

Pemilu yang ada bahkan tidak membawa perubahan orang. Sebagian besar akan tetap orang dan muka lama.

I. PENDAHULUAN. pendidikan, pekerjaan, dan politik. Di bidang politik, kebijakan affirmative

MAKALAH PENGARUH PARTAI POLITIK TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT MENGIKUTI PEMILU

BAB I PENDAHULUAN. jumlah suara yang sebanyak-banyaknya, memikat hati kalangan pemilih maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tentang perempuan di masyarakat tidak jarang menimbulkan

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan

Perempuan dan Pembangunan Berkelanjutan

Peranan Partai Politik Dalam Meningkatkan Partisipasi Pemilih Dalam Pemilu dan Pilkada. oleh. AA Gde Putra, SH.MH

BAB II ASPEK HISTORIS KELUARNYA KETETAPAN KUOTA 30% BAGI PEREMPUAN DAN KELUARNYA KEPUTUSAN MAHKAMAH

BAB VI KESIMPULAN. berasal dari dana mereka masing-masing. Di samping itu bantuan finansial dalam

PANDANGAN AKHIR FRAKSI PARTAI DAMAI SEJAHTERA DPR-RI TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PARTAI POLITIK

RESENSI BUKU MEMAHAMI PEMILU DAN GERAKAN POLITIK KAUM DIFABEL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Eksekutif.Dengan diaturnya partai politik sebagai satu-satunya tempat untuk

Demokrat Peduli, Serap Aspirasi, dan Beri Solusi Untuk Kesejahteraan Rakyat

BAB V PENUTUP. dipilih melalui pemilihan umum. DPR memegang kekuasaan membentuk. undang-undang. Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, dan pola pemikiran yang berbeda. Hal inilah yang secara tidak langsung

P E N G A N T A R. Pengantar J U L I E B A L L I N G T O N

BAB I PENDAHULUAN. Tulisan ini berupaya mengkaji tentang adanya kebijakan kuota 30% Daerah Kota Kendari tahun anggaran

Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dalam suatu Negara yang menganut paham demokrasi. Semenjak Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara, memilih dan dipilih menjadi penyelenggara negara. 1 Pemerintahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan berisi tentang temuan-temuan hasil

BAB I PENDAHULUAN. mengurus rumah dan selalu berada di rumah, sedangkan laki-laki adalah makhluk

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

BAB V PENUTUP. sistem-sistem yang diterapkan dalam penyelenggaraan Pemilu di kedua Pemilu itu

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

BAB V. Kesimpulan. pemilu legislatif tahun 2009 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi telah digunakan di sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

Pokok-pokok Pikiran RUU Kebudayaan, Negara dan Rakyat 1 [sebuah catatan awam] 2. Oleh Dadang Juliantara

PERSEPSI TENTANG CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KALANGAN IBU RUMAH TANGGA. (Yudi Irawan, Adelina Hasyim, Yunisca Nurmalisa) ABSTRAK

Kronologi perubahan sistem suara terbanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Otonomi daerah yang berlaku di Indonesia memuat perubahan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. politik misalnya, hasil perubahan UUD 1945 tahun mengamanatkan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Perempuan di Ranah Politik Pengambilan Kebijakan Publik

BAB I PENDAHULUAN. adalah melalui kegiatan pendidikan. Sebagai bagian dari masyarakat, kegiatan

BAB VI. Penutup. pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah

BAB IV KESIMPULAN. diharapkan untuk meningkatkan kualitas politik dan kehidupan demokrasi bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sistem politik-demokratik modern. Pemilu bahkan telah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan

DEMOKRASI : ANTARA TEORI DAN PELAKSANAANNYA. Mengetahui teori demokrasi dan pelaksanaanya di Indonesia RINA KURNIAWATI, SHI, MH.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI PENELITIAN, DAN SARAN

KPPI dan Upaya Peningkatan SDM Perempuan Partai Politik" Disampaikan oleh :

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara demokrasi. Salah satu ciri dari negara

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME REKRUTMEN BAKAL CALON ANGGOTA LEGISLATIF DI DPD PARTAI HANURA JAWA TIMUR MENURUT UU NO. 2 TAHUN 2011 DAN FIQH

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur aturan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar.

