EFEKTIFITAS MANAGEMEN NYERI NON FARMAKOLOGI KOMPRES HANGAT DAN MASSAGE

dokumen-dokumen yang mirip
Eva Marvia, Nia Firdianty, IGA Mirah Adhi Staf Pengajar STIKES Mataram ABSTRAK

Abstrak. Kata kunci: nyeri pinggang bawah, kompres hangat, lansia. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. (2010) dikutip dalam Andarmoyo (2013) menyatakan bahwa nyeri merupakan

Wa Ode Yuliastri 1* STIKES Mandala Waluya Kendari, Indonesia *

PENGARUH KOMPRES HANGAT DI SUPRA PUBIK TERHADAP PEMULIHAN KANDUNG KEMIH PASCA PEMBEDAHAN DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD BATANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seorang ibu mengalami perubahan-perubahan yang terjadi baik fisik maupun

PERBEDAAN INTENSITAS NYERI OSTEOARTRITIS PADA LANSIA SEBELUM DAN SESUDAH DILAKUKAN KOMPRES HANGAT DI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

EFEKTIFITAS STIMULASI KULIT DENGAN TEKNIK KOMPRES HANGAT DAN DINGIN TERHADAP PENURUNAN PERSEPSI NYERI KALA I FASE AKTIF PERSALINAN FISIOLOGIS

KOMPRES HANGAT ATASI NYERI PADA PETANI PENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH DI KELURAHAN CANDI KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan

RIFDA ANGELINA WULAN NIM I

BAB I PENDAHULUAN. menyangga tubuh. Bisa dibayangkan apabila tidak jeli untuk menjaga kesehatan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

KOMPRES HANGAT MENURUNKAN NYERI PERSENDIAN OSTEOARTRITIS PADA LANJUT USIA

PENGARUH POSISI TIDUR MIRING TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI POSYANDU LANSIA PERMADI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

PERBEDAAN TINGKATAN NYERI DISMENORE DENGAN PERLAKUAN KOMPRES HANGAT PADA MAHASISWI DI STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN. Fifi Hartaningsih, Lilin Turlina

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI PERSENDIAN OSTEOARTRITIS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder menuju kematangan seksual

PERBEDAAN NORMALITAS TEKANAN DARAH PADA WANITA MIDDLE AGE YANG MENGIKUTI SENAM DAN TIDAK SENAM DI KELURAHAN BANDUNGREJOSARI MALANG ABSTRAK

PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP NYERI ARTRITIS GOUT PADA LANJUT USIA DI KAMPUNG TEGALGENDU KECAMATAN KOTAGEDE YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

BAB I. tahun dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2000, jumlah

BAB I PANDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan yang dinamis dalam

PENGARUH PEMBERIAN BACK EXERCISE DAN SLOW- STROKE BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI HAID PRIMER

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Hipertensi, musik klasik, relaksasi autogenik

Pengaruh Kompres Hangat Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Arthritis Di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Manado

BAB I PENDAHULUAN. (Kushariyadi, 2011). Indonesia menempati urutan ke-4 besar negara dengan

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

CHARISA CHAQ ( S) RIZKA YUNI FARCHATI ( S)

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sesungguhnya maupun potensi kerusakan jaringan. Setiap orang pasti

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN. masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. proses alami yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa (Nugroho,

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN dan 2000, kelompok umur tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP DEPRESI PADA LANSIA TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai derajad Magister Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

PERBEDAAN KOMPRES HANGAT DAN KOMPRES DINGIN TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA IBU BERSALIN KALA I FASE AKTIF

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI LAPARATOMI SAAT PERAWATAN LUKA DI RSUD MAJALENGKA TAHUN 2014

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST

BAB I PENDAHULUAN. panjang dibandingkan dengan negara berkembang. Perbandingan tersebut

PENGARUH KOMPRES HANGAT TERHADAP PENGURANGAN NYERI PADA IBU BERSALIN KALA I DI BPS PIPIN HERIYANTI GEDONGKIWO BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2010

