KATA PENGANTAR. penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik serta saran yang membangun

dokumen-dokumen yang mirip
MATERIALITAS DAN RISIKO AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

Pengauditan 1 Bab VI

KONSEP MATERIALITAS PENTING DALAM AUDIT

RISIKO AUDIT DAN MATERIALITAS DALAM PELAKSANAAN AUDIT

Konsep Materialitas Dalam Audit Atas Laporan keuangan

AUDIT I Modul ke: Audit risk and materiality. Afly Yessie, SE, Msi, Ak, CA. 11Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi AKUNTANSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT

a. Pemisahan tugas yang terbatas; atau b. Dominasi oleh manajemen senior atau pemilik terhadap semua aspek pokok bisnis.

SA Seksi 324 PELAPORAN ATAS PENGOLAHAN TRANSAKSI OLEH ORGANISASI JASA. Sumber: PSA No. 61 PENDAHULUAN

STANDAR AUDITING. SA Seksi 200 : Standar Umum. SA Seksi 300 : Standar Pekerjaan Lapangan. SA Seksi 400 : Standar Pelaporan Pertama, Kedua, & Ketiga

Risiko bahwa auditor tanpa disadari tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya

BAB II LANDASAN TEORI

PERIKATAN AUDIT TAHUN PERTAMA SALDO AWAL

BAB I PENDAHULUAN. penulisan secara umum yang akan ditulis.

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum auditing adalah suatu proses sistemik untuk memperoleh dan

KOMUNIKASI MASALAH YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGENDALIAN INTERN YANG DITEMUKAN DALAM SUATU AUDIT

BAB I PENDAHULAN. mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan

audit dapat memberikan bukti audit yang cukup untuk mencapai keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material.

PERTIMBANGAN ATAS PENGENDALIAN INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SA Seksi 551 PELAPORAN ATAS INFORMASI YANG MENYERTAI LAPORAN KEUANGAN POKOK DALAM DOKUMEN YANG DISERAHKAN OLEH AUDITOR. Sumber: PSA No.

SA Seksi 508 LAPORAN AUDITOR ATAS LAPORAN KEUANGAN AUDITAN. Sumber: PSA No. 29. Lihat SA Seksi 9508 untuk interprestasi Seksi ini PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS FUNGSI AUDIT INTERN DALAM AUDIT LAPORAN KEUANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PELAPORAN PROSEDUR YANG DISEPAKATI

K A P IKATAN AKUNTAN INDONESIA KOMPARTEMEN AKUNTAN PUBLIK. Standar Auditing. Per 1 Januari 2001

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. standar yang telah ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).

BAB II LANDASAN TEORI

PROSES KONFI RMASI. SA Seksi 330. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN

BAB I PENDAHULUAN. kerangka kerja yang baik sebelum melakukan auditnya di lapangan. Hal

`EFEKTIVITAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PENGUJIAN PENGENDALIAN: KAJIAN KONSEPTUAL AUDIT LAPORAN KEUANGAN Oleh: Amalia Ilmiani

SA Seksi 801 AUDIT KEPATUHAN YANG DITERAPKAN ATAS ENTITAS PEMERINTAHAN DAN PENERIMA LAIN BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH. Sumber: PSA No.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Ch.7 Materialitas & Risiko Audit SUCAHYO HERININGSIH, SE., MSI., AK., CA.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini: a. Keandalan pelaporan keuangan

PEMAHAMAN PENGENDALIAN INTERN

Penetapan Materialitas Penetapan Risiko. tedi last 09/16

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SAMPLING AUDIT UNTUK PENGUJIAN TERINCI ATAS SALDO

BAB II LANDASAN TEORI. Alvin A. Arens, at all (2011:4) menjelaskan bahwa: orang yang kompeten dan independen.