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS TERHADAP FAKTOR PENYEBAB TIDAK TERPILIHNYA 11 ORANG CALEG PEREMPUAN A. CALEG PEREMPUAN DI KELURAHAN TEWAH MENGALAMI REKRUTMEN POLITIK MENDADAK Perempuan dan Politik di Tewah Pada Pemilu Dewan Perwakilan Rakyat 2009 di Kabupaten gunung Mas adalah bagian dari realitas perjalanan kehidupan politik perempuan di Indonesia. Hanya saja yang sangat signifikan dari kondisi politik perempuan di tempat ini adalah karena 11 orang yang mencalonkan diri tidak ada yang lolos ke kursi DPRD Kabupaten Gunung Mas untuk periode 2009-2014. Memperhatikan upaya perempuan yang telah menjadi caleg pada Pemilu Legislatif Tahun 2009, maka dilihat perempuan di tempat ini mendapat peluang dan kesempatan untuk ikut serta berperan aktif dalam kegiatan politik. Keterlibatan ini adalah aktualisasi dari perwakilan politik perempuan itu sendiri. Perempuan yang mengalami rekruitmen politik telah menemukan media politik, guna kelanjutan motivasi maupun tujuan politik yang dimiliki. Perempuan di Kelurahan Tewah yang mencalonkan diri pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas adalah para pelaku politik yang telah menggunakan hak politiknya. Partai yang mengajak mereka untuk turut aktif dalam kegiatan politik, membuka seleksi kepemimpinan (selection of leadership), karena tujuan dari rekruitmen itu sendiri sebenarnya merupakan fungsi dari partai,

yakni sebagai perluasan lingkup partisipasi politik, yang dilaksanakan melalui kontak pribadi, persuasi dan sebagainya, sebagaimana yang dikatakan oleh Miriam Budiarjo. Kelanjutan dari rekruitmen politik bagi perempuan di tempat ini sudahkah sebagai representasi politik yang memperjuangkan keterwakilan mereka dalam upaya penguatan hak-hak politik. Aktualisasi politik yang dilakukan perempuan yang ikut mencalonkan diri pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas, dalam rekruimen politik adalah aksi politik. Menurut Chusnul Mar iyyah ketika berbicara tentang politik maka berbicara tentang power yang dapat dikelompokan dalam pengertian ability (kemampuan), capacity (kecakapan), faculty (kemampuan), potential (kesanggupan), skill (kepandaian). Ketika dihubungkan dengan aksi politik yang dilakukan oleh perempuan di Kelurahan Tewah, sudahkah dalam diri mereka terdapat kemampuan, kecakapan, kesanggupan dan kepandaian sebagai modal dasar mereka terlibat dalam dunia politik nyata yang mereka jalani. Sedangkan menurut Lovenduski politik terdiri atas person, proses, hubungan, lembaga dan prosedur yang dapat membuat keputusan-keputusan berwibawa. Selanjutnya ia katakan bahwa tidak semua yang disebut politik oleh banyak orang dimasukkan dalam deskripsi politik. Bagian lain yang menentukan proses dari keterwakilan perempuan dalam politik adalah lembaga-lembaga dari perwakilan politik itu sendiri. Dari konsep politik yang demikian apa yang dapat dipahami dari perwakilan politik yang terjadi pada perempuan di Tewah yang mencalonkan diri dan tidak lolos. Jika konsep politik digambarkan sedemikian rupa oleh Chusnul Mar iyyah dan Lovenduski, maka aktualisasi politik perempuan yang ikut mencalonkan diri di

Pemilu Legislatif Tahun 2009 Kabupaten Gunung Mas, apakah memiliki muatan politik yang selaras dengan apa yang sudah dikonsepkan atau justru sebaliknya?. Pertanyaan ini muncul dari rekruitmen politik terhadap mereka, yang selanjutnya menggali apakah keberadaan mereka benar-benar merupakan kelompok perempuan yang telah memperjuangkan keterwakilan mereka dalam dunia politik. Jika aktualisasi politik yang sudah mereka lakukan memuat konsep politik di atas, lalu aksi politik seperti apa yang sudah dilakukan, guna melihat rekruitmen terhadap mereka sebagai kelompok perwakilan politik perempuan? Representasi perempuan dalam sistem politik adalah hal yang baik bagi demokrasi. Karena dengan adanya representasi perempuan membuat semangat dalam representasi politik. Reformasi politik di indonesia telah memberikan harapan yang besar bagi kaum perempuan. Munculah berbagai usaha pemberdayaan hak-hak politik perempuan. Keadaan ini mendukung kebangkitan kaum perempuan dalam merepresentasikan kelompoknya dalam perwakilan politik. Sebagaimana yang dikatakan oleh Lovenduski bahwa perwakilan politik sebuah kelompok dapat dipahami sebagai kehadiran anggota-anggota kelompok tersebut dalam lembagalembaga politik formal. Dalam teori perwakilan politik yang menyatakan bahwa para wakil bertindak demi kelompok yang mereka wakili. Representasi perempuan di Tewah pada Pemilu Legislatif 2009 adalah tidak seperti dalam teori. Representasi mereka adalah karena proses rekruitmen politik yang dijalankan pada mereka, tanpa mereka dipersiapkan secara konsep politik. Menurut Lovenduski perwakilan politik perempuan dapat saja terwujud dengan adanya pemilihan. Dikatakan demikian, karena pemilihan berfungsi sebagai