SKRIPSI PENGARUH SLOW-STROKE BACK MASSAGE

PENGARUH DEEP BACK MASSAGE TERHADAP PENURUNAN NYERI PERSALINAN. Liva Maita STIKes Hangtuah Pekanbaru, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB V PEMBAHASAN. menunjukkan penurunan bila dibandingkan dengan rata-rata tingkat

Pengaruh Kompres Dingin Terhadap Pengurangan Nyeri Luka Perineum Pada Ibu Nifas di BPS Siti Alfirdaus Kingking Kabupaten Tuban

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

PENGARUH KOMPRES AIR GARAM HANGAT TERHADAP NYERI SENDI PADA LANSIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL LANSIA WENING WARDOYO UNGARAN

Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap * Kata Kunci : Terapi Steam Sauna, Penurunan Kadar Gula Darah, DM tipe 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan adalah rangkaian proses fisiologis yang berakhir dengan

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI

SKRIPSI PENGARUH TERAPI AKUPRESUR SANYINJIAO POINT TERHADAP INTENSITAS NYERI DISMENORE PRIMER PADA MAHASISWI SEMESTER VIII

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai waktu dan umur (Irianto, 2014). Penyakit degeneratif. dan tulang salah satunya adalah asam urat (Tapan, 2005).

Kata Kunci : Intensitas nyeri, Transcutan Electric Neurogenic Stimulator (TENS), Terapi es

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 2007). Sebagaimana dalam hirarki kebutuhan Maslow, kenyamanan merupakan

DI BANJAR ABASAN SINGAPADU TENGAH

PERBEDAAN INTENSITAS NYERI PADA IBU BERSALIN PRIMIGRAVIDA SEBELUM DAN SESUDAH DIBERIKAN MASASE PUNGGUNG DENGAN TEKNIK EFFLUERAGE

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur

ARTIKEL EFEKTIFITAS HIDROTERAPI RENDAM HANGAT DALAM PENURUNAN SKALA NYERI EKSTREMITAS PADA PENDERITA ARTRITIS GOUT DI DESA SIDOMULYO

BAB III METODE PENELITIAN. untuk membandingkan adakah perbedaan Visual Analog Scale (VAS)

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data

PENGARUH PEMBERIAN MASSAGE PUNGGUNG TERHADAP TINGKAT NYERI HAID (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI KELAS VIII DI SMPN 3 DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA

PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN.

Syiddatul B Stikes Insan Se Agung Bangkalan ABSTRAK. Kata Kunci : Skala Nyeri, Kompres Hangat Jahe, Nyeri Kepala Hipertensi.

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI RELAKSASI NAPAS DALAM TERHADAP TINGKAT DISMENORE PADA KARYAWATI BIMBINGAN BELAJAR QUANTUM KIDS PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan sebutan penyakit

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN PADA TERAPI LATIHAN PASIF MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LUKA BAKAR DERAJAT II DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. menstruasinya semakin mendekat. Keadaan ini tidak selalu terjadi pada setiap

Clinical Science Session Pain

Perbedaan Tindakan Pengurangan Nyeri Haid Antara Kompres Hangat dan Pijat Punggung

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Persalinan merupakan kejadian fisiologi yang normal dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan dengan cepat, tepat dan benar. Diberikan melalui

PENGARUH MASSAGE TEKNIK EFFLEURAGE TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA KALIREJO KABUPATEN PURWOREJO

Lilin Turlina*, Heny Ekawati** ABSTRAK

BAB I. gejala utama nyeri di daerah tulang punggung bagian bawah. 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

Transkripsi:

