LEMBAGA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, WANPRESTASI DAN LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

ASAS NATURALIA DALAM PERJANJIAN BAKU

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

TEKNIK PENYUSUNAN KONTRAK

POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1

URGENSI PERJANJIAN DALAM HUBUNGAN KEPERDATAAN. Rosdalina Bukido 1. Abstrak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat telah memberikan kemajuan yang luar biasa kepada

TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN DARI KLAUSULA EKSEMSI DALAM KONTRAK STANDAR PERJANJIAN SEWA BELI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi sangat memerlukan tersedianya dana. Oleh karena itu, keberadaan

Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan hidup. Kebutuhan itu

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi hal yang tidak terelakkan, terutama dalam memenuhi kebutuhan

Penerapan Klausula Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan Overeenkomst dari bahasa belanda atau Agreement dari bahasa inggris.

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

BAB II PENGERTIAN PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Manusia dalam hidupnya selalu mempunyai kebutuhan-kebutuhan atau

PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN (Studi Tentang Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Di PT. Adira Dinamika. Multi Finance Tbk.

BAB II PERJANJIAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA. tentang Pembuktian dan Kadaluwarsa/Bewijs en Verjaring.

BAB II PENGERTIAN UMUM PERJANJIAN BAKU. A. Pengertian Perjanjian dan Syarat-Syarat Sah Suatu Perjanjian

BAB IV KEKUATAN HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DALAM PERJANJIAN BERDASARKAN BUKU III BURGERLIJKE WETBOEK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak krisis melanda Indonesia, perekonomian Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. menyelerasikan dan menyeimbangkan unsur-unsur itu adalah dengan dana (biaya) kegiatan untuk menunjang kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG DALAM PENGANGKUTAN DI DARAT

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan. Bank sebagai lembaga keuangan ternyata tidak cukup mampu untuk

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. 11

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN. dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. yang dari segi berasal dari kata kerja verbinden yang artinya mengikat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

BAB II ASPEK HUKUM TENTANG MEMORANDUM OF UNDERSTANDING DAN PERJANJIAN

PERJANJIAN SEWA GUNA USAHA ANTARA LESSEE DAN LESSOR. Aprilianti. Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Aspek Hukum Informed Consent Dalam Pelaksanaan Tindakan Operasi Medik. Oleh : Firman Floranta Adonara S.H.,M.H.

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB II PENGATURAN HUKUM PERJANJIAN SERTA PEMBIAYAAN KONSUMEN. terletak dalam buku III KUH Perdata. Suatu perikatan adalah suatu perhubungan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. tidak ada dirumuskan dalam undang-undang, tetapi dirumuskan sedemikian rupa

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

KEDUDUKAN HUKUM DARI M.O.U DITINJAU DARI HUKUM KONTRAK

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN DAN PENGEMBANG PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Dari ketentuan pasal di atas, pembentuk Undang-undang tidak menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan perusahaan yang. menghasilkan berbagai macam produk kebutuhan hidup sehari-hari,

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUH PERDATA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan, perikatan

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengusaha untuk mengembangkan usahanya. kedua belah pihak, yakni pembeli dan penjual.

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BELI KENDARAAN BERMOTOR PADA PT. ADIRA FINANCE. perusahaan pembiayaan non-bank (multi finance).

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya tingkat kesejahteraan

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB IV. Surabaya ini termasuk pada bab ija>rah karena merupakan akad yang objeknya. Menurut bapak A. Djohan Hidayat selaku PJS Penyelia Umum & SDM,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Lex Privatum, Vol. III/No. 3/Jul-Sep/2015

BAB I PENDAHULUAN. tingkat ekonomi tinggi, menengah dan rendah. hukum. Kehadiran berbagai lembaga pembiayaan membawa andil yang besar

KLAUSULA BAKU PERJANJIAN KREDIT BANK RAKYAT INDONESIA DALAM HUBUNGANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

BAB II PERJANJIAN PADA UMUMNYA. Istilah perjanjian dalam hukum perjanjian merupakan kesepadanan dari

