Pengelompokan Aksesi Pisang Menggunakan Karakter Morfologi IPGRI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGELOMPOKAN BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI VEGETATIF PADA PLASMA NUTFAH PISANG ASAL KABUPATEN ACEH BESAR. Marai Rahmawati 1 dan Erita Hayati 1

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

PENENTUAN GENOM FENETIK KULTIVAR PISANG YANG TUMBUH DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pisang (Musa paradisiaca) adalah tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis maupun sub tropis.

IDENTIFIKASI DAN KARAKTERISASI MORFOLOGI TANAMAN PISANG(Musa spp.) DITIGA KECAMATAN DI KABUPATEN ROKAN HULU

EXPLORATION AND CHARACTERIZATION MAS BANANA (Musa spp) IN THE DISTRICT NGANJUK, MOJOKERTO, LUMAJANG AND KEDIRI

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Karakteristik Tanaman Cincau

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45

BAB I PENDAHULUAN. (plasma nutfah) tumbuhan yang sangat besar. Kekayaan tersebut menempatkan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

Identifikasi Karakter Morfologis Pisang (Musa spp.) di Kabupaten Deli Serdang

Katakunci: Musa spp.;rapd; Jarak genetik; Kekerabatan

Keanekaragaman Infraspesifik Petai (Parkia speciosa Hassk.) Di Kabupaten Indragiri hulu dan Kabupaten Kuantan Singingi Berdasarkan Karakter Morfologi

KARAKTERISASI PISANG LOKAL MAS JARUM DAN GOROHO DI KEBUN KOLEKSI SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN SULAWESI UTARA

HUBUNGAN KEKERABATAN AKSESI PISANG KEPOK (Musa paradisiaca Formatypica) DI KABUPATEN MUNA BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI DAN PENANDA RAPD

KARAKTERISASI MORFOLOGI PISANG BATU (Musa balbisiana Colla) DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

TINJAUAN PUSTAKA. Divisi : Spermatophyta ; Sub divisi : Angiospermae ; Kelas : Monocotyledoneae ;

BIOSISTEMATIKA BERBAGAI VARIETAS PISANG (Musa paradisiaca L.) BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI MELALUI METODE FENETIK

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

Siti Noorrohmah, Sobir, Sriani Sujiprihati 1)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dilaksanakan dari bulan Mei 2016 sampai Juni 2016.

Periode Juli-September 2016 ISSN ONLINE :

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di wilayah tropis dan subtropis. Dalam skala internasional, pisang

MORFOLOGI TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) KULTIVAR BELIMBING

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN JAMBU AIR (Syzigium aqueum (Burm.f.). Alston) DI KOTA PEKANBARU DAN KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dan kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia

KERAGAMAN GENETIK PISANG (Musa sp) BERDASARKAN MORFOLOGI DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN SUMATERA UTARA

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia). Tanaman buah ini kemudian menyebar luas ke kawasan Afrika

HUBUNGAN KEKERABATAN AKSESI PISANG KEPOK (Musa paradisiaca Formatypica) DI KABUPATEN MUNA BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI DAN PENANDA RAPD

KARAKTERISASI 20 KULTIVAR PISANG BUAH DOMESTIK (Musa paradisiaca) DARI BANYUWANGI JAWA TIMUR. Anis Nur Khasanah 1, Marsusi 2

PISANG-PISANGAN (MUSACEAE) DI GUNUNG WATUWILA DAN DAERAH SE- KITARNYA

IDENTIFICATION MORPHOLOGY DIVERSITY OF MANGO LEAF (Mangifera indica L.) IN CROSS PLANTS BETWEEN ARUMANIS 143 VARIETIES AND PODANG URANG 2 YEARS

II. TINJAUAN PUSTAKA. spesies. Klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut:

HUBUNGAN KEKERABATAN FILOGENETIKA KULTIVAR PISANG DI INDONESIA BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

MORPHOLOGICAL IDENTIFICATION OF NORTH SUMATRA SALAK (Salacca sumatrana Becc.) AT SOUTH TAPANULI REGION