EFEKTIFITAS MANAGEMEN NYERI NON FARMAKOLOGI KOMPRES HANGAT DAN MASSAGE PUNGGUNG TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI SENDI PADA LANSIA DI PANTI WREDA PANGESTI LAWANG Iwan Muliawan 1), Tanto Hariyanto 2), Ragil Catur Adi W. 3) 1) Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang 2) Dosen Program Studi keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang 3) Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang E-mail: jurnalpsik.unitri@gmail.com ABSTRAK WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi. Dalam menangani nyeri sendi pada lanjut usia, perlu diberikan penanganan yang tepat baik secara farmakologi maupun non farmakologi. Non farmakologi bisa dilakukan dengan massage punggung dan kompres hangat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas managemen nyeri non farmakologi kompres hangat dan massage punggung terhadap penurunan skala nyeri sendi pada lansia di Panti Kabupaten Malang.Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dan desain penelitian yang digunakan adalah exsperimen dengan pendekatan two group pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia di Panti Kabupaten Malang sebanyak 64 orang, teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling sebanyak 30 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi pretest dan posttest. Metode analisa data yang digunakan yaitu T-Test (paired T-Test), dan Independent Samples T- Test.Hasil penelitian menunjukkan ada efektifitas managemen nyeri non farmakologi dan terapi kompres hangat dan terapi massage punggung terhadap penurunan skala nyeri sendi pada lansia di Panti, hal ini dibuktikan dengan nilai Sig α 0,05 dan nilai t hitung t tabel, selain itu ditemukan terapi massage punggung lebih dominan efektif dengan nilai signifikasi (0,000) terhadap penurunan skala nyeri jika dibandingkan dengan terapi kompres hangat yang nilai signifikasinya (0,002). Oleh karena itu manajemen terapi kompres hangat dan massage punggung efektif terhadap penurunan skala nyeri sendi pada lansia di Panti. Kata Kunci : Kompres Hangat, Massage Punggung, Nyeri. 653

THE EFFECTIVENESS OF PAIN MANAGEMENT OF NON PHARMACOLOGY WARM COMPRESSAND BACK MASSAGE THERAPY TO A DECREASE OF THE JOINT PAIN SCALE TO ELDERLY AT NURSING HOME OF WREDA PANGESTI LAWANG ABSTRACT WHO records the patients of joint disorder in Indonesia reaches 81% of the population. In dealing with joint pain of the elderly, they should be given the right treatment, both pharmacological and nonpharmacological. Non-pharmacology could be done through back massage and warm compresses. This study aimed to find the effectiveness of pain management non-pharmacology warm compress and back massage to a decrease in the joint pain to Elderly in Nursing Home of Malang District. Quantitative method was used in this research, and the design used was experimental research with the two-group pretest-posttest approach. The population were all elderly at Nursing House of Malang District East Java that about 64 people and sampling techniques used was purposive sampling as many as 30 people. Data collection method that used was pretest and posttest observation. T-Test (Paired T-Test) and Independent Samples T-Test were used to analyze the data. The result showed there was an effectiveness of pain management of non-pharmacology and warm compress and back massage therapy to the scale decrease of joint pain to elderly at Nursing House in. This was proven by the value of Sig α 0,05 and value of t count t table. Besides,it was found that back massage therapy was more effective with the value of significance was (0.000) to a decrease of pain scale than warm compress therapy which showed the significance in value was (0.002). Hence, pain management non pharmacology warm compress and back massage was effective to decrease joint pain in elderly at Nursing Home of. Keyword: Warm Compress, Back Massage, Pain. PENDAHULUAN WHO mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari populasi, hanya 24% yang pergi ke dokter, sedangkan 71% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang dijual bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai negara yang paling tinggi menderita gangguan sendi jika dibandingkan dengan negara di Asia lainnya seperti Hongkong, Malaysia, 654

