RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

RESILIENSI REMAJA PASCA BENCANA ERUPSI MERAPI TAHUN 2010 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai keinginan yang diharapkan dapat diwujudkan bersama-sama,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejumlah bencana alam yang terjadi di Indonesia memberikan dampak yang

2016 PROSES PEMBENTUKAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME

RESILIENSI NARAPIDANA DEWASA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA SRAGEN NASKAH PUBLIKASI. Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan pria dan wanita. Menurut data statistik yang didapat dari BKKBN,

Bab I Pendahuluan. adalah memiliki keturunan. Namun tidak semua pasangan suami istri dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi

BAB 1 PENDAHULUAN. aspek fisik, psikis, dan psikososial (Dariyo, 2004). Jika dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

RESILIENSI PENGUNGSI KONFLIK SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan terkena bencana. Pada tahun

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

Studi Komparatif Mengenai Resiliensi Remaja Korban Sodomi di Desa X dan di Desa Y Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dianggap sebagai masa topan badai dan stres, karena remaja telah memiliki

PERILAKU PROSOSIAL RELAWAN BENCANA TSUNAMI DI ACEH

RESILIENSI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI YANG TERLAMBAT MENYELESAIKAN SKRIPSI DI UNIVERSITAS X

PENDAHULUAN Latar Belakang

RESILIENSI PADA PENDERITA KERUSAKAN TULANG BELAKANG AKIBAT BENCANA GEMPA BUMI

RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN

Resiliensi Seorang Wanita Dalam Menghentikan Perilaku Merokok dan Minum Alkohol HELEN YOHANA SIRAIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat lereng Gunung Merapi. Banyaknya korban jiwa, harta benda dan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Resiliensi. bahasa resiliensi merupakan istilah bahasa inggris

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja yang masuk ke Komnas Remaja tahun itu, sebanyak kasus atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Ring of fire) dan diapit oleh pertemuan lempeng tektonik Eurasia dan

STRATEGI KOPING PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

Implementasi PFA pada Anak dan Remaja di Satuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2004, bencana demi bencana menimpa bangsa Indonesia. Mulai

"#% tahun untuk membuka diri dan melakukan pemulihan bagi kesehatannya, subjek AA sudah 5 tahun hidup sebagai ODHA dan masih berusaha untuk memaafkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB III METODE PENELITIAN. yang dihasilkan dari kata-kata tertulis atau lisan dan perilaku orang-orang

DAFTAR PUSTAKA. Arasiana, Fenty. (2008). Resiliensi Pada TKW yang Mengalami Kekerasan Fisik dan Seksual. Retrivied From

RESILIENSI PADA LANSIA YANG DITINGGAL MATI PASANGAN HIDUPNYA NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

KETABAHAN KORBAN GEMPA DAN TSUNAMI DI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. Tugas akhir atau yang sering disebut skripsi merupakan gerbang terakhir yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RESILIENSI PADA REMAJA PENDERITA KANKER PAYUDARA SKRIPSI. Oleh : Ratih Nuarita Saraswati

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

RESILIENSI PADA PENDERITA KANKER SERVIKS STADIUM LANJUT NASKAH PUBLIKASI

OLEH : Letkol Laut ( K/W) Drg. R Bonasari L Tobing, M.Si INTERVENSI PSIKOSOSIAL PADA BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang masih ada hingga sampai saat ini. Kerugian material yang ditimbulkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL SUAMI DENGAN RESILIENSI ISTRI YANG MENGALAMI INVOLUNTARY CHILDLESS

BAB I PENDAHULUAN. selesaikan oleh individu untuk kemudian di lanjutkan ketahapan berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian bencana yang datang silih berganti menimbulkan trauma pada

BAB II LANDASAN TEORI. Lazarus menyebut pengatasan masalah dengan istilah coping. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Artinya, bagaimana partisipasi/keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana

MANAJEMEN STRES PADA INDIVIDU YANG SELAMAT (SURVIVOR) DARI BENCANA ALAM. Kartika Adhyati Ningdiah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. salah satunya adalah kecelakaan. Ada berbagai jenis kecelakaan yang dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

BAB I PENDAHULUAN. menghadapinya. Menurut Reivich dan Shatte (2002), bahwa kapasitas seseorang

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. akan dianggap sebagai bentuk musibah atau bencana. terjadinya bencana yakni faktor alam dan ulah manusia.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ideologi, dimana orangtua berperan banyak dalam