PENERAPAN KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN GADAI PADA PT. PEGADAIAN (PERSERO) 1 Oleh: Sartika Anggriani Djaman 2

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Disusun Oleh : : Faizal Hudansyah NPM :

PANDANGAN UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PERJANJIAN BAKU

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perjanjian dalam Pasal 1313

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN BAKU 1 Oleh: Dyas Dwi Pratama Potabuga 2

BAB III TINJAUAN UMUM

BAB III TINJAUAN TEORITIS TENTANG PERJANJIAN

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perikatan merupakan hubungan hukum yang tercipta karena adanya peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis di atas penulis akan memberikan kesimpulan dari

KONSUMEN DAN KLAUSUL EKSONERASI : (STUDI TENTANG PERJANJIAN DALAM APLIKASI PENYEDIA LAYANAN BERBASIS ONLINE)

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU PERUSAHAAN JASA PENGIRIMAN BARANG

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem aturan. Hukum bukanlah, seperti terkadang dikatakan, sebuah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN, PERJANJIAN BAKU DAN KREDIT BANK Pengertian Perjanjian dan Dasar Hukumnya

Kontrak. Defenisi: 1313 KUHPerd suatu perbuatan yagn terjadi dimana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap orang lain atau lebih

pada Klinik Kesehatan Bersama di Jl.AR Hakim No.168 Medan. mengenai permasalahan yang telah dibahas penulis serta saran-saran atas

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN ATAS WANPRESTASI DARI PENGEMBANG. Yunita Nerrisa Wijaya

Lex Privatum, Vol. IV/No. 6/Juli/2016

Jurnal Syariah: Jurnal Ilmu Hukum dan Pemikiran Implementasi Yuridis Vol 17, Nomor 2 Desember 2017

BAB I PENDAHULUAN. banyak masyarakat yang melakukan cara untuk meningkatkan. kesejahteraannya. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara agar

Transkripsi:

LEMBAGA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN ST., S.H.,M.H Universitas Islam Negeri Alauddin (UIN) Makassar Abstract Vehicle financing agreement was made as the embodiment of the financing agreement between the company and consumer. However, motor vehicle financing agreement with this fiduciary standard contains clauses that contain rights and obligations of each party and made by one party, namely finance companies, consumers are only given an alternative choice "take it or leave it". Keywords: Agreement, Financing, Fiduciary Abstrak Perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor dibuat sebagai perwujudan kesepakatan antara perusahaan pembiayaan dengan konsumen. Namun, perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor dengan fidusia ini berisi klausul-klausul baku yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak dan dibuat oleh satu pihak yaitu perusahaan pembiayaan, konsumen hanya diberikan alternatif pilihan take it or leave it. Kata Kunci : Perjanjian, Pembiayaan, Fidusia Jurisprudentie Volume 3 Nomor 1 Juni 2016 119

