Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 LANDASAN TEORI

Pertemuan 2 Representasi Citra

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB 2 LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

SAMPLING DAN KUANTISASI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini

Konsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

PERANCANGAN SISTEM PENGENAL DIGIT ANGKA METER AIR MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN KOHONEN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

IDENTIFIKASI CITRA BILANGAN DESIMAL 0-9 BERBASIS LEARNING VECTOR QUANTIZATION SECARA REAL TIME

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA

BAB II LANDASAN TEORI

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

BAB 2 LANDASAN TEORI

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM)

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan bahan dan software yang digunakan

LANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

IMPLEMENTASI SELF ORGANIZING MAP DALAM KOMPRESI CITRA DIGITAL

Representasi Citra. Bertalya. Universitas Gunadarma

oleh: M BAHARUDIN GHANIY NRP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

SISTEM PENGENALAN BARCODE MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION

MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner

APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

KLASIFIKASI BENTUK DAUN MENGGUNAKAN METODE KOHONEN ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

... BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Citra

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

PENERAPAN METODE INTERPOLASI LINIER DAN METODE SUPER RESOLUSI PADA PEMBESARAN CITRA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

APLIKASI PENGENALAN PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR MENGGUNAKAN METODE LEARNING VECTOR QUANTIZATION

PERBANDINGAN ANTARA METODE KOHONEN NEURAL NETWORK DAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION PADA SISTEM PENGENALAN TULISAN TANGAN SECARA REAL TIME

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY

TINJAUAN PUSTAKA ,...(1)

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN. Latar Belakang

One picture is worth more than ten thousand words

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

Pendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

PENGEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI SEGMENTASI WARNA PADA PENGENALAN MEREK MINUMAN KALENG MENGGUNAKAN METODE K-MEANS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN WEBCAM UNTUK ABSENSI DENGAN METODE TEMPLATE MATCHING

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

Training. Level Transformasi Wavelet. Banyak Fitur. Ukuran Dimensi. 0 40x x30 600

PENGENALAN POLA HIV DAN AIDS MENGGUNAKAN ALGORITMA KOHONEN PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

KOMPRESI CITRA BERWARNA DENGAN ALGORITMA ENHANCED SELF ORGANIZING MAP (ENHANCED SOM)

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan tugas akhir ini akan membangun suatu model sistem yang

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab 2 ini berisi tentang pembahasan teori-teori tentang jaringan syaraf tiruan, Algoritma Learning Vector Quantization (LVQ).

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA) IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION UNTUK MENGENALI MOTIF BATIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 LANDASAN TEORI

IMPLEMENTASI SEGMENTASI CITRA DAN ALGORITMA LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ) DALAM PENGENALAN BENTUK BOTOL

Perbandingan Antara Metode Kohonen Neural Network dengan Metode Learning Vector Quantization Pada Pengenalan Pola Tandatangan

PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

PENERAPAN ALGORITMA K MEANS UNTUK PENENTUAN PENCOCOKAN PEWARNAAN CLUSTERING SECARA OTOMATIS PADA PRODUK FASHION

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt

KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA

APLIKASI TATA RIAS UNTUK POLA MATA WANITA MENGGUNAKAN METODE PEIRCE SIMILARITY DAN KOHONEN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II CITRA DIGITAL

Implementasi Morphology Concept and Technique dalam Pengolahan Citra Digital Untuk Menentukan Batas Obyek dan Latar Belakang Citra

BAB 2 LANDASAN TEORI

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc

APLIKASI IDENTIFIKASI ISYARAT TANGAN SEBAGAI PENGOPERASIAN E-KIOSK

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra.

