Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

dokumen-dokumen yang mirip
PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN KELANCARAN PROSEDURAL SISWA DALAM OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

ARTIKEL PENELITIAN RINI APRIANTI NIM : F

BAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

KECAKAPAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

PEMAHAMAN KONSEPTUAL SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA MATERI ALJABAR DI SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

POTENSI PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA DALAM MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB III METODE PENELITIAN

Kemampuan Number Sense Siswa Sekolah Menengah Pertama Kelas VII pada Materi Bilangan

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengetahuan Prosedural Matematika

MENGATASI KESULITAN PEMAHAMAN KONSEPTUAL DENGAN PENDEKATAN ANTISIPASI DIDAKTIS MATERI PENJUMLAHAN PECAHAN DI SMP

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMP MELALUI PENGAJUAN MASALAH MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nining Priyani Gailea, 2013

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI SMP

Pembentukan Karakter dan Komunikasi Matematika Melalui Model Problem Posing Berbantuan Scaffolding Materi Segitiga

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA BERDASARKAN LANGKAH-LANGKAH POLYA PADA MATERI ARITMATIKA SOSIAL SISWA KELAS VII SMP N 1 BRINGIN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4

Mega Ristiana. Program Studi Pendidikan Matematika FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia pendidikan yang

LITERASI MATEMATIS SISWA PADA KONTEN QUANTITY DI SMP NEGERI 02 PONTIANAK

MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELALUI WAWANCARA KLINIS VIKA PUSPITASARI NIM F

ANALISIS KEMAMPUAN MULTI REPRESENTASI MATEMATIS BERDASARKAN KEMAMPUAN AWAL MATEMATIS MAHASISWA

Pengaruh Model Pembelajaran TAI terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMA

ANALISIS KUALITAS JAWABAN SISWA KELAS VIII DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPERASI HITUNG PECAHAN BENTUK ALJABAR BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

DRAFT JURNAL PENELITIAN DOSEN PEMBINA PEMETAAN HIGH ORDER THINGKING (HOT) MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KOTA TASIKMALAYA TIM PENGUSUL

POTENSI NUMBER SENSE SISWA PADA PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MATRIKS DI SMA

RESPONS SISWA TERHADAP SAJIAN SIMBOL, TABEL, GRAFIK DAN DIAGRAM DALAM MATERI LOGARITMA DI SMA

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

KOMPETENSI STRATEGIS MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OSBORN DI KELAS VII.D SMP NEGERI 51 PALEMBANG

ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PROGRAM LINIER

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi matematika (mathematical communication), penalaran. (mathematical problem solving), mengaitkan ide ide (connection), dan

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS VII SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI TIPE SOAL OPEN- ENDED PADA MATERI PECAHAN

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

KESULITAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI PELUANG DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATEMATIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis menurut Komaruddin (1979) adalah kegiatan berpikir untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR METODE NUMERIK BERBASIS PEMECAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

PENERAPAN STRATEGI REACT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA MATERI PERSAMAAN KUADRAT DI KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. Balitbang Depdiknas (2003) menyatakan bahwa Mata pelajaran

BAB V PEMBAHASAN. deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang kemampuan Koneksi

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STATISTIK PENDIDIKAN

UPAYA MENGATASI KESULITAN SISWA DALAM OPERASI PERKALIAN DENGAN METODE LATIS

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

Disusun untuk memenuhi syarat mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Matematika. Oleh YULIANA ISMAWATI JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI BANGUN DATAR DI SMP

WAWANCARA KLINIS UNTUK MENGATASI HAMBATAN PENALARAN MATEMATIS SISWA DALAM PENJUMLAHAN PECAHAN DENGAN PENYEBUT YANG BERBEDA DI SMP PONTIANAK

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DITINJAU DARI RASA PERCAYA DIRI MAHASISWA. Oleh :

ASSESMEN PENDIDIKAN MATEMATIKA DI SEKOLAH Oleh: Drs. Endang Mulyana M.Pd.

Profil Kemampuan Koneksi Matematis Mahasiswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berdasarkan Level Kemampuan Akademik

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan ilmu universal yang berguna bagi kehidupan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN KONSEPTUAL DAN KELANCARAN PROSEDURAL MATEMATIS SISWA DALAM MATERI PERSEGI PANJANG DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

DESAIN DIDAKTIS KONSEP BARISAN DAN DERET ARITMETIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH ATAS

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT, KPK DAN FPB BAGI SISWA KELAS V SDN KESONGO 01 TUNTANG KABUPATEN SEMARANG

PEMBELAJARAN INKUIRI DALAM MENUMBUHKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND

BAB III METODE PENELITIAN

PENALARAN PROPORSIONAL SISWA KELAS VII Yandika Nugraha 1, Imam Sujadi, Pangadi 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE DI MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMP NEGERI 1 INDRALAYA UTARA

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mulyati, 2013

DISPOSISI MATEMATIS SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH BERBENTUK OPEN START DI SMP NEGERI 10 PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. dari yang mudah sampai yang rumit. Hal itu berguna untuk mengembangkan

ABSTRAK PENDAHULUAN. Kata Kunci : analisis, kesalahan, newman, soal cerita, bilangan bulat.

