Model Cooperative Learning Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Aktivitas Siswa

dokumen-dokumen yang mirip
Model Berbasis Portofolio untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar Siswa pada Pembelajaran PKN

MODEL KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR IPS SISWA KELAS IV

Konseling dan Pendidikan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MEMBACA SISWA KELAS IV MELALUI MODEL COMPLETE SENTENCE DI SDN 46 KOTO PANJANG PADANG

STRATEGI TRUE OR FALSE UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR PKN

Media Gambar Untuk Meningkatkan Proses Dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Pkn

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS V-A PADA PEMBELAJARAN PKn DENGAN MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE SCRIPT DI SDN 01 KOTO BALINGKA

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG

PENGGUNAAN PENDEKATAN DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS III PADA PEMBELAJARAN IPA DI SDN 26 LUBUK ALUNG

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

Model Pembelajaran Koperatif Tipe Listening Team dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Ekologi Hewan

ISSN Cetak: ISSN Online: DOI : / Volume 3 Nomor 2, 2017, hlm 44-56

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PEMBERIAN PUJIAN DAN HUKUMAN KEPADA SISWA KELAS I SDN 15 LUBUK ALUNG

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE SISWA KELAS V SDN 038/XI SUNGAI PENUH PROVINSI JAMBI

METODOLOGI PENELITIAN

PROBLEM BASED LEARNING UNTUK PENINGKATAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV DENGAN METODE GIVING QUESTION AND GETTING ANSWER DI SDN 43 SIGUNTUR MUDA PESISIR SELATAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMBACA SISWA KELAS V DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INDEX CARD MATCH SD NEGERI 04 PUNGGUANG KASIAK KABUPATEN PADANG PARIAMAN

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED TEACHING

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN

ARTIKEL PENELITIAN OLEH: REPSA YUNITA NPM

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION

Konseling dan Pendidikan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI SEKOLAH DASAR

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Abstract

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DENGAN GIVING REWARD AND PUNISHMENT

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) DILENGKAPI MEDIA REALIA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kemampuan Berpendapat

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL PENELITIAN

DI SD NEGERI 07 LUBUK ALUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS V.A PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE

Jurnal EDUCATIO Jurnal Pendidikan Indonesia

Surianti Ajriah 1, Edrizon 1, Ira Rahmayuni Jusar 1. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta.

Peningkatan Hasil Belajar Operasi Pengurangan Bilangan Cacah melalui Blok Dienes pada Siswa Kelas I SDN 21 Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

INTEGRASI GALERI BELAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

ARTIKEL PENELITIAN PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN

UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI BELAJAR DAN BELAJAR IPS SISWA KELAS VI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA SDN KEBUN BUNGA 6 BANJARMASIN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PKN MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DI SEKOLAH DASAR. Oleh. Ramadhani

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI GUIDED TEACHING DI SDN 09 AIR PACAH PADANG

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Padang

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV A DENGAN MENGGUNAKAN MODEL GROUP INVESTIGATION DALAM PEMBELAJARAN IPS DI SDN 08 SURAU GADANG SITEBA PADANG

ARTIKEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR TEKNIK DASAR PASSING SEPAKBOLA. Oleh Made Arya Sudita NIM

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI DI KELAS VI SD NEGERI 30 SUNGAI NANAM KABUPATEN SOLOK

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EVERYONE IS TEACHER HERE DI SD NEGERI 01 SICINCIN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS 4 SDN SELOKAJANG 3 KABUPATEN BLITAR ARTIKEL

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI KELAS IV SDN 01 PAYAKUMBUH BALAI GADANG.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN STRATEGI ACTIVE KNOWLEDGE SHARING DI KELAS V SD NEGERI 50 PADANG TONGGA

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWAMELALUI METODE BERMAIN JAWABAN DALAM PEMBELAJARAN IPA KELAS IV SDN 10 KOTO JUA KECAMATAN BAYANG

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

Peningkatan Hasil Belajar Ipa Siswa Kelas V Dengan Menggunakan Metode Inkuiri. Zaiyasni PGSD FIP UNP Padang

