BAB II TINJAUAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
KECEMASAN (ANSIETAS) Niken Andalasari

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANSIETAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan sangat berkaitan dengan tidak pasti dan tidak berdaya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini dijelaskan, Landasan teori mengenai konsep mahasiswa,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. Pada bab ini akan diuraikan teori tentang kecemasan, GGT, HD dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai teori-teori yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. emosional yang tidak baik dan penuh kekhawatiran. Suatu rasa yang tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORITIS. atau ancaman atau fenomena yang sangat tidak menyenangkan serta ada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja sama dengan ikatan saling berbagi dan kedekatan emosi dan

BAB II TINJAUAN TEORI. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

PROSES TERJADINYA MASALAH

kepentingan, pengalaman masa lalu dan harapan (Robbins, 2002).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Tehnik

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian KUESIONER. 1. Jenis Kelamin : 2. Usia : Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN A. Cara Pengukuran Kecemasan

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

Kata Pengantar. Jawaban dari setiap pernyataan tidak menunjukkan benar atau salah, melainkan hanya pendapat dan persepsi saudara/i belaka.

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya menjadi tua. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. sendawa, rasa panas di dada (heartburn), kadang disertai gejala regurgitasi

2. Variabel terikat (dependent variable), yaitu koping orang tua yang. anaknya dirawat di RSUD kota Semarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

Gangguan Ansietas, Fobia, dan Obsesif kompulsif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PERSTUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

1. Bab II Landasan Teori

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN KUESIONER DATA UMUM RESPONDEN NOMOR PIN :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan

Lampiran 1. Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS) HAMILTON RATING SCALE FOR ANXIETY (HARS)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transfusi darah, prosedur invasif). (Potter & Perry, 2005). operasi dan prosedur-prosedur diagnostik yang besar, seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jelas dan menyebar, berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

mendalam (insight) (Suparyo, 2010) : (1) Identifikasi, anak mengidentifikasi


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PERMOHONAN MENJADI PARTISIPAN. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Yantri Nim :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa Jerman angst

Lembar Persetujuan Responden

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompetensi Bidan. melaksanakan tugas dan peran dengan mengintegrasikan pengetahuan,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kecemasan pada Mahasiswa Tingkat Pertama. Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. xiv

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

BERDUKA DAN KEHILANGAN. Niken Andalasari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN MAHASISWA AKPER DHARMA WACANA METRO ANGKATAN XXII SAAT PERTAMA TINGGAL DIASRAMA AKPER DHARMA WACANA METRO

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

BAB 2 Tinjauan Pustaka

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN. akan melakukan penelitian dengan judul Gambaran Tingkat Kecemasan Wanita

ITEM KECEMASAN WANITA MENGHADAPI MENOPAUSE

BAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. negara-negara maju penyebab kematian karena kanker menduduki urutan kedua

PATOFISIOLOGI ANSIETAS

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

LEMBAR PENGANTAR RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. 1. Objective Structured Clinical Examination (OSCE)

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN GANGGUAN KARDIOVASKULAR YANG DIRAWAT DIRUANGAN ALAMANDA TAHUN 2015

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORI A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal, suatu respon emosional yang tidak baik dan penuh kekhawatiran. Suatu rasa yang tidak terekspresikan dan tidak terarah karena suatu sumber ancaman atau pikiran sesuatu yang akan datanag tidak jelas dan tidak teridentifikasi sehingga memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman (Kaplan dan Sadock, 1999). Menurut Rasmun (2004), kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan tidak menentu dari individu dimana penyebabny tidak pasti atau tidak ada objek yang nyata. Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam berbagai situasi kehidupan maupun gangguan sakit. Selain itu kecemasan dapat menimbulkan reaksi tubuh yang akan terjadi secara berulang, seperti rasa kosong di perut, sesak nafas, jantung berdebar, keringat banyak, sakit kepala, rasa keinginan buang air kecil dan buang air besar, perasaan ini disertai perasaan ingin bergerak untuk lari menghindar hal yang dicemaskan (Stuart dan Sundeen, 1998) Menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah reaksi emosional yang timbul oleh penyebab yang tidak spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan merasa terancam. Keadaan emosi ini biasanya merupakan pengalaman individu yang subyektif yang tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Cemas berbeda dengan takut, sesorang yang mengalami kecemasan tidak dapat mengidentifikasikan ancaman. Cemas dapat terjadi tanpa rasa takut namun ketakutan tidak terjadi tanpa kecemasan. 5