pasar yang sempurna dimana semua permintaan politik dibuka. Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas adalah pasar politik yang dapat dijadikan momentum yang baik bagi perempuan di kelurahan Tewah yang mencalonkan diri, untuk melakukan tindakan politik yang merepresentasikan suara perempuan yang diharapkan dapat mengubah wajah politik ke arah yang lebih baik. Pemilihan yang merupakan pasar politik seharusnya dapat dipergunakan dengan baik, guna menunjukkan kepribadian politik yang dimiliki perempuan. Maka dapat dikatakan bahwa perwakilan politik perempuan dalam rekruitmen politik, adalah langkah awal bagi perempuan itu sendiri untuk mengaktualkan kemampuan politik. Sehingga kehadiran mereka benar-benar diperhitungkan dan dipentingkan dalam keputusankeputusan politik. Mengenai gagasan bahwa perwakilan politik perempuan tidaklah selalu mewakili kepentingan mereka, adalah juga gagasan yang harus dinilai ulang. Karena jika ada pengabaian dari kepentingan yang harus diperjuangkan untuk orang banyak, maka akan terjadi peregeseran substansi dari perwakilan politik perempuan itu sendiri. Rekruitmen politik adalah pintu masuk bagi perwakilan politik perempuan dalam realitas perempuan dan politik di Kelurahan Tewah pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas, memberikan fakta bahwa sebuah perwakilan politik adalah adanya kesiapan dari person atau kelompok yang direkrut, guna representasi politik mereka dapat terjadi dan tidak hanya sekedar sebuah lompatan politik yang dapat mematahkan tujuan politik dari kelompok yang diwakili. Dengan adanya perempuan, maka mereka dapat mewakili kelompok yang merujuk kembali kepada proses keterlibatan kolektif. Mereka dapat berbicara untuk organisasi mereka

dan dapat menyampaikan aspirasi internal dalam representasi politik yang proporsional. Perempuan yang mencalonkan diri dari Kelurahan Tewah Pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas, menunjukkan kompleksitas dari politik perempuan itu sendiri. Integrasi perempuan dalam wacana politik sebenarnya diajukan untuk mendukung tuntutan atas perwakilan perempuan dalam politik. Eksistensi perempuan dalam wacana politik tentu tidak selalu memiliki arah dan tujuan yang sama. Karena perwakilan politik perempuan tidak selalu muncul dari perempuan itu sendiri. Perwakilan politik terjadi dapat saja karena dorongan dari orang lain, dan juga atas kehendak dan motivasi yang jelas dari perempuan itu sendiri. Dalam keadaan inilah, kemudian perwakilan politik perempuan dapat memiliki bentuk yang berbeda. Lovenduski menjawab adanya bentuk yang berbeda dari perwakilan politik perempuan, dengan mengatakan bahwa dalam perwakilan politik perempuan terdapat dua bentuk. Bentuk yang pertama adalah perwakilan deskriptif. Dijelaskan bahwa dalam bentuk ini kaum perempuan seharusnya berada dalam pembuatan keputusan sebanding dengan keanggotaan mereka. Dalam perwakilan deskriptif, para wakil ini ada atas nama pribadi dan hidup mereka sendiri, dalam arti tertentu yang khas dan lebi besar dari orang-orang yang mereka wakili. Bentuk yang kedua adalah perwakilan substantif. Dalam bentuk yang kedua ini diarahkan pada ide mengenai kepentingan. Perwakilan substantif menyarikan isi dari dari keputusan-keputusan para

wakil. 91 Kedua bentuk perwakilan ini dapat ditelusuri dari motivasi caleg perempuan di Kelurahan Tewah. Apakah perwakilan mereka adalah untuk kepentingan pribadi mereka, atau apakah perwakilan mereka adalah untuk kelompok mereka? Jika keberadaan mereka sebagai caleg adalah untuk memperjuangkan harapan politiknya dan memperjuangkan kepentingan orang banyak, maka mereka dapat dikatakan sebagai reprentatif dari kelompok yang memperjuangkan mereka. Sebaliknya jika perwakilan politik mereka adalah untuk kepentingan orang lain, maka perwakilan politik mereka tidak dapat dikatakan sebagai representatif dari kelompok yang memperjuangkan mereka. Perwakilan politik perempuan yang terjadi di Pemilu Legislatif 2009 adalah merujuk kembali kepada tiga macam argumen yang disampaikan oleh Lovenduski, untuk mendukung tuntutan atas perwakilan perempuan yaitu: Argumen keadilan, yang menyatakan bahwa sangatlah tidak adil jika kaum laki-laki memonopoli perwakilan. Perempuan secara formal mempunyai kewargaan yang sama dengan laki-laki dalam sistem demokratis; Argumen Pragmatis, yang menyatakan bahwa perempuan memiliki kepentingan-kepentingan khusus yang hanya dapat dimengerti dan diwakili oleh perempuan sendiri; argumen perbedaan, yang berpendapat bahwa interaksi hubungan gender dan perbedaan sosial mempunyai pengaruh yang sangat penting pada kekuasaan politik dari macam-macam kelompok perempuan maupun laki-laki. 92 Ketiga argumen yang diajukan ini, ketika diperhadapkan kepada situasi politik perwakilan perempuan di Pemilu Legislatif 2009 merupakan argumen yang 91 Bdk. Lovenduski, Perempuan Berparas Politik..., 39-42. 92 Bdk. Ibid., 48-52.

