BAB I PENDAHULUAN. 95 BT hingga 141 BT (sekitar 5000 km) dan 6 LU hingga 11 LS 2 tentu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penulisan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. maka dapat dibuat beberapa kesimpulan diantaranya:

BAB I PENDAHULUAN. Cipta. hlm Salim HS Hukum Penyelesaian Sengketa Pertambangan di Indonesia. Bandung: Pustaka Reka

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia

UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA [LN 2009/4, TLN 4959]

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 81/PUU-XIII/2015 Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri. 1 Oleh karena itu, pencaharian bertani dan berkebun, 2

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Aksi Penambangan Timah Ilegal di Desa Perawas Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, bijih besi, dan

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan meningkatnya kebutuhan akan sumber daya alam. 1

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 81/PUU-XIII/2015 Ijin Usaha Pertambangan Operasi Produksi

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlihat dengan adanya pembangunan pada sektor ekonomi seperti

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan

BAB I PENDAHULUAN. potensial yang ada seperti sektor pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara Indonesia yang ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pertiga dari wilayah Indonesia merupakan laut dan memiliki potensi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern saat ini. Pada tahun 2014, Indonesia, menurut Survei

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 98/PUU-XIII/2015 Izin Pemanfaatan Hutan

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan Indonesia dengan jumlah yang sangat besar seperti emas, perak, nikel,

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN HASIL PENAMBANGAN KOMODITAS TAMBANG MINERAL DI DALAM NEGERI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA LINGKUNGAN HIDUP KAWASAN PESISIR DAN LAUT DI KABUPATEN ALOR

BENCANA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG

I. PENDAHULUAN. terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) Undang -Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

BAB I PENDAHULUAN. hewan tumbuan dan organisme lain namun juga mencangkup komponen abiotik

BAB V PENUTUP. Berdasarkan seluruh uraian pada bab-bab terdahulu, kiranya dapat. disimpulkan dalam beberapa poin sebagai berikut:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hartini Susanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. dilengkapi dengan kewenangan hukum untuk memberi pelayanan umum. bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan hukum di bidang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable)

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 95/PUU-XII/2014 Penunjukan Kawasan Hutan Oleh Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengendali ekosistem, pengaturan tata air dan berfungsi sebagai paru-paru

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu panas bumi.htm

BAB I PENDAHULUAN. berada diantara 2 (dua) samudera yaitu samudera pasifik dan samudera hindia dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kekayaan sumber daya alam dan mineral, seperti minyak mentah, batu bara,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 3 - MEMUTUSKAN: : KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TENTANG PENETAPAN WILAYAH PERTAMBANGAN PULAU JAWA DAN BALI.

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 15 Januari Dalam Perubahan Undang-Undang Nomor 30

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia, yang

Oleh: ARI YANUAR PRIHATIN, S.T. Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bangka Tengah

BUPATI BANGKA SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh : Sri Rahayu 1 dan Dheny Wahyudhi 2 ABSTRAK

BAB IV ANALISIS A. Perbedaan Antara Masyarakat dan Masyarakat Adat

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PELAYARAN DI INDONESIA. A. Pengaturan Tindak Pidana Pelayaran Di Dalam KUHP

PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU TENTANG STANDAR PENDIDIKAN DASAR.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya tambang (bahan galian). Negara Indonesia termasuk negara yang

DAFTAR ISI v. HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSETUJUAN. ii KATA PENGANTAR. iii ABSTRAK... iv

cenderung meningkat, juga cukup besar dibandingkan komponen pengeluaran APBN yang lain,

Dr. H. Salim HS., S.H., M.S. HUKUM TAMBANGAN

I. PENDAHULUAN. ekonomi tinggi, serta hutan ikutan seperti getah, rotan, madu, buah-buahan. Selain

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 TAHUN 2015 TENTANG SATUAN TUGAS PEMBERANTASAN PENANGKAPAN IKAN SECARA ILEGAL (ILLEGAL FISHING)

