PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK

dokumen-dokumen yang mirip
MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN TWO STAY TWO STRAY SISWA KELAS X-AK SMK BHUMI PAHALA PARAKAN TEMANGGUNG

BAB V PEMBAHASAN. 1. Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Two Stay Two Stray. peserta didik 20 dengan rincian 9 perempuan dan 11 laki-laki.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

Anna Revi Nurutami Universitas PGRI Yogyakarta

Bismar Yogaswara Universitas Negeri Malang

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI MAHASISWA PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY-TWO STRAY (TS-TS)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY

PENINGKATAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL TSTS SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 24 PURWOREJO

Kata kunci: Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT), Motivasi, Hasil Belajar.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS LESSON STUDY YANG MENERAPKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

ABSTRAK. Kata Kunci: Keaktifan Belajar, Model Pembelajaran talking stick.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EFEK DOPPLER MELALUI TS-TS SISWA KELAS XI TKJ.1 SMK NEGERI 1 BIREUEN. Oleh Bima Albert*

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PROBLEM BASED INSTRUCTION DENGAN MEDIA PERMAINAN HUNTING TREASURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

III. METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research). Menurut Suharsimi Arikunto penelitian tindakan

ROSITA SAYEDI Nim Pembimbing 1. Dr. Hamzah Yunus, M.Pd 2. Badriyyah Djula, S.Pd., M.Pd

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

Rizky Ridlo Rahmanda Putri. Kata kunci: model GI, aktivitas siswa, prestasi belajar fisika

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS ( TWO STAY TWO STRAY )

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Agung Listiadi dan Friska Imelda Sitorus Fakultas Ekonomi, Unesa, Kampus Ketintang Surabaya ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS)

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK TWO STAY TWO STRAY

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STRUKTURAL TEKNIK TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

PENGGUNAAN TEKNIK TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PESAWAT SEDERHANA

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA SMP NEGERI 10 PADANGSIDIMPUAN.

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latarbelakang Masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS IX-H SMP NEGERI 1 BALONGBENDO

Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lukluk Ibana 1, Pujiastuti 2, Iis Nur Asyiah 3 PENDAHULUAN

PENINGKATAN MINAT DAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN TIPE CORE PADA SISWA KELAS VII

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TWO STAY TWO STRAY PADA SISWA KELAS V SD WASHLIYANI MARTUBUNG

Dedi Kurniawan ABSTRAK

Oleh. Ni Wayan Purni Lestari,

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS V SDN NO MEDAN DELI

Jurnal Media Pendidikan Matematika J-MPM Vol. 3 No. 2, ISSN

Reni Rasyita Sari Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Teknik Bertukar Pasangan dengan

ARTIKEL SKRIPSI OLEH : ELVA AYU ANDRIANI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup yang lebih baik. Agar dapat memiliki kemampuan dan

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

Inta Rafika Hudi. Program studi Pendidikan Sosiologi Antropologi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

Kata Kunci : Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, PAIKEM A. PENDAHULUAN

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING STAD

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE SCRIPT

BAB III METODE PENELITIAN. adalah siswa kelas XI IPS-1 SMA Negeri 2 Salatiga. Jumlah siswa kelas XI IPS-1

JPTM. Volume 05 Nomor 02 Tahun 2016, 56-61

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XIII, No.2, Tahun 2015 Chellyana Kusuma Wardani & Siswanto 89-96

Kata kunci : Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Assisted Individualization (TAI), motivasi belajar, dan hasil belajar.

Chandayu et al., Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS...

Saintifik pada materi himpunan kelas VII Semester Ganjil MTs GUPPI Sumberejo Tahun Pelajaran ?

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Lorentya Yulianti Kurnianingtyas & Mahendra Adhi Nugroho Halaman 66-77

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR PPKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Jurnal Bionatural, Volume 2 No. 2, September 2015 ISSN:

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. X, No. 1, Tahun 2012 Yolanda Dian Nur Megawati & Annisa Ratna Sari Halaman

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

Kata kunci : Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS), motivasi dan prestasi belajar

LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN vol. 9. No 2 (2014) 11-24

Reny Tri Setia Ningsih. Universitas PGRI Yogyakarta.

