BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan dan mengalirkannya menuju parit, sungai dan akhirnya bermuara kedanau atau laut. Dengan demikian konsep suatu Daerah Aliran Sungai merupakan konsep bagi pembangunan wilayah yang berdasarkan batas alamiah, yang mampu memadukan aspek fisik, sosial, budaya dan kelembagaan. Kesalahan pengelolaan sumber daya alam terutama vegetasi, tanah dan air di wilayah daerah aliran sungai akan mengakibatkan kemerosotan mutu dan daya dukung sumber daya setempat dan kerugian lain di wilayah hilirnya. Oleh sebab itu, pengelolaan DAS di daerah hulu harus tepat. Kesalahan dalam pengelolaan DAS pada akhirnya jika tidak segera ditangani akan menyebabkan daerah aliran sungai menjadi kritis. (Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air/PPSDA, 2005). Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS Grindulu) yang kritis salah satunya dialami oleh daerah aliran sungai Grindulu. DAS Grindulu memiliki 4 Sub DAS yang lebih kecil yaitu DAS Bak Sooko, Lorok, Pagotan dan Bawur yang bermuara ke Lautan India. 1
Wilayah DAS Grindulu merupakan wilayah sungai yang paling terdegradasi di Jawa, dengan wilayah - wilayah lahan kriitis aktual/nyata yang luas dan homogen. Suyatno (2004) menyatakan ciri DAS Grindulu adalah banjir di musim hujan di DAS bagian hilir dan kekeringan di musim kemarau karena adanya wilayah-wilayah lahan kritis yang luas di DAS bagian hulu. Lahan-lahan kritis di DAS Grindulu luasnya mencapai 19.625 ha (29,5% dari luas wilayah DAS Grindulu). Selain itu, faktor lain adalah kurangnya pemberian penyuluhan yang memadai kepada masyarakat yang berdomisili di aliran sungai serta kurangnya pengelolaan konservasi lahan. Pada musim penghujan, khususnya menjelang awal musim hujan tanah-tanah tersebut merupakan sumber utama terjadinya erosi yang bekerja secara akselerasi yang dapat mencapai lebih dari 70% (Suyatno, 2004). Kondisi tersebut kalau tidak ditanggulangi dengan cepat dan benar, maka kondisi tersebut tanah-tanah di wilayah DAS Grindulu menjadi rusak dan sangat memprihatinkan. Agar tidak terjadi kerusakan tanah di DAS Grindulu lingkungan dalam pemanfaatan sumberdaya alam di daerah aliran sungai, maka diperlukan manajemen pengelolaan DAS yang tepat oleh Dinas Kehutanan setempat dan peran masyarakat. Peran masyarakat untuk ikut berpartisipasi serta adanya motivasi masyarakat dalam 2
pengelolaan manajemen DAS Grindulu Kabupaten Pacitan. Willie Wijaya (2004) menyatakan partisipasi adalah sebagai wujud dari keinginan untuk mengembangkan demokrasi melalui proses desentralisasi dimana diupayakan antara lain perlunya perencanaan dari bawah (button-up) dengan mengikutsertakan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan masyarakatnya. Perencanaan program masyarakat dan pemerintah melalui progrm penanaman pohon dalam rangka menjaga kesuburan dan struktur tanah di DAS Grindulu Kabupaten Pacitan. Kondisi selama ini pemerintah dalam program penanaman pohon hanya dilakukan oleh satu pihak, pengambilan keputusan tidak adanya musyawarah terlebih dahulu, hanya perwakilan sehingga masyarakat kurang berperan untuk mendukung program tersebut. Selain itu antara masyarakat dan pemerintah kurang mengevaluasi kekuarangannya, program tersebut tidak berjalan dengan baik. Di mana masyarakat setidaknya berperan mengikuti program pemerinta, dan dari pihak pemerintah juga mendengarkan keluhan dan saran dari masyarakat, sehingga dari kedua pihka tersebut dapat mendukung adanya program tersebut dengan baik. Penanaman pohon adalah kegiatan penghijauan dengan menanam pohon pada lahan kosong di luar kawasan hutan terutama pada tanah milik rakyat dengan tanaman 3
keras, misalnya jenis pohon hutan, pohon buah, tanaman perkebunan, tanaman penguat keras, sehingga lahan tersebut dapat dipulihkan, dipertahankan dan ditingkatkan kembali kesuburannya (Suyatno, 2004). Kegiatan penanaman pohon yang tidak diperbolehkan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Pacitan di DAS Grindulu yaitu kegiatan menanam pohon dalam kemiringan 60%. Program penanaman pohon yang terakhir dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Pacitan disekitar aliran sungai Grindulu pada tahun 2011 dengan menanam pohon seperti: pohon mahoni, bambu, sono, sengon, jabon, trembesi, gmelina, pinus, akasia dan pohon jati. Program penanaman pohon tersebut tidak didukung sepenuhnya oleh masyarakat sekitar, di mana partisipasi masyarakat masih kurang, kepeduliannya terhadap program penanaman pohon masih rendah. Keadaan ini terlihat bahwa pohon-pohon yang ditanam oleh Dinas Kehutanan setempat fungsinya dialihkan menjadi bahan makanan hewan ternak, sehingga kondisi ekosistem di wilayah DAS Grindulu semakin memburuk. Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti melakukan penelitian tentang partisipasi masyarakat yang tinggal di aliran DAS Grindulu. Diharapkan dengan partisipasi masyakarat yang tinggi, maka dapat membantu pemerintah dalam pengelolaan konservasi lahan dengan baik. 4
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat di ambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa saja bentuk partisipasi masyarakat Kecamatan Arjosari dalam program penanaman pohon di DAS Grindulu Arjosari? 2. Sejauh mana tingkat partisipasi masyarakat Kecamatan Arjosari dalam program penanaman pohon di DAS Grindulu Arjosari? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk partisipasi masyarakat Kecamatan Arjosari dalam program penanaman pohon di DAS Grindulu Arjosari. 2. Untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat Kecamatan Arjosari dalam program penanaman pohon di DAS Grindulu Arjosari. 5
1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang akan didapat pada penelitian ini adalah: 1. Dapat mengetahui peran masyarakat yang tinggal di sekitar aliran sungai untuk tetap memperhatikan dan menjaga program pemerintah yang dapat mengurangi banjir. 2. Adanya penelitian ini, masyarakat akan lebih berpartisipasi dan mendukung sehingga program dari pemerintah berjalan dengan sukses. 6