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IV MELALUI MODEL THINK PAIR AND SHARE

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF Number Head Together (NHT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IV

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIK MELALUI MODEL KOOPERATIFTEKNIKBERTUKAR PASANGAN DI SDN 26 PADANG TAE

Universitas Bung Hatta Abstract

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V DENGAN MODEL GUIDED TEACHING DI SD NEGERI 23 TAMPUNIK PESISIR SELATAN

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV MELALUI METODE PROBLEM POSING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SDN 16 PASAMAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI PESAWAT SEDERHANA DI SMP

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SDN 34 KOTO RAWANG PESISIR SELATAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI KELAS V SDN 09 GUNUNG TULEH

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

Konseling dan Pendidikan

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI MODEL MODELLING THE WAY

PENINGKATAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL WORD SQUARE DI SDN 26 PELANGAI KECIL KABUPATEN PESISIR SELATAN

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 7 (2), 2015,

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VB MELALUI PENDEKATAN PAILKEM DI SDN 29 GANTING UTARA KOTA PADANG

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL TALKING STICK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS IV DI SDN 10 SUNGAI SAPIH PADANG

ARTIKEL PENELITIAN. oleh. RiaParamita NPM

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN STRATEGI TRUE OR FALSE DI SD NEGERI 13 SURAU GADANG PADANG

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT DI SMP NEGERI 13 PONTIANAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V DENGAN MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES DI SDN 02 TARUNG TARUNG KABUPATEN SOLOK

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL BERTUKAR PASANGAN DI SDN 09 BALAI SATU KECAMATAN LUBUK BASUNG

Joyful Learning Journal

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF MELALUI MEDIA PUZZLE PADA SISWA KELAS III SDN GRENDEN 02 PUGER JEMBER

Ernidalisma Guru Matematika dan Kepala Sekolah SMP N 30 Pekanbaru. Kata kunci: metode pembelajaran learning start with a question, hasil belajar.

PENERAPAN TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS

METODOLOGI PENELITIAN

Pembelajaran Tematik dengan Menggunakan Metode Role Playing di Sekolah Dasar

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT BENDA MELALUI METODE EKSPERIMEN DI KELAS IV SDN 3 BULANGO TIMUR KABUPATEN BONE BOLANGO

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION MATA PELAJARAN PKN SD KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN PKn DENGAN METODE QUANTUM TEACHING DI SD NEGERI 32 LUBUK ALUNG. Erni, Nurharmi, Yulfia Nora

Transkripsi:

JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia) ISSN Cetak: 2477-8524-ISSN Online: 2502-8103 http://jurnal.iicet.org Volume 1 Nomor 3, 2017, hlm 41-49 Info Artikel: Diterima: 12/04/2017 Direvisi: 26/05/2017 Dipublikasikan: 30/06/2017 Dipublikasikan oleh: Model Cooperative Learning Tipe Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Aktivitas Siswa Rilda Weni SDN 21 Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman Abstract This study was conducted as solution for the low learning activity and achievement of 5th grade students at SDN 21 Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman. The low learning activity and achievement of students was caused by teaching process which often to use expository method. This study is a classroom action research with two cycles aimed to improve students learning activity and achievement by implementing one of cooperative learning model, i.e. make a match type. Subjects of this study are 5th grade students at SDN 21 Batang Anai. Mean of test score of students in cycle I is 60.00 and become 76.88 in cycle II. Students learning activity was also improved. Thus, cooperative learning make a match- can improve students learning activity and achievement. Kata Kunci: learning achievement, learning activity, bahasa, make a match This is an open access article distributed under the Creative Commons Attribution License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium, provided the original work is properly cited. 2017 by author and. PENDAHULUAN Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Krisna, 2009). Gagne dan Briggs (dalam Krisna, 2009) mengatakan bahwa, pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Selain itu, Mashudi, dkk. (dalam Kurnia, 2010) pembelajaran adalah suatu kegiatan kompleks. Pembelajaran pada hakikatnya tidak hanya menyampaikan pesan, tetapi juga merupakan aktivitas profesional yang menuntut guru dapat menggunakan keterampilan dasar mengajar secara terpadu serta menciptakan situasi efisien. Oleh karena itu, dalam pembelajaran, guru perlu menggunakan strategi belajar yang menarik. Karena aktivitas belajar banyak sekali macamnya, maka para ahli mengadakan klasifikasi atas macam-macam aktivitas; salah satunya yaitu: Paul Dierich (dalam Hamalik, 2007) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, yaitu kegiatan visual, kegiatan lisan, kegiatan mendengarkan, kegiatan menulis, kegiatan menggambar, kegiatan metrik, kegiatan mental, kegiatan emosional, dan minat. Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian, sikap-sikap apresiasi dan keterampilan. Dari hasil pemikiran Gagne, hasil belajar berupa: informasi verbal, yaitu kapabalitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis; keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintetis fakta-konsep dan 41

mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan; strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri; keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani; sikap, yaitu kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual sosial dan emosional. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu siswa mengenal dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut serta menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada pada dirinya. Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan di kelas V SDN 21 Batang Anai Kabupaten Padang Pariaman, yaitu tentang pembelajaran Bahasa Indonesia diperoleh data bahwa selama ini guru hanya menggunakan metode ceramah dan tanya jawab dalam pembelajaran. Ini mengakibatkan aktivitas dan hasil pembelajaran siswa tidak meningkat, lemahnya daya berpikir siswa, kurangnya kemampuan bekerja sama dengan teman. Tentu saja Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditetapkan yaitu 70 tidak tercapai. Salah satu cara meningkatkan aktivitas dan hasil pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SDN 21 Batang Anai adalah melalui pembelajaran model cooperative learning tipe Make a Match. Pembelajaran model cooperative learning tipe Make a Match merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa, baik secara individu maupun kelompok. Artzt dan Newman (dalam Asma, 2009) mendefinisikan bahwa belajar kooperatif adalah suatu pendekatan yang mencakup kelompok kecil dari siswa yang bekerja sama sebagai suatu tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau menyelesaikan suatu tujuan bersama. Proses pembelajaran pada model pembelajaran kooperatif antara lain memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik, antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya serta memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif. Menurut Suprijono (2009), salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah Make a Match. Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartukartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban. Kelompok ketiga adalah kelompok penilai. Dalam hal ini diatur posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U, dan diupayakan kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan. METODE Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Secara etimologis, ada tiga istilah yang berhubungan dengan PTK, yakni penelitian, tindakan, dan kelas (Sanjaya, 2010). Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 21 Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman. Siswa kelas V berjumlah 20 orang, yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa instrumen untuk mengumpulkan data, yaitu lembar observasi kegiatan pembelajaran, tes hasil belajar, dan catatan lapangan. Indikator keberhasilan dalam proses pembelajaran diukur dengan menggunakan persentase penilaian hasil belajar siswa dan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Indikator keberhasilan pada hasil belajar siswa yang akan dicapai adalah 70%, dan KKM pada mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 70. 42