Materi 06 Pemuliaan Tanaman untuk Masa Depan Pertanian. Benyamin Lakitan

I. PENDAHULUAN. Asia Tenggara, dan telah tersebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Tanaman

SKRIPSI. KARAKTERISASI MORFOLOGI DAUN KULTIVAR DURIAN LOKAL (Durio zibethinus Murr.) DI KECAMATAN KUANTAN MUDIK KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI KARAKTER FENOTIPIK TANAMAN ENAU (Arenga pinnata Merr.) DI KABUPATEN PESISIR SELATAN OLEH AZFANI NELZA

TEKNIK PERSILANGAN BUATAN

INVENTARISASI KULTIVAR TANAMAN PISANG BERDASARKAN KETINGGIAN TEMPAT DAN PEMETAAN PERSEBARAN DI KECAMATAN SEMEN KABUPATEN KEDIRI

hingga dapat mencapai cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut berbentuk silinder berongga yang

Analisis kemiripan morfologi daun beberapa klon teh generasi pertama

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. sebagai satu dari empat jenis buah yang ditetapkan sebagai komoditas prioritas

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

Karakterisasi dan Seleksi 139 Galur Kentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.)

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

FORMULIR DESKRIPSI VARIETAS BARU

Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Genjah dan Unik

II. PLASMA NUTFAH. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 3

HASIL. memindahkan kecambah ke larutan hara tanpa Al.

BAB I PENDAHULUAN. selebihnya tumbuh di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan pulau

ANALISIS HUBUNGAN KEKERABATAN PISANG (Musa spp.) DI KABUPATEN KAMPAR BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI

PENGELOMPOKAN PLASMA NUTFAH RAMBUTAN BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI Grouping of Rambutan Germplasm Based on Morphological Characteristics

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi Tanaman Aren. sampai 65 cm dan tinggi 15 m bahkan mencapai 20 m dengan tajuk daun yang

DESKRIPSI VARIETAS BARU

KEKERABATAN Bulbophyllum dan Vanda DI PEKANBARU BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI. Mahasiswa Program Studi S1 Biologi

Subdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.

Karakterisasi 88 Aksesi Pepaya Koleksi Balai Penelitian Tanaman Buah

Karakterisasi Varietas Unggul Pisang Mas Kirana dan Agung Semeru di Kabupaten Lumajang

PELAKSANAAN PENELITIAN

PENGEMBANGAN PISANG KEPOK UNGGUL SEBAGAI PENOPANG KETAHANAN PANGAN NASIONAL

Karakterisasi dan Evaluasi 10 Aksesi Salak di Sijunjung Sumatera Barat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Pisang

Karakterisasi dan Deskripsi Plasma Nutfah Kacang Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja

PERBAIKAN MUTU BUAH SIRSAK MELALUI PENYERBUKAN

SISTEM BREEDING DAN PERFORMANS HASIL PERSILANGAN SAPI MADURA DI MADURA

BAB I PENDAHULUAN. Mangga merupakan salah satu buah tropis unggulan. Luas panen dan

Elsje T. Tenda dan Jeanette Kumaunang Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma Lain Indonesian Coconut and Other Palmae Research Institute RINGKASAN

KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN PENAMPILAN BUNGA BEBERAPA VARIETAS DAN GENOTIP SEDAP MALAM DI DATARAN MEDIUM

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

Keywords: Analysis of genetic relationship Heritability West Java Ambon banana Variability

Studi Eksplorasi Varietas Pisang (Musa spp.) Lokal Tanggamus Sebagai Cikal Bakal Produk Unggulan Pertanian Lampung

PENANDA MORFOLOGI DAN AGRONOMI ASAL KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

KEANEKARAGAMAN 36 GENOTIPE CABAI (Capsicum SPP.) KOLEKSI BAGIAN GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Keragaman genetik klon Ubi Jalar (Ipomoea batatas [L.] Lam) pada beberapa sentra produksi Di Sumatera Barat