PENDAHULUAN M emasuki era globalisasi, kendaraan bermotor sebagai salah satu sarana transportasi menjadi sangat penting dalam mendukung seluruh aktivitas sehari-hari. Keterbatasan finansial selalu menjadi penghambat seseorang untuk memiliki kendaraan bermotor tersebut karena tingginya harga kendaraan yang harus dibayar. Keadaan ini dapat ditanggulangi melalui perjanjian pembiayaan konsumen dengan fidusia. Pihak dalam perjanjian pembiayaan ini terdiri dari konsumen, perusahaan pembiayaan dan penyedia barang atau supplier. Konsumen akan mendapatkan pembiayaan dari perusahaan pembiayaan untuk membeli kendaraan bermotor dari supplier dan hubungan ketiga pihak tersebut dituangkan ke dalam perjanjian pembiayaan. Konsumen sebagai pihak yang membutuhkan dana pembiayaan menjadi pihak yang lemah, karena konsumen harus mengikuti klausul-klausul yang telah ditetapkan sepihak oleh perusahaan pembiayaan. Isi klausul itu terkadang mencerminkan ketidakseimbangan antara hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak dalam perjanjian sehingga hal ini akan merugikan konsumen. PEMBAHASAN Perjanjian pembiayaan konsumen atas kendaraan bermotor dengan fidusia didasari oleh Keppres No. 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan yang kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan (Munir Fuady, 1999). Salah satu kegiatan lembaga pembiayaan tersebut adalah menyalurkan dana dengan sistem yang disebut pembiayaan konsumen. Perjanjian pembiayaan konsumen juga merupakan perwujudan dari asas kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan bahwa suatu perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi pihak yang membuatnya, artinya setiap orang bebas dalam menentukan bentuk dan isi perjanjian selama memenuhi syarat sahnya perjanjian baik syarat subjektif maupun syarat objektif sesuai Pasal 1320 KUH-Perdata, tidak melanggar kesusilaan dan ketertiban umum. Perjanjian dianggap sah dan mengikat secara penuh bagi para pihak yang membuatnya sejauh tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum yang berlaku. Syarat sahnya perjanjian tersebut terdiri dari: 1. Kesepakatan para pihak dalam perjanjian. 2. Kecakapan para pihak dalam perjanjian. 3. Suatu hal tertentu. 4. Sebab yang halal. Jurisprudentie Volume 3 Nomor 1 Juni 2016 120

Kesepakatan berarti adanya persesuaian kehendak masing-masing pihak yang dilahirkan tanpa adanya paksaan, kekeliruan dan penipuan. Persoalan yang sering timbul adalah kapan kesepakatan itu terjadi. Untuk menanggapi masalah tersebut terdapat empat teori tentang kesepakatan (Munir Fuady, 1999) yaitu : 1. Uitings Theorie (teori saat melahirkan kemauan). Menurut teori ini perjanjian terjadi apabila ada kemauan dari pihak lain atas suatu penawaran, kemauan itu dikatakan lahir pada saat pihak lain mulai menulis surat penerimaan. 2. Verzend Theorie (teori saat mengirim surat penerimaan). Menurut teori ini perjanjian terjadi pada saat surat penerimaan dikirimkan kepada si penawar. 3. Onvangs Theorie (teori saat menerima surat penerimaan). Menurut teori ini perjanjian terjadi pada saat surat penerimaan sampai di alamat si penawar. 4. Vernemings Theorie (teori saat mengetahui surat penerimaan). Menurut teori ini perjanjian baru terjadi apabila si penawar telah membuka dan membaca surat penerimaan tersebut. Kecakapan merupakan syarat lain yang harus dipenuhi dalam perjanjian. Cakap artinya telah dewasa, sehat akal pikiran dan tidak dilarang oleh suatu peraturan perundang-undangan untuk melakukan perbuatan hukum tertentu. Menurut pasal 47 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, seseorang dikatakan dewasa apabila telah berusia 18 tahun atau telah menikah, sedangkan orang yang tidak sehat akal pikirannya adalah orang dewasa tetapi dalam keadaan dungu, gila, dan pemboros sebagaimana tersebut dalam Pasal 433 jo 1330 KUH-Perdata, sehingga harus ditaruh di bawah pengampuan. Orang yang belum dewasa dan orang yang ditaruh di bawah pengampuan, dalam melakukan perbuatan hukum harus diwakili oleh orang tuanya, wali atau pengampunya (kurator). Perusahaan pembiayaan sebagai salah satu pihak dalam perjanjian harus berbentuk badan hukum dan memenuhi syarat-syarat sebagai perseroan terbatas sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 Tentang Perseroan Terbatas. Suatu hal tertentu dalam perjanjian adalah barang atau jasa yang menjadi objek perjanjian. Menurut Pasal 1333 KUH-Perdata, barang yang menjadi objek perjanjian harus tertentu atau setidak-tidaknya dapat ditentukan jenisnya dan diperhitungkan jumlahnya, tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang berlaku serta mungkin atau layak untuk dilakukan. Sebab yang halal merupakan syarat keempat untuk sahnya perjanjian. Menurut Pasal 1335 KUH-Perdata, suatu perjanjian tanpa sebab atau telah dibuat karena sebab yang palsu atau terlarang maka tidak mempunyai kekuatan. Sebab yang halal maksudnya tujuan yang hendak dicapai oleh perusahaan pembiayaan Jurisprudentie Volume 3 Nomor 1 Juni 2016 121

