BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

BAB 1 : PENDAHULUAN. penyakit kanker dengan 70% kematian terjadi di negara miskin dan berkembang. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

BAB 1 PENDAHULAN. kanker serviks (Cervical cancer) atau kanker leher rahim sudah tidak asing lagi

BAB 1 : PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak menyerang perempuan.

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

BAB I PENDAHULUAN. rahim yang terletak antara rahim uterus dengan liang senggama vagina.

BAB I PENDAHULUAN. hingga 2030 meneruskan pencapaian Millenium Development Goals (MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. kanker yang paling tinggi di kalangan perempuan adalah kanker serviks. yang paling beresiko menyebabkan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini Indonesia menghadapi beban ganda penyakit atau double

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Foundation for Woman s Cancer (2013) kanker serviks adalah

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servix-uterus suatu daerah pada

BAB 1 PENDAHULUAN. dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di dunia pada wanita setelah kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

BAB I PENDAHULUAN. serviks dan rata-rata meninggal tiap tahunnya (Depkes RI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

No. Responden: B. Data Khusus Responden

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MELAKUKAN PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN SAMBEN ARGOMULYO SEDAYU BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak semua manusia yang harus dijaga,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menyangkut kesehatan reproduksi ini, salah satunya adalah kanker

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Menurut WHO kanker leher rahim (serviks) merupakan jenis kanker

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kanker yang menempati peringkat teratas diantara berbagai penyakit kanker

BAB I PENDAHULUAN. paling sering terjadi pada kisaran umur antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker merupakan istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal,

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

BAB I PENDAHULUAN menyepakati perubahan paradigma dalam pengelolaan masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada negara-negara berkembang yang lain. Kanker leher rahim merupakan. Wilayah Propinsi Jawa Tengah. Pada tahun 2008 Kota Semarang

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK

ABSTRAK. Maria Linawati Sihotang, 2013 Pembimbing I : Dr. dr. Felix Kasim, M.Kes Pembimbing II : dr.rimonta F Gunanegara,SpOG

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan suatu penyakit yang dianggap sebagai masalah besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dunia, termasuk di Indonesia. Masalah kesehatan perempuan masih menjadi tugas

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

Promotif, Vol.7 No.1, Juli 2017 Hal 51-59

Analisis Faktor Prilaku Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Metode IVA ( Inspeksi Visual Asam Acetat )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan masyarakat. Kanker menjadi penyebab kematian nomor 2 di

Oleh : Duwi Basuki, Ayu Agustina Puspitasari STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. datang ke rumah sakit ditemukan dalam keadaan stadium lanjut. Sukaca (2009, p.25) menyatakan, kanker leher rahim (Kanker Serviks)

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan pertumbuhan sel yang tidak normal/terus-menerus dan tidak

dari leher rahim seorang wanita (Kemenkes, 2010). Setiap tahun terdeteksi lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker serviks merupakan kanker yang banyak. menyerang perempuan. Saat ini kanker serviks menduduki

JKK Vol. 11 No. 1, Juni 2015 (SAY)

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang paling umum yang diakibatkan oleh HPV. Hampir semua

SKRIPSI. Disusun Oleh : Iza Aina

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan

1 Universitas Kristen Maranatha

Kanker Servix. Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MELALUI METODE PAP SMEAR PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semua orang, hal ini disebabkan oleh tingginya angka kematian yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

30/10/2015. Penemuan Penyakit secara Screening - 2. Penemuan Penyakit secara Screening - 3. Penemuan Penyakit secara Screening - 4

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) dapat digolongkan menjadi satu kelompok utama dengan faktor

Jurnal Siklus Volume 6 Nomor 2 Juni 2017 p-issn :

BAB I PENDAHULUAN. uteri. Hal ini masih merupakan masalah yang cukup besar dikalangan masyarakat Di

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, munculnya berbagai kesempatan, dan seringkali mengahadapi resikoresiko

SKRIPSI. Disusun Oleh: Lia Nurjana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENYULUHAN KANKER SERVIKS TERHADAP MINAT PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI DUSUN SUKOHARJO SEDAYU BANTUL YOGYAKARTA

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR KEASLIAN PENELITIAN... ii. LEMBAR PERSETUJUAN... iii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iv. KATA PENGANTAR...