Muhammad Fahrizal. Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja No. 338 Simpanglimun Medan

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGKONVERSIAN IMAGE MENJADI TEKS UNTUK IDENTIFIKASI PLAT NOMOR KENDARAAN. Sudimanto

SIMULASI PENGENALAN TULISAN MENGGUNAKAN LVQ (LEARNING VECTOR QUANTIZATION )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan

Transkripsi:

Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika Universitas Islam Lamongan nafik_unisla26@yahoo.co.id ABSTRAK. Pada pengolahan citra terdapat enam jenis operasi pengolahan, yaitu peningkatan kualitas citra, restorasi citra, kompresi citra, segmentasi citra, analisis citra, dan rekonstruksi citra. Pada umumnya informasi yang ada dalam suatu citra terletak pada strukturnya. Agar mudah memahami suatu citra dapat dilakukan dengan menyederhanakan struktur citra tersebut. Salah satu metode untuk menyederhanakan struktur citra adalah dengan melakukan proses segmentasi citra (image segmentation).proses segmentasi citra merupakan proses dasar dan penting di dalam komputer visi. Segmentasi yang dilakukan pada citra harus tepat agar informasi yang terkandung di dalamnya dapat diterjemahkan dengan baik. Terdapat banyak metode dalam melakukan segmentasi pada citra. Beberapa teknik segmentasi citra: Thresholding (global thresholding dan lokal adaptif thresholding), Connected Component Labelling, dan Segmentasi Berbasis Clustering (Iterasi, K-means, fuzzy C-means, SOM).Penelitian ini akan mengubah citra berwarna menjadi citra biner (hitam dan putih). Proses mengubah citra menggunakan algoritma Kohonen. Dengan algoritma Kohonen citra dapat diubah dengan tepat. Kata Kunci: citra, kohonen 1. PENDAHULUAN Pengolahan citra pada masa sekarang merupakan suatu aplikasi yang sangat luas dalam berbagai bidang kehidupan antara lain bidang arkeologi, astronomi, biomedis, bidang industri dan penginderaan jauh yang menggunakan teknologi citra satelit. Segmentasi ini akan mengubah suatu citra masukan yang kompleks menjadi citra yang lebih sederhana, berdasarkan peninjauan terhadap komponen citra. Dengan demikian akan memudahkan pengamat citra untuk melakukan analisis. Pada dasarnya ada tiga bidang yang menangani pengolahan data berbentuk citra, yaitu: grafika komputer, pengolahan citra dan visi komputer. Pada bidang grafika komputer banyak dilakukan proses yang bersifat sintesis yang mempunyai ciri data masukan berbentuk deskriptif dengan keluaran hasil proses yang berbentuk citra. Sedangkan proses di bidang visi komputer merupakan kebalikan dari proses grafika komputer. Terakhir, bidang pengolahan citra merupakan proses pengolahan dan analisis citra yang banyak melibatkan persepsi visual, yakni data masukan maupun data keluarannya berbentuk citra. Pada pengolahan citra terdapat enam jenis operasi pengolahan, yaitu peningkatan kualitas citra, restorasi citra, kompresi citra, segmentasi citra, analisis citra, dan rekonstruksi citra. Pada umumnya informasi yang ada dalam suatu citra terletak pada strukturnya. Agar mudah memahami suatu citra dapat dilakukan dengan menyederhanakan struktur citra tersebut. Salah satu metode untuk menyederhanakan struktur citra adalah dengan melakukan proses segmentasi citra (image segmentation). Segmentasi merupakan proses mempartisi citra menjadi beberapa daerah atau objek, berdasarkan sifatsifat tertentu dari citra. Segmentasi citra (image segmentation) adalah suatu tahap pada proses analisis citra yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang ada dalam citra tersebut dengan membagi citra ke dalam daerah-daerah terpisah di mana setiap daerah adalah homogen dan mengacu pada sebuah kriteria keseragaman yang jelas. Proses segmentasi citra merupakan proses dasar dan penting di dalam komputer visi. Segmentasi yang dilakukan pada citra harus tepat agar informasi yang terkandung di dalamnya dapat diterjemahkan dengan baik. Terdapat banyak metode dalam melakukan segmentasi pada citra. Beberapa teknik segmentasi citra: Thresholding (global thresholding dan lokal adaptif thresholding), Connected Component Labelling, dan Segmentasi Berbasis Clustering (Iterasi, K-means, fuzzy C-means, SOM).Tujuan dari penelitian ini adalah mengubah citra berwarna menjadi citra hitam putih. 2. KAJIAN TEORI 2.1 Citra Digital Secara umum, pengolahan citra digital menunjuk pada pemrosesan gambar 2 dimensi menggunakan komputer. Dalam konteks yang lebih luas, pengolahan citra digital mengacu pada pemrosesan setiap data 2 49