Singapura dan Taiwan. Prevalensi penyakit sendi di Indonesia cukup tinggi, sebesar 24,7%. Pada usia 45-54 prevalensinya sebesar 37,2%, usia 55-64 sebesar 45%, usia 65-74 sebesar 51,9% dan usia lebih dari 75 sebesar 54,8% (RISKESDAS, 2013). Nyeri sendi merupakan keluhan yang sering dialami pada lansia.akibat dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau menimbulkan gangguan kenyamanan, keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari-hari.selain itu dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri (Yatim, 2006). Berdasarkan hasil penelitian Rachmawati et al., (2006) menyebutkan bahwa dari 225 lansia diperoleh prevalensi nyeri sebanyak 180 (80%) lansia, sebagian besar (70%) pada wanita dan lama awitan terbanyak diderita dalam < 2 minggu (36,1%). Lokasi nyeri terbanyak ditemukan di sendi lutut (41%), nyeri bersifat hilang timbul (63%) dan nyeri akan bertambah bila subjek berjalan (28%). Dalam menangani nyeri sendi pada lanjut usia, perlu diberikan penanganan yang tepat baik secara farmakologi maupun non farmakologi. Penanganan farmakologi akan diberikan obat anti inflamasi non steroid (NSAID) dalam menghalangi proses produksi mediator peradangan (Arya & Jain, 2013). Pemberian terapi farmakologi terusmenerus menyebabkan ketergantungan dan mengganggu kerja beberapa organ pada tubuh lanjut usia (Brashers, 2007). Adapun managemen nyeri non farmakologi bisa dilakukan dengan massage punggung dan kompres hangat. Pijatan dan tekanan yang kuat selain memberikan block pada tranmisi nyeri, juga dapat mengaktifkan endhorpine atau senyawa penawar alamiah dalam sistem kontrol desenden dan membuat relaksasi otot sehingga nyeri pun berkurang (Maryunani, 2010). Kompres hangat berfungsi melebarkan pembuluh darah, menstimulasi sirkulasi darah, dan mengurangi kekakuan.kompres hangat juga berfungsi menghilangkan sensasi rasa sakit (Kozier & Erb, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 25 Agustus 2016 di Panti Wreda Pangesti Lawang dilaporkan jumlah lansia yang tinggal sebanyak 64 orang yang terdiri dari 25 orang pria dan 39 orang wanita dan diantaranya sekitar 52 orang yang menderita nyeri sendi. Berdasarkan uraian maka peneliti tertarik untuk mengidentifikasi sejauh mana efektifitas managemen nyeri non farmakologi terapi kompres hangat dan terapi massagepunggung terhadap penurunan skala nyeri sendi pada lansia di Panti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi skala nyeri sebelum dan sesudah terapi kompres hangat dan massage punggung dan mengetahui efektifitas managemen nyeri non farmakologi kompres hangat dan 655

massagepunggung terhadap penurunan skala nyeri sendi pada lansia di Panti Kabupaten Malang. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dan desain penelitian yang digunakan adalah exsperimen dengan pendekatan two group pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah semua lansia di Panti Wreda PangestiLawang Kabupaten Malang Jawa Timur sebanyak 64 orang dan teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling sebanyak 30 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi pretest dan posttest. Metode analisa data yang di gunakan yaitu T-Test (paired T-Test) dan Indepndent Sample T-Test. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa sebelum diberi perlakuan terapi kompres hangat, hampir seluruh responden mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 12 orang (80%), sedangkan responden yang mengalami nyeri ringan sebanyak 3 orang (80%), dan kategori nyeri sebelum diberi perlakuan terapi massage punggungdapat diketahui seluruhresponden mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 15 orang (100%). Tabel 1. Kategori Nyeri SebelumTerapi Kompres Hangatdan Massage Punggung Kategori Nyeri Sebelum Terapi f (%) Kategori Nyeri Sebelum terapi Kompres Hangat Tidak nyeri - 0 Nyeri ringan 3 20 Nyeri sedang 12 80 Nyeri Berat - 0 Nyeri sangat berat - 0 Total 15 100 Kategori Nyeri Sebelum terapi Massage Punggung Tidak nyeri - 0 Nyeri ringan - 0 Nyeri sedang 15 100 Nyeri Berat - 0 Nyeri sangat berat - 0 Total 15 100 Tabel 2. Kategori Nyeri Sesudah Terapi Kompres Hangat dan Massage Punggung Kategori Nyeri Sesudah Terapi f (%) Kategori Nyeri Sesudah Terapi Kompres Hangat Tidak nyeri - 0 Nyeri ringan 6 40,0 Nyeri sedang 9 60,0 Nyeri Berat - 0 Nyeri sangat berat - 0 Total 15 100 Kategori Nyeri Sesudah Massage Punggung Tidak nyeri - 0 Nyeri ringan 10 66,67 Nyeri sedang 5 33,33 Nyeri Berat - 0 Nyeri sangat berat - 0 Total 15 100 656