BAB III TINDAK PIDANA PENCURIAN IKAN (ILLEGAL FISHING) SEBAGAI TINDAK PIDANA INTERNASIONAL DI PERAIRAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF INDONESIA

BAB I PENGANTAR. ekonomi tinggi. Penggalian terhadap sumber-sumber kekayaan alam berupa

BUPATI BANGKA TENGAH

KINERJA PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SUMBER DAYA ALAM NON MIGAS

Laporan Penelitian Implementasi Undang-Undang No. 18 Tahun 2013 dalam Penanggulangan Pembalakan Liar

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

BAB I PENDAHULUAN. fokus utama dari sebuah negara yang sedang berkembang. Menurut Waluyo (2008;

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENGATURAN PENGIRIMAN BARANG STRATEGIS DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

UNDANG-UNDANG NOMOR 08 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2010/122, TLN 5164]

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Hilang atau berkurangnya ketersediaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam konteks kehidupan bermasyarakat, manusia selalu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGIRIMAN BARANG TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

Tentang Pemurnian dan Pengolahan Mineral di Dalam Negeri

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Izin Khusus. Pertambangan. Mineral Batu Bara. Tata Cara.

1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia yang dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PENJUALAN DAN/ATAU RENCANA PENGIRIMAN HASIL TAMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

===================================================== PERATURAN DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah tengah berkembang secara pesat. Perkembangan

JURNAL BERAJA NITI ISSN : Volume 3 Nomor 7 (2014) Copyright 2014

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengkaruniai Indonesia kekayaan alam yang sangat berlimpah dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia adalah salah satu negara di dunia dengan sumber daya alam yang sangat melimpah dibandingkan dengan negara lainnya di dunia. Sebagai negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan luas daratan seluas 1,904,569 km² 1 serta wilayah yang membentang sepanjang ekuator dari 95 BT hingga 141 BT (sekitar 5000 km) dan 6 LU hingga 11 LS 2 tentu menggambarkan seberapa luas wilayah Negara Indonesia ini. Luas wilayah yang terhitung besar ini tentu berbanding lurus dengan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya maupun di permukaannya baik yang dapat di perbaharui (renewable) maupun yang tidak dapat di perbaharui (unrenewable), salah satunya adalah bahan galian. Bahan galian adalah bahan-bahan yang mencakup bahan galian logam/bijih, energi, dan industri, seperti emas, perak, tembaga, timah, minyak, dan gas bumi, batu bara, dan lain-lain 3. Bahan galian termasuk dalam sumber 1 Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, Geografi Indonesia http://indonesia.go.id/?page_id=479&lang=id, INDONESIA.GO.ID, diakses tanggal 17 Oktober 2016 2 Anonim, Letak Astronomis Wilayah Indonesia, http://www.ilmusiana.com/2015/08/letakastronomis-wilayah-indonesia.html, Ilmusiana, diakses tangaal 17 Oktober 2016 3 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pertambangan.

2 daya alam yang dikuasai oleh Negara, sebagaimana tertulis dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia yaitu Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pasal ini adalah dasar dari Konsep Hak Penguasaan Negara, dimana hak tersebut mencakup wewenang untuk mengatur, mengurus, dan mengawasi pengelolaan atau penguasaan sumber daya alam, yang dalam hal ini yaitu bahan galian 4. Bahan galian sebagai bahan hasil sektor pertambangan merupakan hal yang sangat penting dan berharga karena bahan galian merupakan salah satu komoditas yang dapat memberi keuntungan yang cukup besar bagi siapapun yang bisa mendapatkannya. Hal inilah yang menyebabkan siapapun ingin dapat mendapatkan atau bahkan menguasai bahan tambang, sehingga sektor pertambangan menjadi sektor yang sangat rawan terhadap pelanggaran. Pelanggaran di bidang pertambangan, yaitu penambangan liar, menjadi masalah yang cukup berat di daerah-daerah yang kaya akan hasil tambang. Penambangan liar berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan hidup dan menyebabkan kerusakan pada ekosistem di wilayah sekitar penambangan liar tersebut, karena operasional penambangan liar sering dilakukan tidak sesuai dengan prosedur yang diatur oleh peraturan perundang-undangan. Selain itu, penambangan liar pun mempersulit pemerintah dalam melakukan pengawasan 4 Pan Mohamad Faiz, Penafsiran Konsep Penguasaan Negara Berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 dan Putusan Mahkamah Konstitusi, http://dosen.narotama.ac.id/wpcontent/uploads/2011/04/penafsiran-konsep-penguasaan-negara.pdf, WebBlog Dosen Universitas Narotama Surbaya, diakses tanggal 17 Oktober 2016