HASIL 1. Deskripsi Siklus I a. Perencanaan Sebelum menerapkan tindakan pada siklus I, peneliti melihat terlebih dahulu kondisi pembelajaran Bahasa Indonesia pada siswa kelas V SDN 21 Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman. Tindakan ini dilakukan untuk melihat kondisi awal, sehingga dapat dijadikan patokan terhadap adanya peningkatan proses pembelajaran setelah dilakukan tindakan. Selanjutnya, untuk memulai pembelajaran, terlebih dahulu peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Selain mempersiapkan RPP, peneliti juga mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa dan lembar aktivitas guru serta catatan lapangan yang diisi pada setiap kali pertemuan. b. Pelaksanaan Siklus I terdiri dari tiga kali pertemuan. Dua kali pertemuan merupakan proses pembelajaran dan satu kali pertemuan ditujukan untuk tes. Setiap proses pembelajaran dilaksanakan dengan mengikuti tahapan pembelajaran kooperatif tipe make a match. c. Pengamatan 1) Observasi Aktivitas Siswa Data hasil observasi ini didapat melalui lembar observasi aktivitas siswa dan digunakan untuk melihat proses dan perkembangan aktivitas siswa yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Tabel 1. Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I Indikator Pertemuan Rata-rata Persentase I II Jumlah % Jumlah % A 6 37,50 7 43,75 40,63% B 9 56,25 10 62,50 59,38% C 11 68,75 12 75,00 71,88% D 10 62,50 11 68,75 65,63% Rata-rata 56,25 62,50 59,38% Keterangan: 1. Siswa menjawab pertanyaan guru (A) 2. Siswa bisa berdiskusi dengan teman (B) 3. Siswa mengerjakan LKS (individual) (C) 4. Siswa mengikuti diskusi dengan baik (sesuai aturan yang diberikan guru) (D) 2) Observasi Aktivitas Guru Berdasarkan lembar observasi aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus I, maka jumlah skor dan persentase aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2. Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I Pertemuan Jumlah Skor Persentase I 9 60,00% II 10 66,67% Rata-rata 9 63,33 % 43

3) Hasil Belajar Siswa Tabel 3. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I Uraian Jumlah Target Jumlah siswa yang mengikuti tes 14 16 Jumlah siswa yang tuntas tes 8 14 Jumlah siswa yang tidak tuntas tes 6 4 Rata-rata nilai tes 60,00 70 Persentase ketuntasan tes 57,14% 100% 4) Catatan lapangan Berdasarkan catatan lapangan maka ditemukan bahwa ada beberapa orang siswa yang bertanya pada guru serta siswa mendengarkan pertanyaan dan jawaban yang dibacakan temannya di depan kelas (aktivitas audio visual). d. Refleksi Kegiatan refleksi dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas yang dilakukan pada setiap akhir siklus. Refleksi siklus satu ini mencakup refleksi terhadap perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Dari tahap perencanaan, peneliti mempersiapkan RPP, lembar observasi aktivitas siswa, aktivitas guru, dan catatan lapangan. Dalam tahapan ini, peneliti belum mempersiapkan dengan maksimal. Sedangkan kelemahan dalam pelaksanaannya, waktu yang ada belum terkoordinasi dengan baik sehingga dalam pelaksanaan ini guru harus merencanakan waktu dengan baik. Dari hasil paparan siklus I diketahui bahwa aktivitas siswa masih belum sesuai seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dari keempat indikator, hanya satu di antaranya yang mencapai target, yaitu siswa mengerjakan LKS (secara individual) dengan rata-rata 71,88%. Sedangkan indikator yang lainnya belum mencapai target, yaitu siswa menjawab pertanyaan guru hanya mencapai rata-rata 40,63%. Kemudian untuk indikator siswa bisa berdiskusi dengan teman mencapai 68,75%. Selanjutnya indikator siswa bisa mengikuti diskusi dengan baik mencapai rata-rata 65,73%. Dapat disimpulkan bahwa penelitian pada siklus pertama masih jauh dari ketuntasan yang telah ditetapkan, terlihat pada rata-rata keseluruhan yaitu 59,38%. Peneliti bersama kedua observer menyimpulkan bahwa masalah yang dihadapi peneliti dalam mengelola pembelajaran adalah sebagian dari langkah-langkah pada perencanaan terlaksana sesuai dengan yang diinginkan, tetapi terdapat beberapa langkah yang tidak berjalan dengan baik. Contohnya, guru kurang bisa membagi waktu untuk masingmasing langkah sehingga siswa kekurangan waktu dalam berdiskusi; guru kurang memberikan petunjuk dalam mengerjakan LKS; guru kurang mengawasi siswa dalam berdiskusi, sehingga masih ada siswa yang kurang berperan dalam diskusi kelompok. Kemudian guru masih menunjuk siswa yang sering aktif dan yang duduk di barisan depan saja, sedangkan siswa pada bagian belakang jarang diberikan kesempatan dalam menjawab pertanyaan guru, yang termasuk dalam indikator keberhasilan penelitian ini. Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan kelebihan yang telah dicapai pada siklus I, maka pembelajaran pada siklus II dibuat perencanaan sebagai berikut: (1) Guru harus bisa membagi waktu untuk masing-masing langkah sehingga siswa tidak kekurangan waktu dalam berdiskusi; (2) Sebelum siswa berdiskusi hendaklah diberikan petunjuk yang jelas agar siswa tidak bingung dan bertanya-tanya lagi; (3) Guru hendaklah membimbing dan mengarahkan siswa dalam berdiskusi, agar siswa benar-benar aktif dalam mengerjakan dikusi. 44