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BEBERAPA GENOTIPE UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz.) SKRIPSI OLEH : RIA ARTA JUNISTIA AET PEMULIAAN TANAMAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

Eksplorasi Plasma Nutfah Aren ( Arenga pinnata Merr) di Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

VARIASI MORFOLOGI PEPAYA (Carica papaya L.) DI KOTA PEKANBARU

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

ANALISIS KARAKTER VEGETATIF DAN SITOLOGI PADA BEBERAPA PLASMA NUTFAH PISANG (MUSA SP.)

KERAGAMAN DAN PENDUGAAN NILAI KEMIRIPAN 18 TANAMAN DURIAN HASIL PERSILANGAN Durio zibethinus DAN Durio kutejensis

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

HUBUNGAN KEKERABATAN FENETIK TUJUH ANGGOTA FAMILIA APOCYNACEAE. Rahmawati, Hasanuddin, Cut Nurmaliah, Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah,

SKRIPSI. Oleh : NAZRIAH PRATIWI / AGROEKOTEKNOLOGI PEMULIAAN TANAMAN

Transkripsi:

J. Hort. Vol. 17 No. 1, 2007 Pengelompokan Aksesi Pisang Menggunakan Karakter Morfologi IPGRI J. Hort. 17(1):26-33, 2007 Sukartini Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Jl. Raya Solok-Aripan Km. 8, Solok 27301 Naskah diterima 6 Februari 2006 dan disetujui untuk diterbitkan tanggal 3 Oktober 2006 ABSTRAK. Penelitian dilaksanakan di Kebun Raya Purwodadi Pasuruan dan Kebun Percobaan Sumani dan Aripan Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Solok, pada bulan Desember 2000 sampai Juni 2001. Tujuan penelitian mengetahui jarak genetik dan hubungan kekerabatan aksesi pisang. Bahan penelitian adalah 26 aksesi pisang. Kegiatan identifikasi dilakukan terhadap 35 karakter yang terdiri dari 28 karakter kualitatif dan 7 karakter kuantitatif berdasar descriptor for banana IPGRI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aksesi pisang kepok Putih dan kepok Kuning mempunyai jarak genetik terkecil 0,0588 dengan kemiripan karakter morfologi paling banyak, yaitu 94,1176%. Sedangkan jarak genetik terbesar terdapat pada klaster aksesi pisang Monyet dengan semua pisang lainnya, yaitu sebesar 0,17 dengan kemiripan sifat morfologi paling sedikit, 83,1169%. Pisang Monyet dapat digunakan sebagai salah satu tetua untuk memperoleh variasi genetik yang lebih besar. Pisang kepok Putih dan kepok Kuning hampir mirip sehingga untuk efisiensi koleksi plasma nutfah tanaman pisang dapat dipilih salah satu. Katakunci: Musa spp.; Aksesi; Pengelompokan; Karakter morfologi; IPGRI ABSTRACT. Sukartini. 2007. IPGRI Morphology Characters for Clustering of Musa spp. Accessions. The research was conducted at Purwodadi Botanical Garden Pasuruan, Sumani and Aripan Field Station of Indonesian Tropical Fruits Research Institute on December 2000-June 2001. The research objective was to know the genetic distance and relationship among the 26 banana accessions. The research material covered 26 banana accessions. Identification activity was done toward 35 characters constitute of 28 qualitative and 7 quantitative characters based on descriptor for banana IPGRI. The results showed that kepok Putih and kepok Kuning banana accession have the lowest genetic distance i.e. 0.0588 with the most maximum similar morphology characters of 94.1176%. Meanwhile, the highest genetic distance i.e. 0.17, was showed by banana Monyet cluster againt other banana accession with the minimum similarity morphological characters 83.1169%. Banana Monyet is better to be used as parental to obtain higher genetic variation. Banana kepok Putih and kepok Kuning could be chosen either one for efficiency on germplasm maintenance. Keywords: Musa spp.; Accession; Clustering; Morphology characters; IPGRI. Indonesia merupakan salah satu pusat gen tanaman pisang. Salah satu langkah awal untuk mengenal lebih jauh besarnya keragaman hayati tersebut adalah melakukan identifikasi keragaman genetik (Simmonds dan Shepherd 1955). Selain itu kegiatan identifikasi tersebut juga penting bagi keperluan perbaikan sifat tanaman pisang dalam upaya menghasilkan varietas atau klon-klon baru yang lebih baik untuk dibudidayakan. Kegiatan eksplorasi, inventarisasi, dan pelestarian plasma nutfah pisang di Indonesia sangat terbatas. Hal ini disebabkan koleksi tanaman pisang saat ini berada di tempat yang terpencarpencar. Keadaan ini menyebabkan pengelolaan tanaman koleksi menjadi tidak optimal, sehingga tampilan tanaman juga tidak optimal dan seringkali mengacaukan data karakteristik varietas atau klon. Identifikasi morfologi suatu populasi plasma nutfah adalah suatu kegiatan memeriksa keragaman aksesi berdasarkan sejumlah karakter penciri morfologi tanaman. Karakter-karakter tersebut dapat digunakan untuk membedakan 1 aksesi dengan aksesi yang lain (IPGRI 1996). Identitas morfologi yang terkumpul dapat digunakan untuk analisis kekerabatan antar- aksesi. Berkaitan dengan hal tersebut, banyak sedikitnya jumlah karakter morfologi yang mempunyai heritabilitas/repeatabilitas tinggi akan menentukan keakuratan pengelompokan aksesi-aksesi (Lamadji 1998). Jarak genetik dan hubungan kekerabatan 1 jenis pisang dengan jenis lainnya merupakan gambaran dari keragaman populasi. Keragaman populasi tanaman pisang sangat diperlukan dalam penyusunan strategi pemuliaan guna mencapai perbaikan varietas pisang secara efisien (Simmonds dan Shepherd 1955). Semakin kecil jarak genetik (mendekati 0) dari 2 aksesi atau lebih yang dibandingkan maka semakin besar kemiripan yang dijumpai pada 2 atau lebih aksesi 26