dan konsumen dalam membuat dan melaksanakan perjanjian pembiayaan tersebut harus disertai dengan itikad baik sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1338 ayat 3 KUH-Perdata serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan lainnya, ketertiban umum dan kesusilaan seperti ditentukan dalam pasal 1337 KUH-Perdata. A. Para Pihak Yang Terkait Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Ada tiga pihak yang terlibat dalam suatu perjanjian pembiayaan konsumen yaitu perusahaan pembiayaan, konsumen dan penyedia barang/supplier. Hubungan pihak perusahaan pembiayaan dengan konsumen adalah hubungan kontraktual artinya hak dan kewajiban masing-masing pihak didasarkan pada kontrak atau perjanjian pembiayaan. Perusahaan pembiayaan berkewajiban memberikan sejumlah uang untuk pembelian suatu barang dari penyedia barang/supplier dalam hal ini kendaraan bermotor, sementara penerima biaya/konsumen berkewajiban mengembalikan uang tersebut kepada perusahaan pembiayaan secara cicilan yang merupakan sejenis perjanjian kredit sehingga ketentuan-ketentuan tentang perjanjian kredit dalam KUH-Perdata dapat diberlakukan. Konsekuensi yuridis dari perjanjian pembiayaan konsumen ini, setelah kontrak ditandatangani dan biaya telah dicairkan serta barang telah diserahkan oleh supplier kepada konsumen, maka barang yang bersangkutan langsung menjadi milik konsumen namun barang tersebut dijadikan jaminan secara fidusia, dengan demikian perjanjian semacam itu dinamakan perjanjian pembiayaan konsumen dengan fidusia. Perjanjian pembiayaan konsumen dengan fidusia artinya perjanjian tersebut dibuat berdasarkan asas kepercayaan dari salah satu pihak terhadap pihak lainnya, dalam hal ini kepercayaan yang dimiliki oleh perusahaan pembiayaan kepada konsumennya. Pihak konsumen tidak perlu memberikan jaminan benda miliknya kepada perusahaan pembiayaan untuk dapat mengadakan perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor, tetapi cukup perusahaan pembiayaan itu percaya atas itikad baik dari konsumen untuk mengembalikan dana yang diberikan perusahaan pembiayaan untuk pembelian kendaraan bermotor tersebut, dengan catatan surat kepemilikan kendaraan bermotor itu atau dikenal dengan nama Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) disimpan perusahaan pembiayaan, setelah pengembalian dana lunas dibayar konsumen kepada perusahaan pembiayaan, maka BPKB itu dikembalikan kepada konsumen sehingga konsumen menjadi pemilik sepenuhnya atas kendaraan bermotor tersebut, hal inilah yang membedakan perjanjian pembiayaan konsumen dengan leasing, dalam perjanjian pembiayaan konsumen, sejak awal perjanjian dilaksanakan konsumen dianggap sebagai pemilik barang walaupun bukti kepemilikan atas barang tersebut dijadikan jaminan sedangkan dalam leasing, Jurisprudentie Volume 3 Nomor 1 Juni 2016 122