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang

AUDITING 1 (Pemeriksaan Akuntansi 1) Materialitas, dan Risiko. REFERENSI: Arens/Elder/Beasley, Auditing, Prentice Hall Business Publishing (BOOK)

HUBUNGAN MATERIALITAS DAN RISIKO DALAM PENGUMPULAN BAHAN BUKTI AUDIT PADA AUDIT PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN. Eliya Isfaatun *)

BAB I PENDAHULUAN. pendapat yang diberikan, profesionalisme menjadi syarat utama bagi. orang yang bekerja sebagai auditor. Ketidakpercayaan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PREVIEW AUDIT LAPORAN KEUANGAN (GENERAL AUDIT)

PROSEDUR ANALITIK. SA Seksi 329. Sumber: PSA No. 22 PENDAHULUAN

MAKALAH MATA KULIAH AUDITING CONTOH KASUS BUKTI AUDIT

Tugas Individu Kasus 10

UNSUR TINDAKAN PELANGGARAN HUKUM OLEH KLIEN

ATESTASI KEPATUHAN. SAT Seksi 500. S u m b e r : P S A T N o. 0 6 P E N D A H U L U A N D A N K E T E R T E R A P A N

PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS LAPORAN KEUANGAN. Annisa Lucia Kirana

SA Seksi 326 BUKTI AUDIT. Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. keuangan historis suatu entitas yang berisi asersi yang dibuat oleh manajemen entitas

MATERIALITY & RISK CONCEPT

GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT

SA Seksi 552 PELAPORAN ATAS LAPORAN KEUANGAN RINGKASAN DAN DATA KEUANGAN PILIHAN. Sumber: PSA No. 53 PENDAHULUAN

BAGIAN AUDIT DILAKSANAKAN OLEH AUDITOR INDEPENDEN LAIN

BAB II LANDASAN TEORI

EVALUASI PERENCANAAN AUDIT LAPORAN KEUANGAN PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK ACHMAD, RASYID, HISBULLAH & JERRY (KAP ARHJ)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut American Accounting Association (AAA) Siti Kurnia Rahayu

THE BUILDING BLOCKS OF AUDITING

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI KOMPUTER - D3 BISNIS DAN KEWIRAUSAHAAN UNIVERSITAS GUNADARMA

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan jasa profesional akuntan publik sebagai pihak yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. penilai yang bebas terhadap seluruh aktivitas perusahaan.

SA Seksi 435 PELAPORAN AUDITOR ATAS INFORMASI SEGMEN. Sumber: PSA No. 40 PENDAHULUAN

LAPORAN KEUANGAN DISUSUN SESUAI DENGAN SUATU BASAIS AKUNTANSI KOMPREHENSIF SELAIN PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM DI INDONESIA

AUDIT I Developing the overhall audit plan and audit program EKONOMI DAN BISNIS AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia bisnis sudah tidak asing lagi bagi para pelaku

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak luar sangat diperlukan, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. diantara pelaku bisnis semakin meningkat. Para pelaku bisnis melakukan berbagai

BAB V PENUTUP. audit persediaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Yuwono H & Rekan di

AUDIT TERHADAP SIKLUS PENGELUARAN: PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP AKTIVA TETAP

TANGGUNG JAWAB AKUNTAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan keuangan adalah laporan yang diharapkan bisa memberi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sistem informasi dewasa ini menuntut perusahaan-perusahaan

Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan panduan yang berkaitan dengan laporan keuangan entitas nonpublik yang tidak diaudit.

SAMPLING AUDIT. Sumber: PSA No. 26 PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pendapat dari para ahli mengenai pengertian audit.

pengauditan siklus investasi dan pendanaan siklus investasi

BAB 10. Variable Sampling untuk Pengujian Substantif

AUDIT EVIDENCE. MAKALAH Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah. Akuntansi Pemeriksaan I. Dosen Pengajar : Martha Tona,SE.MSA.