Sukartini: Pengelompokan aksesi pisang menggunalan karakr morfologi IPGRI tersebut, artinya hubungan kekerabatan antara aksesi-aksesi tersebut semakin dekat. Sebaliknya semakin besar jarak genetik (mendekati 1) dari 2 atau lebih aksesi yang dibandingkan maka semakin jauh kekerabatan di antara aksesi-aksesi tersebut. Aksesi-aksesi yang mempunyai jarak genetik besar antara satu dengan lainnya atau aksesi-aksesi yang mempunyai hubungan kekerabatan jauh adalah aksesi-aksesi yang baik digunakan untuk kegiatan pemuliaan. Sebaliknya aksesi-aksesi yang mempunyai jarak genetik kecil antara satu dengan lainnya atau aksesi-aksesi yang mempunyai hubungan kekerabatan sangat dekat, maka di antara aksesi-aksesi tersebut dapat dipilih 1 saja untuk koleksi plasma nutfah bila sarana dan prasarana sangat terbatas. Proses reproduksi seksual menciptakan kombinasi gen baru, genotip baru, dan akibatnya muncul fenotip dan keragaman baru dalam populasi. Keragaman fenotip dapat diketahui dengan mengidentifikasi perbedaan dan persamaan fenotip tanaman pisang. Besarnya kemiripan fenotip memberikan gambaran mengenai hubungan kekerabatan antaraksesi-aksesi pisang tersebut. Nilai jarak genetik memberikan informasi mengenai tingkat kesamaan karakter-karakter yang dimiliki aksesi-aksesi pisang dalam suatu filogenetik, sehingga hubungan kekerabatan antaraksesi-aksesi tersebut dapat diketahui pula (Sokal 1975). Informasi mengenai hubungan kekerabatan antaraksesi pisang dapat diperoleh melalui metode multivariate (Sokal dan Rohlf 1962). Prinsip metode multivariate adalah mengelompokkan aksesi-aksesi pisang berdasarkan kesamaan karakter, kemudian membandingkannya dengan kelompok-kelompok yang lain (Sneath 1976). Penelitian bertujuan mengetahui nilai jarak genetik dan hubungan kekerabatan 26 tanaman pisang berdasarkan kesamaan karakter morfologi yang diamati. masing-masing aksesi pisang yang mewakili keadaan vegetatif dan generatif tanaman pisang. Peubah yang diamati merupakan hasil identifikasi terhadap 28 karakter kualitatif dan 7 karakter kuantitatif menggunakan descriptor for banana sesuai yang ditulis di dalam IPGRI (1996) (Lampiran 1). Karakter kualitatif meliputi (1) ketegakan daun, (2) kekerdilan, (3) warna batang semu, (4) bercak pada pangkal petiole, (5) bentuk kanal petiole, (6) warna permukaan atas daun, (7) warna permukaan bawah daun, (8) lapisan lilin pada daun, (9) bentuk pangkal daun, (10) warna punggung tulang daun, (11) warna daun yang masih menggulung, (12) bulu tangkai tandan, (13) posisi buah dalam sisir, (14) kelopak jantung dan bunga jantan, (15) bentuk rachis, (16) tipe jantung, (17) bentuk jantung, (18) bentuk ujung bawah kelopak jantung, (19) warna permukaan luar kelopak jantung, (20) warna permukaan dalam kelopak jantung, (21) bekas kedudukan kelopak jantung, (22) bentuk kelopak jantung, (23) bentuk kelopak jantung sebelum jatuh, (24) lilin kelopak jantung, (25) bunga jantan, ruang bakal biji, (26) bentuk buah, (27) sudut buah, dan (28) ujung buah. Sedangkan karakter kuantitatif meliputi (1) tinggi batang, (2) tinggi anakan, (3) panjang daun, (4) lebar daun, (5) rasio panjang/lebar daun, (6) panjang tangkai tandan, dan (7) jumlah buah per sisir. Data hasil karakterisasi di lapang kemudian dianalisis dengan program biodiversity provesional version 2.0 dengan hasil akhir berupa dendogram yang terdiri dari klaster-klaster yang pengelompokannya didasarkan atas persentase kesamaan (Sokal 1961 1963, Simmonds dan Weatherup 1990a, b). Nilai jarak genetik dapat diketahui berdasarkan nilai jarak taksonomi dibagi 100. Sandi genom masing-masing aksesi pisang yang tercantum di belakang nama masing-masing aksesi pisang adalah sandi genom yang telah direkomendasikan oleh Valmayor et al. (1999). BAHAN DAN METODE Bahan penelitian adalah 26 aksesi pisang. Lokasi penelitian di Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan dan Kebun Percobaan Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Solok. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2000 sampai bulan Juni 2001. Identifikasi dilakukan pada suatu rumpun tanaman pisang (terdiri dari ±10 tanaman) pada HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelompokan berdasar persentase kesamaan karakter kualitatif dan kuantitatif yang diamati menghasilkan gambaran kedudukan masing-masing aksesi dalam dendogram, nilai jarak genetik sekaligus menunjukkan keeratan hubungan kekerabatan atau kemiripan karakter antaraksesi pisang (Gambar 1). Pisang kepok Pu- 27

