LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

LANDASAN PENDIDIKAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN DI INDONESIA NI WAYAN RIA LESTARI NIM :

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

Modul 2. Materi dan Pembelajaran Individu sebagai Insan Tuhan Yang Maha Esa, Makhluk Sosial dan Warga Negara Indonesia. M. KHANIF YUSMAN, M,Pd

Pendidikan Anak Usia Dini (Kesenjangan Kurikulum dan Penyelenggaraan) (Kadek Widiastuti/ )

BAB I PENDAHULUAN. persesuaian dengan perkataan khalq yang berarti kejadian, serta erat hubunganya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

KENAKALAN DAN DEGRADASI REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan. pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

DAFTAR ISI... SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi terhadap semua ciptaan-nya baik dari segi yang terkecil hingga ciptaan-

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

PENGANTAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

Jadi keenam unsur kepercayaan (keimanan) tersebut di atas merupakan kerangka isi Dharma (kerangka isi Agama Hindu). Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA HINDU MELALUI EFEKTIVITAS POLA INTERAKSI DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan upaya yang terencana dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan

FILSAFAT PENDIDIKAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN NASIONAL 1 Paul Suparno

BAB I PENDAHULUAN. Sesederhana apapun peradaban suatu masyarakat, di dalamnya terjadi atau

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana tujuan Pendidikan Nasional dalam Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencapai. keseimbangan jasmaniah dan rohani menuju kedewasaan, disinilah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidik. 1

BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan menjadi memiliki keterampilan. Arismantoro yang dikutip oleh

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku mulia. Begitulah kutipan filsuf Yunani, Plato, SM (dalam

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

BAB I PENDAHULUAN. menempuh pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan. demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. BAB II pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sistem hukum yang tidak tebang pilih, pengayoman dan perlindungan keamanan, dan hak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Masyarakat berasal dari kata musyarak (arab), yang artinya bersama-sama, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perbedaan individu ini merupakan faktor bawaan yang didukung oleh

Transkripsi:

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK Dosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H OLEH: I PUTU CANDRA SATRYASTINA 15.1.2.5.2.0800 PRODI DHARMA ACARYA PROGRAM PASCA SARJANA IHDN DENPASAR 2015

PENDIDIKAN BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK Oleh : I PUTU CANDRA SATRYASTINA Hampir setiap orang pernah mengalami proses pendidikan, namun tidak setiap orang paham dengan makna pendidikan. Menurut Rasyidin, 2007:34, mengatakan bahwa Pendidikan yang berasal dari kata paedagogie adalah ilmu atau teori yang sistematis tentang pendidikan yang sebenarnya bagi anak atau untuk anak sampai ia mencapai kedewasaan. Kata pendidikan secara etimologi berasal dari kata dasar didik dalam kamus besar bahasa Indonesia yang berarti memelihara dan member latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai ahlak dan kecerdasan pikiran. Sementara itu Pengertian pendidikan berarti proses pengubahan silap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan : proses, cara, perbuatan mendidik. Sementara menurut Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu masyarakat hendaknya tidak hanya menekankan hasil akhir dari pencapaian peserta didik yang sebaliknya menekan dan memberi beban mental kepada peserta didik sehingga peserta didik tidak mampu mengembangkan potensi potensi yang terdapat pada kemampuannya masing masing dikarenakan memfokuskan diri pada hasil akhir. Sebaiknya orang tua pada khususnya memberikan kebebasan kepada anak mereka untuk mengembangkan potensi yang ada pada dirinya, seiring dengan waktu anak tersebut akan menikmati proses dari pendidikan. Orang tua dan guru disekolah berperan sebagai pendidik yang mengarahkan potensi siswa tersebut dan memberikan kebebasan berproses kepada peserta didik sehingga, saat memberikan suatu evaluasi pendidik mampu mengetahui seberapa jauh kemampuan dari peserta didik tersebut. Berbeda halnya jika pendidik memaksakan peserta didik untuk mendapatkan hasil evaluasi yang baik tanpa mengamati dan mengarahkan proses dari pendidikan tersebut, secara tidak langsung peserta didik tersebut akan fokus kepada nilai akhir ataupun hasil akhir sehingga akan menjadikan beban kepada peserta didik tersebut.