BAB II KAJIAN TEORI. Pada tahun 2001, National Research Council (NRC) merupakan kapasitas berfikir secara logis mengenai hubungan antara

ANALISIS KESALAHAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional dilaksanakan melalui tiga

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat pesat.

Pengembangan Bahan Ajar Dimensi Tiga Menggunakan Pendekatan Open-Ended di Kelas VIII MTs

Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia Volum 2 Nomor 2 bulan September Page p-issn: e-issn:

ANALISIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI ALJABAR BAGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 SALATIGA

ANALISIS KEMAMPUAN PENGETAHUAN KONSEPTUAL DAN PROSEDURAL SISWA SD DALAM POKOK BAHASAN PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA. Thesa Kandaga Universitas Pasundan

KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI BARISAN DAN DERET ARITMATIKA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB V PENUTUP. pendekatan Indirect Instruction dengan menggunakan strategi PAIKEM. memberikan jawaban yang logis dan sesuai dengan konsep.

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

PENINGKATAN KECAKAPAN MATEMATIKA PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Depdiknas Kurikulum Mata Pelajaran Matematika SMP. Jakarta: Depdiknas.

KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN Fitri Kumalasari, Toto Nusantara, Cholis Sa dijah. Universitas Negeri Malang 1

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP IT Nurul Iman Pesawaran yang terletak di di

PENERAPAN MODEL PROBING PROMPTING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP. Agni Danaryanti, Dara Tanaffasa

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING SETTING CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

BAB III METODE PENELITIAN. secara sistematis dan cermat. Penelitian kualitati adalah penelitian yang

Transkripsi:

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) URL : http://e-jurnalmitrapendidikan.com JMP Online Vol 1, No. 10, 995-1006. 2017 Kresna BIP. ISSN 2550-481 ANALISIS KELANCARAN PROSEDURAL SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA MATERI OPERASI ALJABAR Felisia Anindya Larasati 1, Tri Nova Hasti Yunianta 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK Dikirim : 22 Desember 2017 Revisi pertama :22 Desember 2017 Diterima : 26 Desember 2017 Tersedia online : 27 Desember 2017 Kata Kunci : Kelancaran Prosedural, Matematika, Prosedural Fluency, Operasi Aljabar Email : felisiaanindya@gmail.com 1, trinova.yunianta@staff.uksw.edu 2 Kelancaran prosedural merupakan salah satu faktor pendukung bagi siswa untuk mahir dalam belajar matematika. Analisis mengenai kelancaran prosedural penting dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kelancaran prosedural matematika yang dimiliki siswa SMP terkhususnya pada materi operasi hitung aljabar. Subjek dari penelitian ini adalah tiga siswa kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga yang telah belajar materi aljabar. Subjek dipilih secara acak berdasarkan tingkat kemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah. Metode dari penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2017/2018. Instrumen yang digunakan berupa soal isian berupa tabel yang sudah disediakan dan harus dikerjakan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Analisis kelancaran prosedural ini menggunakan tiga kriteria penilaian yaitu skor aktual, kemampuan penyelesaian, serta ketepatan subjek dalam menjawab soal operasi aljabar. Data kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk nilai persentase rata-rata dan didapati hasil bahwa, subjek dengan kemampuan matematika tinggi memiliki rata-rata skor pada tes pertama sebesar 84,56% dan tes kedua sebesar 90,29%, subjek dengan kemampuan matematika sedang memiliki rata-rata skor pada tes pertama sebesar 80,89% dan tes kedua sebesar 88,88% dan subjek dengan kemampuan matematika rendah memiliki rata-rata skor pada tes pertama sebesar 45,34% dan tes kedua sebesar 46,54%. Felisia Anindya Larasati 995