J. Hort. Vol. 17 No. 1, 2007 tih dan kepok Kuning yang keduanya bergenom ABB mempunyai kemiripan karakter morfologi paling banyak dengan nilai persentase kesamaan tertinggi, yaitu 94,1176%. Sedangkan antara pisang Monyet (AA) dengan semua aksesi pisang mempunyai persamaan karakter morfologi paling sedikit, yaitu 83,1169%, sehingga untuk kegiatan pemuliaan, pisang Monyet baik digunakan sebagai salah satu tetua pada penggabungan sifat atau persilangan dengan aksesi-aksesi pisang lainnya untuk menghasilkan variasi genetik yang lebih besar. Semakin jauh jarak genetik atau semakin berbeda karakter morfologi dari 2 aksesi yang akan disilangkan maka peluang terjadinya variasi keragaman genetik semakin besar. Sedangkan untuk kegiatan koleksi plasma nutfah pisang dapat dipilih salah satu saja di antara pisang kepok Putih dan kepok Kuning. Pemilihan ini dimaksudkan karena sifat pisang kepok Putih dan kepok Kuning hampir mirip, sehingga akan lebih efisien pada pengelolaan kebun koleksi yang mempunyai sarana dan prasarana terbatas, sedangkan bila sarana dan prasarana memenuhi kedua klon pisang tersebut dapat dipelihara bersama-sama. Pada dendogram terlihat bahwa pisangpisang dengan genom yang sama tidak selalu terlihat mengumpul dalam 1 kelompok yang sama, keadaan ini berlaku pada semua macam genom AA (Monyet, Sasi, Mas, Lampung, dan Cici Kuning), BB (Klutuk dan Klutuk Wulung), AAB (Byar, Candi, Nangka, Ampyang, Raja Sere, Raja Pulut, Seribu, Raja Lumut, dan Sililit), ABB (Awak, kepok Gabu, kepok Putih, kepok Kuning, dan Ebung), dan kelompok genom AAA (ambon Kuning, ambon Hong, Barangan, ambon Hijau, dan Badak). Hal ini semakin menguatkan teori bahwa pada pisang-pisang tersebut terjadi proses penyerbukan bebas. Terjadinya penyerbukan bebas antaraksesi-aksesi pisang akan memperbesar peluang variasi genetik yang terjadi pada pisang-pisang tersebut. Variasi tersebut dapat berupa beragamnya komposisi genom pada suatu aksesi yang disebabkan oleh perbedaan asal genom tersebut. Sehingga apabila terdapat 2 atau lebih aksesi pisang yang mempunyai genom sama belum tentu mempunyai asal genom yang sama pula. Hal ini sesuai dengan uraian dari Simmonds dan Shepperd (1955) yang menyatakan bahwa peristiwa seperti seleksi partenokarpi, seleksi sterilitas, sterilitas total, dan seleksi hibridisasi serta poliploidisasi menyebabkan terjadinya penyebaran genom A dari jenis M. acuminata liar Bray-Curtis Cluster Analysis (Single Link) % Kemiripan (Similary) Gambar 1. 28 Dendogram hasil klaster karakter morfologi dari 26 aksesi tanaman pisang (Dendogram of clustering morphological characters from 26 accessions)