2. Deskripsi Siklus II a. Perencanaan Dari hasil refleksi siklus I diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran belum berjalan dengan efektif. Hal ini disebabkan oleh beberapa kelemahan dalam pelaksanaan melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match. Permasalahan terjadi karena peneliti belum terampil menjalankan pembelajaran dan peneliti belum melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. Berdasarkan hasil ini direncanakan perbaikan terhadap tindakan yang akan diterapkan pada siklus II, yaitu: (1) Lebih memperhatikan dan membimbing siswa dalam pelaksanaan pembelajaran untuk dapat aktif dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu terutama pada aktivitas menjawab pertanyaan guru. (2) Lebih memotivasi siswa untuk giat dan serius dalam belajar melalui motivasi kepada siswa untuk bisa aktif dalam pembelajaran. (3) Lebih memperhatikan dan membimbing siswa dalam berdiskusi. (4) Merencanakan waktu dengan baik untuk melakukan diskusi. (5) Sebelum melaksanakan tes, siswa diminta untuk duduk di tempatnya masing-masing, sehingga tidak ada siswa yang bertanya dan berbagi jawaban. Selanjutnya peneliti menyiapkan RPP, lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi kegiatan pembelajaran (aspek guru), serta catatan lapangan yang diisi setiap pertemuan. b. Pelaksanaan Pada siklus II ini peneliti melaksanakan tiga kali pertemuan. Pada pertemuan ketiga diadakan tes akhir siklus II. c. Pengamatan Pada siklus II ini, hasilnya lebih baik dibandingkan siklus sebelumnya. Di sini guru telah melaksanakan semua proses pembelajaran yang telah direncanakan dan telah menghasilkan hasil belajar yang optimal. 1) Observasi Aktivitas Siswa Data hasil observasi ini didapat melalui lembar observasi aktivitas siswa dan digunakan untuk melihat proses dan perkembangan aktivitas siswa yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Tabel 4. Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II Indikator Pertemuan Rata-rata I II Persentase Jumlah % Jumlah % A 12 75,00 13 81,25 78,13% B 13 81,25 14 93,75 87,50% C 14 93,75 15 96,80 95,28% D 13 81,25 14 93,75 87,50% Rata-rata 82,81 91,39 87,10% Keterangan: 1. Siswa menjawab pertanyaan guru (A) 2. Siswa bisa berdiskusi dengan teman (B) 3. Siswa mengerjakan LKS (individual) (C) 4. Siswa mengikuti diskusi dengan baik (sesuai aturan yang diberikan guru) (D) 2) Data hasil observasi aktivitas guru Berdasarkan lembar observasi aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus I, maka jumlah skor dan persentase aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut. 45