3 terhadap berlangsungnya penambangan. Oleh sebab itu, Negara harus dapat melindungi bahan-bahan tambang sebagai harta kekayaan milik Negara. Hingga saat ini salah satu upaya yang telah dilakukan Indonesia dalam rangka melindungi sumber dayanya adalah dengan membuat peraturan-peraturan terkait pemanfaatan sumber daya alam, dengan ancaman sanksi pidana untuk setiap pelanggaran. Sayangnya hingga saat ini masih banyak terjadi masalah dalam sektor tambang, seperti pertambangan liar di daerah-daerah yang kaya akan hasil tambang. Bekerjanya suatu sistem hukum sangat dipengaruhi tiga hal: substansi hukum (legal substance), struktur hukum (legal structure), dan budaya hukum (legal culture 5 ). Yang dimaksud dengan substansi hukum adalah substansi sebagai aturan-aturan yang berlaku, norma-norma dan perilaku manusia didalam sistem 6, sementara itu struktur hukum adalah struktur dari sistem hukum yang terdiri dari elemen-elemen jumlah dan ukuran pengadilan, juridikasi, cara-cara banding dari satu pengadilan dengan lainnya, bagaimana badan pembuat undang-undang diatur dan sebagainya 7, dan budaya hukum merupakan sikap masyarakat terhadap hukum dan sistem hukum kepercayaan, pandangan-pandangan, pikiran-pikiran, sikap-sikap, dan harapan 8. Substansi hukum terkait tambang sendiri telah diatur dalam Undang-undang Nomor 4 5 H. Syaiful Bakri, 2012, Hukum Migas: Telaah Penggunaan Hukum Pidana dalam Perundangundangan, Total Media, Yogyakarta, hlm. 3. 6 Ibid 7 Ibid 8 Ibid

4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Minerba). Undangundang ini sendiri dibuat dalam rangka melindungi hasil-hasil tambang dan menjamin kelestarian lingkungan hidup sebagai bagian dari kekayaan Indonesia serta untuk menambah penghasilan Negara 9. Didalam Undang-undang ini terdapat pengaturan pidana khusus guna mencegah terjadinya praktik-praktik tambang illegal, tepatnya dalam Bab XXIII. Agar dapat berjalan secara efektif, suatu peraturan hukum juga harus ditegakkan dengan baik oleh aparat yang berwenang dan terintegrasi dalam menjalankan tugasnya 10. Untuk melihat bagaimana penegakan hukum pidana pertambangan, ada baiknya melihat dari wilayah yang memiliki kekayaan hasil tambang yang luar biasa, yaitu Bangka Belitung. Salah satu kasus tambang ilegal yang terjadi di Bangka Belitung dan akan menjadi dasar dalam penulisan Hukum ini adalah kasus Bong Sun Loy alias Asun yang ditangani sejak Januari 2014 dan telah diputus pada Mei 2014. Dalam kasus ini Asun diketahui melanggar Pasal 161 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara karena dalam melakukan kegiatan usaha berupa membeli, menampung dan menjual pasir timah ke Singapura Asun tidak memiliki perizinan yang sah dari pihak yang berwenang 11. 9 Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara 10 H. Syaiful Bakri, Loc.cit. 11 Berita Acara Pemeriksaan dalam kasus Putusan PN Sungai Liat Nomor 218/Pid.B/2014/PN Sgl.