Sukartini: Pengelompokan aksesi pisang menggunalan karakr morfologi IPGRI Tabel 1. Hasil pengelompokan berdasar kesamaan karakter morfologi 26 aksesi pisang (Results of clustering based on morphological characters of 26 accessions) dan genom B dari jenis M. balbisiana liar pada evolusi kelompok Eumusa. Selanjutnya tahapan pengelompokan berdasarkan kesamaan karakter morfologi dari 26 aksesi pisang yang menghasilkan persentase nilai jarak genetik dapat dilihat pada Tabel 1. Pada tahap 1 program biodiversity provesional version 2.0 akan membuat pengelompokan klaster-klaster (25 klaster) berdasarkan kemiripan karakter-karakter terbanyak yang pada penelitian ini terdapat pada pisang kepok Putih dengan kepok Kuning, yaitu sebesar 94,1176%, sehingga diperoleh jarak genetik sebesar 0,0588 dan merupakan jarak terkecil di antara klaster-klaster tersebut. Selanjutnya pada tahap 2 dihitung 24 klaster-klaster lainnya dengan kemiripan karakter sebesar 92,5 yang dijumpai pada pisang Raja Pulut dengan Seribu, sehingga diperoleh jarak genetik sebesar 0,0750. Demikian seterusnya sampai pada penghitungan klaster terakhir, yaitu antara pisang Monyet dengan semua pisang lainnya yang mempunyai kemiripan karakter terkecil yaitu sebanyak 83,1169 dan jarak genetik sebesar 0,17. KESIMPULAN 1. Aksesi kepok Putih dengan kepok Kuning mempunyai jarak genetik terkecil yaitu sebesar 0,0588 dan mempunyai kemiripan karakter morfologi paling banyak yaitu 94,1176%, sehingga pada koleksi plasma nutfah yang efisien dapat dipilih salah satu. 2. Nilai jarak genetik terbesar dijumpai pada klaster antara pisang Monyet dengan semua pisang lainnya yaitu sebesar 0,17 dengan kemiripan karakter morfologi paling sedikit, yaitu sebesar 83,1169%, sehingga untuk memperbesar peluang terjadinya variasi genetik pada kegiatan pemuliaan, maka pisang Monyet baik digunakan sebagai salah satu tetua. PUSTAKA 1 BPS. 1997. Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia 1996. Susenas. Buku 1. Biro Pusat Statistik. Jakarta. 2. IPGRI. 1996. Discriptors for Banana (Musa spp.). International Plant Genetic Resources Institute. Rome. Montpellier. 55 pp. 3. Lamadji, S. 1998. Pemberdayaan sifat morfologi untuk analisis kekerabatan plasma nutfah tebu. Bull. P3GI. 29

