BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang abnormal atau berlebihan, sehingga dapat merusak jaringan sekitarnya. Kanker serviks menyerang uterus, yaitu pada bagian serviks uterus (leher rahim), suatu daerah pada organ reproduksi perempuan yang merupakan pintu masuk ke arah rahim (uterus) yang terletak antara rahim dengan liang senggama (vagina) atau rahim bagian bawah (Jong, 2005). Sebagian besar (95%) penyebab kanker serviks berasal dari lingkungan berupa virus human papiloma virus (HPV), sementara 5% lainnya adalah faktor keturunan (Aziz et al., 2006). Kanker serviks merupakan penyebab kematian tertinggi kedua di dunia pada wanita, setelah kanker payudara. Diperkirakan, di dunia setiap 2 menit ada wanita meninggal karena kanker serviks dan ± 500.000 wanita didiagnosis kanker serviks setiap tahunnya (ACCP, 2011). Banyak dari penderita yang meninggal adalah pencari nafkah dan pengasuh bagi anak-anak dan orangtua mereka. Penyakit kanker serviks juga membutuhkan biaya pengobatan yang luar biasa dan memungkinkan anggota keluarga kehilangan kesempatan kerja karena harus merawat penderita (Shih and Halpern, 2008). Di Indonesia sendiri, penderita kanker serviks jumlahnya terus meningkat. Diperkirakan, jumlah penderita kanker serviks di Indonesia 1 :10.000 penduduk per tahun, dan diperkirakan setiap hari 20 orang perempuan meninggal dunia karena kanker serviks (Tjindarbumi, 2002). Kanker serviks ini dapat muncul pada perempuan usia 35 sampai 55 tahun. Data yang didapatkan dari Yayasan Kanker Indonesia (tahun 2007) menyebutkan bahwa setiap tahunnya sekitar 500.000 wanita didiagnosis menderita kanker serviks dan lebih dari 250.000 meninggal dunia. Infeksi human papiloma virus (HPV) diyakini sebagai penyebab kanker serviks. Infeksi HPV umumnya terjadi setelah wanita melakukan hubungan seksual pada usia sekitar 25 tahun. Setiap wanita yang pernah melakukan 1
2 hubungan seksual, secara praktis berisiko untuk menderita kanker serviks, karena dengan hubungan seksual tersebut dapat terjadi infeksi HPV. Menjalani skrining kanker serviks dianjurkan bagi semua wanita berusia 25 sampai 50 tahun. Kanker serviks paling sering dijumpai pada wanita usia 40 sampai dengan 50 tahun, sehingga skrining harus dilakukan pada usia ketika lesi pra-kanker lebih mungkin terdeteksi, yakni 10 sampai 20 tahun lebih awal (Forbes et al., 2007). Di negara berkembang, termasuk Indonesia, 80-90% penderita kanker serviks biasanya sulit disembuhkan, karena lebih dari 70% terlambat datang ke pelayanan kesehatan dan dengan kondisi yang sudah dalam stadium lanjut (WHO, 2002). Sementara, di negara maju, diprediksi insidensi kanker serviks akan semakin menurun karena pemanfaatan program skrining kanker serviks telah banyak dilakukan (Kusuma, 2009). Melihat tingginya kasus kanker serviks, Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa program pengendalian penyakit kanker saat ini masih diprioritaskan pada 2 kanker tertinggi di Indonesia, yaitu kanker serviks dan kanker payudara. Kegiatan yang dilakukan meliputi pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Program deteksi dini kanker serviks dimulai sejak tahun 2007 dan telah dicanangkan sebagai program nasional oleh Ibu Negara pada 21 April 2015. Skrining adalah tindakan yang dilakukan pada orang sehat dengan atau tanpa gejala-gejala penyakit tertentu dengan tujuan untuk mengetahui terjadinya peningkatan risiko terhadap penyakit tertentu. Skrining dapat mendeteksi penyakit yang terjadi pada fase awal sebelum penyakit tersebut memberikan gejala atau keluhan secara klinis. uji skrining kanker serviks digunakan untuk mengetahui seorang wanita memiliki serviks normal atau tidak. Dari deteksi awal penyakit tersebut (pra-kanker) dilakukan pengobatan atau tindakan, sehingga penyakit tidak berlanjut (Wilopo, 2010). Inspeksi visual dengan asam asetat, disingkat IVA (visual inspection with acetic acid atau VIA) adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks setelah aplikasi asam asetat atau asam cuka (3-5%). Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang mengindikasikan bahwa serviks mungkin memiliki lesi