Daftar Pertanyaan. Daftar pertanyaan berikut ini terdiri dari tipe isian, isilah pada tempat jawaban

BUKTI AUDIT Sumber: PSA No. 07 PENDAHULUAN. 01 Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:

FANY OCTAFIA OFFERING L

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UIN - JAKARTA Knowledge, Piety, Integrity. Dibuat Oleh : PPJM Diperiksa Oleh: WM Halaman 1 dari 8

KONSISTENSI PENERAPAN PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM DI INDONESIA

SAMPLING AUDIT. SA Seksi 350. Sumber: PSA No. 26

PERTIMBANGAN AUDITOR ATAS KEMAMPUAN ENTITAS DALAM MEMPERTAHANKAN KELANGSUNGAN HIDUPNYA

Tanggapan Atas Exposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan

Akuntansi Publik Drs. Ketut Muliartha RM & Rekan ABSTRAK

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS FORMULIR KONTRAK PERKULIAHAN

Transkripsi:

1 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, pada akhirnya dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Materialitas dan Risiko Audit ini dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Auditing. penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan Makalah ini terdapat kekurangan baik dari segi materi maupun teknik penulisan. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya masukan dan kritik serta saran yang membangun untuk kekurangan yang ada. Penulis tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT memberikan kebaikan dan rakhmat bagi kita semua. Segala kesalahan, keterbatasan dan kekurangan dalam bentuk apapun yang mungkin ada dalam laporan tugas ini, penulis memohon maaf, kiranya dapat dimaklumi dengan bijaksana. Makassar, 26 Desember 2012 Penulis i

2 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 3 BAB II PEMBAHSAN... 4 A. Konsep Materialitas... 4 B. Pentingnya Materialitas Dalam Audit Atas Laporan Keuangan... 4 C. Pertimbangan Awal Tentang Materialitas... 5 D. Hubungan Antara Materialitas Denga Bukti Audit... 8 E. Resiko Audit... 10 BAB III PENUTUP... 14 A. KESIMPULAN... 14 DAFTAR PUSTAKA... 15 ii

3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangannya, jasa profesi auditor semakin dibutuhkan seiring dengan semakin banyaknya pihak-pihak yang menggunakan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Pihak-pihak tersebut menuntut penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan standar yang berlaku dan juga dapat dipercaya. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, digunakanlah jasa auditor sebagai pihak yang secara independen memberikan penilaian terhadap laporan keuangan yang akan dijadikan dasar pengambilan keputusan. Sebagai pihak yang dipercaya untuk memberikan penilaian secara independen terhadap sebuah laporan keuangan perusahaan, auditor dituntut melakukan pekerjaannya seprofesional mungkin dengan menghindari terjadinya kesalahan dalam penilaian. Karena apabila terdapat kesalahan dalam penilaian, maka akan berampak pada pihak-pihak yang menggunakan hasil penilaian auditor sebagai dasar pengambilan keputusan. Untuk meminimalisir tingkat kesalahan, auditor diharuskan melakukan perencanaan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk dapat memahami seluk beluk perusahaan yang akan diperiksa laporan keuangannya, sehingga penilaian yang dihasilkan tepat guna dan terhindar dari kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan pihak-pihak terkait di kemudian hari. 1

2 4 Konsep-konsep dasar dalam auditing digunakan sebagai dasar perencanaan audit. Diantara konsep-konsep yang ada, konsep materialitas dan risiko termasuk konsep fundamental yang harus dipahami auditor dalam merencanakan dan melakukan kegiatan audit. Konsep materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Dengan konsep ini, auditor menentukan standar hal-hal yang tergolong material atau tidak material. Hal ini menjadi sangat penting karena pendapat yang diberikan auditor merupakan pendapat terhadap hal-hal yang bersifat material saja. Maka ruang lingkup pemeriksaan dan penentuan pendapat yang akan diberikan, bergantung pada interprestasi dan pemahaman auditor terhadap nilainilai yang termasuk dalam hal yang material ataupun tidak material. Sedangkan konsep risiko merupakan risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.

3 5 B. Rumusan Masalah 1. Apa definisi dari Materialitas? 2. Mengapa konsep materialitas penting dalam audit atas laporan keuangan? 3. Apa saja pertimbangan awal tentang materialitas? 4. Bagaimana hubungan antara materialitas denga bukti audit? 5. Apakah yang dimaksud dengan resiko audit? 6. Apakah saja unsur-unsur resiko audit dan bagaimana hubungan antara unsur risiko audit tersebut?