J. Hort. Vol. 17 No. 1, 2007 148:17-31. 4. Pedraza, T.Ramirez, L. González Diaz, J. de la C. Ventura Martin, S. Rodrigues Morales, and J. R Gálves Guerra. 2005. Production of banana and plantain hybrids in Cuba. InfoMusa. 4(1):11-12. 5. Silva, S. de O.e., A.P. de Matos, E. J. Alves and K. Shepherd. 1997. Breeding diploid banana (AA) at EM- BRAPA/CNPMF. InfoMusa. 6(2):4-6. 6. Simmonds, N.W. and Shepherd, K. 1955. The taxonomy and origins of the cultivated bananas. Lennean Soc Bot. 55:302-312. 7. and Weatherup, S.T.C. 1990a. Numerical taxonomy of the wild bananas (Musa). New Phytol. 115:567-571. 8. 1990b. Numerical taxonomy of the cultivated bananas (Musa). Trop Agric Trinidad. 67:90-2. 9. Sneath, P.H.A. 1976. Phenetic taxonomy at the species level and above. Taxon. 25:437-450. 10. Sokal, R.R. 1961. Distance as a measure of taxonomic similarity. Systematic Zool. 10:70-79. 11. 1963. The principles and practice of numerical taxonomy. Taxon. 12:190-199. 12. 1975. Classification, purposes, principles, progress, prospects. Sci. 185:1115-1123. 13. and Rohlf, F.J. 1962. The comparison of dendogram by objective methods. Taxon. 2: 33-40. 14. Tomekpe, K., C.Henny and J.V. Escalant. 2004. A review of conventional improvement strategies for Musa. InfoMusa. 13(2):2-5. 15. Valmayor, R.V., S.H. Jamaluddin, B. Silayoi, S. Kusumo, L.D. Danh, O.C. Pascua and R.R.C. Espino. 1999. Banana Names and Synonyms Workshop: Results and Recommendations. RISBAP Bull. 3(6): 1-4. No. Karakter 30

Sukartini: Pengelompokan aksesi pisang menggunalan karakr morfologi IPGRI Lampiran 1. Karakter-karakter yang digunakan untuk identifikasi aksesi-aksesi pisang (Characters used for identification of Musa sp. accessions) 31

J. Hort. Vol. 17 No. 1, 2007 32

Sukartini: Pengelompokan aksesi pisang menggunalan karakr morfologi IPGRI 33