dituangkan dalam affirmatif actions, sehingga perempuan di Kelurahan Tewah mengalami perubahan politik yang signifikan. Pemilu Legislatif 2009 berbeda dari sebelumnya, dengan hadirnya caleg perempuan yang seharusnya diharapkan benar-benar merepresentasikan perwakilan politik perempuan dengan didasari ketiga argumen yang diajukan Lovenduski. Persoalan yang kemudian muncul adalah karena kehadiran caleg perempuan ini adalah karena keberadaan partai yang membutuhkan caleg perempuan untuk melengkapi ketentuan UU, sehingga proses rekruitmen dan tujuan implementasi politik itu sendiri tidak dipahami secara holistik oleh kebanyakan caleg perempuan di Kelurahan Tewah. Karenanya kemudian terjadi kegagalan politik. Kegagalan politik yang dialami oleh caleg perempuan dari kelurahan Tewah adalah karena mereka kebanyakan direkrut secara mendadak oleh pihak partai tanpa mereka memiliki pengetahuan yang cukup dalam proses rekruitmen tersebut. 93 Caleg perempuan di Tewah secara umum, juga tidak memiliki modal politik yang memadai. Baik dalam minimnya pengalaman di dunia politik, berorganisasi di masyarakat, maupun motivasi politik yang masih belum terarah, sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya. Rekruitmen politik dan proses menjadi caleg dilakukan oleh pihak partai kepada perempuan di Kelurahan Tewah. Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas, memberikan ruang untuk perempuan di Kelurahan Tewah memunculkan kesadaran politik aktif. Gerakan transformasi terbuka untuk perempuan di tempat ini, untuk membuktikan kepercayaan diri dalam aktualisasi politik dengan 93 Wawancara, muderson Ketua PPK Tewah Tahun 2009, (Tewah:25 desember 2011).

menunjukkan potensi aktif. Dengan menempatkan perempuan dalam posisi politik, maka perwakilan politik perempuan dapat terealisasi. Karena itu, caleg perempuan di Tewah pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas adalah rekruitmen politik yang membuka kesempatan perwakilan politik perempuan. Mereka difasilitasi oleh partai untuk terlibat aktif dalam politik praktis yang sebenarnya dapat mereka gunakan sebagai media yang dapat membawa mereka mencapai tujuan politik. Tetapi karena rekruitmen mendadak yang dilakukan kepada mereka dalam kondisi politik yang singkat, maka sangatlah tidak mudah bagi mereka untuk merepresentasikan diri sebagai perwakilan politik perempuan, yang kolektif dapat mengambil keputusan politik dan lolos ke kursi DPRD Kabupaten Gunung Mas. B. PELUANG POLITIK PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2009 TIDAK DIMANFAATKAN SECARA MAKSIMAL Diberlakukannya UU No 2 Tahun 2008 tentang partai politik yang mengakomodir 30% keterwakilan perempuan dalam pendirian dan pembentukan partai politik dan kepengurusan partai politik, selanjutnya pasal 53 dan pasal 55 UU No 10 Tahun 2008, ditentukan minimal 30% keanggotaan perempuan di parlemen memang sangat berpengaruh terhadap partisipasi politik perempuan di Kelurahan Tewah. Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas diwarnai kehadiran perempuan yang dikatakan sebagai implementasi dari diberlakukannya UU yang memberikan kesempatan dan jaminan bagi kehadiran perempuan di dunia politik. Tersedianya motor politik dalam hal ini partai politik, yang telah menyiapkan kuota bagi perempuan, pada hakikatnya adalah menjembatani politik