PENDAHULUAN Latar Belakang Kelancaran prosedural merupakan satu diantara beberapa faktor yang mendukung kesuksesan dalam belajar matematika, dan kelancaran prosedural merupakan komponen penting dalam kecakapan matematis siswa (Klipatrick, 2001 : 116). Findell (2001 : 121) meyatakan bahwa kelancaran prosedural dapat digambarkan sebagai keterampilan serta kemampuan siswa dalam melaksanakan pengetahuan mengenai prosedur, serta kemampuan dalam membangun fleksibilitas, keakuratan, serta efisiensi dalam menyelesaikan suatu masalah. Tanpa kelancaran prosedur yang cukup, siswa mengalami kesuliatan memperdalam pemahaman mereka tentang ide-ide matematika atau memecahkan masalah matematika (Aprianti, 2014 : 2). Menurut National Council of Teachers of Mathematics (2014 : 1), untuk mengembangkan kelancaran prosedural, siswa membutuhkan pengalaman dalam mengaitkan konsep dan prosedur, serta membangun prosedur yang sudah dikenal, karena mereka menciptakan strategi dan prosedur informal mereka sendiri. Siswa membutuhkan kesempatan untuk membenarkan strategi informal dan prosedur yang biasa digunakan secara matematis, untuk mendukung dan membenarkan pilihan mereka mengenai prosedur yang tepat, dan untuk memperkuat pemahaman dan keterampilan mereka melalui praktik terdistribusi. Kenyataannya, masih ditemukan siswa yang belum menggunakan kemampuan proseduralnya dengan maksimal, dan ditunjukkan dengan siswa yang sering salah dalam mengerjakan soal matematika. Hasil penelitian Haryanti (2013) menunjukkan bahwa dari hasil tes yang diberikan pada penelitiannya menggambarkan presentase kesulitan materi matematika pada siswa salah satunya adalah operasi pada bilangan bulat. Hasil presentase pengetahuan prosedural pada tes pertama dan kedua yang dilakukan, didapatkan bahwa pada materi bilangan bulat, siswa masih berada pada 0% dengan kata lain siswa masih mengalami kesulitan dalam materi operasi bilangan bulat dan siswa banyak melakukan kesalahan prosedur dalam perhitungan. Penelitian Limardani (2015) mengenai kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal operasi aljabar juga menunjukkan bahwa 47,0% siswa SMP Negeri 4 Jember masih kesulitan dalam menyelesaikan persoalan yang berkaitan dengan operasi aljabar. Penelitian-penelitian tersebut didukung oleh hasil observasi yang telah dilakukan peneliti pada siswa SMP yang sudah pernah belajar mengenai materi aljabar di salah satu sekolah di Salatiga, siswa cenderung kesulitan dalam mengerjakan soal operasi aljabar yang merupakan materi pelajaran matematika SMP. Gambar 1. Hasil Jawaban Siswa Mengerjakan Soal Operasi Aljabar Felisia Anindya Larasati 996

Ketika diberikan soal operasi aljabar, siswa mampu menyelesaikan soal tersebut tetapi jawaban yang diberikan masih salah. Contoh hasil pekerjaan siswa terlihat pada Gambar 1. Hasil dari pekerjaan siswa menunjukkan siswa belum memahami konsep pengurangan bilangan bulat negatif, yang ditunjukkan dengan. Seharusnya hasil yang diperoleh siswa adalah. Karena kurangnya kelancaran prosedural tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat positif dan negatif, berakibat hasil yang dikerjakan pada soal operasi aljabar masih salah. Selain penelitian pendukung yang telah dipaparkan diatas, terdapat penelitian lain yang dilakukan terkait dengan kelancaran prosedural matematika siswa yaitu penelitian Stott (2012) yang berjudul A Quick Tool for Tracking Procedural Fluency Progress in Grade 2, 3, and 4 Learners. Tujuan penelitian adalah untuk memantau kamajuan kelancaran prosedural (procedural fluency) peserta didik dalam serangkaian kegiatan yang cepat dan mudah untuk mengelola dan menandai, serta kegiatan tersebut memungkinkan seseorang untuk melihat seberapa cepat peserta didik menjawab dalam waktu yang sudah ditentukan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, analisis mengenai kelancara n prosedural penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kelancaran prosedural matematika pada siswa SMP, berkaitan dengan perlunya siswa memiliki pengetahuan yang mendalam dan fleksibel mengenai berbagai prosedur khususnya pada mata pelajaran matematika materi operasi aljabar. Oleh karena itu, dipandang perlu meneliti tentang Analisis Kelancaran Prosedural Matematika Siswa SMP pada Materi Operasi Aljabar. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan oleh peneliti, maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana analisis kelancaran prosedural matematika siswa SMP pada materi operasi aljabar?. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini dilaksanakan adalah untuk mengetahui kelancaran prosedural matematika siswa SMP pada materi operasi aljabar. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini dilaksanakan adalah sebagai berikut: 1) Secara umum, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pembelajaran matematika dalam mengetahui sejauh mana kelancaran matematika siswa SMP pada materi operasi aljabar. 2) Bagi siswa, untuk mengembangkan kelancaran prosedural siswa SMP dalam mengerjakan soal matematika terkhusus pada materi operasi aljabar. 3) Bagi guru bidang studi matematika, dapat digunakan sebagai umpan balik untuk mengetahui sejauh mana kelancaran prosedural siswa SMP dalam mempelajari operasi aljabar. Felisia Anindya Larasati 997

