BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan asas desentralisasi dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 ayat (2) menegaskan bahwa Pemerintah daerah mengatur dan mengurus

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB II LANDASAN TEORI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertimbangan yang mendasari terbitnya Undang-Undang Nomor 23

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG

TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

PEMERINTAHAN DAERAH DESENTRALISASI, DEKONSENTRASI, TUGAS PEMBANTUAN

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH KOTA MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. aparatur dalam berbagai sektor terutama yang menyangkut pemenuhan hak-hak sipil

I. PENDAHULUAN. tujuannya. Artinya seorang pemimpin organisasi memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Namun karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN REMBANG

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

APA ITU DAERAH OTONOM?

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 26 TAHUN 2006 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

I. PENDAHULUAN. daerah (dioscretionary power) untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah, dengan

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik. Salah satu agenda reformasi yaitu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat?

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 7 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 11 TAHUN 2009 ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal - usul, dan/atau

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. diserahkan kepadanya. Dengan demikian, pemerintah daerah tidak sekedar

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN WONOGIRI DAN KABUPATEN KARANGANYAR DALAM PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

BAB I PE NDAH ULUAN 1.1 Latar Belakang

!"#!$%!&'&()!(*!!(!(''&!!*!)+,!-!'./

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut W. J. S Poerwardaminta memberikan suatu batasan

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH KECAMATAN DAN KELURAHAN KABUPATEN SIAK

PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DALAM LINGKUP KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA TUAL

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam sistem dan struktur pemerintahan daerah. Undang-Undang No. 5

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 70 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN WEWENANG BUPATI KEPADA CAMAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA

I. PENDAHULUAN. terselenggaranya tata pemerintahan yang baik (good governance). Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Indenosia tersebar di desa-desa seluruh Indonesia. diundangkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

Volume 11 Nomor 1 Maret 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR..TAHUN.. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem sentralisasi ke desentralisasi menjadi salah satu wujud pemberian tanggungjawab

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KELURAHAN KOTA SAMARINDA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. optimalisasi peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disebut

- 1 - MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENATAAN DESA

PERATURAN DAERAH KOTA KOTAMOBAGU NOMOR 05 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH KELURAHAN KOTA KOTAMOBAGU

NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DUSUN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEARSIPAN DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Nomor : / BAP-I/IV/2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan yang dilakukan oleh. tata cara dan aturan pokok yang telah ditetapkan.

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 22 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan, dan pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG KEWENANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan asas desentralisasi dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah. Penggunaan asas ini memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri penyelenggaraan pemerintahannya. Penyerahan kewenangan ini dimaksudkan agar pemerintah daerah dapat bekerja lebih optimal untuk menyediakan pelayanan publik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya desentralisasi yang diwujudkan dalam otonomi daerah, Pemerintah memberikan otonomi kepada masyarakat yang berada dalam wilayah tertentu agar masyarakat dapat berkemampuan, berprakarsa, dan kreatif dalam mengembangkan dirinya. Dengan demikian, masyarakat setempat dapat berpartisipasi dalam pelayanan dan pembangunan daerah. Pemberian otonomi secara luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat tingkat lokal. Di samping itu melalui pemberian otonomi secara luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah otonom menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah Provinsi, Kabupaten/Kota. Secara umum Kabupaten/Kota sebagai daerah otonom merupakan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas - batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

2 dalam masyarakat. Berbeda dengan Kabupaten/Kota daerah Provinsi cenderung bersifat semi otonom karena wilayah kerja Provinsi selaku wakil pemerintah pusat adalah perangkat departemen dan/atau lembaga pemerintah non departemen di daerah yang berwenang untuk membina dan mengawasi penyelenggaraan pemerintahan daerah. Daerah otonom diberi otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus semua urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan oleh undang-undang. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Konsep dan aplikasi otonomi untuk daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota, secara substansif berbeda dengan otonomi pada level desa. Otonomi pada desa adalah otonomi asli yang memiliki makna bahwa kewenangan pemerintahan desa dalam mengatur dan mengurus masyarakat setempat didasarkan pada hak asal usul dan nilainilai sosial budaya yang terdapat pada masyarakat setempat. Walaupun demikian, otonomi harus diselenggarakan dalam perspektif adiminstrasi pemerintahan atau dalam tatanan sistem pemerintahan Indonesia. Dengan demikian, otonomi desa adalah otonomi bawaan sedangkan otonomi Kabupaten/Kota maupun provinsi adalah otonomi berian. Otonomi bawaan adalah serangkaian kewenangan yang muncul dari suatu proses sosial ekonomi, politik, dan budaya dari suatu masyarakat setempat, termasuk hasil dari proses interaksi dengan persekutuan - persekutuan masyarakat lainnya. Sedangkan otonomi sebagai otonomi berian adalah kewenangan yang diperoleh struktur pemerintahan pada tingkat tertentu atas dasar pemberian oleh struktur pemerintahan yang lebih tinggi.