perempuan kepada peluang yang dapat saja menjadi sebuah kesuksesan. Apabila dicermati, pada PemiluLegislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas, khususnya di Kelurahan Tewah, para caleg perempuan di tempat ini cukup mendapatkan kesempatan yang bagus. Terdapat 30 partai yang memiliki Pengurus Anak Cabang (PAC), memberikan kesempatan yang banyak bagi perempuan yang ingin menjadi caleg untuk memilih partai yang dapat mensukseskan cita-cita politiknya. Pemikiran ini dilatarbelakangi pula dengan situasi politik yang baik, dengan dibukanya kesempatan bagi perempuan yang berminat untuk mencalonkan diri, mengkampanyekan visi dan misinya untuk konstituen, sehingga melalui itu konstituen menerima kehadiran caleg perempuan tidak sebagai pelengkap syarat belaka, melainkan benar-benar hadir sebagai pelaku politik yang memperjuangkan aspirasi masyarakat kelak jika terpilih. Jikalau saja para caleg perempuan ini menggunakan kesempatan dengan kesiapan politik yang cermat, tidak menutup kemungkinan mereka dapat lolos. UU No 10 Tahun 2008, yang merupakan solusi untuk keterwakilan perempuan dalam rangka pemilihan wakil-wakil rakyat, baik di tingkat pusat (parlemen) maupun di tingkat daerah (DPRD), memberikan pijakan kuat bagi langkah politik caleg perempuan. Permasalahan yang kemudian muncul dari para caleg perempuan adalah kerap terjadi adalah kendala dari perempuan itu sendiri, yang selanjutnya disebut faktor internal (Nantri, 2004). Salah satunya perempuan sering kurang percaya diri, sehingga tidak siap mental dan psikologis untuk memasuki dan melaksanakan fungsi-fungsi jabatan sebagai perumus kebijakan maupun pengambil keputusan. Hal ini dapat kita pelajari dari pengalaman kebanyakan caleg perempuan

di Kelurahan Tewah yang gagal mendapatkan kursi Legislatif untuk tingkat Kabupaten Gunung Mas. Ketika mereka bersedia direkrut oleh pihak partai bahkan dicalonkan oleh partai untuk bersaing meraih posisi politik di kursi legislatif, secara umum bukan karena mereka memiliki kepercayaan diri untuk berpolitik, tetapi mereka melakukan aksi politik karena sekedar melengkapi syarat demi ketentuan UU.Peluang politik yang tersedia tidak dimanfaatkan secara maksimal. Padahal Pemilu legislatif Tahun 2009 sangat potensial bagi caleg perempuan untuk mendapatkan kesuksesan politik mereka. Karena pada Pemilu legislatif Tahun 2009 wajah politik berubah dengan kehadiran kaum perempuan di partai-partai politik besar maupun partai-partai politik yang baru. Sistem politik telah memperkenalkan konsep yang berubah dengan memperkenalkan figur-figur perempuan. Caleg perempuan di Kelurahan Tewah secara umum dapat dikatakan sebagi caleg perempuan yang telah melakukan partisipasi politik secara aktif. Meskipun mereka tidak lolos, paling tidak hal lain yang perlu dilihat dari sisi pembelajaran politik, adalah mereka telah memberanikan diri untuk tampil di ruang publik. Kehadiran mereka dalam Pemilu Legislatif Tahun 2009 di kabupaten Gunung Mas, memberikan pula pelajaran bagi perempuan di daerah itu, bahwa perempuan sekarang telah mengalami peningkatan dalam partisipasi politik dalam upaya peningkatan keterwakian perempuan di bidang politik. Kehadiran para caleg perempuan yang fenomenal ini menyemarakkan pesta demokrasi masyarakat di Kelurahan Tewah. Pemenuhan kuota dengan kehadiran UU No 2 Tahun 2008 dan Pasal 53 serta pasal 55 UU No 10 Tahun 2008, membawa perempuan di Kelurahan Tewah untuk terlibat dan mencalonkan diri. Peluang politik

ini dapat dilihat dalam dua pembagian. Peluang yang pertama adalah: Pemilu Legislatif 2009 di Kabupaten Gunung Mas, adalah pemilu yang diharapkan sebagai sarana yang dapat mengantar perempuan ke kursi legislatif mewujudkan cita-cita politiknya. Peluang yang kedua adalah: Pemilu Legislatif Tahun 2009 di kabupaten Gunung Mas, adalah sebuah pengalaman yang berharga dan sebagai tindakan partisipatif dengan tujuan yang beragam. Misalnya keinginan untuk coba-coba ikut berpolitik, ikut mensukseskan kandidat lain dari partai yang sama. Seperti yang sudah disampaikan dalam bab sebelumnya. Dari beragam motivasi politik yang telah diungkapkan para caleg perempuan di Kelurahan Tewah, memberikan gambaran posisi perwakilan politik perempuan. Bahwa perempuan yang ikut menjadi Caleg pada Pemilu Legislatif 2009 di Kelurahan Tewah memiliki beragam motivasi politik. Pemilu Legislatif Tahun 2009 adalah pemilu Legislatif kedua yang pernah dilaksanakan di kabupaten Gunung Mas, semenjak terbentuknya Kabupaten Gunung Mas, yaitu sesuai dengan Undang-Undang nomor 5 tahun 2002 tentang pembentukan Kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah. Pemilu Legislatif yang pertama dilaksanakan pada tahun 2004. Kondisi ini tentunya turut mempengaruhi kondisi politik di Kelurahan Tewah. Kondisi yang dimaksud adalah para perempuan yang mengikuti bursa Pemilu Legislatif Tahun 2009 dengan menjadi caleg perempuan, tentunya masih memiliki pengalaman politik yang minim. Keikutsertaan mereka sebagai bagian dari partai pengusung dengan memenuhi tuntutan kuota perempuan yang harus dipenuhi, secara umum adalah pengalaman pertama mereka berpolitik. Artinya para caleg perempuan, belum memiliki pengalaman dalam berpartai dan dalam bentuk komunikasi politik. Meskipun mereka menyadari akan kekurangan