Tabel 5. Observasi ktivitas Guru pada Siklus II Pertemuan Jumlah Skor Persentase I 13 86,66% II 14 93,33% Rata-rata 12 89,50% Dari tabel di atas dapat dibuat analisis bahwa persentase guru dalam mengelola pembelajaran memiliki rata-rata persentase 89,50% sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan guru dalam mengajar sudah baik dari target yang ditetapkan. 3) Hasil Belajar Siswa Berdasarkan hasil tes siklus I, persentase siswa yang tuntas dan rata-rata skor tesnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 6. Ketuntasan dan Rata-rata Hasil Tes Siswa pada Siklus II Uraian Jumlah Target Jumlah siswa yang mengikuti tes 26 26 Jumlah siswa yang tuntas tes 24 26 Jumlah siswa yang tidak tuntas tes 2 3 Rata-rata nilai tes 76,88 70 Persentase ketuntasan 87,50% 100% Mencermati tabel di atas dan apabila dibandingkan dengan siklus I, maka siklus II ini jauh lebih baik, 16 siswa yang ikut tes 24 orang siswa sudah tuntas diatas KKM yaitu siswa yang dapat nilai 90 ada 4 orang, yang dapat 80 ada 5 orang, yang mendapat nilai 70 ada 5 orang sedangkan yang mendapat 60 ada 2 orang. Hal ini terlihat pada persentase ketuntasan belajar dan rata-rata skor tes. Pada siklus I terdapat 57,14 % dengan rata-rata nilai tes 60,00 siswa. Sedangkan pada siklus II, terdapat 87,50% siswa yang tuntas belajar dengan rata-rata skor tes 76,88. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pada siklus II siswa sudah dapat dikatakan tuntas belajar secara klasikal dan rata-rata skor tes juga meningkat dari siklus I ke siklus II. Hal ini menunjukkan tercapainya target pembelajaran yang diinginkan, terlampir. 4) Catatan lapangan Berdasarkan catatan lapangan maka ditemukan ada satu orang siswa yang mengemukakan pendapat pada saat pembelajaran dan siswa juga bertanya kepada temannya tentang materi pelajaran. d. Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan pada siklus II sudah berhasil atau belum. Jika belum maka penelitian dilanjutkan pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil pengamatan, pembelajaran sudah terlaksana dengan baik. Siswa sudah bisa belajar dengan baik dengan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match. Dilihat dari data persentase aktivitas dan hasil tes siklus II siswa, maka sudah tercapai target yang ditetapkan dan keberhasilan belajar sangat baik. Sedangkan data pengamatan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran sudah mengalami peningkatan dibandingkan pada siklus I, dan dapat dikatakan cukup baik. Berdasarkan analisis data yang telah diuraikan di atas, maka disimpulkan bahwa peningkatan hasil pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V pada siklus II sudah meningkat dan karena itu diputuskan untuk tidak melanjutkan penelitian pada siklus berikutnya. Dengan demikian penelitian ini telah selesai. 46

PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus yang setiap siklusnya terdiri dari tiga pertemuan. Model pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match. Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi aktivitas siswa, penilaian terhadap guru dalam mengelola pembelajaran, dan catatan lapangan. Pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match merupakan hal baru bagi siswa, sehingga dalam pelaksanaannya siswa mengalami banyak perubahan cara belajar. Bisanya siswa mendapatkan materi hanya dari apa yang diterangkan guru, sehingga siswa pasif dalam belajar dan sedikit sekali interaksi. Aktivitas siswa pada siklus I belum sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. Karena pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match merupakan hal baru bagi siswa. Oleh karena itu siswa masih belum paham bagaimana cara berdiskusi menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match tersebut. Dari pertemuan pertama siklus I, disimpulkan bahwa aktivitas siswa masih di bawah rata-rata, namun pada siklus II siswa sudah dapat menunjukkan aktivitas yang baik secara keseluruhan, yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas V SDN 21 Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Aktivitas Siswa Hal yang paling mendasar dituntut dalam proses pembelajaran adalah aktivitas siswa. Aktivitas siswa dalam proses pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa ataupun siswa itu sendiri sehingga suasana belajar menjadi segar dan kondusif. Hal ini dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas siswa pada tabel berikut. Tabel 7. Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II No Indikator Aktivitas Siswa Rata-rata Persentase Siklus I Siklus II 1. Siswa menjawab pertanyaan guru 40,63% 78,13% 2. Siswa bisa berdiskusi dengan teman 62,50% 87,50% 3. Siswa mengerjakan LKS 75,00% 95,28% 4. Siswa mengikuti diskusi dengan baik 62,50% 87,50% Rata-rata kedua siklus 59,38% 87,10% Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match yang dilaksanakan dapat ditingkatkan aktivitas siswa. Hal ini terbukti dari kenaikan rata-rata persentase untuk masing-masing indikator keberhasilan aktivitas siswa yang telah ditetapkan. Aktivitas siswa pada siklus I sudah bisa dikatakan meningkat, tetapi masih belum mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Pada siklus II, aktivitas siswa sudah dalam kategori baik, siswa sudah banyak melakukan indikator A, B, C, dan D. Walaupun untuk indikator (A) masih tergolong cukup, namun sudah mengalami peningkatan untuk setiap kali pertemuan. 2. Aktivitas Guru Keberhasilan siswa dalam pembelajaran pada umumnya dilihat juga dari pengelolaan pelaksanaan pembelajaran pada persentase aktivitas guru. Dalam hal ini terlihat peningkatan pengelolaan pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match pada tabel berikut. 47