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa sesudah diberi perlakuan terapi kompres hangat, sebagian besar responden mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 9 orang (60,0%) dan sebanyak 6 orang responden mengalami nyeri ringan (60,0%), dan sesudah diberi perlakuan terapi massage punggung, sebagian besar responden mengalami nyeri ringan yaitu sebanyak 10 orang (66,67%). Tabel 3. Uji Paired T-Test Variabel N t hitung Sig. Sebelum kompres hangat Sesudah kompres 15 11,000 0,000 hangat Sebelum massage punggung Sesudah massage punggung 15 9,934 0,000 Berdasarkan Tabel 3, menunjukkan bahwa hasil uji paired t-testefektifitas managemen nyeri non farmakologi terapi kompres hangat dan terapimassage punggung terhadap penurunan skala nyeri sendi pada lansia di Panti Wreda Pangesti Lawang, pada kompres hangat dengan nilai Sig. = 0,000 (α 0,05) dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (11,000 1,753),sedangkan padamassage punggung didapatkan nilai Sig. = 0,000 (α 0,05) dan nilai t hitung lebih besar dari t tabel (9,934 1,753). Berdasarkan hasil uji paired t- testini dapat diambil kesimpulan H 0 ditolak dan H 1 diterima artinya adaefektifitas managemen nyeri non farmakologi terapi kompres hangat dan terapi massage punggung terhadap penurunan skala nyeri sendi pada lansia di Panti. Tabel 4. Uji Perbandingan Independent sample T-Test Variabel N α Standar Error Sebelum massage 15 0,000 0,43278 punggung Sesudah massage 0,000 0,43278 punggung Sebelum kompres 15 0,002 0,24169 hangat Sesudah kompres hangat 0,002 0,24169 Terapi massage punggung lebih efektif daripada terapi kompres hangat terhadap penurunan skala nyeri sendi pada lansia ini dibuktikan lewat uji perbandingan independent samples test antara massage punggung dan kompres hangat pada tabel 4. Skala nyeri dibuktikan dengan nilai Sig. = 0,000 (α 0,05) pada massage punggung, dan nilai Sig. = 0,002 (α 0,05) pada kompres hangat, dari hasil uji perbandingan ini diketahui bahwa nilai signifikasi terapi massage punggung lebih kecil dari nilai signifikasi terapi kompres hangat maka dapat ditarik kesimpulan terapi massage punggung lebih dominan efektif menurunkan skala nyeri pada lansia jika dibandingkan terapi kompres hangat. Berdasarkan tabel 5, diketahui bahwa mean skala nyeri pada kelompok perlakuan kompres hangat, sebelum dilakukan terapi kompres hangat adalah 4,86 dan sesudah terapi kompres hangat mean skala nyeri menjadi 3,4 artinya 657