mereka, namun partisipasi politik secara aktif sebagai calon legislatif perempuan telah memberikan pembelajaran politik yang dapat dijadikan pengalaman politik. Pengalaman dari para caleg perempuan ini tentunya sangat berguna bagi mereka dalam memikirkan langkah politik selanjutnya. Proses menjadi caleg perempuan dialami para caleg perempuan di Kelurahan Tewah dalam pengalaman dan motivasi politik mereka yang beragam. Kegagalan mereka dalam memperoleh kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tingkat II Kabupaten Gunung Mas adalah karena berbagai faktor yang turut mempengaruhi langkah politik mereka. Adapun yang dapat dilihat sebagi faktor yang turut mempengaruhi kegagalan politik mereka adalah: Pengalaman mereka dalam berpolitik yang masih minim, dalam hal ini pengalaman mereka dalam berpartai dan memahami seperti apa sebenarnya politik itu; Pengalaman berorganisasi yang belum memadai; Kesiapan dana yang masih belum memadai; Motivasi politik yang masih belum jelas; Fokus politik yang masih kabur, sehingga strategi politik pun kabur. Dari hal-hal seperti inilah banyak pembelajaran yang didapatkan bagi langkah selanjutnya. Kegagalan caleg perempuan di Kelurahan Tewah untuk lolos ke kursi Dewan Perwakilan Rakyat tingkat II Kabupaten Gunung Mas, adalah gambaran kesiapan perempuan di daerah itu dalam menyikapi politik praktis. Diakui kalau mereka yang telah mencalonkan diri pada Pemilu Legislatif Tahun 2009, sebagai pemenuhun kuota UU yang telah berlaku sebagai jaminan politik bagi perwakilan politik perempuan, masih tidak siap untuk mengimplementasikan representasi perempuan yang siap untuk berpolitik dan memperjuangkan hak-hak politiknya. Jikalau dilihat dari kondisi pesta demokrasi pada Pemiihan Umum Legislatif 2009, perempuan yang selama ini

dalam sikap biasa-biasa dalam partisipasi politik, maka pada Pemilu Legislatif 2009 telah mendapatkan tempat dalam mengaktualisasikan represrentasi politik perempuan. Sebagai figur yang dikenal dalam keseharian dan memiliki keluarga yang luas (extended familiy), maka peluang untuk mendapatkan suara konstituen terbuka, namun logika ini tentunya dilihat pula dari segi keseriusan dalam mengambil sikap politik. Tentunya pendekatan dan upaya kampanye sangat mempengaruhi pilihan konstituen. Ketika caleg perempuan ini tidak memiliki waktu, daya dan dana yang cukup dalam mengkampanyekan diri, maka tentu akan mempengaruhi hasil pemilihan, dan itu terbukti ketika mereka gagal untuk lolos ke keursi DPRD Tingkat II Kabupaten Gunung Mas. Sikap politik yang serius dan upaya dalam pencapaian target politik, adalah bagian dari strategi politik yang mempengaruhi tercapainya sebuah tujuan politik. Kebanyakan pengalaman caleg perempuan di Kelurahan Tewah, mereka direkrut oleh partai politik karena mereka ingin coba-coba untuk berpolitik dan mereka bersedia karena melengkapi ketentuan UU, demi kenalan atau kerabat mereka sebagai kandidat dari partai yang sama, dengan motivasi kenalan ataupun kerabat mereka dapat lolos. Kondisi Partisipasi politik yang demikian tidak dapat dikatakan sebagai upaya representasi dari perwakilan politik perempuan. Sistem keterwakilan politik perempuan yang dikaitkan dengan affirmatif Actions, sebagai langkah dari solusi mengejar keterbelakangan perempuan dari kaum pria yang menjadi bagian dari UU No 10 Tahun 2008 telah diaplikasi oleh para caleg perempuan di Kelurahan Tewah dengan cara menjadi anggota partai dan