dimensi. Citra digital adalah sebuah larik (array) yang berisi nilai-nilai real maupun kompleks yang direpresentasikan dengan deretan bit tertentu. Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi f(x,y) berukuran M baris dan N kolom, dengan x dan y adalah koordinat spasial, dan amplitudo f di titik koordinat (x,y) dinamakan intensitas atau tingkat keabuan dari citra pada titik tersebut. Apabila nilai x, y, dan nilai amplitudo f secara keseluruhan berhingga (finite) dan bernilai diskrit maka dapat dikatakan bahwa citra tersebut citra digital. Gambar 1 menunjukkan posisi koordinat citra digital. Gambar 1. Koordinat Citra Digital Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa foto, bersifat analog berupa sinyal-sinyal video seperti gambar pada monitor televisi, atau bersifat digital yang dapat langsung disimpan pada suatu pita magnetik. Menurut presisi yang digunakan untuk menyatakan titik-titik koordinat pada domain spasial atau bidang dan untuk menyatakan nilai keabuan atau warna suatu citra, maka secara teoritis citra dapat dikelompokkan menjadi empat kelas citra, yaitu citra kontinu-kontinu, kontinu-diskrit, diskrit-kontinu, dan diskrit-diskrit. Di mana label pertama menyatakan presisi dari titik-titik koordinat pada bidang citra sedangkan label kedua menyatakan presisi nilai keabuan atau warna. Kontinu dinyatakan dengan presisi angka tidak berhingga, sedangkan diskrit dinyatakan dengan presisi angka berhingga. Komputer digital bekerja dengan angka-angka presisi terhingga, dengan demikian hanya citra dari kelas diskrit-diskrit yang dapat diolah dengan komputer; citra dari kelas tersebut lebih dikenal sebagai citra digital. Citra digital merupakan suatu array dua dimensi atau suatu matriks yang elemen-elemennya menyatakan tingkat keabuan dari elemen gambar; jadi informasi yang terkandung bersifat diskrit. Citra digital tidak selalu merupakan hasil langsung data rekaman suatu sistem. Kadang-kadang hasil rekaman data bersifat kontinu seperti gambar pada monitor televisi, foto sinar-x, dan lain sebagainya. Dengan demikian untuk mendapatkan suatu citra digital diperlukan suatu proses konversi, sehingga citra tersebut selanjutnya dapat diproses dengan komputer. Citra digital dapat ditulis dalam bentuk matriks sebagai berikut: f (0,0) f (1,0) f ( x) f ( M 1,0) f (0,1) f (1,1) f ( M 1,1)......... f (0, N 1) f (1, N 1) f ( M 1, N 1) Nilai pada suatu irisan antara baris dan kolom (pada posisi x,y) disebut dengan picture elements, image elements, pels, pixels. Istilah terakhir (pixels) paling sering digunakan pada citra digital. Citra digital dibentuk oleh kumpulan titik yang dinamakan piksel. Setiap piksel digambarkan sebagai satu kotak kecil. Setiap piksel mempunyai koordinat posisi. Sistem koordinat yang dipakai untuk menyatakan citra digital ditunjukkan di Gambar 2. Gambar 2. Sistem Koordinat Citra Berukuran M x N (M Baris, N Kolom) Dengan sistem koordinat yang mengikuti asas pemindaian pada layar TV standar itu, sebuah piksel mempunyai koordinat berupa (x,y). Dalam hal ini, x menyatakan posisi kolom, dan y menyatakan posisi baris. Piksel pojok kiri-atas mempunyai koordinat (0,0) dan piksel pada pojok kanan-bawah mempunyai koordinat (M-1,N-1). 50