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

NASKAH PUBLIKASI. Disusun sebagai persyaratan Guna mencapai Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Diajukan Oleh: WAHYUNINGSIH A

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TENTANG MAKHLUK HIDUP DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING. Rochimah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) atau

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Mail Handling dengan Penerapan Model Pembelajaran Time Token Arends

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang. diharapkan dimasa yang akan datang adalah pendidikan yang mampu

NASKAH PUBLIKASI. Oleh : SRI MUJAYANTI A54A100126

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ANIMASI BERBASIS MACROMEDIA FLASH

Edudikara, Vol 1 (2); 34-41,

Oleh: Umi Hidayah Sahida 1, Noorhidayati 2, Kaspul 3 Program Studi Pendidikan Biologi PMIPA FKIP Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin 1,2,3

Affandi*) Kartini, Susda Heleni**) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UR

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VA SD NEGERI 058 BALAI MAKAM DURI

BAB III METODE PENELITIAN. B. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V di MI Falahiyyah Rowosari yang berjumlah 18 siswa.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIIID SMPN 2 BURAU

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA SISWA KELAS 6 SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIC SMPN 3 PALOPO

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SUB MATERI KETELADANAN ROSULULLAH SAW PERIODE MEKAH. Oon Rehaeni.

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TSTS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMK NU GRESIK Fandi Kurniawan Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya, e-mail : f4ndikurniawan@gmail.com Suci Rohayati Program Studi Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Surabaya, e-mail: senouchi3@gmail.com Abstrak Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil belajar siswa, dan respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada kompetensi dasar menyusun laporan keuangan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang dilaksanakan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Metode yang digunakan adalah observasi, tes, angket, dan dokumentasi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X Akuntansi 2 SMK NU Gresik. Obyek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa nilai ratarata aktivitas guru pada setiap siklusnya mengalami peningkatan. Pada siklus I diperoleh rata-rata 2,67 dengan kriteria baik, dan pada siklus II diperoleh rata-rata 3,79 dengan kriteria sangat baik. Peningkatan juga terjadi pada aktivitas siswa, yaitu pada siklus I diperoleh rata-rata 2,14 dengan kriteria cukup dan pada siklus II diperoleh rata-rata 3,6 dengan kriteria sangat baik. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan di setiap siklusnya. Sebagian besar siswa memberikan respon positif terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Kata kunci : Model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, menyusun laporan keuangan, hasil belajar siswa. PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebab pendidikan mempunyai peluang dan kekuatan untuk dapat berbuat banyak dalam menjalankan dan menjadikan sumber daya manusia sebagai modal (asset) dasar dalam pembangunan nasional serta memiliki pengaruh positif terhadap segala bidang kehidupan,diantaranya adalah meningkatkan kualitas manusia yang dipersiapkan untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Kualitas manusia itu sendiri tergantung kepada kualitas pendidikan yang didapat dari lembaga pendidikan. (Ismawati, 2011:2) Menurut Hadiningrum (2012:1), Pendidikan akan menumbuhkan suatu budaya yang lebih baik dari sebelumnya. Pendidikan memberikan suatu contoh pengetahuan dari yang tidak tahu menjadi tahu. Tanpa suatu pendidikan manusia tidak akan mengalami peradaban yang semakin baik. Terlepas dari hal itu pendidikan tidak akan berjalan tanpa suatu subjek dan objek. Subjek dari pendidikan adalah guru dan siswa sedangkan objek daripada pendidikan adalah pengetahuan. Seorang guru maupun siswa dari pendidikan formal membutuhkan pendekatan baik model maupun 1