PROGRAM INTERVENSI BIBLIOCOUNSELING (MEMBACA BUKU, MENONTON FILM, MENDENGARKAN CERITA) UNTUK MENINGKATKAN RESILIENSI REMAJA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tekanan internal maupun eksternal (Vesdiawati dalam Cindy Carissa,

BAB I PENDAHULUAN. suatu masa perubahan, usia bermasalah, saat dimana individu mencari identitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang

Pengaruh Dukungan Sosial terhadap Resiliensi pada Ibu yang Memiliki Anak Autis Penulisan Ilmiah

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, Hal ini berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Resiliensi. Sedangkan Hildayani (2005) menyatakan resiliensi atau ketangguhan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap keluarga memiliki cara tersendiri untuk menghadapi berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. menerima dirinya apa adanya, membentuk hubungan yang hangat dengan

INFORMED CONSENT. Pernyataan Pemberian Izin Oleh Responden. : Resiliensi Remaja Putri Korban Eksploitasi Seksual. Komersil (Prostitusi)

BAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko

BAB IV. Analisis Peran Dukungan Kelompok Sebaya Dalam Mengembangkan Resiliensi. Siswa Di SMP Negeri 15 Pekalongan

PENGARUH PELATIHAN PEDULI LINGKUNGAN TERHADAP EFIKASI DIRI SISWA DAERAH RAWAN ABRASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. aktif di dunia, yang memiliki siklus letusan 4 tahun sekali dan terakhir kali

STRATEGI KOPING ANAK DALAM PENGATASAN STRES PASCA TRAUMA AKIBAT PERCERAIAN ORANG TUA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. api pasifik (the Pasific Ring Of Fire). Berada di kawasan cincin api ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba sehingga menimbulkan dampak

Transkripsi:

RESILIENSI PADA PENYINTAS PASCA ERUPSI MERAPI Naskah Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Diajukan oleh: ARYA GUMILANG PUTRA PRATHAMA F.100090190 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 i 1

Resiliensi pada Penyintas pasca Erupsi Merapi Arya Gumilang Putra Prathama Dr. Moordiningsih, M.Si., Psi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Abstraksi. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu masih menyisakan pilu bagi banyak pihak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan mendeskripsikan upaya resiliensi pada orang dewasa pasca erupsi Merapi. Subjek penelitian ini berjumlah 12 orang dewasa warga lereng Gunung Merapi dengan karakteristik sebagai berikut: 1) Penyintas berusia antara 18-40 tahun, 40-60 tahun, dan 60 tahun-kematian. 2) Penyintas yang bertempat tinggal di kawasan lereng Gunung Merapi yaitu warga Desa Balerante, Kecamatan Kemalang. 3) Penyintas yang mengalami traumatis mendalam akibat bencana alam erupsi Merapi. Hasil penelitian ini adalah terdapat potensi resiliensi pada orang dewasa korban erupsi Merapi, yang potensi ini menjadi sumber kekuatan untuk bertahan dan mencoba merubah keadaan. Dan dapat dilihat dari orang dewasa menerima kondisi dan keadaan yang menimpa, berusaha dari sisi spiritual, berusaha dalam tindakan nyata berupa menata kembali roda perekonomian, membangun, mempertahankan, dan menjalin hubungan interpersonal dengan orang lain. Temuan lain dari penelitian ini adalah faktor keluarga dan faktor yang dulu bahkan tidak disadari oleh para penyintas yaitu faktor keyakinan akan kekuatan Allah serta faktor social support yang diberikan kepada para penyintas untuk membantu pemulihan pasca erupsi Merapi. Kata kunci: Resiliensi, penyintas, orang dewasa, pasca erupsi Merapi ii