Kata kunci: Lesi prakanker, IVA Positif, Krioterapi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU WANITA USIA SUBUR (WUS) DALAM PEMERIKSAAN IVA DI DUSUN POTORONO BANGUNTAPAN I KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. leher rahim disebabkan oleh infeksi Human Papiloma Virus (HPV). Virus. akan tumbuh menjadi kanker (Depkes, 2008).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang abnormal atau berlebihan, sehingga dapat merusak jaringan sekitarnya. Kanker serviks menyerang uterus, yaitu pada bagian serviks uterus (leher rahim), suatu daerah pada organ reproduksi perempuan yang merupakan pintu masuk ke arah rahim (uterus) yang terletak antara rahim dengan liang senggama (vagina) atau rahim bagian bawah (Jong, 2005). Sebagian besar (95%) penyebab kanker serviks berasal dari lingkungan berupa virus human papiloma virus (HPV), sementara 5% lainnya adalah faktor keturunan (Aziz et al., 2006). Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di dunia pada wanita, setelah kanker payudara. Diperkirakan, di dunia setiap 2 menit ada wanita meninggal karena kanker serviks dan ± 500.000 wanita didiagnosis kanker serviks setiap tahunnya (ACCP, 2011). Banyak dari penderita yang meninggal adalah pencari nafkah dan pengasuh bagi anak-anak dan orangtua mereka. Penyakit kanker serviks juga membutuhkan biaya pengobatan yang luar biasa dan memungkinkan anggota keluarga kehilangan kesempatan kerja karena harus merawat penderita (Shih and Halpern, 2008). Di Indonesia sendiri, penderita kanker serviks jumlahnya terus meningkat. Diperkirakan, jumlah penderita kanker serviks di Indonesia 1 :10.000 penduduk per tahun, dan diperkirakan setiap hari 20 orang perempuan meninggal dunia karena kanker serviks (Tjindarbumi, 2002). Kanker serviks ini dapat muncul pada perempuan usia 35 sampai 55 tahun. Data yang didapatkan dari Yayasan Kanker Indonesia (tahun 2007) menyebutkan bahwa setiap tahunnya sekitar 500.000 wanita didiagnosis menderita kanker serviks dan lebih dari 250.000 meninggal dunia. Infeksi human papiloma virus (HPV) diyakini sebagai penyebab kanker serviks. Infeksi HPV umumnya terjadi setelah wanita melakukan hubungan seksual pada usia sekitar 25 tahun. Setiap wanita yang pernah melakukan 1

2 hubungan seksual, secara praktis berisiko untuk menderita kanker serviks, karena dengan hubungan seksual tersebut dapat terjadi infeksi HPV. Menjalani skrining kanker serviks dianjurkan bagi semua wanita berusia 25 sampai 50 tahun. Kanker serviks paling sering dijumpai pada wanita usia 40 sampai dengan 50 tahun, sehingga skrining harus dilakukan pada usia ketika lesi pra-kanker lebih mungkin terdeteksi, yakni 10 sampai 20 tahun lebih awal (Forbes et al., 2007). Di negara berkembang, termasuk Indonesia, 80-90% penderita kanker serviks biasanya sulit disembuhkan, karena lebih dari 70% terlambat datang ke pelayanan kesehatan dan dengan kondisi yang sudah dalam stadium lanjut (WHO, 2002). Sementara, di negara maju, diprediksi insidensi kanker serviks akan semakin menurun karena pemanfaatan program skrining kanker serviks telah banyak dilakukan (Kusuma, 2009). Melihat tingginya kasus kanker serviks, Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa program pengendalian penyakit kanker saat ini masih diprioritaskan pada 2 kanker tertinggi di Indonesia, yaitu kanker serviks dan kanker payudara. Kegiatan yang dilakukan meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Program deteksi dini kanker serviks dimulai sejak tahun 2007 dan telah dicanangkan sebagai program nasional oleh Ibu Negara pada 21 April 2015. Skrining adalah tindakan yang dilakukan pada orang sehat dengan atau tanpa gejala-gejala penyakit tertentu dengan tujuan untuk mengetahui terjadinya peningkatan risiko terhadap penyakit tertentu. Skrining dapat mendeteksi penyakit yang terjadi pada fase awal sebelum penyakit tersebut memberikan gejala atau keluhan secara klinis. uji skrining kanker serviks digunakan untuk mengetahui seorang wanita memiliki serviks normal atau tidak. Dari deteksi awal penyakit tersebut (pra-kanker) dilakukan pengobatan atau tindakan, sehingga penyakit tidak berlanjut (Wilopo, 2010). Inspeksi visual dengan asam asetat, disingkat IVA (visual inspection with acetic acid atau VIA) adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks setelah aplikasi asam asetat atau asam cuka (3-5%). Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa serviks mungkin memiliki lesi