3 PP 73 tahun 2005 tentang kelurahan mendefinisikan kelurahan sebagai wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten atau kota dalam wilayah kerja kecamatan. Kelurahan sebagai suatu struktur dalam tata pemerintahan daerah otonom berkewajiban untuk menyelenggarakan prinsip otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna serta pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tingkat perkembangan pembangunan. Sebagai level pemerintahan terendah dalam struktur tata pemerintahan kabupaten atau kota, kelurahan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta melaksanakan urusan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Bupati/Walikota. Urusan pemerintahan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan kelurahan dangan memperhatikan prinsip efesiensi dan peningkatan akuntabilitas. Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut kelurahan juga mempunyai fungsi sebagai pelaksanaan kegiatan pemerintahan kelurahan, pemberdayaan masyarakat, pelayanan masyarakat, penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum, pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum, serta pembinaan lembaga kemasyarakatan. Konstelasi tersebut menggambarkan kelurahan memainkan peranan penting dalam menyelenggarakan pelayanan publik, pemberdayaan dan peran serta masyarakat demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Lurah diangkat dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota sebagai struktur pemerintahan daerah otonom. Karena itu, lurah bertanggungjawab kepada Bupati/Walikota melalui camat. Untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan, lurah dibantu oleh perangkat kelurahan. Kelurahan Nunbaun Sabu Kecamatan Alak Kota Kupang memiliki 19 orang pegawai. Perilaku pegawai merupakan pencerminan nilai-

4 nilai budaya yang dianut oleh suatu struktur pemerintahan. Untuk mewujudkan sikap kerja pegawai yang baik, seorang pemimpin dapat melakukan berbagai cara/teknik/metode dan pendekatan yang tepat seperti membangun asumsi dasar, keyakinan dan norma norma seperti sopan santun, cara berbicara, cara memberikan pelayanan kepada masyarakat, membangun kebersamaan, penataan ruang kerja dan lain lain. Pemerintah kelurahan merupakan struktur pemerintahan terdepan yang berhubungan langsung dengan masyarakat, sehingga kinerja pegawai pemerintah kelurahan mudah diperhatikan dan dinilai oleh masyarakat. Masyarakat menyatakan ketidakpuasan dan menilai terhadap kinerja pegawai pemerintah kelurahan belum dapat merespon kebutuhan masyarakat secara optimal dan maksimal dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai abdi masyarakat yang membantu dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Ketidakpuasan tersebut ditandai apabila masyarakat memerlukan pelayanan harus melalui prosedur yang berbelit-belit, tidak transparan, kurang informatif, kurang akomodatif, kurang konsisten, terbatasnya fasilitas sarana dan prasarana pelayanan sehingga tidak menjamin kepastian (hukum, waktu dan biaya). Sikap ketidaksiapan dan juga kemampuan para pegawai kelurahan belum dimiliki secara obyektif serta kedisiplinan para pegawai kelurahan dalam menjalankan tugasnya juga belum diterapkan dengan baik oleh para pegawai. Hal tersebut dilihat dari kekosongan para pegawai pada jam-jam kerja atau para pegawai yang pulang lebih awal sebelum jam kerja berakhir, sehingga masyarakat yang membutuhkan bantuan pelayanan publik tidak dapat mengurus keperluan yang mereka butuhkan, karena tidak adanya pegawai yang bertugas dalam bidangnya untuk membantu masyarakat tersebut.

5 Penyelenggaraan pemerintahan kelurahan memerlukan pemimpin yang mampu untuk menggerakkan bawahannya agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk berpartisipasi dalam kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan secara berdayaguna dan berhasil guna. Gaya kepemimpinan lurah memiliki pengaruh yang cukup besar bagi pegawainya. Dengan gaya kepemimpinan yang sesuai dengan keinginan pegawai, maka pegawai dapat bekerja dengan optimal dalam memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Gaya kepemimpinan lurah yang lemah dalam mengawasi atau mengontrol pelaksanaan tugas yang dikerjakan oleh para pegawainya menyebabkan kinerja dari para pegawai kelurahan tidak dapat ditingkatkan. Pemimpin organisasi pemerintahan memegang peranan penting dalam memajukan dan meningkatkan kualitas organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Memajukan dan meningkatkan kualitas kinerja pegawai merupakan salah satu indikasi performa organisasi bagi optimalisasi pencapaian tujuan tersebut. Berdasarkan pada latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti : Gaya Kepemimpinan Lurah Di Kelurahan Nunbaun Sabu Kecamatan Alak Kota Kupang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang maka dirumuskan masalah : Bagaimana Gaya Kepemimpinan Lurah pada Pemerintahan Kelurahan Nunbaun Sabu Kecamatan Alak Kota Kupang? C. Tujuan Penelitian Mendeskripsikan sejauh mana Gaya Kepemimpinan Lurah pada Kelurahan Nunbaun Sabu Kecamatan Alak Kota Kupang.

6 D. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai informasi kepada Lurah Nunbaun Sabu dalam mendeskripsikan gaya kepemimpinan lurah pada Kantor Lurah Nunbaun Sabu. 2. Sebagai bahan informasi bagi pihak atau calon peneliti yang membutuhkan terutama peneliti lain yang hendak melakukan penelitian lebih lanjut dengan masalah ini.

7