5 Sekalipun berdasarkan Pasal 161 Undang-undang RI Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Asun diancam dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah), namun pada kenyataannya dalam Putusan PN SUNGAI LIAT Nomor 218/Pid.B/2014/PN Sgl Tahun 2014 hanya dipidana penjara selama 7 (tujuh) bulan, dikurangi masa penangkapan dan penahanan serta denda hanya sebesar Rp 10.000.000,00 (10 juta rupiah) 12. Menurut penulis sanksi ini kurang sesuai dengan seberapa besar kerugian yang telah ia timbulkan terhadap negara dan keuntungan yang telah didapatkan pelaku dari praktek tambang illegal tersebut. Lingkup pidana petambangan yang diatur dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara secara luas adalah mencakup pidana yang terjadi dalam kegiatan usaha tambang, namun yang akan dibahas dalam skripsi ini secara spesifik adalah mengenai pidana pertambangan tanpa Izin Usaha Pertambangan (IUP), Izin Pertambangan Rakyat (IPR), maupun IUPK (Izin Usaha Pertambangan Khusus) dan pidana bagi pemilik izin IUP, IPR, maupun IUPK yang menggunakan, mengangkut, ataupun mengolah hasil yang berasal dari IUP, IUPK, ataupun izin sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Pertambangan Mineral dan Batubara. 12 Putusan PN Sungai Liat Nomor 218/Pid.B/2014/PN Sgl.

6 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, permasalahan yang hendak diangkat dalam penulisan ini adalah: 1. Bagaimana penegakan hukum terhadap tindak pidana pertambangan ilegal di Provinsi Bangka Belitung dilaksanakan? 2. Bagaimana penerapan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana pertambangan ilegal di Provinsi Bangka Belitung diberikan? 3. Apakah penegakan hukum dan penerapan sanksi pidana terhadap tindak pidana pertambangan ilegal di provinsi Bangka Belitung sudah dapat membuat masyarakat Provinsi Bangka Belitung pada umumnya enggan melakukan tindak pidana pertambangan ilegal dan pelaku enggan mengulangi perbuatan mereka? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang ingin dicapai penulis melalui pembuatan penulisan ini dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Tujuan Subjektif a. Sebagai salah satu syarat akademis untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada;

7 b. Menambah wawasan dan memperluas pengetahuan serta pemahaman penulis terkait teori-teori hukum yang telah diterima penulis selama menempuh kuliah di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 2. Tujuan Objektif a. Mendapatkan pengalaman berpikir ilmiah secara komprehensif terkait praktik penegakan hukum pidana pertambangan di provinsi Bangka Belitung serta efektifitasnya dalam mengurangi tingkat kejadian tersebut; b. Melatih menuangkan hasil dan kajian pemikiran dalam bentuk karya ilmiah penelitian tentang penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana pertambangan ilegal. D. KEASLIAN PENELITIAN Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Perpustakaan Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, sumber-sumber lainnya serta sepanjang pengetahuan penulis, belum pernah ada tulisan lain yang sama persis membahas tema atau permasalahan seperti yang diangkat dalam penelitian ini. Namun demikian ada beberapa penelitian yang mengangkat tema yang di dalamnya terdapat variabel