terjadi penurunan mean skala nyeri dengan nilai angka 1,46, sedangkan untuk mean skala nyeri pada kelompok perlakuan massagepunggung, sebelum perlakuan terapi massage punggung adalah 5,33 dan sesudah perlakuan terapi massage punggung mean skala nyeri menjadi 3,06 artinya terjadi penurunan mean skala nyeri dengan nilai angka 2,27. Tabel 5. Uji Perbandingan Independent Samples T-Test Group Statistics Kelompok N Mean Kompres Sebelum 15 4.8667 Sesudah 15 3.4000 Massage Sebelum 15 5.3333 Sesudah 15 3.0667 Karakteristik Kategori Nyeri Sebelum Terapi Hasil penelitian berdasarkan jenis kelamin, diketahui bahwa setengah responden kelamin perempuan yaitu sebanyak 15 orang (50%) dan setengah responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15 laki-laki (50%). Hidayat (2006) menyatakan nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian mengartikan nyeri merupakan hal yang negatif, seperti membahayakan, merusak dan lain-lain.keadaan ini lebih sering dipengaruhi oleh jenis kelamin. Menurut Burnet al., (1989) yang dikutip dalam Potter dan Perry (2006) bahwa kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih banyak dibandingkan dengan pria. Ini menunjukkan bahwa individu berjenis kelamin perempuan lebih mengartikan negatif terhadap nyeri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perempuan lebih berisiko mengalami nyeri karena pada perempuan lebih beresiko osteoporosis yang dapat mempengaruhi nyeri pada tulang/sendi karena pada wanita menopouse akan terjadi defesiensi hormon. Hasil penelitian dalam data umum berupa umur, diketahui bahwa sebagian besar responden berusia antara 60 74 tahun (lansia) yaitu sebanyak 16 orang (53,33%). Usia adalah variabel penting yang mempengaruhi nyeri terutama pada anak, remaja dan orang dewasa (Potter dan Perry, 2006). Perbedaan perkembangan yang ditemukan antara kelompok umur ini dapat mempengaruhi bagaimana anak remaja dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri.anak-anak lebih kesulitan untuk memahami nyeri sedangkan orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007). Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa usia seseorang berdampak pada penurunan fungsional anggota tubuh, sehingga dapat mempengaruhi tingkat nyeri pada tulang/sendi. Berdasarkan data observasi ditemukan bahwa rasa nyeri dialami yaitu pada saat bangun tidur di pagi hari dan disusul dengan nyeri pada saat hendak melakukan gerakan/aktivitas fisik dan 658

berjalan.sebagian besar responden menyatakan bahwa nyeri yang dialami rasanya seperti ditekan, kram, ditusuktusuk dan diremas-remas.bagian tubuh yang mengalami nyeri yaitu punggung, lutut, siku dan kaku.frekwensi nyeri yang dialami oleh sebagian besar responden adalah terjadi setiap hari. Untuk meminimalisir frekwensi nyeri ini diharapkan tenaga kesehatan sering-sering memberikan KIE kepada lansia terkait dengan pola makan dan aktifitas.mengingat degenerasi multi sistem khususnya pendengaran, pemahaman dan memori ingatan katakata yang disampaikan mesti singkat padat dan mudah dipahami oleh lansia.kie juga diberikan kepada keluarga lansia mengingat keluarga adalah orang terdekat lansia dan berperan sebagai mitra tenaga kesehatan.tujuan KIE yang diberikan kepada keluarga agar keluarga mengingatkan dan mengontrol pola makan dan aktivitas lansia agar frekensi nyeri lansia dapat diminimalisir. Karakteristik Kategori Nyeri Sesudah Terapi Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa sesudah diberi perlakuan terapi kompres hangat, sebagian besar responden mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 9 orang (60,0%) dan sebanyak 6 orang responden mengalami nyeri ringan (60,0%), dan sesudah diberi perlakuan terapi massage punggung, sebagian besar responden mengalami nyeri ringan yaitu sebanyak 10 orang (66,67%). Hal ini dapat didukung dengan pendapat Barbara (2003) yang mengatakan bahwa kompres hangat mempengaruhi tubuh dengan vasodilatasi pembuluh darah, memberi nutrisi dan oksigen pada sel, meningkatkan suplai darah, dan mempercepat penyembuhan. Tairas (2000) mengungkapkan massage bertujuan untuk memperlancar kembali aliran darah, yakni dengan genjotangenjotan atau pijatan-pijatan kembali aliran darah pada titik-titik sentra refleks. Kompres hangat menimbulkan efek vasodilatasi pembuluh darah sehingga meningkatkan aliran darah.peningkatan aliran darah dapat menyingkirkan produk produk inflamasi seperti bardikinin, histamin, dan prostaglandin yang menimbulkan nyeri lokal.selain itu kompres hangat dapat merangsang serat saraf yang menutup gerbang sehingga transmisi impuls nyeri ke medula spinalis dan otak dapat dihambat (Price & Wilson 2006). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan responden di tempat penelitian, ditemukan sebagian besar responden mengatakan belum pernah mendapatkan intervensi berupa kompres hangat atau massage punggung untuk mengatasi nyeri sendi. Responden mengatakan jika dirasakan nyeri sendi maka akan dilaporkan kepada perawat jaga dan diberi obat-obatan. Kurangnya pengetahuan tentang managemen nyeri secara non farmakologis khususnya kompres hangat danmassage punggung, menyebabkan responden mesti menerima 659

