BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi 1. Pengertian persepsi Persepsi atau tanggapan adalah proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan menunjukkan seseorang melihat, mendengar merasakan, memberi, serta meraba (kerja indra) disekitar kita (Widayatun, 1999). Menurut Wade (2007) persepsi merupakan proses pengaturan dan penerjemahan informasi sensorik oleh otak. Hal serupa juga dikatakan oleh (Walgito 2001, dalam Sunaryo, 2004) bahwa persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsangan yang diterima oleh organisme atau individu sehingga sesuatu berarti dan merupakan aktifitas yang integrated diri individu. Persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya rangsangan melalui panca indra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik yang ada diluar maupun dalam individu (Sunaryo, 2004). 2. Macam-macam persepsi Pertama adalah exsternal perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya stimulus yang datang dari luar diri individu. Kemudian yang kedua selft perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya stimulus yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri (Sunaryo, 2004). 3. Syarat untuk mengadakan persepsi Syarat seseorang dapat mengadakan persepsi menurut (Sunaryo, 2004) yaitu: a. Adanya objek: Objek menimbulkan stimulus yang mempengaruhi reseptor atau alat indra. 7
b. Adanya perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi. c. Adanya alat indra sebagai reseptor dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterima. d. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau pusat kesadaran) yang dibawa melalui saraf sensoris sebagai alat untuk mengadakan respons. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang menurut (Rakhmat, 2004) yaitu: a. Faktor internal 1) Alat indra Alat indra atau reseptor adalah alat untuk memerima stimulus, stimulus akan diteruskan oleh syaraf sensoris ke pusat susunan syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. 2) Perhatian Perhatian diperlukan untuk menyadari atau mengadakan persepsi. Perhatian merupakan langkah pertama sebagai persiapan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek. 3) Pengalaman Pengalaman tidak selalu melalui proses belajar formal. Pengalaman dapat bertambah melalui rangkaian peristiwa yang pernah dialami. b. Faktor eksternal 1) Objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersiapkannya tetapi juga dapat datang dari dalam individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf yang bekerja sebagai reseptor.
2) Informasi Banyak cara untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari berbagai sumber yang terpercaya, baik media maupun elektronik. 3) Budaya/lingkungan Kebudayaan merupakan segala sesuatu yang dipelajari dan dialami bersama secara sosial oleh para anggota suatu masyarakat. 5. Proses terjadinya persepsi Proses terjadinya persepsi erat kaitannya dengan syarat terjadinya persepsi. Seperti yang kemukakan oleh (Sunaryo, 2004) bahwa persepsi melalui tiga proses, yaitu: a. Proses fisik (kealaman) Objek akan menimbulkan stimulus yang mempengaruhi reseptor atau alat indra. b. Proses fisiologis: Stimulus dibawa oleh saraf sensoris menuju otak. c. Proses psikologis: Proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterima. Proses tersebut dapat lebih jelas dipahami dengan bagan yang dapat digambarkan sebagai berikut. Objek Stimulus Reseptor Saraf sensorik Otak Saraf motorik Persepsi Skema proses terjadinya persepsi Gambar 2.1 (Sunaryo : 2004)
6. Pengukuran Persepsi Mengukur persepsi, perasaan dan sikap dapat menggunakan skala Likert dalam kuesioner (Iwise2, 2011). Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fonomena sosial (Sugiyono, 2011). Azwar (2010) mengungkapkan skala sikap model Likert biasanya terirdiri 30 pernyataan sikap yang sebagian bersifat favourable dan sebagian lagi bersifat unfavourable yang sudah terpilih berdasarkan kualitas isi dan analisis statistika terhadap kemampuan pernyataan itu dan mengungkap sikap kelompok. Biasanya subyek memberi respon 5 kategori respon yaitu: sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), ragu-rau/netral (N), setuju (S), sangat setuju (SS). Penilaian sikap dilakukan menggunakan rumus standar skala Likert adalah skor-t yaitu: T = 50 + 10 Dimana : X X S X X s = skor responden pada skala sikap yang akan diubah = Mean skor kelompok = standar deviasi Setelah dihitung dengan menggunakan rumus diatas selanjutnya diklasifikasikan menjadi: - Favourable (mendukung/baik): jika hasil skor T 50. - Unfavourable (tidak mendukung/buruk): jika hasil skor T < 50. B. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) 1. Pengertian KBK Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di perguruan tinggi (Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman
Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi Dan Penialian Hasil Belajar Mahasiswa). Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu (Keputusan Mendiknas No 045/U/2000 Ps. 2). Jadi yang dimaksud dengan kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang disusun berdasarkan elemen-elemen kompetensi yang dapat menghantarkan peserta didik untuk mencapai kompetensi utama, kompetensi pendukung, dan kompetensi lain sebagai method of inquiry yang diharapkan (Tarmidi, 2010). 2. Metode pembelajaran dalam KBK Pendekatan konstruktif merupakan pusat dari filosofi pendidikan William James dan Jhon Dewey. Pendekatan konstruktif (konstruktivitis approach) merupakan pendekatan yang berpusat pada pembelajar (learner-centered) yang menekankan pentingnya para individu membangun pengetahuan dan pemahaman secara aktif melalui bimbingan guru (Santrock, 2009). Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam proses belajar mengajar dengan SCL (student centered learning) diantaranya yaitu : a. Small Group Discussion (SGD) SGD adalah suatu elemen belajar secara aktif dan merupakan bagian dari berbagai model pembelajaran SCL yang lain seperti: cooperative learning (CL), collaborative learning (CbL), PBL dan lain-lain. Mahasiswa membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 5-10 orang di dalam diskusi. b. Role-Play & Simulation Simulasi adalah model yang membawa situasi yang mirip dengan sesungguhnya ke dalam kelas. c. Discovery Learning (DL) DL adalah metode belajar yang difokuskan pada pemanfaatan informasi yang tersedia, baik yang diberikan dosen maupun yang
dicari oleh mahasiswa untuk membangun pengetahuan dengan cara belajar mandiri. d. Self-Directed Learning (SDL) SDL adalah metode belajar yang dilakukan atas inisiatif mahasiswa sendiri. e. Cooperative Learning (CL) CL adalah metode belajar berkelompok yang dirancang oleh dosen untuk memecahkan suatu masalah/kasus atau mengerjakan suatu tugas. Kelompok ini terdiri dari mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik yang beragam. f. Collaborative Learning (CbL) CBL merupakan metode belajar yang menitik beratkan pada kerjasama antar mahasiswa yang didasarkan pada kesepakatan yang dibuat sendiri oleh anggota kelompok. g. Contextual Instruction (CI) CI adalah konsep belajar yang membantu dosen mengaitkan isi mata kuliah dengan situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari dan memotivasi mahasiswa untuk membuat keterhubungan antara pengetahuan dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. h. Project Based Learning (PjBL) PjBL adalah metode belajar yang sistematis, yang melibatkan mahasiswa dalam belajar melalui proses pencarian atau penggalian (inquiry) yang panjang dan terstruktur terhadap pertanyaan yang otentik dan kompleks serta tugas dan produk yang dirancang sangat hati-hati. i. Problem Based Learning and Inquiry (PBL) PBL merupakan pembelajaran dengan memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut.
C. Problem Based Learning (PBL) 1. Pengertian PBL PBL adalah suatu metode pembelajaran yang melibatkan mahasiswa sejak awal untuk dihadapakan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang bersifat student centered (Harsono, 2008). Dirjen Dikti Diknas (2008) mendefinisikan PBL sebagai metode pembelajaran yang memanfaatkan masalah dan mahasiswa harus melakukan pencarian/penggalian informasi (inquiry) untuk dapat memecahkan masalah tersebut. Problem Based Learning (PBL) adalah metode pendidikan yang mendorong mahasiswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata (Maulinar, 2011). Bollela, da Costa, Gabarra, Lima (2009) mengatakan PBL (problem based learning) merupakan tulang punggung dari pelajaran teoritis di beberapa sekolah medis yang mendudukung model pembelajaran SCL (student centered learning). 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar Belajar merupakan proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif manusia dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan, nilai sikap yang bersifat konstan/menetap (Purwanto, 1999). Ada lima faktor yang mempunyai potensi yang berpengaruh terhadap proses belajar yaitu: a. Murid/mahasiswa: tingkat intelgensi, motivasi belajar, perasaan, sikap, minat, keadaan fisik dan psikis. b. Guru atau dosen: sifat dan sikap guru, gaya kepemimpinan dalam proses belajar, serta pengeloloaan proses belajar. c. Sekolah atau perguruan tinggi: sistem sosial, status sosial siswa, interaksi guru dan siswa.