2.2 Jenis Citra Ada tiga jenis citra yang umum digunakan dalam pemrosesan citra. Ketiga jenis citra tersebut yaitu, citra berwarna, citra berskala keabuan, dan citra biner. a) Citra Berwarna Citra berwarna, atau biasa dinamakan citra RGB, merupakan jenis citra yang menyajikan warna dalam bentuk komponen R (merah), G (hijau), dan B (biru). Setiap komponen warna menggunakan delapan bit (nilainya berkisar antara 0 sampai dengan 255). Dengan demikian, kemungkinan warna yang dapat disajikan mencapai 255 x 255 x 255 atau 16.581.375 warna. Tabel 1 menunjukkan contoh warna dan nilai R, G, dan B. Contoh citra berwarna seperti Gambar 3. b) Citra Berskala Keabuan Sesuai dengan nama yang melekat, citra jenis ini menangani gradasi warna hitam dan putih, yang tentu saja menghasilkan efek warna abu-abu. Pada jenis gambar ini, warna dinyatakan dengan intensitas. Dalam hal ini, intensitas berkisar antara 0 sampai dengan 255. Nilai 0 menyatakan hitam dan nilai 255 menyatakan putih. Contoh citra berskala keabuan seperti Gambar 4. Tabel 1. Warna dan Nilai Penyusun Warna Warna R G B Merah 255 0 0 Hijau 0 255 0 Biru 0 0 255 Hitam 0 0 0 Putih 255 255 255 Kuning 0 255 255 Gambar 3. Citra Berwarna Gambar 4. Citra Keabuan Istilah lain citra keabuan adalah citra grayscale yaitu citra yang nilai pixelnya merepresentasikan derajat keabuan atau instensitas warna putih. Nilai instensitas paling rendah merepresentasikan warna hitam dan nilai intensitas paling tinggi merepresentasikan warna putih. Pada umumnya citra grayscale memiliki kedalaman pixel 8 bit (256 derajat keabuan), tetapi ada juga citra grayscale yang kedalaman pixelnya bukan 8 bit, misalnya 16 bit untuk penggunaan yang memerlukan ketelitian tinggi. c) Citra Biner Citra biner adalah citra dengan setiap piksel hanya dinyatakan dengan sebuah nilai dari dua kemungkinan (yaitu nilai 0 dan 1). Nilai 0 menyatakan warna hitam dan nilai 1 menyatakan warna putih. Citra jenis ini banyak dipakai dalam pemrosesan citra, misalnya untuk kepentingan memperoleh tepi bentuk suatu objek. Gambar 5 menyatakan citra biner. 51