Tabel 8. Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I dan Siklus II Siklus Rata-rata per Siklus I 63,33% II 89,50% Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match pada siklus I diperoleh rata-rata persentase 63,33%, dan ini dapat dikatakan kurang dari ketuntasan yang peneliti tetapkan. Hal ini disebabkan guru belum terbiasa membawakan pembelajaran dengan menggunakan Model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan baru pertama kali peneliti cobakan. Pada siklus II, rata-rata persentase 89,50%, dan ini dapat dikatakan sangat baik, sehingga pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match sudah jauh meningkat dari siklus I. KESIMPULAN Rata-rata persentase pada indikator siswa menjawab pertanyaan guru mengenai materi pelajaran dengan baik di siklus I yaitu 40,63%, pada siklus II naik menjadi 78,13%. Rata-rata persentase pada indikator siswa bisa berdiskusi dengan teman pada siklus II meningkat menjadi 87,50% dari sebelumnya pada siklus I hanya 62,50%. Rata-rata persentase pada indikator siswa mengerjakan pekerjaan sekolah/latihan secara individu (berupa LKS) di siklus I yaitu 75,00%, pada siklus II naik menjadi 95,28%. Rata-rata persentase pada indikator siswa mengikuti diskusi dengan baik (sesuai aturan yang diberikan guru) di siklus I yaitu 62,50%, pada siklus II naik menjadi 87,50%. Dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata aktivitas dan hasil pembelajaran siswa pada siklus I hanya mencapai 62,50%, namun pada siklus II meningkat menjadi 87,50%. Dengan kata lain, aktivitas dan hasil pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Make di kelas V SDN 21 Batang Anai meningkat. Hasil pembelajaran siswa berdasarkan tabel hasil belajar, yaitu pada siklus I, persentase ketuntasan belajar siswa baru mencapai 57,14% dan nilai rata-rata hasil belajar siswa hanya 60,00. Persentase ketuntasan belajar siswa belum mencapai target yang peneliti tetapkan yaitu 70%. Sedangkan pada siklus II, persentase ketuntasan siswa sudah mencapai 87,50%; dan nilai rata-rata hasil belajar sudah di atas KKM 70, yaitu 76,88. Dari perbandingan kedua siklus tersebut, terdapat peningkatan hasil belajar siswa, pada siklus II persentase ketuntasan siswa sudah melebihi target yang ditetapkan, berarti target penelitian telah tercapai. Bagi guru, pelaksanaan pembelajaran melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match dapat dijadikan salah satu alternatif variasi dalam pelaksanaan pembelajaran. Disarankan kepada peneliti berikutnya yang menggunakan tipe Make a Match agar kartu-kartu pertanyaan dan jawaban menggunakan gambar, tidak hanya menggunakan kalimat. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan ke-9. Jakarta: Bumi Aksara. Asma, Nur. 2009. Model Pembelajaran Kooperatif. Padang: UNP Press. Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Grafindo Persada. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BNSP. Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Cetakan ke-12. Jakarta: Bumi Aksara Moneter, Marla. 2008. Peningkatan Proses Pembelajaran IPS melalui Model Cooperative Learning Tipe Make a Macth di Kelas V SDN 06 Surabayo, Kabupaten Agam. Skripsi. Padang: Universitas Bunghatta. 48

Sanjaya, Wina. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. Suprijono, Agus. 2010. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 49