Pendidikan sebagai upaya manusia merupakan aspek dan hasil budaya terbaik yang mampu disediakan setiap generasi manusia untuk kepentingan generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks sosio budaya (Sukardjo, 2010:1). Yang dimana setiap manusia memiliki suatu pedoman dasar dalam berpikir, berbuat, dan berkata. Setiap manusia tentu memiliki tujuan masing-masing, begitu pula dalam setiap proses pendidikan. Dalam ajaran agama Hindu tujuan dalam membina hubungan yang selaras, harmonis dan rukun terhadap sesama manusia dan makhluk hidup lainnya sesuai dengan tujuan tata susila, dikenal dengan ajaran Catur Purusa Artha. Catur Purusa Artha terdiri dari tiga kata yaitu: Catur berarti empat, Purusa berarti jiwa atau manusia dan Artha berarti tujuan hidup. Jadi Catur Purusa Artha berarti emat tujuan hidup manusia. Menurut Adiputra (2004:114) mengatakan bahwa didalam kitab Brahma Purana mengenai Catur Purusa Artha disebutkan : Dharmathakamamoksanam sariram sadhanam Terjemahannya : Tubuh adalah alat (untuk mendapatkan) Dharma, Artha, Kama dan Moksa. Kutipan diatas menjelaskan bahwa manusia harus menyadari apa yang menjadi tujuan hidupnya, apa yang harus dicarinya dengan badan yang dimiliknya. Semua itu tak lain adalah Dharma, Artha, Kama dan Moksa. Manusia di dalam menjalani kehidupan di dunia ini memiliki suatu tujuan hidup, untuk mencapai tujuan hidup yang sesuai dengan ajaran agama Hindu, manusia dalam bertingkah laku harus selalu berdasarkan Dharma, karena Dharma menjadi pondasi dasar didalam pencapaian tujuan hidup itu. Tujuan hidup dalam ajaran agama Hindu disebut dengan ajaran Catur Purusa Artha, yaitu empat tujuan hidup manusia yang terdiri dari Dharma(kebenaran), Artha (kekayaan), Kama(keinginan), dan Moksa(kelepasan). Diharapkan setelah menerapkan ajaran Catur Purusa Artha sebagai landasan pendidikan, tujuan tujuan dari peserta didik yang semakin jelas sehingga dapat mencapai kualitas pendidikan yang lebih baik lagi. Setiap jenjang pendidikan tentu saja mengharapkan memiliki lulusan yang cerdas dan memiliki karakter yang baik. Untuk memililiki peserta didik yang berkarakter tentu saja dalam pendidikan tersebut haruslah berlandaskan konsep Catur Purusa Artha agar nantinya peserta didik dapat memiliki tujuan hidup yang jelas sebagaimana yang diajarkan dalam ajaran Agama Hindu. Upaya yang dapat dilakukan untuk menanamkan nilai Catur Purusa Artha sebagai landasan pendidikan untuk membentuk karakter peserta didik adalah sebagai berikut :

a. Dharma Dharma adalah tujuan hidup umat Hindu yang pertama. Dalam hal ini umat Hindu harus melaksanakan semua kegiatannya dengan landasan ajaran agama yakni kebenaran, kesetiaan, kejujuran dan hukum. G. Pudja MA.(1981-1982 : 71) menyatakan bahwa Dharma berarti agama, misalnya Hindu Dharma berarti Agama Hindu. Selanjutnya diutarakan bahwa Dharma juga berarti menyangga. Dijelaskan pula bahwa Dharma dharayate prajah berarti Dharma menyangga masyarakat dengan pengertian bahwa masyarakat hidup damai karena Dharma. Jika dalam konteks pendidikan semua elemen didalamnya bekerja dan berbuat sesuai dengan Dharma, maka semua unsur pendidikan akan berjalan secara selaras dan harmonis. Timbulnya keresahan dan kesusahan adalah karena Dharma itu tidak diikuti, tidak dilaksanakan, Dharma tersebut dilanggar atau diabaikan. Bahkan dijelaskan bahwa Dharma adalah isi dari ajaran Agama Hindu itu sendiri. Disamping itu kata Dharma juga mempunyai makna yang amat luas dan karena itu mempunyai peranan yang penting pula jika dikaitkan dengan konsep landasan pendidikan (Pudja, 1981-1982 : 72-75), antara lain : a. Dharma adalah nama Agama Hindu. Sebelum kata Hindu dipakai maka yang pertama kali dipergunakan adalah kata Dharma. Jadi Hindu adalah Agama Dharma. b. Dharma adalah kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap umat. Jika dikaitkan dengan unsur pendidikan, sebagai kewajiban Dharma menuntun agar setiap pendidik ataupun peserta didik mulai dari kehidupan yang taat dan desiplin terhadap peraturan. c. Dharma mempunyai peranan penting dalam mengatur tingkah laku manusia. Dalam pendidikan, setiap pola tingkah laku peserta didik mampu terpola dengan cara pembentukan karakter dari Pendidik sehingga dari susila atau etika dari peserta didik mulai terbentuk dengan baik. d. Dharma berperan dalam mengatur hubungan antar anggota masyarakat. Jika dikaitkan dengan peserta didik, bagaimana peserta didik mampu berkomunikasi dengan baik antara sebayanya, dengan guru, dan seluruh warga sekolah. e. Dharma berfungsi melindungi dan menyangga kehidupan masyarakat. Dengan Dharma tingkat kriminalitas dikalangan para siswa bisa dikurangi, karena mereka mau ikut menerapkan ajaran kebenaran. Mengingat makna dan peranan Dharma termaksud diatas, maka setiap elemen yang termasuk dalam komponen pendidikan dalam berpikir, berkata mapun berbuat hendaknya selalu berdasarkan Dharma, artinya harus selalu berbuat baik dan tidak berbuat berlawanan