4) Menambah wawasan guru untuk selanjutnya menerapkan metode mengajar yang menunjang kelancaran prosedural siswa dalam pembelajaran matematika di SMP. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Kelancaran Prosedural Kelancaran prosedural adalah kemampuan untuk menerapkan prosedur secara akurat, efisien, dan fleksibel; untuk mentransfer prosedur ke berbagai masalah dan konteks; untuk membangun atau memodifikasi prosedur dari prosedur lain; dan untuk mengenali kapan suatu strategi atau prosedur lebih tepat diterapkan daripada yang lain (NCTM, 2014 : 2). Kelancaran prosedural sering menjadi perhatian dalam bidang matematika di sekolah. Kelancaran perhitungan dalam matematika diartikan lebih dari kecepatan dan akurasi yang sebelumnya telah dianggap sebagai patokan dalam matematika. Pengetahuan prosedural merupakan urutan dari tindakan yang di dalamnya melibatkan aturan dan algoritma (Hiebert & Leverve, 1986). Koneksi minimal yang diperlukan untuk mengkreasi representasi internal dari suatu prosedur adalah koneksi keterkaitan tindakan dalam prosedur itu. Russell (2000 : 156) menjelaskan bahwa ada kebutuhan untuk menyeimbangkan keduanya, keterampilan dan pemahaman untuk memastikan peserta didik dalam mengembangkan baik kompetensi prosedural maupun pemahaman, dimana siswa harus berusaha untuk menghubungkan antara pemahaman konseptual dan kemampuan berhitung. Bahr & de Garcia (2010 : 154) membagi tiga aspek kelancaran prosedural. Pertama, efisiensi secara tidak langsung menyatakan bahwa siswa tidak terhenti pada langkah-langkah yang banyak dan tidak kehilangan arah dalam strategi berlogika. Kedua, keakuratan tergantung pada beberapa aspek dari proses pemecahan masalah, pengetahuan kombinasi bilangan, dan memperhatikan hasil dari pengecekan yang berulang. Ketiga, fleksibilitas memerlukan pengetahuan pendekatan yang lebih dari satu untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu. Fleksibel yang dimaksud adalah saat siswa menyelesaian suatu masalah, ia dapat memilih satu di antara strategi maupun metode yang ada dan sesuai untuk mengecek ulang hasilnya. Implemantasi Kelancaran Prosedural Tanpa kelancaran prosedural yang memadai, siswa mengalami kesulitan dalam memperdalam pemahaman mereka tentang ide matematika atau pemecahan masalah matematika. Perhatian mereka terfokus untuk mengerjakan hasil yang harus mereka ingat atau hitung dan mempersulit mereka melihat hubungan penting. Siswa membutuhkan belajar melatih keterampilannya dengan baik sehingga mereka juga dapat mengembangkan untaian kemampuan lainnya. Saat siswa mempraktikkan prosedur yang tidak mereka mengerti, ada cara berbahaya yang akan meraka praktikkan dengan prosedur yang salah, sehingga membuatnya lebih sulit untuk mempelajari yang benar. Misalnya pada suatu tes standar kelas 2 nasional untuk masalah pengurangan dua digit yang membutuhkan pinjaman sebagai 62-48 =?, adalah 38% benar. Banyak anak mengurangkan digit Felisia Anindya Larasati 998

yang lebih kecil dari digit yang lebih besar di setiap kolom untuk mendapatkan 26 sebagai perbedaan antara 62 dan 48 (lihat Gambar 2). Gambar 2. Kesalahan Dalam Pengurangan Jika siswa belajar mengurangi dengan pemahaman, mereka jarang membuat kesalahan ini. Selanjutnya, ketika siswa mempelajari sebuah prosedur tanpa pemahaman, mereka membutuhkan latihan yang ekstensif agar tidak melupakan langkah-langkahnya. Jika siswa mengerti melakukannya, mereka cenderung tidak melupakan langkah-langkah kritis dan lebih cenderung dapat merekonstruksi ketika mereka melakukannya. Oleh karena itu, pergeseran penekanan untuk belajar dengan pemahaman bisa dalam jangka panjang mengarah ke tingkat yang lebih tinggi daripada keterampilan yang bisa dicapai dengan latihan sendiri. Siswa yang belajar prosedur tanpa pemahaman biasanya tidak bisa melakukan lebih dari menerapkan prosedur yang dipelajari, sedangkan siswa yang belajar dengan pemahaman dapat memodifikasi atau menyesuaikan prosedur agar lebih mudah menggunakan. Misalnya, siswa dengan pemahaman terbatas akan pertambahan biasanya membutuhkan kertas dan pensil untuk menambahkan 598 dan 647. Siswa dengan lebih banyak pemahaman akan menyadari bahwa 598 hanya 2 kurang dari 600, jadi mereka mungkin mambahkan 600 dan 647 dan kemudian dikurangi 2 dari jumlah itu. METODE PENILITIAN Jenis Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat dan hubungan antara fenomena yang diselidiki. Penelitian ini juga memerlukan tindakan yang diteliti pada setiap komponennya agar dapat menggambarkan subjek atau objek yang diteliti mendekati kebenarannya. Penelitian deskriptif tidak menguji hipotesis dan data yang dihasilkan adalah data deskriptif yang berupa argumentasi dan opini (Wicaksono, 2013 : 20). Penelitian ini dilaksanakan di SMP Kristen 2 Salatiga semester 1 tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2017. Subjek dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013 : 53-54), dalam hal ini adalah siswa kelas VIII dengan syarat sudah belajar mengenai materi aljabar. Subjek diambil 3 orang secara acak dari kelas 8A sampai 8D dengan kategori berkemampuan matematika tinggi, sedang, dan rendah dengan melihat nilai mata pelajaran matematika dan dibantu oleh guru matematika yang mengampu kelas tersebut untuk mengetahui kemampuan matematika subjek. Pada penelitian ini, soal yang diujikan berupa soal isian dengan cara melengkapi tabel yang sudah disediakan. Soal terdiri dari 98 soal dan dibagi menjadi empat bagian kegiatan yaitu 30 soal penjumlahan aljabar, 30 soal pengurangan aljabar, Felisia Anindya Larasati 999

