BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) mempunyai sistem transmisi listrik di Pulau Jawa yang terhubung dengan Pulau Bali dan Pulau Madura yang disebut dengan sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali (JAMALI ) dan dibagi menjadi 4 Region ( Region Jakarta Raya dan Banten, Region Jawa Barat, Region Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, serta Region Jawa Timur ) dan satu Sub Region ( Region Bali ). Saluran transmisi ini bekerja pada Tegangan Tinggi 150 kv dan Tegangan Ekstra Tinggi 500 kv. Pembangkit Listrik Tenaga Uap ( PLTU ) Tanjung Jati B adalah Bagian PLN Pembangkitan Tanjung Jati B terletak di Jepara Jawa Tengah, yang berupa pembangkit listrik dengan daya listrik yang dibangkitkan per-unitnya terbesar di Indonesia pada saat ini yaitu sebesar 4 X 710 MW dengan daya bersih 660 MW per-unit nya. Pada PLTU Tanjung Jati B terdapat 4 unit pembangkit dengan karakteristik dan spesifikasi yang sama sehingga total daya listrik yang dibangkitkan sebesar 2840 MW, yang mensuplai sekitar 9 % total daya listrik yang berguna untuk memenuhi kebutuhan daya listrik di Pulau Jawa, Bali, dan Madura. Karena Kontribusinya yang cukup besar sebagai pembangkit base-load serta adanya regulasi untuk pembatasan pembangkit berbahan bakar minyak maka keberadaan PLTU Tanjung Jati B sangat vital sebagai penopang dan pemasok daya listrik di jaringan JAMALI. Keandalan PLTU Tanjung Jati B harus tetap terjaga sehingga salah satu pasokan listrik untuk jaringan Jamali ini dapat tetap eksis dan handal dalam mensuplai kebutuhan daya listrik pada jaringan Jamali. PLTU Tanjung Jati B Jepara sangat vital sebagai pembangkit listrik yang mensuplai daya listrik ke jaringan JAMALI merupakan salah satu jenis pembangkit listrik dengan biaya operasional paling rendah untuk saat ini. Keandalan serta kontinuitas PLTU Tanjung jati B sangat diharapkan dan 1
diandalkan dalam memasok daya listrik di jaringan JAMALI. Sebagai pembangkit listrik dengan kapasitas terbesar di Indonesia maka performance dan reliability PLTU Tanjung Jati B diharapkan juga sejalan dengan program pemerintah yang merencanakan program langit biru dan serius untuk mendukung program lingkungan hidup dengan ikut serta berpartisipasi dalam program ini. Anggapan umum yang menyatakan PLTU adalah salah satu industri yang menyumbangkan polusi udara terbesar tidak sejalan dengan program langit biru pemerintah khususnya program Kementerian Lingkungan Hidup. Untuk partisipasi dan ikut sertanya PLTU Tanjung jati B dalam program langit biru maka keikutsertaan dalam program ini bukan hanya isapan jempol belaka. PLTU Tanjung Jati B adalah salah satu PLTU yang pertama di Indonesia yang menerapkan teknologi FGD ( Flue gas Desulphur ). Teknologi FGD adalah suatu teknologi yang menjawab tantangan dan menepis anggapan bahwa PLTU merupakan salah satu penyumbang polusi udara terbesar di dunia. Dengan memanfaatkan teknologi ini maka diharapkan polusi udara yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca dan hujan asam sebagai efek pembuangan gas hasil proses pembakaran batubara di Power plan berbahan bakar batubara atau CFPP ( Coal Fired Power Plant ) dapat diminimalkan bahkan kalau bisa dihilangkan. Dengan teknologi FGD maka tantangan pemerintah melalui program langit biru dapat dilaksanakan dengan baik. Keberadaan Teknologi FGD sangat vital di PLTU Tanjung Jati B sebagai peralatan yang menunjang untuk proses penyaringan gas buang sehingga didapatkan gas buang yang benar-benar bersih berdasar standar lingkungan hidup kelas dunia. Hal ini dapat membantu pemerintah dalam program langit biru dan juga ikut berperan aktif dalam mengurangi pemanasan global ( Global Warming ) dan efek-efek yang lain akibat pemakaian batu bara dalam proses penyediaan uap yang digunakan untuk memutar generator dalam sistim pembangkitan listrik di PLTU Tanjung Jati B. Pada instalasi distribusi pembangkit tenaga listrik dan peralatan listrik dijumpai konduktor-konduktor yang berbeda potensialnya. Dalam pengisolasian peralatan tersebut perlu dilakukan pemisahan masing-masing konduktor dengan jarak tertentu sehingga udara yang memisahkan konduktor dengan konduktor lain berperan sebagai medium isolasi utama. Isolator tegangan tinggi dijumpai 2