6 2. Teori Predisposisi dan Presipitasi Kecemasan. Menurut Stuart dan Sudeen (1998) teori yang dikembangkan untuk menjelaskan terjadinya kecemasan adalah : a. Teori Psikoanalitik Menurut pandangan psikoanalitik, kecemasan terjadi karena adanya konflik yang terjadi antara emosional elemen kepribadian yaitu id, ego dan super ego. Id mewakili insting, super ego mewakili hati nurani, sedangkan ego mewakili konflik yang terjadi antara kedua elemen yang bertentangan. Dan timbulnya merupakan upaya dalam memberikan bahaya pada elemen ego. b. Teori Interpersonal Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan fisik, Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat. c. Teori Behaviour Berdasarkan teori behaviour ( perilaku ), kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan. d. Teori keluarga. Intensitas cemas yang dialami oleh individu kemungkinan memiliki dasar genetik. Orang tua yang memiliki gangguan cemas tampaknya memiliki resiko tinggi untuk memiliki anak dengan gangguan cemas. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.

7 e. Teori Prespektif Biologis Kajian biologi menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk Benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu magatur kecemasan. Pemghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) dan endorfin juga memainkan peran utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan. Beberapa faktor pencetus ( presipitasi ) yang menyebabkan terjadinya kecemasan menurut Stuart dan Sundeen (1998) antara lain : a) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidak mampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. b) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi. 3. Manifestasi klinis Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis, perilaku dan secara langsung melalui timbulnya gejala sebagai upaya untuk melawan ansietas. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan tingkat kecemasan. Tanda dan gejala kecemasan yang timbul secara umum menurut Tarwoto dan Wartonah (2004) adalah : a. Tanda fisik a) Cemas ringan : 1) Gemetaran, renjatan, rasa goyang 2) Ketegangan otot 3) Nafas pendek, hiperventilasi 4) Mudah lelah b) Cemas sedang : 1) Sering kaget 2) Hiperaktifitas autonomik

8 3) Wajah merah dan pucat c) Cemas berat : 1) Takikardi 2) Nafas pendek, hiperventilasi 3) Berpeluh 4) Tangan terasa dingin 5) Panik d) Panik : 1) Diare 2) Mulut kering ( xerostomia ). 3) Sering kencing 4) Parestesia ( kesemutan pada kaki dan tangan ) 5) Sulit menelan b. Gejala psikologis a) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung. b) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut. c) Sulit konsentrasi, hypervigilance ( siaga berlebihan ) d) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang. e) Gangguan pola tidur, mimpi mimpi yang menegangkan. f) Gangguan konsentrasi dan daya ingat. g) Libido menurun. h) Rasa menganjal di tenggorokan. i) Rasa mual di perut. 4. Tingkat kecemasan Tarwoto dan Wartonah (2004) membagi kecemasan menjadi 4 tingkat, yaitu : a) Ansietas ringan Kecemasan ini biasanya dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan remaja menjadi waspada

9 serta meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas. b) Ansietas Sedang Pada tahap ini lahan persepsi terhadap masalah menurun. Individu lebih memfokuskan pada hal-hal penting saat itu dan mengesampingkan hal lain c) Ansietas Berat Lapangan persepsi menyempit, individu bervokus pada hal hal yang kecil, sehingga individu tidak mampu memecahkan masalahnya, dan terjadi gangguan fungsional. d) Panik Pada tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan terpengarah, ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, seseorang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lainn, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat Kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian ( Stuart dan Sundeen, 1998). 5. Faktor yang mempengaruhi respon kecemasan Menurut Rasmun (2004), kemampuan individu dalam merespon kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : a. Sifat stresor Sifat stresor dapat berubah secara tiba-tiba atau berangsur - angsur dan dapat mempengaruhi seseorang dalam menghadapi kecemasan, tergantung mekanisme koping seseorang.