2.3 Segmentasi Citra dengan Kohonen Gambar 5. Citra Biner Segmentasi citra adalah pemisahan objek yang satu dengan objek yang lain dalam suatu citra atau antara objek dengan latar yang terdapat dalam sebuah citra. Dengan proses segmentasi tersebut, masing-masing objek pada citra dapat diambil secara individu sehingga dapat digunakan sebagai input di proses lainnya. Segmentasi citra adalah proses pengolahan citra yang bertujuan memisahkan wilayah (region) objek dengan wilayah latar belakang agar objek mudah dianalisis dalam rangka mengenali objek yang banyak melibatkan persepsi visual. Segementasi citra merupakan proses yang ditujukan untuk mendapatkan objek-objek yang terkandung di dalam citra atau membagi citra ke dalam beberapa daerah dengan setiap objek atau daerah memiliki kemiripan atribut. Pada citra yang mengandung hanya satu objek, objek dibedakan dari latar belakangnya. Segmentasi juga biasa dilakukan sebagai langkah awal untuk melaksanakan klasifikasi objek. Setelah segmentasi citra dilaksanakan, fitur yang terdapat pada objek diambil. Sebagai contoh, fitur objek dapat berupa perbandingan lebar dan panjang objek, warna rata-rata objek, atau bahkan tekstur pada objek. Selanjutnya, melalui klasifikasi, jenis objek dapat ditentukan. Pemetaan Organisasi Kohonen (Kohonen Self Organizing Maps, SOM), merupakan model pemetaan dari jaringan syaraf tiruan di mana suatu lapisan yang berisi neuron-neuron akan menyusun dirinya sendiri berdasarkan input nilai tertentu dalam suatu kelompok yang dikenal dengan istilah cluster. Selama proses penyusunan diri, cluster yang memiliki vector bobot paling cocok dengan pola input (memiliki jarak yang paling dekat) akan terpilih sebagai pemenang. Selanjutnya, neuron yang menjadi pemenang beserta dengan neuron-neuron tetangganya akan memperbaiki bobot-bobotnya masing-masing. Arsitektur jaringan Kohonen SOM seperti Gambar 6. 52 Gambar 6. Arsitektur Jaringan Kohonen SOM Seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 6 di atas dimisalkan bahwa terdapat 2 unit input ( P1 dan P2), yang akan dibentuk ke dalam 3 cluster neuron lapisan output (Y 1, Y 2, dan Y 3 ). Selanjutnya neuron-neuron tersebut akan memperbaiki bobotnya masing-masing, sebagai bobot W ij. Dalam hal ini, bobot W ij mengandung pengertian bobot yang menghubungkan neuron ke-j pada lapisan input menuju neuron ke-i pada lapisan output. Prof. Teuvo Kohonen adalah orang pertama yang memperkenalkan jaringan kohonen pada 1982. Pada jaringan ini, neuron-neuron pada suatu lapisan akan menyusun dirinya sendiri berdasarkan input nilai tertentu dalam suatu cluster. Dalam proses penyusunan ini, cluster yang dipilih sebagai pemenang adalah cluster yang mempunyai vektor bobot paling cocok dengan pola input (memiliki jarak yang paling dekat) (Sutojo, 2011, hal. 392). Algoritma Kohonen: 1) Inisialisasi bobot: w ij Set parameter-parameter tetangga Set parameter learning rate 2) Kerjakan selama kondisi berhenti bernilai False a. Untuk setiap vektor input x, kerjakan: - Untuk setiap j, hitung:

D( J) ( w ij x i ) i 2 - Tentukan J, sampai D(J) minimum - Untuk setiap unit j dengan spesifikasi tetangga tertentu dan untuk setiap i: w ij (baru) = w ij (lama) + α(x i -w ij (lama)) b. Perbaiki learning rate. c. Kurangi radius ke-tetangga-an pada waktu-waktu tertentu. d. Tes kondidi berhenti. Hubungan metode kohonen dalam segmentasi citra yaitu dalam membedakan antara objek satu dengan objek lainnya menggunakan algoritma kohonen. Dalam penelitian ini segmentasi terhadap citra yaitu membuat citra menjadi citra biner, yaitu bernilai 0 dan 1. Nilai 0 menunjukkan warna hitam dan warna 1 menunjukkan warna putih. Cara kerja kohonen di sini, yaitu citra yang diinputkan dilakukan training untuk mendapatkan bobotbobot terbaru. Bobot-bobot tersebut digunakan untuk mengubah citra dari grayscale menjadi citra biner. 3. METODE PENELITIAN Adapun penelitian ini mengenai segmentasi citra dalam mengubah warna citra dari berwarna menjadi citra biner seperti dalam Gambar 7. Citra Masukan Citra Gray Level GrayScale Transformasi Citra ke GrayScale Training SOM Proses Segmentasi dengan Clustering SOM Hasil Citra Segmentasi (Citra Biner) Gambar 7. Alur Segmentasi Penelitian Citra GrayScale Hasil Transformasi Citra Biner Hasil Segmentasi Clustering SOM Pada segmentasi citra digital terdiri dari beberapa langkah yang dapat digambarkan menjadi blok diagram dengan model seperti Gambar 8. Adapun langkah tiap proses dapat dilihat dalam flowchart seperti Gambar 9 dan 10. Akuisisi Citra Transformasi Citra Segmentasi Citra Gambar 8. Blok Diagram Segmentasi Citra Fungsi masing-masing bagian dalam diagram blok di atas sebagai berikut: 1. Akuisisi Citra yaitu proses menginputkan citra atau loading citra. 2. Melakukan proses perubahan terhadap citra jika citra inputan dalam bentuk citra RGB atau graylevel menjadi grayscale. 3. Citra inputan diproses atau dirubah ke bentuk grayscale selanjutnya disegmentasi menggunakan clustering SOM menjadi citra biner. 53