3 pra-kanker (WHO, 2002). Metode IVA sangat berguna untuk mendeteksi lesi pra kanker serviks, tidak hanya di pelayanan kesehatan dengan fasilitas sederhana dan sumber daya kesehatan yang masih rendah, namun juga pada pusat pelayanan kesehatan yang lengkap dan pusat pelayanan kanker. Kelebihan penggunaan metode IVA ialah tidak membutuhkan sumber daya kesehatan yang jumlahnya besar, IVA memiliki nilai prediksi positif sebanding dengan pap smear konvensional, kemungkinan lebih cepat untuk melakukan diagnosis, tindak lanjut, dan pengobatan dibandingkan dengan skrining yang berbasis sitologi ( Jeronimo et al., 2005). Menurut Emilia (2010), kendala sosial masyarakat berkaitan dengan konsep tabu merupakan salah satu hambatan tes skrining kanker serviks. Beberapa faktor yang menyebabkan perempuan tidak bersedia melakukan deteksi dini kanker serviks antara lain adalah rasa takut bila hasilnya menyatakan bahwa mereka menderita kanker, sehingga mereka lebih memilih untuk menghindari melakukan deteksi dini yang justru dapat berakibat lebih fatal. Di samping itu, perasaan malu, khawatir atau cemas untuk menjalani deteksi dini juga mempengaruhi perempuan, sehingga mereka tidak melakukan skrining (Evenett, 2004). Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan akan bahaya kanker dan karena pendidikan atau informasi yang kurang tentang penyakit kanker serviks (Manuaba, 2001). Menurut Cheng (2009), pada tahap pengetahuan tentang produk kesehatan, diperlukan program komunikasi yang menyampaikan isi secara rinci dan jelas dengan frekuensi penampilan pesan yang cukup tinggi agar eskpos cukup kuat untuk memberikan pengetahuan. Oleh karena itu, diperlukan program pemasaran sosial untuk memperkenalkan upaya pencegahan deteksi dini kanker serviks yang belum banyak diketahui oleh wanita. Kotler (2005) menjelaskan bahwa pemasaran sosial adalah strategi untuk mengubah perilaku. Pemasaran sosial mengkombinasikan unsur-unsur pendekatan tradisional untuk mengubah sosial dalam satu kerangka aksi dan perencanaan yang integral serta menggunakan keterampilan teknologi komunikasi dan keahlian pemasaran. Bauran pemasaran sosial meliputi : promotion mix, yakni personal selling, sales promotiom,

4 advertising, dan public relation. Salah satu channel yang bisa digunakan dalam public relation yakni melalui special event. Special event adalah event yang dilaksanakan dengan tujuan tertentu dari pelaksanaan event (Noor, 2009). Dalam dunia pemasaran komersial special event selalu berhasil menyampaikan pesan sebuah brand. Hal ini disebabkan karena special event selalu dikemas dengan berbagai acara menarik yang senantiasa mengajak customer dan potential customer untuk terlibat langsung dalam event tersebut. Rangkaian acara menarik dalam suatu event yang diselenggarakan akan memberi pengaruh (impact) serta memberikan kesan mendalam kepada setiap orang yang hadir, sehingga customer maupun potential customer bisa cukup lama mengingat pengalaman yang menyenangkan tersebut. Pengalaman menarik yang didapat oleh konsumen saat event berlangsung pada akhirnya akan meningkatkan pengetahuan mereka tentang informasi produk yang ditawarkan (Goldblatt, 2002). Peningkatan pengetahuan ini dapat berimbas pada peningkatan penggunaan produk tersebut. Pusat perbelanjaan (mall) sebagai salah satu tempat umum yang banyak dikunjungi wanita dan menjadi tempat berbagai event marketing dari suatu perusahaan dilaksanakan. Hal ini menarik perhatian peneliti untuk mengadopsi event marketing yang dilakukan di mall menjadi event pemasaran sosial untuk produk kesehatan dalam hal ini penyampaian pesan deteksi dini kanker serviks. Lippo Plaza Kendari merupakan satu-satunya pusat perbelanjaan di Kota Kendari. Berbagai event pemasaran telah digelar di tempat tersebut dengan jumlah 45 event setiap bulan selama tahun 2015. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan dengan pihak Lippo Plaza Kendari, didapatkan informasi bahwa mereka sangat antusias jika suatu program promosi kesehatan dapat diadakan di Lippo Plaza Kendari, mengingat belum ada event semacam itu dilaksanakan di tempat tersebut. Lippo Plaza Kendari menyatakan bahwa event kesehatan yang akan diadakan tentunya harus dikombinasikan dengan unsur entertainment dengan tujuan untuk menarik pengunjung.