6 BAB II PEMBAHASAN A. KONSEP MATERIALITAS Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu, materialitas mempunyai pengaruh yang mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan. Dalam SA Seksi 319 Risiko Audit dan Materialitas Audit dalam Pelaksanaan Audit mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan materialitas dalam perencanaan audit, dan penilaian terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum. Pengertian Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu. B. PENTINGNYA KONSEP MATERIALITAS DALAM AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN Dalam audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat karena auditor yang bersangkutan tidak memeriksa setiap transaksi yang terjadi dalam tahun yang diaudit dan tidak dapat 4

5 7 menentukan apakah semua transaksi yang terjadi telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi secara semestinya ke dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan (assurance) sebagai berikut: Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta pengungkapannya telah dicatat, diringkas, digolongkan, dan dikompilasi. Auditor dapat memberikan keyakinan bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. Auditor dapat memberikan keyakinan, dalam bentuk pendapat (atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan ketidakberesan. Dengan demikian ada dua konsep yang mendasari keyakinan yang diberikan oleh auditor yaitu konsep materialitas yang menunjukkan seberapa besar salah sajinya dan konsep risiko audit yang menunjukkan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material. C. PERTIMBANGAN AWAL TENTANG MATERIALITAS Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan auditnya. Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif yang berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci

6 8 tertentu dalam laporan keuangan dan kualitatif yang berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena penyebab yang menimbulkan salah saji tersebut. Berikut ini adalah contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan oleh auiditor dalam mempertimbangan materialitas. 1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti : a. Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan. b. Total aktiva dalam neraca. c. Total aktiva lancar dalam neraca. d. Total ekuitas pemegang saham dalam neraca. 2. Faktor kualitatif, seperti : a. Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hokum. b. Kemungkinan terjadinya ketidakberesan. c. Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa ratio keuangan pada tingkat minimum tertentu. d. Adanya gangguan dalam trend laba. e. Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan. Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat berikut ini : a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan keuangan sebagai keseluruhan.

7 9 b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan. Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal tentang materialitas pada setiap tingkat dijelaskan berikut ini : Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas. Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit dan kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanaan audit. Meski demikian sampai saat ini, tidak terdapat panduan resmi yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia tentang ukuran kuantitatif materialitas. Materialitas pada Tingkat Saldo Akun Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Meskipun auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan, namun ia harus melakukan audit terhadap akun-akun secara individual dalam mengumpulkan bukti audit yang dipakai sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya atas laporan keuangan auditan. Dalam mempertimbangkan materialitas pada tingkat saldo akun, auditor harus mempertimbangkan hubungan antara materialitas tersebut dengan materialitas laporan keuangan. Alokasi Materialitas Laporan Keuangan ke Akun Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan dikuantifikasikan, penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun dapat

8 10 diperoleh dengan mengalokasikan materialitas laporan keuangan kea kun secara individual. Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun tersebut. Penggunaan Materialitas dalam Mengevaluasi Bukti Audit D. HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS DENGAN BUKTI AUDIT Materialitas merupakan satu di antara berbagai faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kuantitas (kecukupan) bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan antara materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material harus tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan. Semakin besar atau semakin signifikan suatu saldo akun, semakin banyak jumlah bukti yang diperlukan. E. RISIKO AUDIT Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Menurut SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam

9 11 menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya. Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan atas dasar bukti yang diperoleh dari verivikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara individual atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko audit pada tingkat saldo akun sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat yang rendah. F. RISIKO AUDIT PADA TINGKAT LAPORAN KEUANGAN DAN TINGKAT SALDO AKUN Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan tentang ketepatan informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor mempertimbangkan baik materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atau suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian : 1. Risiko Audit Keseluruhan (Overall Audit Risk) Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai keseluruhan. Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan risiko audit keseluruhan yang direncanakan, yang merupakan besarnya risiko yang dapat ditanggung oleh auditor dalam menyatakan bahwa

1012 laporan keuangan disajikan secara wajar, padahal kenyataannya, laporan keuangan tersebut berisi salah saji material. 2. Risiko Audit Individual Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang dicantumkan dalam laporan keuangan. Karena audit mencakup pemeriksaan terhadap akun-akun secara individual, risiko audit keseluruhan harus dialokasikan kepaada akun-akun yang berkaitan. Risiko audit individual perlu ditentukan untuk setiap akun karena akun tertentu seringkali sangat penting karena besar saldonya atau frekuensi transaksi perubahan. G. UNSUR RISIKO AUDIT 1. Risiko Bawaan Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait. 2. Risiko Pengendalian Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas. 3. Risiko Deteksi Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mandeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.