intervensi tanpa memikirkan efek samping obat-obat farmakologis ini, Managemen nyeri farmakologis dapat diberikan pada skala nyeri berat dan sebelum penentuan obat yang diberikan perlu dipertimbangkan kondisi organ tubuh serta farmakologi dari obat yang akan diberikankan. Pada usia lanjut banyak hal-hal yang lainnya yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan obat, karena pada golongan lansia berbagai perubahan fisiologik padaorgan dan sistem tubuh akan mempengaruhi tanggapan tubuh terhadap obat. Harapan peneliti agar tenaga kesehatan melakukan pengkajian secara komprehensif apabila terjadi nyeri pada lansia.managemen nyeri secara non farmakologis khususnya kompres hangat dan massage punggung dapat dilakukan apabila ambang nyeri lansia antara nyeri ringan sampai nyeri sedang, dan dalam melakukan intervensi kompres hangat maupun massage punggung tenaga kesehatan mesti benar-benar memperhatikan indikasi dan kontra indikasi dari terapi. Efektifitas Terapi Kompres Hangat dan Massage Punggung Terhadap Penurunan Skala Nyeri Sendi Pada Lansia Nilai angka penurunan mean skala nyeri pada kelompok perlakuan massage punggung lebih besar jika dibandingkan dengan nilai angka penurunan mean skala nyeri pada kelompok perlakuan kompres hangat, ini menunjukan bahwa terapi massage punggung dominan lebih efektif dalam menurunkan skala nyeri sendi pada lansia jika dibandingkan dengan terapi kompres hangat. Massage dapat meningkatkan pembentukan endorphin dan enkefalin dalam sistem control desenden dan membuat relaksasi otot. Opiate endogen ini dapat dirangsang pengeluarannya oleh stimulasi kulit melalui pijatan. Opiate reseptor ini berada pada ujung saraf sensori perifer. Dengan pijatan dan tekanan yang kuat selain memberikan block pada tranmisi nyeri, juga dapat mengaktifkan endhorpine atau senyawa penawar alamiah dalam sistem kontrol desenden dan membuat relaksasi otot sehingga nyeri pun berkurang (Maryunani, 2010). Dalam pelaksanaan terapi massage punggung peneliti melakukan massage punggung pada lokasi lumbosacral dengan menggunakan minyak gosok yang mengandung metil salisilat dan nugmeg oil 10 menit. Metil salisilat ini memiliki efek penghangat dan menyebabkan vasodilatasi sehingga mempercepat proses ekskresi mediator nyeri, selain itu metil salisilat juga dapat mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri. Nutmeg oil atau disebut minyak pala ini mempunyai efek psikotropika yang bekerja disusunan saraf pusat untuk meredakan nyeri (Maryunani, 2010). 660