metode penyampaiannya. Hal ini dikarenakan materi yang disampaikan oleh guru lebih terstruktur sesuai dengan kurikulum. Guru dituntut untuk bisa lebih kreatif dan professional dalam menyampaikan materi. Sekolah sebagai institusi atau lembaga pendidikan idealnya harus mampu melakukan proses edukasi, sosialisasi, dan transformasi. Dengan kata lain, sekolah yang bermutu adalah sekolah yang mampu berperan sebagai proses edukasi (proses pendidikan yang menekankan pada kegiatan mendidik dan mengajar), proses sosialisasi (proses bermasyarakat terutama bagi anak didik), dan wadah proses transformasi (proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik). Berdasarkan hasil wawancara di SMK NU Gresik dengan ibu Risanti Herfawardani, S.Pd., M.M. selaku wakil kepala kurikulum sekaligus guru akuntansi kelas X pada saat kegiatan observasi, diperoleh informasi bahwa harapan untuk ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi yaitu 75%, namun pada kelas X Akuntansi 2 ketuntasan belajar siswa hanya mencapai 24%. Hal ini karena hasil belajar siswa untuk mata pelajaran akuntansi banyak yang mencapai nilai dibawah 75. Padahal standar ketuntasan belajar siswa harus mencapai skor 75. Ada banyak hal yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar, salah satunya adalah model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi. Djamarah (2009:96) menyatakan waktu guru mengajar bila hanya menggunakan salah satu metode maka akan membosankan, siswa tidak tertarik perhatiannya pada pelajaran. Selama ini guru-guru akuntansi menggunakan model yang kurang mengaktifkan siswa seperti ceramah dan latihan. Walaupun metode tersebut terdapat kelebihannya namun dengan metode itu siswa hanya menunggu apa yang diberikan oleh guru tanpa mau mencari sendiri hal-hal yang mendukung dalam proses pembelajaran, dengan kata lain proses pembelajaran masih berpusat kepada guru (teacher centered), sehingga guru lebih banyak berperan daripada siswa. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran serta siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Isjoni (2010:15) model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok - kelompok kecil yang berjumlah 4 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bersemangat dalam belajar. Menurut Sanjaya (2008:246) model pembelajaran kooperatif adalah proses pembelajaran yang menekankan pada proses kerjasama dalam kelompok serta tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga terdapat unsur kerjasama untuk penguasaan materi tersebut. Memandang beberapa tipe pembelajaran kooperatif, maka peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS). Pembelajaran kooperatif tipe ini merupakan salah satu model pembelajaran yang berpusat kepada siswa dan dapat digunakan sebagai salah satu alternatif variasi model mengajar guru. Model pembelajaran kooperatif dengan tipe TSTS ini dapat mengarahkan semua siswa agar aktif ketika kegiatan pembelajaran berlangsung serta dalam proses pelaksanaannya terstruktur. Pengertian dan gambaran pembelajaran TSTS, Suprijono (2010:93) menyatakan pembelajaran TSTS diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan tugas berupa permasalahanpermasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok 2

meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan. Struktur TSTS memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan kegiatan individu, siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain padahal dalam kenyataan hidup diluar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya. (Lie, 2010:61) Banyak kegiatan belajar mengajar diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup diluar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya. Struktur TSTS memberi kesempatan kepada kelompok lain untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Tujuan dari berbagi informasi disini bukan untuk mencontek hasil jawaban dari kelompok lain. Justru pada tahap ini siswa melakukan konfirmasi bila terjadi perbedaan pendapat mengenai hasil tugas yang telah dibahas di kelompok asal masing-masing. Siswa saling menjelaskan dan mengkritisi untuk memperoleh manfaat dari tahap paling penting dari model pembelajaran kooperatif tipe TSTS ini. Upaya peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS yang dilakukan oleh Niken (2012) menunjukkan hasil penelitiannya bahwa dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X di SMKN 1 Surabaya dengan ketuntasan klasikal sebesar 70% pada post-test I dan meningkat menjadi 87,5% pada post-test II. Hal serupa juga ditemui dalam penelitian berjudul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktural TWO STAY TWO STRAY untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA oleh Ismawati (2011) dengan menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa kelas X di SMAN 1 Boja dengan ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 88% dan siklus II sebesar 98%. Dengan adanya kemampuan guru dalam mengembangkan dan menggunakan model pembelajaran secara tepat seperti penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, maka diharapkan bisa meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga keberhasilan belajar siswa yang diinginkan bisa tercapai. Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas guru, aktivitas siswa, dan hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada kompetensi dasar menyusun laporan keuangan perusahaan dagang kelas X Akuntansi di SMK NU Gresik, serta untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada kompetensi dasar menyusun laporan keuangan perusahaan dagang kelas X Akuntansi di SMK NU Gresik. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR). PTK dilaksanakan dengan pengkajian berulang. Menurut Arikunto (2010:16) terdapat empat langkah penting dalam PTK yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan 3