13 soal perkalian aljabar, dan 25 soal pembagian aljabar. Alokasi waktu yang digunakan adalah 8 menit untuk soal penjumlahan aljabar, 9 menit untuk soal pengurangan aljabar, 7 menit untuk soal perkalian aljabar, dan 7 menit untuk pembagian aljabar. Soal yang dibuat berdasarkan materi yang sudah diajarkan oleh guru pengampu mata pelajaran matematika dan dibuat sesuai dengan kisi-kisi buku yang dipakai dalam pembelajaran, serta alokasi waktu disesuaikan dengan mengujicobakan terlebih dahulu kepada siswa kelas VIII. Soal yang akan dipakai terlebih dahulu divalidasi oleh validator ahli. Hasil pekerjaan subjek diperoleh secara bertahap dengan empat kali pertemuan, dimana pada pertemuan pertama subjek mengerjakan soal penjumlahan, pertemuan kedua subjek mengerjakan soal pengurangan, pertemuan ketiga subjek mengerjakan soal perkalian dan pertemuan keempat subjek mengerjakan soal pembagian dengan dua kali pengerjaan soal pada setiap pertemuan. Hasil pekerjaan siswa yang telah terkumpul kemudian dilakukan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan kelancaran prosedural siswa dalam mengerjakan soal operasi aljabar. Keabsahan data juga diuji menggunakan triangulasi sumber dimana pengumpulan data dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber data adalah siswa, guru, dan dosen. Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama dalam proses pengumpulan data yang dapat memberikan interpretasi langsung terhadap realita yang ditemukan, sehingga diperoleh informasi yang lebih dalam terkait prosedural siswa. Instrumen lain yang digunakan adalah soal operasi aljabar yang disusun dalam bentuk tabel dan disesuaikan dengan materi yang telah diajarkan kepada subjek. Data yang diharapkan dari pelaksanaan tes operasi aljabar berupa hasil pekerjaan siswa pada lembar kerja yang sudah disediakan untuk kemudian dianalisis hasilnya. Tabel 1 adalah sepenggal contoh dari seluruh rangkaian kegiatan yang diberikan. Tabel 1. Contoh Lembar Kerja Tes Soal Operasi Aljabar Kegiatan Contoh Penjumlahan Lengkapi tabel di bawah ini dengan cara menjumlahkan! + 3x - 5 2x - 5y - 5 5y 1 Pengurangan Lengkapi tabel di bawah ini dengan cara mengurangkan! 3a - 5-2a 5b 1 3a 5b Felisia Anindya Larasati 1000