konsumen/lessee hanya sebagai penyewa barang dan pada akhir masa sewa konsumen/lessee diberi hak opsi atau hak pilih yaitu tetap menjadi penyewa barang sampai dengan akhir masa leasing atau mengakhiri masa leasing dengan membeli barang yang dijadikan objek leasing tersebut. Konsumen dan supplier/penyedia barang dalam perjanjian pembiayaan konsumen mempunyai hubungan yang mengandung unsur jual beli bersyarat artinya supplier menjual barang dalam hal ini kendaraan bermotor kepada konsumen dengan syarat bahwa harga barang akan dibayar oleh perusahaan pembiayaan, apabila dengan alasan apapun perusahaan pembiayaan tidak dapat membayar harga barang, maka jual beli tersebut batal demi hukum. B. Fidusia Kendaraan Bermotor Perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor dibuat sebagai perwujudan kesepakatan antara perusahaan pembiayaan dengan konsumen. Perjanjian tersebut berisi klausula-klausula baku yang merupakan ketentuan-ketentuan atau syaratsyarat yang dibuat sepihak dan dikehendaki oleh perusahaan pembiayaan yang dituangkan ke dalam suatu dokumen perjanjian yang mengikat serta wajib dipenuhi oleh konsumen. Hal ini menyebabkan konsumen berada dalam posisi yang lemah karena harus mengikuti semua yang telah ditentukan oleh perusahaan pembiayaan, oleh karena itu konsumen harus dilindungi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain KUH-Perdata khususnya buku III tentang Perikatan, KUH-Pidana dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). Jika didasarkan pada syarat sahnya perjanjian, di mana salah satu syarat tidak terpenuhi maka untuk syarat subjektif menimbulkan akibat hukum dapat dimintakan pembatalan dan untuk syarat objektif adalah batal demi hukum. Salah satu syarat dalam perjanjian pembiayaan dengan fidusia yang perlu mendapat perhatian adalah kesepakatan. Kesepakatan dalam perjanjian pembiayaan konsumen dianggap terjadi antara para pihak setelah perjanjian tersebut ditandatangani, namun terkadang timbul unsur paksaan dan kekeliruan yang tidak disadari oleh konsumen karena dalam proses penandatanganan perjanjian itu konsumen kurang mendapat penjelasan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan perjanjian pembiayaan itu sendiri. Perjanjian pembiayaan kendaraan bermotor dengan fidusia ini berisi klausul-klausul baku yang memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak dan dibuat oleh satu pihak yaitu perusahaan pembiayaan, konsumen hanya diberikan alternatif pilihan take it or leave it. Keadaan seperti itu menyebabkan konsumen tidak dapat berbuat apaapa dan pada akhirnya konsumen akan menandatangani perjanjian tersebut walaupun konsumen merasa berat atas syarat-syarat perjanjian yang ditentukan oleh perusahaan pembiayaan. Dari hal tersebut terlihat bahwa perjanjian tersebut Jurisprudentie Volume 3 Nomor 1 Juni 2016 123

sama sekali tidak lahir karena kesepakatan tapi karena adanya keadaan yang memaksa pihak yang membutuhkan untuk menandatangani perjanjian tersebut, sehingga dengan keadaan ini maka dapat dikatakan bahwa syarat kesepakatan dalam perjanjian tersebut adalah bisa dimintakan pembatalan sepanjang perjanjian tersebut benar-benar dilakukan dengan didasari oleh adanya itikad buruk dari pihak lembaga pembiayaan untuk memanfaatkan PENUTUP Kontrak antara para pihak dalam perjanjian pembiayaan atas kendaraan bermotor dengan fidusia dalam praktek masih sering tidak memenuhi aspek hukum perjanjian terutama tidak terpenuhinya syarat kesepakatan sebagai salah satu syarat sah perjanjian sehingga kontrak pembiayaan atas kendaraan bermotor dengan fidusia tersebut dapat dibatalkan. Jurisprudentie Volume 3 Nomor 1 Juni 2016 124

DAFTAR PUSTAKA Munir Fuady, 1999, Hukum Tentang Pembiayaan, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1999, Hukum Kontrak, Bandung : Citra Aditya Bakti Nasution, Az, 1999, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Daya Widya Riduan Syahrani, 1992, Seluk Beluk Dan Asas-Asas Hukum Perdata, Bandung : Alumni Shidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Jakarta : Grasindo Subekti, 1995, Aneka Perjanjian, Bandung : Citra Aditya Bakti Jurisprudentie Volume 3 Nomor 1 Juni 2016 125