PENDAHULUAN Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu masih menyisakan pilu bagi banyak pihak, terutama bagi orang yang terkena dampak langsung dari peristiwa alam tersebut. Akibat tragedi erupsi Merapi ini, sebanyak 14 desa habis terlahap letusan Gunung Merapi. Terdapat 2.271 rumah rusak, merenggut kurang lebih 206 jiwa, dan 1.548 ekor ternak mati. Kerugian material diperkirakan mencapai 5 triliyun rupiah. Rincian di atas adalah kerugian materiil yang kemungkinan sudah mencapai trilyunan rupiah. Angka ini belum mencakup kerugian psikologis yang ditanggung oleh para warga terutama yang terkena dampak erupsi hak untuk bekerja, mengalami syndrome stress berupa setiap saat gelisah, mood sedih yang ditunjukkan dengan perilaku menangis hingga gangguan jiwa yaitu depresi, skizofren, dan usaha bunuh diri. Latief mengatakan, efek bencana Merapi memang bisa menimbulkan tekanan psikologis bagi warga yang terkena dampak bencana. Selain warga harus kehilangan anggota keluarga akibat awan panas, warga juga kehilangan harta benda dan mata pencaharian. Sebab umumnya para penduduk lereng Merapi merupakan petani (detiknews, 2010). Para penyintas dengan seiring berjalannya waktu, terlihat mampu menyesuaikan diri dengan kondisi Merapi, mulai dari yang harus yang ada dan bahkan menemukan kehilangan hak-hak hidupnya, seperti hikmah-hikmah yang memberi para 1

korban energi untuk merubah keadaan kembali seperti semula. Penyesuaian yang mampu membuat individu mampu kembali hidup normal atau menjadi lebih baik, dimana usaha ini disebut sebagai resiliensi. Menurut Reivich dan Shatte yang dituangkan dalam bukunya The Resiliency Factor menjelaskan bahwa resiliensi adalah kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi terhadap kejadian yang berat atau masalah yang terjadi dalam kehidupan. Bertahan dalam keadaan tertekan dan bahkan berhadapan dengan kesengsaraan (adversity) atau trauma yang dialami dalam kehidupannya (Reivich dan Shatte, 2002). Dalam surat Al-Baqarah 155-157, mengandung arti bahwa dalam menguraikan beberapa cobaan yang diberikan oleh Allah kepada manusia untuk menguji keimanan dan kesabarannya agar bisa lebih baik (meningkatkan keimanan). Cobaan yang berupa ketakutan, kemiskinan, kematian dalam kajian resiliensi ini dikenal dengan istilah faktor resiko (risk factor). Namun individu akan tetap bahagia atau bertahan dalam kehidupannya dalam berbagi kondisi yang menekan apabila ia mampu bersabar dan mengucap inna lillahi wa innaa ilaihi raaji uun apabila ditimpa musibah. Reivich dan Shatte (2002), memaparkan tujuh aspek yang membentuk resiliensi, yaitu pengaturan emosi, pengendalian terhadap impuls, optimisme, kemampuan menganalisis penyebab masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian. Menurut Grotberg (1995) ada beberapa faktor yang mempengaruhi 2

resiliensi yaitu I Am (kemampuan individu), I Have (sumber dukungan eksternal), dan I Can (kemampuan sosial dan interpersonal). Ketiga faktor ini menjadi sumber sekaligus menjadi ciri individu dan lingkungan (termasuk keluarga) yang resilien. Periode perkembangan orang dewasa berbeda-beda tiap fasenya. Masa dewasa dini lebih dominan pada bagaimana proses memulai pola-pola kehidupan baru seperti memerankan peran ganda sebagai suami atau istri dan peran dalam dunia kerja (berkarir) dan harapanharapan sosial baru. Untuk masa dewasa madya lebih dominan bagaimana individu mempunyai pengaruh dalam kehidupan pribadi dengan keluarganya dan kehidupan sosial. Sedangkan untuk masa dewasa akhir lebih dominan dalam menutupi keterbatasan yang dimilikinya dengan menyesuaikan diri (adaptasi) terhadap perananperanan individu maupun sosialnya dengan cara yang luwes sehingga dapat berinteraksi dengan baik (Hurlock, 2004). Merujuk uraian diatas betapa menderita dan rentannya korban pasca erupsi Merapi mengalami gangguan jiwa dan pentingnya upaya menumbuhkan resiliensi kepada para korban terutama orang dewasa agar mampu bertahan dan bangkit kembali, maka penelitian ini berfokus pada pemahaman resiliensi pada orang dewasa pasca erupsi Merapi. METODE Subjek penelitian: Subjek penelitian ini berjumlah 12 orang dewasa warga lereng Gunung Merapi dengan karakteristik sebagai berikut: 1) Penyintas berusia antara 18-40 tahun, 3