5 Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian spesial event tentang edukasi skrining kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) di Kota Kendari. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh special event terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan niat wanita tentang skrining penyakit kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) di Kota Kendari? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui pengaruh special event terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan niat wanita tentang skrining penyakit kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) di Kota Kendari. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui pengaruh special event terhadap peningkatan pengetahuan wanita tentang skrining penyakit kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) di Kota Kendari. b. Mengetahui pengaruh special event terhadap peningkatan sikap wanita tentang skrining penyakit kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) di Kota Kendari. c. Mengetahui pengaruh special event terhadap peningkatan niat wanita tentang skrining penyakit kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) di Kota Kendari. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang pemasaran sosial, dalam menyampaikan pesan kesehatan tentang upaya pencegahan kanker serviks

6 serta bahan masukan bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian selanjutnya. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi lembaga pengambil kebijakan, dalam hal ini dinas kesehatan dalam mengembangkan pemasaran sosial pesan-pesan kesehatan pada umumnya dan pengembangan pemasaran sosial terkait kanker serviks pada khususnya dapat dilakukan di tmpat-tempat umum yang ramai dikunjungi. Penelitian ini juga diharapkan menjadi referensi bagi pihak Lippo Plaza Kendari bahwa event-event kesehatan juga dapat dilaksanakan dengan sukses di Lippo Plaza Kendari seperti event marketing swasta lainnya. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang pengetahuan, sikap dan niat wanita terhadap deteksi dini kanker serviks telah banyak dilakukan, di antaranya adalah : 1. Ismarwati (2011) melakukan penelitian berjudul Promosi kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku deteksi dini kanker serviks pada ibu-ibu anggota pengajian As Sakinah Kecamatan Bantul. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan dengan media audiovisual dan diskusi interaktif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku deteksi dini kanker serviks pada ibu-ibu anggota pengajian As Sakinah Kecamatan Bantul. Hasil penelitian yang dilakukan menyatakan promosi kesehatan menggunakan audiovisual dan diskusi interaktif efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku deteksi dini kanker serviks. Akan tetapi perilaku deteksi dini belum siap dilakukan sendiri karena perasaan malu, namun mereka bersedia melakukan deteksi dini secara kolektif. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah disain penelitian, instrumen penelitian, subjek penelitian dan lokasi penelitian. 2. Yuliasti (2011) melakukan penelitian berjudul Efektivitas pendidikan kesehatan oleh Lay Health Workers (LHWs) dalam meningkatkan kesertaan skrining kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA)

7 pada wanita usia 25-50 tahun di Kabupaten Sleman. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk menentukan ada tidaknya peningkatan pengetahuan, sikap dan kesertaan skrining kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) pada wanita usia 25-50 tahun di Kabupaten Sleman setelah dilakukan pendidikan kesehatan oleh Lay Health Workers (LHWs). Hasil penelitian tersebut menyatakan pendidikan kesehatan oleh Lay Health Workers (LHWs) meningkatkan kesertaan skrining kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA). Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan ini adalah pada variabel bebas, subjek penelitian dan lokasi penelitian. 3. Ninik (2011) melakukan penelitian berjudul Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap wanita usia subur dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat dalam rangka deteksi dini kanker serviks. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui adakah hubungan pengetahun dan sikap WUS terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks dengan inspeksi visual asam asetat. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan signifikan antara pengetahuan dan sikap WUS dengan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker serviks. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah pada disain penelitian, variabel bebas, subjek dan lokasi penelitian. 4. Dooley et al. (2009) melakukan penelitian berjudul Strategic social marketing in canada: ten phases to planning and implementing cancer prevention and cancer screening campaigns. Tujuan penelitian ini adalah unutk mengetahui proses pengembangan pemasaran sosial yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Alberta dalam melaksanakan kampanye skrining kanker serviks. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah pada disain penelitian, subjek dan lokasi penelitian. Dari penelitian-penelitian di atas, yang menjadi persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah mengkaji sikap dan pengetahuan tentang skrinning kanker serviks dengan metode inspeksi visual asetat. Namun, pada penelitian ini, selain mengukur sikap dan pengetahuan wanita, juga mengukur niat

8 untuk melakukan skrinning kanker serviks dengan metode inspeksi visual asetat. Selain itu, intervensi yang dilakukan dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan niat wanita untuk skrining kanker serviks dengan metode inspeksi visual asetat dilakukan melalui pemasaran sosial metode special event.