dan terakhir adalah refleksi. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014 dan dilaksanakan di SMK NU Gresik, Jalan K. H. Abdul Karim no. 60 Gresik. Subyek penelitian ini mengarah kepada peserta didik kelas X program keahlian akuntansi 2. Pengambilan subyek penelitian ini dipilih berdasarkan observasi awal yang telah dilakukan oleh peneliti. Sedangkan obyek dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS Rancangan penelitian tindakan kelas yang digunakan adalah berupa suatu siklus yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi yang dilakukan hingga penelitian tuntas dan dapat menjawab pertanyaan dari permasalahan penelitian. Tahap tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat sebagai berikut : Gambar 1. Tahap penelitian tindakan kelas Refleksi Refleksi Perencanaan SIKLUS I Pengamatan Perencanaan SIKLUS II Pengamatan? Pelaksanaan Pelaksanaan Dalam penelitian ini terdapat empat instrumen penelitian yang digunakan, yaitu (1) lembar observasi, Pengamatan dilakukan oleh seorang pengamat pada saat proses belajar mengajar berlangsung didalam kelas. Lembar observasi yang diisi oleh pengamat berisikan tentang lembar aktivitas guru dan siswa selama proses belajar mengajar, (2) angket respon siswa, Lembar angket respon siswa berisi sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari siswa berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray (TSTS), (3) Tes, Alat yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dan hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah tes. Tes ini berisi kumpulan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur pengetahuan intelegensi dan kemampuan yang dimiliki individu. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-test dan post-test group yaitu tes dilakukan sebelum diberikan perlakuan (pre-test) dan sesudah diberikan perlakuan (post-test). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi (1) tes, Tes adalah salah satu teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data tiaptiap siswa pada tiap siklus pembelajaran yang nantinya akan digunakan sebagai skor penentu individu. Dari tes ini, peneliti akan memperoleh informasi nilai siswa. Data yang diperoleh adalah data tentang hasil belajar siswa yang didapat dari pengerjaan pre-test dan post-test yang diberikan. Data dalam penelitian ini berasal dari nilai siswa kelas X Akuntansi pada pokok bahasan siklus akuntansi dan tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu tes yang dilakukan sebelum pemberian perlakuan (pre-test) dan tes sesudah pemberian perlakuan (post-test), (2) observasi, Metode ini digunakan untuk mengamati kondisi dan potensi sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana uji coba model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Data yang dapat diambil dari kegiatan observasi berupa kegiatan atau aktivitas guru dan belajar siswa, serta melihat semua kegiatan maupun kondisi dan fasilitas yang tersedia, (3) angket, Angket digunakan untuk mengetahui gambaran respon (pendapat) siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup karena peneliti hanya menyediakan jawaban singkat dan siswa hanya disuruh memilih salah satu alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang tersedia. Angket ini diberikan pada akhir siklus setelah kegiatan belajar mengajar berakhir, dan (4) dokumentasi, Dokumentasi digunakan dalam penelitian ini untuk mencatat aktivitas siswa, hasil belajar siswa, dan pengambilan gambar selama proses belajar mengajar. Sedangkan teknik analisis data pada penelitian ini meliputi, (1) analisis aktivitas guru dan siswa, (2) analisis hasil belajar siswa, dan (3) analisis angket respon siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang telah diisi oleh 2 orang pengamat yaitu peneliti dan rekan mahasiswa selama dua kali siklus dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut: 4