Lanjutan Tabel 1. Contoh Lembar Kerja Tes Soal Operasi Aljabar Perkalian Lengkapi tabel di bawah ini dengan cara mengalikan! 5 2y 3x 2 x 5x 4y 2 2 (3x 1) = 6x +... 3x - 1 2 6x Pembagian Lengkapi tabel di bawah ini dengan cara membagi! 15z 3 9z 2 6z 3 z 3z Sumber : Data Primer (2017) Tes soal operasi aljabar dibuat dengan tingkatan soal yang beragam yaitu dari mudah sampai sedang dengan pengerjaan secara bertahap. Soal operasi aljabar penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dibuat dan dikerjakan dengan cara mengoperasikan satu suku dengan satu suku sampai tiga suku dengan tiga suku. Tujuan soal dibuat secara bertahap adalah untuk menguji kemampuan menerapkan prosedur secara akurat, efisien, dan fleksibel dalam mengerjakan soal operasi aljabar. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data Hasil Pekerjaan Subjek Analisis data dilakukan secara mendalam hanya dengan melihat hasil pekerjaan siswa, karena data yang akan dianalisis adalah kelancaran prosedural siswa dalam mengerjakan soal operasi aljabar berdasarkan perolehan nilai siswa dengan waktu yang telah ditentukan pada soal. Hasil pekerjaan siswa akan dinilai sesuai dengan jumlah soal serta dengan melihat ketepatan siswa dalam menuliskan jawaban. Dalam setiap bagian soal terdapat tiga kriteria penilaian untuk mengetahui peningkatan kelancaran prosedural siswa. Tiga kriteria penilaian yang berbeda ini di antaranya adalah: 1) Skor sebenarnya yaitu penilaian yang dilakukan dengan melihat jawaban benar dalam keseluruhan soal. 2) Kemampuan penyelesaian yaitu penilaian yang dilakukan berdasarkan jumlah soal keseluruhan yang dapat dikerjakan siswa. 3) Ketepatan yaitu penilaian yang dilakukan dengan menilai jumlah jawaban yang benar dari soal yang telah berhasil dikerjakan siswa. Perolehan nilai yang dihasilkan menunjukkan seberapa cepat siswa mempelajari materi soal yang diujikan dan seberapa akurat pekerjaan siswa. Secara khusus, persentase penyelesaian dan akurasi memungkinkan pelacakan efisisensi dan keakuratan. Tingkat penyelesaian berasal dari kecepatan (atau seberapa efisien peserta didik bekerja) pada soal yang terjawab dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Tingkat akurasi berasal dari jumlah jawaban yang benar dari soal yang berhasil dikerjakan pada saat itu (Stott, 2013; Stott & Graven, 2013). Nilai yang didapatkan Felisia Anindya Larasati 1001

Presentase Felisia Anindya Larasati / JMP Online Vol. 1 No. 10 Desember (2017) 995-1006 juga akan dibandingkan dari kegiatan pertama dan kedua untuk melihat bagaimana kemajuan subjek dalam mengerjakan soal. Hasil penilaian yang telah dilakukan dapat digambarkan dalam Tabel 2. Dari Tabel 2, dapat terlihat bahwa kemampuan menyelesaikan soal operasi aljabar setiap anak dengan kemampuan matematika yang bervariasi adalah berbeda. Setelah dilakukan tes sebanyak dua tahap, dapat dilihat perkembangan setiap anak dalam menyelesaikan 98 soal pada setiap tahapan tes melaui persentase yang akan dijelaskan dalam Grafik 1, Grafik 2, dan Grafik 3. Tabel 2. Kriteria Penilaian Keterampilan Prosedural Kriteria Penilaian Skor Sebenarnya Kemampuan Penyelesaian Ketepatan Kegiatan Test 1 Test 2 Test 1 Test 2 Test 1 Test 2 Jumlah Soal 98 soal 98 soal 98 soal 98 soal 98 soal 98 soal Sumber : Hasil Penelitian Diolah (2017) Subjek Tinggi Subjek Sedang Subjek Rendah 76 soal benar = 77,55% 84 soal benar = 85,71% 85 soal dikerjakan = 86,73% 91 soal dikerjakan = 92,86% 76 benar dari 85 soal yang dijawab = 89,41% 84 benar dari 91 soal yang dijawab = 92,31% 71 soal benar = 72,45% 82 soal benar = 83,67% 83 soal dikerjakan = 84,69% 91 soal dikerjakan = 92,86% 71 benar dari 83 soal yang dijawab = 85,54% 82 benar dari 91 soal yang dijawab = 90,11% 28 soal benar = 28,57% 29 soal benar = 29,59% 58 soal dikerjakan = 59,18% 62 soal dikerjakan = 63,27% 28 benar dari 58 soal yang dijawab = 48,28% 29 benar dari 62 soal yang dijawab = 46,77% Analisis Hasil Pekerjaan Tiap Subjek Dengan membandingkan tahapan tes pertama dan kedua, dapat dilihat bahwa perkembangan subjek berkemampuan matematika tinggi untuk kedua tahapan tes ini meningkat dari 77,55% sampai 85,71% dengan kenaikan sebesar 8,16 poin untuk skor sebenarnya, peningkatan juga terjadi pada kemampuan penyelesaian subjek dari 86,73% sampai 92,86% dengan peningkatan sebesar 6,13 poin, dan untuk ketepatan subjek dalam menjawab soal juga mengalami peningkatan dari 89,41% sampai 92,31% dengan peningkatan sebesar 2,9 poin menunjukkan adanya kemajuan subjek dalam mgerjakan soal operasi aljabar. 95% 90% 85% 80% 75% 70% 65% 77.55% 85.71% 92.86% 92.31% 86.73% 89.41% Skor Sebenarnya Penyelesaian Ketepatan Tes 1 Tes 2 Grafik 1. Perkembangan Subjek Berkemampuan Matematika Tinggi dalam Mengerjakan Soal Aljabar Sumber : Hasil Penelitian Diolah (2017) Felisia Anindya Larasati 1002