3 pra-kanker (WHO, 2002). Metode IVA sangat berguna untuk mendeteksi lesi pra kanker serviks, tidak hanya di pelayanan kesehatan dengan fasilitas sederhana dan sumber daya kesehatan yang masih rendah, namun juga pada pusat pelayanan kesehatan yang lengkap dan pusat pelayanan kanker. Kelebihan penggunaan metode IVA ialah tidak membutuhkan sumber daya kesehatan yang jumlahnya besar, IVA memiliki nilai prediksi positif sebanding dengan pap smear konvensional, kemungkinan lebih cepat untuk melakukan diagnosis, tindak lanjut, dan pengobatan dibandingkan dengan skrining yang berbasis sitologi ( Jeronimo et al., 2005). Menurut Emilia (2010), kendala sosial masyarakat berkaitan dengan konsep tabu merupakan salah satu hambatan tes skrining kanker serviks. Beberapa faktor yang menyebabkan perempuan tidak bersedia melakukan deteksi dini kanker serviks antara lain adalah rasa takut bila hasilnya menyatakan bahwa mereka menderita kanker, sehingga mereka lebih memilih untuk menghindari melakukan deteksi dini yang justru dapat berakibat lebih fatal. Di samping itu, perasaan malu, khawatir atau cemas untuk menjalani deteksi dini juga mempengaruhi perempuan, sehingga mereka tidak melakukan skrining (Evenett, 2004). Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan akan bahaya kanker dan karena pendidikan atau informasi yang kurang tentang penyakit kanker serviks (Manuaba, 2001). Menurut Cheng (2009), pada tahap pengetahuan tentang produk kesehatan, diperlukan program komunikasi yang menyampaikan isi secara rinci dan jelas dengan frekuensi penampilan pesan yang cukup tinggi agar eskpos cukup kuat untuk memberikan pengetahuan. Oleh karena itu, diperlukan program pemasaran sosial untuk memperkenalkan upaya pencegahan deteksi dini kanker serviks yang belum banyak diketahui oleh wanita. Kotler (2005) menjelaskan bahwa pemasaran sosial adalah strategi untuk mengubah perilaku. Pemasaran sosial mengkombinasikan unsur-unsur pendekatan tradisional untuk mengubah sosial dalam satu kerangka aksi dan perencanaan yang integral serta menggunakan keterampilan teknologi komunikasi dan keahlian pemasaran. Bauran pemasaran sosial meliputi : promotion mix, yakni personal selling, sales promotiom,
4 advertising, dan public relation. Salah satu channel yang bisa digunakan dalam public relation yakni melalui special event. Special event adalah event yang dilaksanakan dengan tujuan tertentu dari pelaksanaan event (Noor, 2009). Dalam dunia pemasaran komersial special event selalu berhasil menyampaikan pesan sebuah brand. Hal ini disebabkan karena special event selalu dikemas dengan berbagai acara menarik yang senantiasa mengajak customer dan potential customer untuk terlibat langsung dalam event tersebut. Rangkaian acara menarik dalam suatu event yang diselenggarakan akan memberi pengaruh (impact) serta memberikan kesan mendalam kepada setiap orang yang hadir, sehingga customer maupun potential customer bisa cukup lama mengingat pengalaman yang menyenangkan tersebut. Pengalaman menarik yang didapat oleh konsumen saat event berlangsung pada akhirnya akan meningkatkan pengetahuan mereka tentang informasi produk yang ditawarkan (Goldblatt, 2002). Peningkatan pengetahuan ini dapat berimbas pada peningkatan penggunaan produk tersebut. Pusat perbelanjaan (mall) sebagai salah satu tempat umum yang banyak dikunjungi wanita dan menjadi tempat berbagai event marketing dari suatu perusahaan dilaksanakan. Hal ini menarik perhatian peneliti untuk mengadopsi event marketing yang dilakukan di mall menjadi event pemasaran sosial untuk produk kesehatan dalam hal ini penyampaian pesan deteksi dini kanker serviks. Lippo Plaza Kendari merupakan satu-satunya pusat perbelanjaan di Kota Kendari. Berbagai event pemasaran telah digelar di tempat tersebut dengan jumlah 45 event setiap bulan selama tahun 2015. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan dengan pihak Lippo Plaza Kendari, didapatkan informasi bahwa mereka sangat antusias jika suatu program promosi kesehatan dapat diadakan di Lippo Plaza Kendari, mengingat belum ada event semacam itu dilaksanakan di tempat tersebut. Lippo Plaza Kendari menyatakan bahwa event kesehatan yang akan diadakan tentunya harus dikombinasikan dengan unsur entertainment dengan tujuan untuk menarik pengunjung.