Tabel 1. Rekapitulasi Aktivitas Guru dan Siswa Tiap Siklus dalam Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray SIKLUS I SIKLUS II GURU SISWA GURU SISWA P1 2,45 2 3,64 3,6 P2 2,87 2,27 3,93 3,6 RATA2 2,67 2,14 3,79 3,6 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran mendapat skor rata-rata 2,67 pada siklus I. Sedangkan pada siklus II aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran mengalami peningkatan menjadi 3,79. Maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran mengalami peningkatan di tiap siklus. Hal ini dikarenakan guru mengelola pembelajaran kooperatif tipe TSTS sesuai dengan sintaks pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Ibrahim (Trianto, 2010 :48) yang menyatakan bahwa tahap pertama dalam pembelajaran kooperatif guru menyampaikan tujuan dan motivasi kepada siswa, tahap kedua menyajikan informasi kepada siswa, tahap ketiga mengorganisasikan siswa kedalam kelompokkelompok belajar, tahap keempat membimbing kelompok bekerja dan belajar, tahap kelima evaluasi, dan tahap keenam memberikan penghargaan. Aktivitas Siswa dalam proses pembelajaran mendapat skor rata-rata 2,14 pada siklus I. Sedangkan pada siklus II aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran mengalami peningkatan menjadi 3,6. Maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran mengalami peningkatan di tiap siklus. Pembelajaran membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, karena dalam pembelajaran, siswa menemukan sendiri dari pengalaman yang dilakukan. Sesuai pendapat Qomariah (dalam Ida, 2012:3) bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada tiap siklusnya mengalami peningkatan. Pada kegiatan pre-test rata-rata hasil belajar siswa mencapai nilai 70,7 yaitu dengan jumlah siswa tuntas sebanyak 6 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 32 siswa. Persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa kelas X Akuntansi 2 adalah 15,8%. Pada siklus I rata-rata hasil belajar siswa mencapai nilai 77,2 yaitu dengan jumlah siswa tuntas sebanyak 26 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 12 siswa. Presentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa kelas X Akuntansi 2 adalah 68,4%. Sehingga dari hasil pre-test ke post-test siklus I mengalami peningkatan sebesar 52,6%. Pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa mencapai nilai 83,6 yaitu dengan jumlah siswa tuntas sebanyak 31 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 7 siswa. Persentase ketuntasan hasil belajar yang dicapai siswa kelas X Akuntansi 2 adalah 81,6%. Sehingga dari hasil post-test siklus I ke post-test siklus II mengalami peningkatan sebesar 13,2%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Akuntansi 2 secara bertahap. Peningkatan tersebut dapat terjadi karena masingmasing siswa memiliki tanggung jawab yang sama dalam setiap kelompok, sehingga mereka dituntut untuk benar-benar memahami materi tentang menyusun laporan keuangan perusahaan dagang. Oleh sebab itu model pembelajaran ini sangat efektif untuk diterapkan karena dalam proses pembelajaran berlangsung siswa memiliki tanggung jawab untuk memahami materi yang sedang diajarkan dan mereka juga tidak dapat bergantung pada siswa yang lain. Peningkatan hasil belajar di tiap siklus dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sari (dalam Ida, 2012:4) bahwa Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray selain dapat meningkatkan prestasi belajar kognitif siswa juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tabel 2. Rekapitulasi Respon Siswa Terhadap Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray N o SS S TS STS % % % % 1 14 36,9 22 57,9 1 2,6 1 2,6 2 16 42,1 14 36,9 6 15,9 2 5,3 3 10 26,4 23 60,5 4 10,5 1 2,6 4 25 65,9 11 28,9 1 2,6 1 2,6 5 16 42,1 18 47,4 3 7,9 1 2,6 6 32 84,2 6 15,8 0 0 0 0 7 20 52,6 15 39,5 2 5,3 1 2,6 8 22 57,9 12 31,6 3 7,9 1 2,6 9 16 42,1 18 47,3 2 5,3 2 5,3 5