dengan Dharma, tidak bertentangan dengan ajaran agama. Ajaran agama pada hakekatnya adalah Dharma yang berisi perintah, petunjuk atau larangan. Karena itu perbuatan kita hendaknya selalu sesuai dengan Dharma. Semua perbuatan, pikiran dan perkataan yang tidak sejalan dengan Dharma disebut Adharma. (Drs.K.M Suhardana 2007 : 5). b. Artha Artha adalah tujuan hidup umat Hindu yang kedua. Maksudnya adalah bahwa umat Hindu boleh saja mempunyai tujuan untuk mengumpulkan atau mencari Artha dalam pengertiannya sebagai harta benda, kekayaan, uang dan benda-benda lainnya. Dalam dunia pendidikan Artha sangat erat kaitannya dengan kebutuhan proses belajar mengajar, tanpa Artha proses pendidikan tidak akan berjalan dengan efektif dengan efisien. Dalam hubungan ini Artha dapat dibedakan dalam 2 bagian (Nesawan, 1988 : 66) yaitu : a. Untuk kesejahteraan, Artha dapat dibedakan dalam : Bhoga yakni harta benda yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan primer. Jika dikaitkan dengan kebutuhan sehari-hari yaitu kebutuhan akan makanan dan minuman, namun jika dikaitkan dengan kebutuhan Pendidikan yaitu Buku dan Alat Tulis. Upabhoga yakni harta benda untuk keperluan hidup lainnya seperti pakaian, perhiasan dan lain-lain. Sementara jika dalam dunia pendidikan tentunya selain pakaian seragam sekolah, kebutuhan lain seperti : meja kursi, ruangan kelas, dsb. Paribhoga yakni harta benda untuk memenuhi kebutuhan lainnya seperti LCD dan proyektor, Komputer, Gedung sekolah yang nyaman, lingkungan sekitar yang nyaman dan asri, dan lain-lain. Dari ketiga tersebut semuanya saling berkaitan, karena tanpa salah satu dari ketiga tersebut proses belajar mengajar akan sulit dilaksanakan secara efektif. Sehingga dengan sarana dan prasara yang mumpuni dapat menciptakan suasana pembelajaran yang nyaman dan efesien. b. Untuk dana sosial antara lain mengadakan kegiatan-kegiatan yang menunjang dari kegiatan belajar mengajar, seperti bakti sosial, mengikuti kegiatan lomba lomba antar sekolah dan lain-lain. c. Kama Kama adalah tujuan hidup umat Hindu yang ketiga. Kama adalah hakekat kepuasan rohani dan jasmani. Kama dapat pula berarti nafsu atau keinginan yang dapat membeerikan