1113 H. PENGGUNAAN INFORMASI RISIKO AUDIT Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh auditor untuk menetapkan jumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk membuktikan kewajaran penyajian saldo akun tertentu. Beberapa auditor lebih menyukai pertimbangan kualitatif dalam menaksir berbagai macam risiko yang membentuk risiko audit. Di samping itu, penggunaan pendekatan kuantitatif memaksa auditor untuk memikirkan dengan mendalam berbagai pertimbangan auditnya. I. HUBUNGAN ANTAR UNSUR RISIKO Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima. J. HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS, RISIKO AUDIT, BUKTI AUDIT Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit digambarkan sebagai berikut :

1214 Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat meterialitas dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini : a. Menambah tingkat meterialiras, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang dikumpulkan. b. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap dipertahankan. c. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara bersama-sama. K. STRATEGI AUDIT AWAL Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit, auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau sekelompok asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam, yaitu pendekatan terutama substantif (primarily substantive approach), dan pendekatan tingkat risiko pengendalian taksiran rendah (lower assessed level of control risk approach). 1. Unsur Strategi Audit Awal Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan empat unsur berikut ini :

1315 Tingkat risiko pengendalian intern yang direncanakan. Luasnya pemahaman atas struktur pengendalian intern yang harus diperoleh. Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko pengendalian. Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah. 2.Pendekatan Terutama Substantif Dalam strategi audit ini, auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti audit dengan menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit meletakkan kepercayaan atau tidak mempercayai pengendalian intern. Pendekatan ini biasanya mengakibatkan penaksiran risiko pengendalian pada tingkat atau mendekati maksimum. 3.Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah Dalam pendekatan ini, auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya melaksanakan sedikit pengujian substantif.

16 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Materialitas merupakan pertimbangan utama dalam penerimaan jenis laporan audit yang tepat untuk diterbitkan. Tanggung jawab auditor adalah menentukan apakah laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian yang material. Alasan penetapan suatu pertimbangan awal tentang tingkat materialitas adalah untuk membantu auditor merencanakan bukti-bukti audit yang memadai yang harus dikumpulkan. Materialitas dibagi menjadi dua golongan yaitu materialitas pada tingkat laporan keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun. Sedangkan Risiko audit juga digolongkan menjadi dua yakni risiko audit keseluruhan dan risiko audit individual. Dalam hal ini risiko audit terdiri dari tiga unsur (1) risiko bawaan, yakni kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait, (2) risiko pengendalian, yakni risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas dan (3) risiko deteksiadalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mandeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi. Adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit dan bukti audit, auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau kelompok asersi. 14

17 DAFTAR PUSTAKA Arens & Loebbecke. (1999). Auditing Pendekatan Terpadu, Buku 1, Edisi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Boynton, Johnson, & Kell. (2002). Moderen Auditing, Edisi 7, Jilid 1, Jakarta: Erlangga I Gusti Agung Rai. (2008). Audit Kinerja pada Sektor Publik: Konsep, Praktik, Studi Kasus. Jakarta: Salemba Empat Robert Tampubolon. (2005). Risk and System-Based International Audit. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Indra Bastian. (2007). Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik. Jakarta: Erlangga 15

18 KELAS : AKUNTANSI A MATERIALITAS DAN RESIKO AUDIT Diajukan guna memenuhi tugas dalam mata kuliah AUDITING Disusun Oleh: HASMIRA 10.12.053 Dosen: Sultan Syah SE.,MM,Akt. SEKOLAH TINGGI EKONOMI (STIE) TRIDHARMA NUSANTARA MAKASSAR 2012