pada jaringan transmisi, jaringan distribusi hantaran udara, gardu induk, panel pembagi daya, terminal ujung kabel, dan peralatan tinggi lainnya. Pada jaringan hantaran udara, isolator digunakan sebagai penggantung dan penopang konduktor. Di Gardu Induk isolator digunakan sebagai pendukung peralatan tegangan tinggi seperti saklar pemisah ( Disconnecting Switch ), pendukung konduktor penghubung, dan penggantung rel daya. Isolator berfungsi secara mekanik untuk menahan beban kawat saluran udara, secara elektrik mengisolasi saluran yang bertegangan dengan menara atau saluran dengan saluran sehingga tidak terjadi kebocoran arus dan dalam gradien medan tinggi terjadi lompatan listrik baik lewat denyar ( flashover ) atau percikan ( sparkover ). Isolator pasangan luar ( outdoor insulator ) merupakan salah satu komponen peralatan transmisi atau distribusi daya listrik yang sangat penting peranannya. Kinerja isolator ditentukan oleh sifat atau parameter isolator itu sendiri dan parameter lingkungan. Yang termasuk parameter isolator adalah konfigurasi isolator, tipe isolator, dan bahan isolator. Sedangkan yang termasuk parameter lingkungan antara lain : temperatur, kelembaban dan polusi. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses kegagalan isolator luar adalah kondisi lingkungan seperti hujan asam tempat isolator itu dipasang. Keandalan isolator pemasangan luar ( Outdoor insulator ) juga sangat berhubungan erat dengan keandalan sistim pembangkitan di PLTU Tanjung Jati B. Dengan kehandalan dan perawatan yang berkala diharapkan tingkat keandalan PLTU tanjung jati B dapat dipertahankan dan dapat mensuplai daya listrik ke dalam jaringan JAMALI 500 kv. Untuk itulah diperlukan tingkat keandalan yang tinggi bagi PLTU Tanjung Jati B dalam sistim operasionalnya beserta peralatan pendukungnya dalam upaya memasok daya listrik ke sistim JAMALI. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka masalah yang mungkin timbul berkaitan dengan: 1. Penanganan masalah yang timbul akibat kegagalan FGD ( Flue gas Desulphur ) pada saat PLTU beroperasi. 3
2. Tingkat keandalan isolator pendukung di gardu induk Tanjung Jati B yang memasok suplai listrik pada jaringan SUTT ( 150 kv ) dan jaringan SUTET (500 kv) / JAMALI. 1.3 Batasan masalah Agar penelitian yang dilakukan lebih fokus maka perlu adanya pembatasan masalah. Penelitian ini hanya membahas : 1. Efek kegagalan FGD Plan di Tanjung Jati B terhadap peralatan sistim pembangkitan listrik dan peralatan pendukung terutama peralatan di gardu induk Tanjung jati B Jepara. 2. Pengujian yang dilakukan terhadap tegangan lewat denyar dan arus bocor isolator di Gardu induk Tanjung Jati B. 3. Faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan isolator dipandang dari fungsi isolator itu sesuai parameternya. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui efek atau akibat Kegagalan Alat Flue Gas Desulphur terhadap tegangan lewat denyar isolator Saluran Udara Tegangan Tinggi ( SUTT ) 150 kv di Gardu Induk Pembangkitan Tanjung Jati B Jepara. 2. Mengetahui pengaruh hujan asam terhadap keandalan sistim pembangkitan Tanjung Jati B. 3. Menepis anggapan umum / masyarakat khususnya pemerhati lingkungan hidup yang menyatakan bahwa Power Plant berbahan batubara ( Coal Fired Power Plant ) adalah pembangkit penyumbang polusi udara no 1. 4
1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengantisipasi terhadap kegagalan alat FGD terhadap peralatan Tegangan Tinggi khususnya isolator di Gardu induk Tanjung Jati B. 5