mencalonkan diri dalam persaingan meraih kursi legislatif untuk Kabupaten Gunung Mas. Keterwakilan perempuan yang dituangkan dalam UU No 10 Tahun 2008 dihadirkan dalam rangka pemilihan wakil-wakil rakyat, baik di tingkat pusat (parlemen) maupun di tingkat daerah (DPRD), sangat penting bagi realisasi politik keterwakilan perempuan atau yang dikenal pula dengan istilah feminisasi politik. Ketika partai telah memenuhi persyaratan dengan merekrut perempuan dalam kuota 30% dalam komposisi partai, maka upaya feminisasi politik dijalankan dalam wujud keikutsertaan perempuan sesuai dengan UU yang berlaku. Dalam bentuk pencalonan perempuan di Kelurahan Tewah sebagai calon anggota legislatif, maka proses feminisasi politik di tempat ini sudah dimulai. Meskipun yang kemudian menjadi hasil dari upaya feminisasi politik itu, belum dapat dicapai dengan baik disebabkan kegagalan para caleg perempuan di tempat itu mendapatkan kursi legislatif karena minimnya suara yang mereka dapatkan. Peluang perempuan yang cukup baik pada Pemilu Legislatif Tahun 2009, memberikan harapan politik yang baik bagi caleg perempuan. Dari peluang yang tersedia itu, maka pemanfaatan peluang menjadi bagian yang penting pula. Permasalahan yang muncul adalah ketika mereka tidak siap untuk bersaing dalam berpolitik. Disadari kalau dalam dunia politik praktis dalam merebut kursi legislatif, maka setiap orang yang telah memilih sikap politik dengan mencalonkan diri, harus siap pula menerima segala konsekuensi dari politik yang diikuti. Adanya kesadaran awal dari para caleg perempuan di Kelurahan Tewah, bahwa mereka tentu tidak mudah untuk meraih kursi legislatif. Memenuhi keperluan politik sebagai upaya

mencapai tujuan politik memang tidak hanya membutuhkan sarana politik saja, tetapi beragam kesiapan politik dalam representasi politik yang siap untuk bersaing. Aplikasi politik yang telah dilakukan para caleg perempuan di Kelurahan Tewah, adalah reaksi politik yang baru mereka jalani. Kegagalan mendapatkan kursi legislatif di Kabupaten Gunung Mas, tidak hanya dilihat sebagai kegagalan politik perempuan di tempat ini. Tetapi proses politik yang telah dialami itu adalah proses pembelajaran politik yang baik bagi kaum perempuan yang berminat di bidang politik, bahkan memiliki rencana politik ke depan. Representasi para caleg perempuan di Kelurahan Tewah pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas dapat dijadikan momentum politik yang baik, guna proses politik yang baik ke depan. Dari proses yang sudah dilalui, mereka dapat belajar dan berbenah diri dalam menentukan langkah politik selanjutnya. Sehingga representasi perempuan dalam berpolitik, benar-benar representasi yang berkualitas dalam memperjuangkan kepentingan-kepentingan politik yang bertujuan menciptakan wajah politik yang baik di Negara Indonesia. Pemilu Legislatif tahun 2009 yang telah memberikan peluang kepada kaum perempuan, membuka pikiran politik warga masyarakat, bahwa pada kondisi dewasa ini, semua warga negara berhak memperoleh hak politiknya dan dijamin dalam mempergunakan hak politiknya. Pemilu Legislatif Tahun 2009 adalah langkah nyata dalam upaya memperjuangkan kesetaraan gender yang tentunya masih harus terus diperjuangkan. Langkah ini adalah langkah bagi pemberdayaan kaum perempuan di bidang politik. Hal yang perlu untuk ditindaklanjuti kemudian dari wacana ini adalah, bagaimana kaum perempuan dapat mempergunakan momentum ini ke depannya. Para caleg