Berdasarkan keterangan-keterangan ini, terapi massagepunggung lebih efektif dari terapi kompres hangat dalam menurunkan skala nyeri sendi lansia adalah karna massage punggung dengan minyak gosok yang mengandung metil salisilat dan nugmeg oil dapat meredakan nyeri lewat efek hangat, efek pijatan, dan psikotropika,dimana proses nyeri bekerja secara lokal maupun sentral, dengan kata lain massage punggung dengan minyak gosok yang mengandung metil salisilat dan nugmeg oil ini mengaktivasi system analgesia yang terletak pada system saraf ferifer (peripheral nervous system), dan system saraf pusat (central nervous system) (Maryunani, 2010). Terdapat banyak lansia yang mengalami nyeri sendi di Panti wreda Pangesti harapan peneliti tenaga perawat sering-sering mengkaji nyeri sendi lansia dengan pengkajian yang komprehensif dan bila keadaan memungkinkan dan tidak ada kontra indikasi, perawat bisa melakukan terapi massage punggung dengan menggunakan minyak gosok yang mengandung metil salisilat dan nugmeg oil di lokasi lumbosacral ini, dan harapan nye terapi ini bisa menjadi terapi non farmakologi pilihan utama jika lansia mengalami nyeri. KESIMPULAN 1) Skala nyeri pada lansia sebelum terapi kompres hampir seluruh responden mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 12 orang (80%), dan sebelum dilakukannya massage punggung seluruh responden mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 15 orang (100%). 2) Skala nyeri pada lansia sesudah terapi kompres hangat sebagian besar responden mengalami nyeri sedang yaitu sebanyak 9 orang (60%), dan sesudah dilakukannya massage punggung sebagian besar responden mengalami nyeri ringan yaitu sebanyak 10 orang (66,67%). 3) Ada efektifitas managemen nyeri non farmakologi antara terapi kompres hangat dan terapimassage punggung terhadap penurunan skala nyeri sendi pada lansia di Panti, hal ini dibuktikan dengan nilai Sig α 0,05 dan nilai t hitung t tabel, selain itu ditemukan terapi massagepunggung lebih dominan efektif dengan nilai signifikasi (0.000) terhadap penurunan skala nyeri jika dibandingkan dengan terapi kompres hangat yang nilai signifikasinya (0.002). SARAN Hasil penelitian ini selanjutnya bisa digunakan dengan spesifikasi penelitian kepada dosis penggunaan metil salisilat yang diformulasikan dengan nutmeg oil dalam intervensi massage punggung. 661

DAFTAR PUSTAKA Agus, M. W. 2013. Statistika Terapan. Konsep dan Aplikasi dalam Penelitian Bidang Pendidikan, Psikologi dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Arya, R. K & Jain, V. 2013. Osteoarthritis of the Knee Joint. Journal Indian Academy of Clinical Medicine. Vol 14. No 2. Page 154-162. Balitbang Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang Kemenkes RI. Berman, Snyder, Kozier, Erb, 2009. Buku Ajar Keperawatan Klinis Kozier & Erb. Edisi 5. Jakarta: EGC. Brashers, V. L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi : pemeriksaan dan manajemen ; alih bahasa H.Y Kuncara ; editor edisi bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Edisi 2. Jakarta : EGC. Hegner, B. J.2003. Asisten Keperawatan Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : EGC. Hidayat, A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Maryunani, A.2010. Nyeri dalam persalinan teknik dan cara penanganannya. Jakarta: Trans Info Media. Potter & Perry. 2006. Fundamental Keperawatan. Vol: 2. Jakarta : EGC. Price, A. S., &Wilson M. L., 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta: EGC. Rachmawati.2006. Nyerimusculoskeletal danhubungannya dengan kemampuan fungsional fisik pada lanjut usia, Jurnal Universa Medicina,Vol.25, No.4 Santoso, S. 2014. Panduan Lengkap Menguasai Statistik. Jakarta : Alex Media Komputindo. Tamsuri,A.2007. Konsep & Penatalaksanaan nyeri. Jakarta: EGC Tarumetor, T. 2000. Refleksologi penyembuhan penyakit dengan pijat pembuluh darah dan pusat saraf. Jakarta: Rineka Cipta. Yatim, F. 2006. Penyakit Tulang dan persendihan (Arthritis atau Arthragia). Jakarta: Pustaka Popular Obor. 662