10 b. Jumlah stresor yang bersamaan Pada waktu yang sama terdapat sejumlah stresor yang harus dihadapi bersama. Semakin banyak stresor yang dialami seseorang, semakin besar dampaknya bagi fungsi tubuh sehingga jika terjadi stresor yang kecil dapat mengakibatkan reaksi berlebihan c. Lama stresor Memanjangnya stresor dapat menyebabkan menurunnya kemampuan individu mengatasi stres, karena individu sudah kehabisan tenaga untuk menghadapi stresor tersebut d. Pengalaman masa lalu Pengalaman masa lalu individu dalam menghadapi kecemasan dapat mempengaruhi individu ketika menghadapi stresor yang sama karena individu memiliki kemampuan beradaptasi atau mekanisme koping yang lebih baik, sehingga tingkat kecemasan pun akan berbeda dan dapat emnunjukkan tingkat kecemasan yang lebih ringan. e. Tingkat perkembangan Tingkat perkembangan individu dapat membentuk kemampuan adaptasi yang semakin baik terhadap stresor yang berbeda sehingga resiko terjadi stres dan kecemasan akan berbeda pula. 6. Rentang Respon Kecemasan. RENTANG RESPON KECEMASAN Respon Adaptif Respon Maladaptif Antisipasi ringan sedang berat panik Gambar 2.1 Rentang Respon Kecemasan (Stuart dan Sundeen, 1998)

11 7. Respon Kecemasan Menurut Stuart dan Sundeen (1998), respon kecemasan diklasifikasikan menjadi 4 respon antara lain: a. Respon Fisiologis 1) Kardiovaskuler Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meninggi, rasa mau pingsan, pingsan, denyut nadi melemah. 2) Pernapasan Napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, terngah-engah, pembengkakan pada tenggorokan. 3) Neuromuskuler Tremor, insomnia, gelisah, wajah tegang, reflek meningkat, kelemahan umum. 4) Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan, menolak makan, mual, muntah, diare, rasa tidak nyaman pada abdomen. 5) Traktus urinarius Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih. 6) Kulit Wajah kemerahan, berkeringat pada telapak tangan, gatal, rasa panas dan dingin pada kulit, wajah pucat. b. Respon Perilaku Respon perilaku terhadap kecemasan meliputi : gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi, menarik diri darii hubungan personal, melarikan diri dari masalah dan menghindari. c. Respon Kognitif Respon kognitif terhadap kecemasan meliputi : perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam pemberian penilaian, hambatan berfikir, bidang persepsi menurun, bingung, takut cidera dan kematian.

12 d. Respon Afektif Respon afektif terhadap kecemasan meliputi : mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, nervus, ketakutan, teror, dan gugup 8. Pengukuran Kecemasan Lovibond (1995), untuk mengukur tingkat kecemasan anak atau remaja menggunakan alat ukur Depression Anxiety Stress Scale (DASS 42). Alat ukur ini mempunyai 42 pertanyaan untuk mengetahui seberapa tinggi kecemasan yang dialami oleh seseorang. B. Penerimaan Rapor kenaikan kelas Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal. Dalam pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang memuaskan dibutuhkan proses belajar. Proses belajar yang terjadi pada individu memang merupakan sesuatu yang penting, karena melalui belajar individu mengenal lingkungannya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Menurut Irwanto (1997 :105) belajar merupakan proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu dan terjadi dalam jangka waktu tertentu. Dengan belajar, siswa dapat mewujudkan cita-cita yang diharapkan. Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Begitu juga dengan yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian

13 terhadap hasil belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar. Prestasi belajar menurut Yaspir Gandhi Wirawan dalam Murjono (1996 :178) adalah: Hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan di dalam nilai rapornya. Melalui prestasi belajar seorang siswa dapat mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapainya dalam belajar. C. Jenis Kelamin Anak perempuan tingkat kecemasan lebih tinggi jika dibandingkan dengan laki-laki (Stevens, 1999). Sedangkan menurut Kaplan dan Sadock (1997), mengemukakan bahwa kurang dari populasi dimana kecemasan pada perempuan lebih banyak daripada pria. Lebih tingginya frekuensi kecemasan yang dialami perempuan kemungkinan disebabkan perempuan mempunyai kepribadian yang labil dan bersifat immatur, dan juga adanya peran hormone yang mempengaruhi kondisi emosi sehingga mudah meledak, mudah cemas dan curiga. D. Rangking Kelas Peringkat dalam kamus Bahasa Indonesia berarti : Tingkat atau Kedudukan. Peringkat atau Rangkng Kelas adalah : suatu tingkat atau kedudukan yang diraih oleh siswa dalam suatu pencapaian hasil belajar dikelasnya. Untuk mengetahui peringkat atau rangking kelas antara siswa yang satu dengan yang lain dapat dilihat dari jumlah nilai rapot dan nilai rata-rata rapot siswa tersebut. Lazimnya penulisan peringkat hanya ditulis dari peringkat 1 ( Satu ) sampai peringkat 3 ( Tiga ). Namun ada pula penulisan peringkat dari peringkat 1 ( Satu ), sampai 5 (Lima) disebut lima besar. Bahkan ada yang menuliskan peringkat peringkat 1 ( Satu ) sampai 10 ( Sepuluh ) disebut Sepuluh Besar Untuk menentukan peringkat atau rangking guru dapat membandingkan Nilai Hasil Belajar siswa, tentunya nilai hasil belajar siswa tidak sama. Ada siswa yang mendapat nilai tinggi, sedang dan rendah, dengan membandingkan nilai hasil belajar siswa guru dapat mengetahui siswa siswinya yang layak mendapat peringkat tinggi, sedang dan rendah.

14 Setelah guru membandingkan nilai tertinggi dan terendah dari tiap-tiap mata pelajaran kemudian guru menghitung rata-rata nilai masing-masing siswa dan selanjutnya menentukan peringkat atau rangking 1, 2, 3 dan seterusnya. Untuk mengetahui rata-rata nilai rapot dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut: : Nilai Rata-rata = Jumlah Seluruh Nilai Mata Pelajaran Jumlah Seluruh Mata Pelajaran

15 E. KERANGKA TEORI Faktor eksternal a b Rangking kelas Ancaman terhadap konsep diri :proses kehilangan, perubahan peran, perubahan lingkungan, perubahan hubungan, status sosial Kecemasan Faktor Internal a. Ancaman terhadap integritas biologi : a) Kardiovaskuler b) Pernafasan c) Neuromuskuler d) Gastro intestinal e) Traktus urinarius b. Jenis kelamin. Gambar 2.2. Kerangka Teori (Wong, 2003: Stuart dan Sundeen, 1998; Stevens, 2000)

16 F. KERANGKA KONSEP Menjelang Penerimaan Rapor Kenaikan Kelas Jenis kelamin Menjelang Penerimaan Rapor Kenaikkan Kelas Kecemasan Rangking kelas Gambar 2.3. Kerangka Konsep G. Variabel Penelitian 1. Variabel Independen Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menyebabkan tergantung. Variabel independent pada penelitian ini adalah untuk menetahui hubungan jenis kelamin dan rangking kelas. 2. Variabel Dependen. Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau diakibatkan oleh variable bebas. Variabel dependen pada penelitian ini adalah kecemasan.

17 H. Hipotesis 1. Ada hubungan antara jenis kelamin siswa dengan kecemasan menjelang penerimaan rapor kenaikan kelas. 2. Ada hubungan antara rangking kelas dengan kecemasan menjelang Penerimaan rapor kenaikan kelas.