Presentase Presentase Felisia Anindya Larasati / JMP Online Vol. 1 No. 10 Desember (2017) 995-1006 Perkembanganyang meningkat juga dapat dilihat dari subjek berkemampuan matematika sedang dengan persentase dari 72,45% sampai 83,67% dengan kenaikan sebesar 11,22 poin untuk skor sebenarnya, peningkatan juga terjadi pada kemampuan penyelesaian dari 84,69% sampai 92,86% dengan peningkatan sebesar 8,17 poin, dan untuk ketepatan subjek dalam menjawab soal juga mengalami peningkatan dari 85,54% sampai 90,11% dengan peningkatan poin sebesar 4,57 poin menunjukkan adanya kemajuan subjek dalam mgerjakan soal operasi aljabar. 100% 80% 60% 40% 20% 0% 83.67% 72.45% 92.86% 84.69% 85.54% 90.11% Skor Sebenarnya Penyelesaian Ketepatan Tes 1 Tes 2 Grafik 2. Perkembangan Subjek Berkemampuan Matematika Sedang dalam Mengerjakan Soal Aljabar Sumber : Hasil Penelitian Diolah (2017) Persentase subjek berkemampuan matematika rendah juga terlihat meningkat dari 28,57% sampai 29,59% dengan kenaikan sebesar 1,02 poin untuk skor sebenarnya, dan peningkatan juga terjadi pada kemampuan penyelesaian subjek dari 59,18% sampai 63,27% dengan peningkatan sebesar 4,09 poin, dan untuk ketepatan subjek dalam menjawab soal juga mengalami penurunan dari 48,28% ke 46,77% dengan penurunan sebesar 1,51 poin menunjukkan kecenderungan menurun dalam mengerjakan soal aljabar. 80% 60% 40% 20% 0% 28.57% 29.59% 59.18% 63.27% 48.28% 46.77% Skor Sebenarnya Penyelesaian Ketepatan Grafik 3. Perkembangan Subjek Berkemampuan Matematika Rendah dalam Mengerjakan Soal Aljabar Sumber : Hasil Penelitian Diolah (2017) Analisis Kemampuan Operasi Aljabar Tiap Subjek Soal operasi aljabar yang diberikan kepada subjek terdiri dari empat macam tipe soal yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Pada setiap tipe soal yang diberikan selalu dimulai dari tingkatan soal yang paling mudah sampai yang sulit dan telah disesuaikan oleh kemampuan siswa SMP. Pada tipe soal penjumlahan, soal didesain mulai dari satu suku dangan satu suku, satu suku dengan dua suku, satu suku dengan tiga suku, kemudian dua suku dengan dua suku, dua suku dengan tiga Tes 1 Tes 2 Felisia Anindya Larasati 1003

suku, dan tiga suku dengan tiga suku. Desain soal yang sama juga diterapkan pada operasi pengurangan dan perkalian aljabar. Hal yang serupa juga diterapkan pada pembagian aljabar namun hanya sebatas pembagian satu suku dengan satu suku, dua suku dengan satu suku, dua suku dengan dua suku, dan tiga suku dengan dua suku. Tujuan dari tingkat kesulitan soal yang dibuat bertahap pada soal ini adalah supaya subjek terbiasa berlatih dengan bermacammacam soal dengan tahapan yang runtut, sehingga dapat melatih kelancaran prosedural subjek. Ditinjau dari nilai sebenarnya dalam menjawab setiap soal operasi penjumalahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian aljabar, perkembangan kemampuan subjek dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persentase Kemampuan Operasi Aljabar Subjek Subjek Jenis Tes Penjumlahan Pengurangan Perkalian Pembagian ST Tes 1 93,33% 56,66% 84,62% 80,00% Tes 2 100% 66,66% 92,30% 88,00% SS Tes 1 83,33% 36,67% 92,31% 92,00% Tes 2 90% 63,33% 92,31% 96,00% SR Tes 1 23,33% 20,00% 46,15% 36,00% Tes 2 23,33% 20,00% 61,54% 32,00% Sumber : Hasil Penelitian Diolah (2017) Pembahasan Persentase kelancaran prosedural subjek tergolong cukup dilihat dari rata-rata yang diperoleh, namun tidak semua siswa memiliki kelancaran prosedural yang sama. Dalam penelitian ini, temuan yang diperoleh adalah lembar kerja yang digunakan untuk mengecek kelancaran prosedural juga dapat digunakan untuk meningkatkan kelancaran prosedural subjek dalam mengerjakan soal operasi aljabar sehingga jika rutin dilakukan dalam pembelajaran aljabar dapat melatih siswa untuk lebih mengerti dan memahami dalam mengerjakan soal operasi aljabar. Selain itu ditemukan juga bahwa peningkatan kelancaran prosedural siswa berkemampuan matematika sedang lebih baik dibandingkan dengan kelancaran prosedural siswa berkemampuan matematika tinggi. Hal tersebut dengan melihat peningkatan skor yang diperoleh subjek berkemampuan matematika sedang sebesar 7,99 poin dan subjek berkemampuan matematika tinggi sebesar 6,07 poin dari persentase tes pertama dan kedua. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kelancaran prosedural subjek disajikan dalam bentuk nilai persentase rata-rata dan didapati hasil bahwa subjek dengan kemampuan matematika tinggi memiliki ratarata skor pada tes pertama sebesar 84,56% dan tes kedua sebesar 90,29%. Rata-rata persentase subjek dengan kemampuan matematika sedang pada tes pertama sebesar 80,89% dan tes kedua sebesar 88,88%. Subjek dengan kemampuan matematika rendah memiliki rata-rata skor pada tes pertama sebesar 45,34% dan tes kedua sebesar 46,54%. Hasil skor menunjukkan bahwa yang menjadi kelemahan subjek dalam mengerjakan operasi aljabar yaitu masih kurangnya pemahaman subjek dalam Felisia Anindya Larasati 1004