40-60 tahun, dan 60 tahun-kematian. 2) Penyintas yang bertempat tinggal di kawasan lereng Gunung Merapi yaitu warga Desa Balerante, Kecamatan Kemalang. 3) Penyintas yang mengalami traumatis mendalam akibat bencana alam erupsi Merapi Alat pengumpulan data. Berupa wawancara dan observasi sehingga data-data yang diperoleh berupa narasi dan deskripsi. Langkahlangkah dalam analisis data ini menggunakan analisis tematik yang membagi dan mengkode informasi yang diperoleh dari responden dalam bentuk tema-tema khusus HASIL DAN PEMBAHASAN Orang dewasa, dengan kematangan kognitifnya, mampu memaknai peristiwa yang terjadi, tetap menerima keadaan yang menimpanya, selalu berdoa, dan berusaha sehingga penderitaan yang penyintas rasakan menjadi tidak berat. Kemampuan inilah yang membuat penyintas lebih mampu berpikir bijak, memandang ada hikmah dibalik bencana yang terjadi, serta menyadari akan pentingnya optimisme untuk menghadapi segala permasalahannya. Hal ini sesuai dengan pengertian dewasa sendiri yang berarti individu yang telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat (Hurlock, 2004). Peristiwa erupsi Merapi 2010 memang menyisakan duka yang sangat mendalam. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, meskipun orang dewasa tersebut mendapat tekanan dan traumatis dalam hal ini erupsi Merapi, para orang dewasa mampu beradaptasi secara positif dan mampu bangkit kembali termasuk mampu mengambil hikmah dari peristiwa tersebut. Faktor keluarga juga 4

menjadi sumber resiliensi yang terpenting pada penyintas dalam hal ini adalah orang dewasa. Faktor keluarga membuat para penyintas sadar bahwa menjadi tempat bergantung dari istri atau anakanaknya sehingga harus mampu tegar. Selain itu adanya pasangan juga menjadi teman bercerita dan berbagi kegelisahan, sedangkan anak-anak dengan tingkah polahnya seringkali membuat penyintas merasa terhibur sehingga tidak terlalu sedih dengan bencana yang terjadi. Selain keluarga, faktor keyakinan akan kekuatan Allah. Keyakinan ini memberi penyintas kekuatan untuk tidak lelah berjuang karena yakin Allah pasti rnembantu merupakan salah satu karakteristik individu yang ada dalam resiliensi. Faktor keluarga juga menjadi sumber resiliensi yang terpenting pada penyintas dalam hal ini adalah orang dewasa. Faktor keluarga membuat para penyintas sadar bahwa menjadi tempat bergantung dari istri atau anak-anaknya sehingga harus mampu tegar. Selain faktor-faktor tersebut, ada faktor lain yang dirasakan sehingga dapat memberi kekuatan. Sebuah faktor yang dulu bahkan tidak disadari oleh para penyintas yaitu faktor komunitas dimana faktor tersebut merupakan faktor social support yang diberikan kepada para penyintas untuk membantu pemulihan pasca erupsi Merapi. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa terdapat potensi resiliensi pada orang dewasa korban erupsi Merapi, yang potensi ini menjadi sumber kekuatan untuk 5

bertahan dan mencoba merubah keadaan. Pada orang dewasa, kesadaran akan peran sebagai orang tua dan pentingnya optimisme serta adanya keyakinan terhadap Tuhan memberi penyintas kekuatan dari dalam diri untuk tetap tegar. Selain itu adanya keluarga yang mencintai, tetangga sesama korban yang rukun dan saling membantu, serta adanya perhatian dari masyarakat lain ataupun LSM membuat penyintas merasa memiliki pendorong untuk tetap berjuang. DAFTAR PUSTAKA Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2011). http://bnpb.go.id Diunduh pada pukul 20.18 5 November 2012 Departemen Agama. (2000). Al- Qur an dan terjemahnya. Bandung: Diponegoro Grotberg, E. H. (1995). The international resilience project: Research, application, and policy. Paper presented at Symposio International Stress e Violencia. Lisbon, Portugal, September 27-30. Hayes, N. (2000). Doing psychological research. USA: Open University Press Hurlock, E. B. (2004). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Terjemahan (edisi kelima). Jakarta: Erlangga Jarot, P. N (2010). Jumlah Penderita Gangguan Jiwa. news/okezone.com. Diunduh pada pukul 19.38 6 Februari 2012 Latief, A, M. (2010). Stres Jadi Ancaman Baru Korban Merapi. detiknews.com Diunduh pada pukul 13.15 5 November 2012 Poerwandari, E.K. (2005). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi. Fakultas Psikologi UI. Rahayu, I. T. (2004). Observasi dan wawancara. Malang: Bayumedia Publishing Reivich, K &, Shatte, A. (2002). The recilience factor. New York: Broadway Books 6