Start Input Citra Konversi ke GrayScale Segmentasi Citra dengan Clustering SOM Hasil Segmentasi Citra Simpan Hasil Segmentasi End Gambar 9. Flowchart Segmentasi Citra Start inisialiasi bobot, epoch maksimum, jumlah cluster, epoch=0 Input Citra Masukkan Nilai tiap pixel sebagai inputan jaringan SOM menghitung Jarak tidak jarakminimum ya Modifikasi Bobot ya epoch=epoch+1 vektor bobot akhir epoch<makepoc h tidak Hasil Clustering Citra Segmentasi Gambar 10. Alur Segmentasi Citra dengan Clustering SOM End 54

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam sistem ini menggunakan tool Matlab, dan sistem ini tidak menggunakan database. Sistem menggunakan inputan citra RGB dan grayscale. Langkah awal yaitu citra inputan (citra berwarna/rgb) dirubah ukurannya, yaitu diperkecil menggunakan tool Photoshop. Selanjutnya dari citra inputan RGB atau citra berwarna kemudian dikonversi menjadi citra grayscale menggunakan sintak pada Segmen 1. Hasil dari konversi, yaitu citra keabu-abuan. Segmen 1 Sintak Grayscale 1: function [A]=konversigray(citra) 2: ctr=citra; 3: red=ctr(:,:,1); 4: green=ctr(:,:,2); 5: blue=ctr(:,:,3); 6: A=(0.3*red)+(0.3*green)+(0.4*blue); 7: imshow(a); Hasil akhir dari sistem ini, yaitu citra biner. Citra yang hanya berwarna hitam dan putih. Dari citra grayscale diproses dengan algoritma SOM menghasilkan citra biner. Hasil dari setiap proses seperti dalam Tabel 2. Tabel 2. Hasil Citra Segmentasi Citra RGB Citra Grayscale Citra Biner 5. KESIMPULAN Dari pembahasan di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa algoritma SOM dapat mencluster citra menjadi biner. Yaitu mampu mengelompokkan citra yang hitam dan putih. Sistem dibangun menggunakan tool Matlab dan tidak menggunakan database. Citra inputan berupa citra RGB atau berwarna selanjutnya diproses menjadi citra grayscale atau keabuan. Hasil citra grayscale disimpan di dalam folder citra gray. Selanjutnya algoritma SOM mengsegmentasi menjadi citra biner. Hasil segmentasi citra biner disimpan di folder citra biner. DAFTAR PUSTAKA [1] Basuki, Achmad. 2005. Pengolahan Citra Menggunakan Visual Basic. Graha Ilmu: Yogyakarta. [2] Hermawan, Arief. 2006. Jaringan Syaraf Tiruan Teori dan Aplikasi. Andi: Yogyakarta. [3] Irawan, Feriza A. 2012. Buku Pintar Pemrograman Matlab. Mediakom: Yogyakarta. [4] Kadir, Abdul. 2013. Teori dan Aplikasi Pengolahan Citra. Andi: Yogyakarta. [5] Paulus, Erick. 2007. Cepat Mahit GUI Matlab. Andi: Yogyakarta. [6]Prasetyo, Eko. 2011. Pengolahan Citra Digital dan Aplikasinya Menggunakan Matlab. Andi: Yogyakarta. [7]Putra, Darma. 2010. Pengolahan Citra Digital. Andi: Yogyakarta. [8]Siang, Jong Jek. 2005. Jaringan Syaraf Tiruan dan Pemrogramannya Menggunakan Matlab. Andi: Yogyakarta. [9]Sutojo, T. 2011. Kecerdasan Buatan. Andi: Yogyakarta. 55