perempuan di Kelurahan Tewah yang telah mengalami kegagalan politik, menjadi pembelajaran bagi kaum perempuan di tempat ini maupun seluruh perempuan yang berjuang di bidang politik. Peluang politik yang mengaplikasikan demokrasi dengan menempatkan perempuan memiliki hak dalam memenuhi perwakilan politik mereka, adalah demokrasi yang dibangun dalam pengembangan eksistensi perempuan yang diharapkan optimal. Para caleg perempuan di Kelurahan Tewah yang telah gagal dalam meraih kursi legislatif pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas, mengalami proses demokrasi politik yang harus terus dilanjutkan. C. PEROLEHAN SUARA YANG MINIMUM Perolehan suara adalah kunci utama bagi kesuksesan seorang caleg berhasil mendapatkan kursi legislatif. Para caleg perempuan di Kelurahan Tewah yang tidak berhasi dan gagal memperoleh kursi legislatif, tentunya dikarenakan perolehan suara yang mereka peroleh pada saat pemilihan minim dan tidak dapat bersaing dengan kandidat yang lain. Memang diakui pesta demokrasi pada Pemilu legislatif Tahun 2009 diwarnai antusiasme yang tinggi, dari warga masyarakat setempat.figur caleg yang wajahnya familiar, memberikan suasana yang berbeda dari pesta demokrasi pada Pemilu Legislatif sebelumnya. Warga masyarakat di Kelurahan Tewah sebagai konstituen pada Pemilu Legislatif Tahun 2009, ternyata tidak hanya memperhatikan wajah figur caleg yang familiar saja, tetapi mereka memperhatikan pula pengalaman berpolitik caleg dan keseharian dari caleg. Kemampuan politik caleg diperhitungkan konstituen dalam menentukan pilihan. Para caleg perempuan di Kelurahan Tewah

mengalami kegagalan, tentunya dihasilkan pula dari perspektif politik konstituen. Bukan karena mereka adalah perempuan, tetapi karena proses mereka menjadi caleg diukur oleh konstituen dari berbagai segi. Pemenuhan kuota 30% dalam Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kelurahan Tewah secara kuantitas sudah terealisasi, walaupun secara kualitas belumlah memenuhi syarat yang maksimal dalam representasi politik perempuan yang berupaya mencapai tujuan politik dengan keberhasilan mendapatkan kursi legislatif. Tidaklah dapat dihindari konsekwensi dari sebuah keputusan berpolitik selalu mengarah kepada dua hal yaitu keberhasian dan kegagalan. Meskipun peluang sangat baik bagi para caleg perempuan dalam memulai representasi politik mereka, tetapi semuanya kembali kepada kesiapan politik mereka. Persepsi konstituen di Kelurahan Tewah mengenai figur caleg yang tentunya sangat berpengaruh terhadap pilihan mereka pada waktu pemungutan suara dilaksanakan. Ketika latar belakang politik para caleg perempuan yang mengikuti bursa pemilihan calon anggota legislatif di Kabupaten Gunung Mas diketahui konstituen dengan baik, maka konstituen mampu mengkritisi perwakilan politik perempuan, dengan minimnya suara yang mereka berikan kepada caleg perempuan. Pesta demokrasi yang telah dilaksanakan di Kelurahan Tewah pada Pemilu Legislatif Tahun 2009, adalah fenomena politik yang cukup menarik. Ketika 11 orang perempuan yang mencalonkan diri sebagai anggota legislatif semuanya mengalami kegagalan.padahal jika ditelusuri secara sejarah perempuan di tempat itu, perempuan

adalah figur yang pernah menjadi sosok pemimpin yang tangguh. 94 Berdasarkan latar belakang sejarah ini, maka figur perempuan sebagai sosok pemimpin bukanlah hal yang baru. Artinya masyarakat di Kelurahan Tewah sudah sejak dulu mengakui keberadaan perempuan sebagai pemimpin. Hanya saja kompetensi dari perempuan yang berani tampil sebagai figur pemimpin tetap diperhitungkan. Dari pesta demokrasi yang terjadi pada Pemilu Legislatif Tahun 2009 di Kabupaten Gunung Mas, warga masyarakat sebagai kostituen dan juga para caleg mendapatkan pengalaman politik yang signifikan. Tantangan politik ke depan bagi perempuan, mengharuskan perempuan itu sendiri untuk mempersiapkan diri semaksimal mungkin. Proses politik yang akan dialami menuntut perempuan untuk lebih siap dalam modal politik. Sehingga representasi perwakilan politik perempuan benar-benar feminisasi politik yang realistis dan dapat dipertanggung jawabkan dalam politik yang berkualitas. Representasi perempuan sebagai pemimpin dan pembuat keputusan adalah proses demokratisasi yang harus diimplementasikan secara nyata dalam kehidupan politik di Indonesia. Dengan adanya UU politik yang telah menjamin keterwakilan perempuan di bidang politik, maka perempuan tidak perlu takut lagi untuk terlibat dunia politik. Hanya saja dalam mengambil sikap dalam keputusan politik, perempuan tidak lagi sekedar upaya coba-coba, sekedar pelengkap syarat, ataupun hanya sebagai batu loncatan untuk orang lain. Perwakilan politik perempuan adalah representasi politik yang mengahadirkan kuantitas dan kualitas yang mampu 94 Bdk. Penjelasan Mengenai Sejarah Arti Dari Nama Kelurahan Tewah.

membuat wajah politik ke arah yang lebih baik. Perempuan dan politik di Kelurahan Tewah dalam problem kegagalan, karen perolehan suara yang minim.