yang serupa dengan variabel yang diangkat dalam penelitian ini, tulisan tersebut antara lain: 8 1. Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pertambangan Tanpa Izin pada Kawasan Hutan di Kolaka (Tanggapan atas Putusan Nomor 62/Pid.B/2014/PN. Kolaka). 2015. Achmad Fauzi HM. Skripsi Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar. Rumusan Masalah yang dibahas yaitu: Pertama, bagaimanakah pertimbangan hukum Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap Pelaku Tindak Pidana Pertambangan Tanpa Izin Kawasan Hutan Di Kolaka Dalam Perkara Putusan Nomor 62/Pid.B/2014/PN.Kolaka. Kedua, bagaimanakah penerapan hukum Hakim terhadap Tindak Pidana Pertambangan Tanpa Izin pada kawasan Hutan di Kolaka Dalam Perkara Putusan nomor 62/Pid.B/2014/PN.Kolaka 13. 2. Penegakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Di Bidang Pertambangan. 2007. Dody Prihatman Purba. Skripsi Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara. Rumusan Masalah yang dibahas yaitu: Pertama, bagaimanakah pengaturan tindak pidana pertambangan dalam hukum positif di Indonesia. Kedua, bagaimana pula proses penegakan hukum terhadap tindak pidana pertambangan 13 Achmad Fauzi HM., 2015, Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pertambangan Tanpa Izin pada Kawasan Hutan di Kolaka (Tanggapan atas Putusan Nomor 62/Pid.B/2014/PN. Kolaka), Skripsi Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar, Makassar.

9 timah di Bangka. Dan ketiga, apa hambatan-hambatan dalam proses penegakan hukum tersebut 14. 3. Tindak Pidana Pertambangan dalam Perspektif Hukum Pidana Indonesia (Studi Kasus Di Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan). 2014. Nur Hidayat. Skripsi Bagian Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Rumusan Masalah yang dibahas yaitu: Pertama, bagaimana proses terjadinya tindak pidana pertambangan dan kedua, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya tindak pidana pertambangan di wilayah Jorong Kalimantan Selatan 15. Perbedaan antara penelitian di atas dengan penelitian penulis aantara lain adalah berkaitan dengan subjek dan objek penelitian yang diangkat oleh penulis, seperti pada skripsi pertama yang secara spesifik membahas mengenai tindak pidana pertambangan tanpa izin di Kolaka dan skripsi ketiga yang membahas mengenai tindak pidana pertambangan di Jorong, Kalimantan Selatan. Selain penelitian serta kajian hukum dengan rumusan masalah yang berbeda. Walaupun terdapat beberapa variabel yang sama antara penelitian penulis dengan penelitian di atas, namun tidak ada satupun dari skripsi diatas yang mengangkat bagaimana pengaruh tindakan penegakan hukum dan 14 Dody Prihatman Purba, 2007, Penegakan Hukum Pidana Terhadap Tindak Pidana Di Bidang Pertambangan, Skripsi Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara, Medan. 15 Nur Hidayat, 2014, Tindak Pidana Pertambangan dalam Perspektif Hukum Pidana Indonesia (Studi Kasus Di Kecamatan Jorong Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan), Skripsi Bagian Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta.

pemberian sanksi terhadap pelaku pertambangan ilegal berpengaruh terhadap efek jera baik secara umum maupun khusus. 10 Oleh karena itu, keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan asas-asas keilmuan yang harus dijunjung tinggi yaitu kejujuran, rasional, objektif serta terbuka dan dengan demikian penelitian ini dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah, keilmuan dan terbuka untuk kritisi yang sifatnya konstruktif (membangun). E. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis a. Memberi sumbangan pemikiran berupa khasanah keilmuan dalam bidang hukum, khususnya hukum pidana; b. Menambah referensi hukum yang dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian dalam bidang yang relevan dengan penelitian ini dimasa mendatang dalam lingkup yang lebih detail, mendalam dan jelas. 2. Manfaat Praktis a. Penulis berharap bahwa hasil penelitian ini dapat menjadi acuan sekaligus evaluasi bagi penegak hukum agar dapat lebih maksimal

11 dalam melakukan penegakan hukum tertama terhadap illegal mining sehingga dapat membawa kemajuan bagi pelrindungan hukum dan aset Sumber Daya Alam Indonesia dapat lebih terlindungi lagi. b. Guna menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang penegakan hukum terhadap tindak pidana illegal mining.