d. Faktor-faktor situasional: keadaan politik, ekonomi, waktu, tempat, musim dan iklim. 3. Proses pembelajaran dalam PBL Pembelajaran berbasis masalah melalui metode studi kasus merupakan sebuah pengalaman belajar berharga bagi peserta didik karena dapat mengetahui relevansi topik untuk berlatih, sehingga memotivasi mereka untuk terus belajar. Kompleksitas dari studi kasus berlangsung dengan konstruksi pengetahuan dan keterampilan berpikir (All, & Brandon 2010). Metode PBL mengutamakan masalah sebagai awal pembelajaran. Masalah tadi merupakan suatu issue yang kelak akan dihadapi mahasiswa di dunia kerja. Proses pembelajaran dalam PBL meliputi: unit satuan pembelajaran dalam bentuk modul/blok, self directed learning (SDL), small group learning (SGL/SGD), integration teaching (the basic medical, science and clinical problem for medical education). Poin penting yang menjadi syarat teknis dalam pelasksanaan PBL menurut (Harsono, 2008) adalah: a. Tutor Pengajar tidak berdiri di tengah-tengah sebagai expert (teacher-centered) yang siap untuk memberi kuliah (transferring information), melainkan sebagai fasilitator yang secara operasional disebut sebagai tutor karena proses diskusi kelompok disebut tutorial. Tutor bertugas sebagai penjaga atau pemelihara proses diskusi kelompok, sekaligus pemandu untuk pencarian bukan sebagai pemberi informasi atau sebagai overenthusiatic educational cheerleader. b. Peserta diskusi (mahasiswa) Mahasiswa tidak lagi sebagai anak didik, melainkan sebagai perserta didik. Mahasiswa bersama-sama tutor sebagai subyek di dalam proses pembelajaran, dan yang menjadi obyek adalah skenario (masalah) yang dibuat dan dikembangkan
sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai trigger bagi mahasiswa untuk mencapai tujuan belajar. Kecakapan yang harus dimiliki mahasiswa antara lain: kerjasama dalam kelompok, kerjasama antar mahasiswa di luar diskusi kelompok, memimpin kelompok, mendengarkan pendapat teman, mencatat hala-hal yang didiskusikan, menghargai pendapat/pandangan teman, bersikap kritis terhadap literatur, belajar secara mandiri, mampu menggunakan sumber balajar secara efektif dan ketrampilan presentasi. c. Fasilitas Diskusi kelompok memerlukan ruangan yang kecil yang cukup nyaman untuk 8-10 orang, lengkap dengan meja, kursi, papan tulis, dan penerangan yang cukup. Situasi kedap suara sangat diperlukan agar apabila dua ruang atau lebih dalam posisi berdampingan maka tiap ruang tidak terganggu oleh suara dari ruang lainnya. Pendingin ruang (air conditioner) adalah ideal apabila dapat dipasang tetapi bukan suatu keharusan. Apabila satu angkatan terdiri dari 150 mahasiswa maka diperlukan ruang untuk diskusi kelompok sebanyak 15 buah. Sementara ruang kelas besar tetap diperlukan karena PBL tetap diperlukan untuk perkuliahan. Perpustakaan harus dilengkapi dengan referensi terbaru, bila memungkinkan yang sesuai dengan materi yang dibahas di dalam diskusi kelompok. Mahasiswa juga diberi waktu yang cukup untuk penulusuran pustaka guna mencari informasi terkait dengan modul. Referensi dapat berupa buku, jurnal, CD-ROM, kaset video, dan akses internet. Sehubungan dengan referensi, maka penyusun modul harus berkomunikasi dengan pengelola perpustakaan agar kesiapan referensi dapat dijamin dan dengan demikian tidak mengecewakan mahasiswa.
D. Kerangka Teori KBK - Small Group Discussion (SGD) - Role-Play & Simulation - Discovery Learning (DL) - Self-Directed Learning (SDL) - Cooperative Learning (CL) - Collaborative Learning (CbL) - Contextual Instruction (CL) - Project Based Learning (PjBL) - Problem Based Learning (PBL) - Problem Based Learning (PBL) - Tutor - Mahasiswa - Fasilitas Faktor internal - Alat indra - Perhatian - Pengalaman Faktor eksternal - Objek persepsi - Informasi - Budaya/ lingkungan PERSEPSI Skema kerangaka teori Gambar 2.2 (Modifikasi: Harsono, 2008. Rakhmat, 2004)
E. Kerangka konsep - Tutor (fasilitator) - Mahasiswa (peserta diskusi - Fasilitas Persepsi mahasiswa Skema kerangka konsep Gambar 2.3 F. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu persepsi mahasiswa tentang pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi dengan pendekatan problem based learning.