Berdasarkan tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif TSTS sangat menyenangkan dan tidak membosankan yaitu mendapatkan presentase sebesar 57,9% siswa sangat setuju, 36,9% setuju, 2,6% tidak setuju, dan 2,6% sangat tidak setuju. Sebesar 42,1% siswa sangat setuju, 36,9% setuju, 15,9% tidak setuju, dan 5,3% sangat tidak setuju bahwa kegiatan bertukar pikiran dapat membantu siswa dalam memahami materi yang diberikan. Melalui model pembelajaran kooperatif TSTS, siswa dapat memahami dan menyusun laporan keuangan dengan baik mendapatkan presentase sebesar 26,4% siswa sangat setuju, 60,6% setuju, 10,5% tidak setuju, dan 2,6% sangat tidak setuju. Sebesar 65,9% siswa sangat setuju, 28,9% setuju, 2,6% tidak setuju, dan 2,6% sangat tidak setuju bahwa model pembelajaran kooperatif TSTS sangat menarik untuk diterapkan dalam kompetensi dasar menyusun laporan keuangan pada mata pelajaran akuntansi. Belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif TSTS membuat siswa lebih mudah menyelesaikan soal-soal dan tugas-tugas yang diberikan guru mendapatkan presentase sebesar 42,1% siswa sangat setuju, 47,4% setuju, 7,9% tidak setuju, dan 2,6% sangat tidak setuju. Sebesar 84,2% siswa sangat setuju, dan 15,8% setuju bahwa belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif TSTS membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif TSTS membuat siswa lebih bersemangat dalam proses pembelajaran mendapatkan presentase sebesar 52,6% siswa sangat setuju, 39,5% setuju, 5,3% tidak setuju, dan 2,6% sangat tidak setuju. Melalui model pembelajaran kooperatif TSTS, siswa dapat mengerjakan evaluasi pada materi laporan keuangan dengan baik mendapatkan presentase sebesar 57,9% siswa sangat setuju, 31,6% setuju, 7,9% tidak setuju, dan 2,6% sangat tidak setuju. Setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, diketahui bahwa penerapan model pembelajaran ini mendapatkan respon yang positif dari siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Ismawati (2011:3) bahwa Respon siswa yang positif dapat mucul jika guru dapat menarik perhatian siswa dengan menerapkan metode pembelajaran yang bagus, menarik, serta memberdayakan siswa. PENUTUP Simpulan Berdasarkan rumusan masalah yang diambil, simpulan dari penelitian ini adalah 1) Aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada kompetensi dasar menyusun laporan keuangan mengalami peningkatan tiap siklusnya. Hasil pengamatan pada siklus I diperoleh rata-rata 2,67 dengan kriteria baik dan pada siklus II diperoleh rata-rata 3,79 dengan kriteria sangat baik. 2) Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran koopertif tipe TSTS pada kompetensi dasar menyusun laporan keuangan mengalami peningkatan tiap siklusnya. Hasil pengamatan pada siklus I diperoleh rata-rata 2,14 dengan kriteria cukup dan pada siklus II diperoleh rata-rata 3,6 dengan kriteria sangat baik. 3) Hasil belajar siswa pada proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada kompetensi dasar menyusun laporan keuangan mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan belajar secara klasikal pada pre-test sebesar 15,8%, pada siklus I 68,4%, dan pada siklus II 81,6%. 4) Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS menunjukkan hasil yang positif. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan siswa yang menyatakan setuju terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS yakni sebesar 90,6 %. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengemukakan beberapa saran antara lain: (1) Sebaiknya guru lebih menekankan siswa untuk berperan aktif dalam menjelaskan hasil dari tiap-tiap diskusi, baik itu hasil diskusi dalam kelompok asal maupun kelompok baru, (2) Sebaiknya guru mengelola kegiatan belajar mengajar dengan lebih kreatif dan inovatif agar siswa lebih tertarik dalam proses pembelajaran. (3) berdasarkan respon positif yang diberikan oleh siswa, maka sebaiknya model pembelajaran kooperatif diterapkan pada mata pelajaran lain. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Djamarah. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. 6

Hadiningrum, Niken. 2012. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TWO STAY TWO STRAY pada Kompetensi Dasar Mengelola Buku Besar Perusahaan Dagang. (online),(http://ejournal.unesa.ac.id/index.p hp/jurnal_pe/article/ view/6088, diakses 10 April 2014). Ida, Nur. 2012. Efektivitas Kooperatif TWO STAY TWO STRAY terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa. (online), (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jp FI/article/view/1067, diakses 10 April 2014). Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung: ALFABETA. Ismawati, N. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Pendekatan Struktural TWO STAY TWO STRAY untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA. (online)(http://journal.unnes.ac.id/sju /index.php/ujbe/article/view/1147, diakses 10 April 2014). Suprijono, Agus.2010. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Trianto.2010. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivitik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. 7