mengerjakan soal pengurangan aljabar karena dapat dilihat pada skor yang diperoleh untuk pengurangan aljabar masih rendah dibandingkan dengan nilai penjumlahan, perkalian, dan pembagian aljabar. Persentase yang dihasilkan subjek berkemampuan matematika tinggi sebesar 56, 66% pada tes pertama dan 66,66% pada tes kedua dalam mengerjakan pengurangan aljabar. Penilaian yang kurang juga ditunjukkan subjek berkemampuan matematika sedang dalam mengerjakan pengurangan aljabar dengan persentase 36,67% pada tes pertama dan 63,33% pada tes kedua. Kendala tersebut juga terjadi pada subjek berkemampuan matematika rendah dengan persentase penilaian yang sama untuk pengurangan aljabar yaitu hanya 20% pada tes pertama dan kedua. Persentase kamampuan operasi aljabar dapat dilihat lebih rinci pada Tabel 3. Saran Persentasi kelancaran prosedural subjek tergolong baik dilihat dari rata-rata yang diperoleh, namun tidak semua siswa memiliki kelancaran prosedural yang sama. Maka saran dari penelitian ini adalah : 1. Bagi guru diharapkan selalu memberikan bimbingan kepada siswa untuk mengembangkan kelancaran proseduralnya agar lebih maksimal. 2. Bagi siswa diharpakan selalu berlatih untuk mengembangkan kemampuan matematika. DAFTAR PUSTAKA Aprianti, R. (2014). Kelancaran Prosedural Matematis Siswa dalam Materi Operasi Hitung Pecahan di SMP. Artikel Penelitian Universitas Tanjungpora Pontianak, 2. Bahr, D., & de Garcia, L. A. (2010). Doing Math In Elementary School. 154. Haryanti, D. (2013). Memperbaiki Pengetahuan dan Kemampuan Prosedural Siswa Melalui Metode Penugasan Berbasis Kesalahan. Artikel Penelitian Universitas Tanjungpura Pontianak. Hiebert, J., & Leverve, P. (1986). Conceptual and Procedural Knowledge in Mathematics. An Introductory Analysis. Klipatrick, J., Swafford, J., & Findell, B. (2001). Adding It Up: Helping Children Learn Mathematics. Washington DC: National Academy Press. Limardani, L. G. (2015). Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesiakan Soal Operasi Aljabar Berdasarkan Teori Pemahaman Skemp pada Siswa VIII D SMP Negeri 4 Jember. Artikel Ilmiah Mahasiswa Universitas Jember. NCTM. (2014). Principles to actions: Ensuring Mathematical Success for all. National Council of Teachers of Mathematics, 1. NCTM. (2014). Procedural Fluency in Mathematics. National Council of Teachers of Mathematics, 2. Russell, S. (2000). Developing computational fluency with whole numbers. Teaching Children Mathematics, 156. Felisia Anindya Larasati 1005

Stott, D. (2012). A Quick Tool for Tracking Procedural Fluency Progress in Grade 2, 3, and 4 Learners. Journal of AMESA. Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Wicaksono, H. N. (2013). Analisis Kesalahan Siswa kelas V SD Negeri Salatiga 02 Pada Pokok Bahasan Soal Cerita Pecahan Semester II Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal Universitas Kristen Satya Wacana, 20. Felisia Anindya Larasati 1006