kepuasan baik kepuasan jasmani, kepuasan nafsu maupun kepuasan rohani yang semuanya merupakan hakekat yang dibutuhkan oleh manusia (Pudja,1981: 286). Dalam pendidikan tentunya jika dikaitkan dengan ajaran Kama memiliki tujuan pendidikan, Menurut Plato dalam (Sukardjo dan Ukim Komarudin, 2012:14) mengatakan bahwa tujuan pendidikan sesungguhnya adalah penyadaran terhadap self knowing dan self realization kemudian inquiry dan reasoning an logic. Jadi, disini jelas bahwa tujuan pendidikan memberikan penyadaran terhadap apa yang diketahuinya, kemudian pengetahuan tersebut harus direalisasikan sendiri dan selanjutnya mengadakan penelitian serta mengetahui hubungan kausal, yaitu alasan dan alur pikirnya. Sementara itu sistem pendidikan nasional juga memiliki tujuan yang berasal dari berbagai akar budaya bangsa Indonesia terdapat dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, yaitu UU No. 20 Tahun 2003. Dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tersebut, dikatakan : Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, beilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab. Oleh karena itu setiap unit atau organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan dalam menjabarkan kegiatannya mengacu pada pendidikan nasional. Jika dikaitkan kembali dengan ajaran Kama bahwa sesungguhnya keinginan kita harus dikendalikan dan kembali pada landasan awal, agar sesuai dengan tujuan pendidikan. d. Moksa Moksa merupakan tujuan hidup yang ke empat umat Hindu. Dalam Agama Hindu Moksa merupakan tujuan yang tertinggi. Moksa adalah juga hakekat yang paling tinggi dan mulia. Ia merupakan sommum bonum dalam tata filsafat Hindu yang berhasil atau tidaknya akan tergantung pula pada tepatnya pengalaman Dharma (Pudja, 1981 : 286 287). Moksa dinamakan juga Mukti atau Kelepasan. Dalam konteks landasan pendidikan pada materi ini yang dibahas bukanlah bagaimana dalam proses pendidikan setiap item atau elemen dalam unsur pendidikan mencapai moksa atau bersatunya Atman dengan Brahman, namun lebih menekankan pada jalan atau cara cara yang baik ditempuh untuk mencapai moksa yang nantinya dipakai sebagai landasan pendidikan. Dalam Brahmana Purãna (Titib, 2006: 20) disebutkan tiga tingkatan Moksa oleh orang yang melihat kebenaran, yaitu: a. Moksa dari keterikatan ajñana (kebodohan). b. ragasamksaya (hancurnya keterikatan yang sangat mendalam atau amat melekat).

c. Trsnaksaya (menghancurkan kehausan seperti sangat terikat dengan keduniawian atau kemelekatan indrawi). Kemudian untuk bisa mencapai Moksa, Kitab Manawa Dharmasästra menuntun agar setiap orang mengikuti cara-cara dibawah ini (Nesawan, 1988: 71): a. Mempelajari Weda. b. Melakukan tapa. c. Mempelajari pengetahuan yang benar. d. Mengendalikan panca indria. e. Tidak menyakiti atau membunuh makhluk lain. f. Menghormati dan melayani Guru. Disamping ke enam cara diatas, ada juga cara lain yang dapat dilakukan untuk tercapainya tujuan Moksa, yakni dengan melaksanakan salah satu dan Catur Yoga dibawah ini ( Nesawan, 1988. 71-76, Supartha, 1991. 20-25): a. Karma Yoga atau jalan kebajikan (subhakarma). b. Bhakti Yoga atau jalan bhakti yang tulus dan ikhlas. c. Jñana Yoga atau jalan ilmu pengetahuan. d. Raja Yoga atau jalan pengendalian diri. Ke empat jenis yoga diatas mempunyai nilai yang sama, artinya tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Jenis yoga manapun yang akan dipakai boleh saja. Pemilihannya tergantung dan orang yang akan melaksanakannya, karena semuanya harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan masing-masing. Untuk dapat melaksanakan jalan-jalan mencapai moksa yang sesuai dengan landasan pendidikan, maka diperlukan adanya abyasa atau kebiasaan untuk berpikir, berkata dan berbuat baik untuk seluruh elemen pendidikan. Inilah yang dimaksudkan moksa dalam pendidikan sehingga dalam mencapai suatu tujuan sesuai dengan landasan pendidikan maupun ajaran Agama Hindu.

DAFTAR PUSTAKA Nesawan, I Nyoman.1988. Penuntun Pelajaran Pendidikan Agama Hindu. Bandung :Ganeca. Pudja,MA,G.cs.1981.Manawa Dharmasastra atau Weda smrti, Tanpa nama penerbit Sudarsana, I. K. (2014). Pengembangan Model Pelatihan Upakara Berbasis Nilai Pendidikan Agama Hindu Untuk Meningkatkan Perilaku Kewirausahaan: Studi pada Remaja Putus Sekolah di Kelurahan Peguyangan Kota Denpasar. Suhardana, K.M.2007. Catur Purusartha Empat Tujuan Hidup Umat Hindu. Surabaya : Paramita Supartha, dkk., Drs I Nyoman Suda. 1991.Pendidikan Agama Hindu Jilid 1, Bandung : Ganeca Sukardjo, M dan Komarudin, Ukim. 2012. Landasan Pendidikan Konsep dan Aplikasinya. Jakarta : Rajawali Pers Titib, I Made.1996. Veda Sabda Suci.Surabaya:Paramita UU Sisdiknas No.20 tahun 2003