5 Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian spesial event tentang edukasi skrining kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) di Kota Kendari. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh special event terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan niat wanita tentang skrining penyakit kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) di Kota Kendari? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui pengaruh special event terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan niat wanita tentang skrining penyakit kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) di Kota Kendari. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui pengaruh special event terhadap peningkatan pengetahuan wanita tentang skrining penyakit kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) di Kota Kendari. b. Mengetahui pengaruh special event terhadap peningkatan sikap wanita tentang skrining penyakit kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) di Kota Kendari. c. Mengetahui pengaruh special event terhadap peningkatan niat wanita tentang skrining penyakit kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) di Kota Kendari. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang pemasaran sosial, dalam menyampaikan pesan kesehatan tentang upaya pencegahan kanker serviks
6 serta bahan masukan bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian selanjutnya. 2. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi lembaga pengambil kebijakan, dalam hal ini dinas kesehatan dalam mengembangkan pemasaran sosial pesan-pesan kesehatan pada umumnya dan pengembangan pemasaran sosial terkait kanker serviks pada khususnya dapat dilakukan di tmpat-tempat umum yang ramai dikunjungi. Penelitian ini juga diharapkan menjadi referensi bagi pihak Lippo Plaza Kendari bahwa event-event kesehatan juga dapat dilaksanakan dengan sukses di Lippo Plaza Kendari seperti event marketing swasta lainnya. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang pengetahuan, sikap dan niat wanita terhadap deteksi dini kanker serviks telah banyak dilakukan, di antaranya adalah : 1. Ismarwati (2011) melakukan penelitian berjudul Promosi kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku deteksi dini kanker serviks pada ibu-ibu anggota pengajian As Sakinah Kecamatan Bantul. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh promosi kesehatan dengan media audiovisual dan diskusi interaktif dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku deteksi dini kanker serviks pada ibu-ibu anggota pengajian As Sakinah Kecamatan Bantul. Hasil penelitian yang dilakukan menyatakan promosi kesehatan menggunakan audiovisual dan diskusi interaktif efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku deteksi dini kanker serviks. Akan tetapi perilaku deteksi dini belum siap dilakukan sendiri karena perasaan malu, namun mereka bersedia melakukan deteksi dini secara kolektif. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah disain penelitian, instrumen penelitian, subjek penelitian dan lokasi penelitian. 2. Yuliasti (2011) melakukan penelitian berjudul Efektivitas pendidikan kesehatan oleh Lay Health Workers (LHWs) dalam meningkatkan kesertaan skrining kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA)
7 pada wanita usia 25-50 tahun di Kabupaten Sleman. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk menentukan ada tidaknya peningkatan pengetahuan, sikap dan kesertaan skrining kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA) pada wanita usia 25-50 tahun di Kabupaten Sleman setelah dilakukan pendidikan kesehatan oleh Lay Health Workers (LHWs). Hasil penelitian tersebut menyatakan pendidikan kesehatan oleh Lay Health Workers (LHWs) meningkatkan kesertaan skrining kanker serviks dengan metode inspeksi visual asam asetat (IVA). Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan ini adalah pada variabel bebas, subjek penelitian dan lokasi penelitian. 3. Ninik (2011) melakukan penelitian berjudul Hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap wanita usia subur dengan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat dalam rangka deteksi dini kanker serviks. Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui adakah hubungan pengetahun dan sikap WUS terhadap perilaku deteksi dini kanker serviks dengan inspeksi visual asam asetat. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan signifikan antara pengetahuan dan sikap WUS dengan pemeriksaan IVA dalam rangka deteksi dini kanker serviks. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah pada disain penelitian, variabel bebas, subjek dan lokasi penelitian. 4. Dooley et al. (2009) melakukan penelitian berjudul Strategic social marketing in canada: ten phases to planning and implementing cancer prevention and cancer screening campaigns. Tujuan penelitian ini adalah unutk mengetahui proses pengembangan pemasaran sosial yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Alberta dalam melaksanakan kampanye skrining kanker serviks. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan adalah pada disain penelitian, subjek dan lokasi penelitian. Dari penelitian-penelitian di atas, yang menjadi persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah mengkaji sikap dan pengetahuan tentang skrinning kanker serviks dengan metode inspeksi visual asetat. Namun, pada penelitian ini, selain mengukur sikap dan pengetahuan wanita, juga mengukur niat
8 untuk melakukan skrinning kanker serviks dengan metode inspeksi visual asetat. Selain itu, intervensi yang dilakukan dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan niat wanita untuk skrining kanker serviks dengan metode inspeksi visual asetat dilakukan melalui pemasaran sosial metode special event.