DISAIN ALAT PENGESUT DAUN NENAS DENGAN SISTEM MEKANIS UNTUK MENGHASILKAN SERAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

IV. ANALISIS TEKNIK. Pd n. Besarnya tegangan geser yang diijinkan (τ a ) dapat dihitung dengan persamaan :

BAB III PERANCANGAN. = 280 mm = 50,8 mm. = 100 mm mm. = 400 gram gram

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

POROS dengan BEBAN PUNTIR

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Transmisi 2.2 Motor Listrik

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Transmisi Motor Listrik

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

RANCANG BANGUN MESIN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG UNTUK CAMPURAN PAKAN TERNAK SAPI KAPASITAS PRODUKSI 30 kg/jam

BAB III PERANCANGAN Perencanaan Kapasitas Penghancuran. Diameter Gerinda (D3) Diameter Puli Motor (D1) Tebal Permukaan (t)

PERENCANAAN MESIN BENDING HEAT EXCHANGER VERTICAL PIPA TEMBAGA 3/8 IN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

PERENCANAAN MESIN PENGUPAS KULIT KEDELAI DENGAN KAPASITAS 100 KG/JAM

BAB III PEMBAHASAN, PERHITUNGAN DAN ANALISA

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINGKAT EFISIENSI PENGGUNAAN ALAT PEMOTONG KERUPUK RAMBAK SISTEM DOBEL PISAU DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH FIBER DI UKM KERUPUK RAMBAK

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

PERENCANAAN MESIN PENGIRIS PISANG DENGAN PISAU (SLICER) VERTIKAL KAPASITAS 120 KG/JAM

Lampiran 1 Analisis aliran massa serasah

BAB III PERENCAAN DAN GAMBAR

SABUK ELEMEN MESIN FLEKSIBEL 10/20/2011. Keuntungan Trasmisi sabuk

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

BAB II LANDASAN TIORI

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

TRANSMISI RANTAI ROL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

TRANSMISI RANTAI ROL 12/15/2011

MESIN PERAJANG SINGKONG

BAB IV PERHITUNGAN DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan untuk mencacah akan menghasikan serpihan. Alat pencacah ini

BAB IV PERHITUNGAN RANCANGAN

BAB II LADASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

BAB II DASAR TEORI. 1. Roda Gigi Dengan Poros Sejajar.

BAB VI POROS DAN PASAK

BAB II LANDASAN TEORI. khususnya permesinan pengolahan makanan ringan seperti mesin pengiris ubi sangat

BAB IV PERHITUNGAN DIMENSI UTAMA ESKALATOR. Dari gambar 3.1 terlihat bahwa daerah kerja atau working point dalam arah

RANCANG BANGUN ALAT PENGIRIS BAWANG MERAH KAPASITAS 46 KG/JAM

MESIN PERAJANG TONGKOL JAGUNG (JANGGEL) SEBAGAI BAHAN TAMBAH PAKAN TERNAK GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PARA PETERNAK DENGAN KAPASITAS

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN SERTA PEMBUATAN PELAMPUNG DAN SISTEM BELT PERUBAH PUTARAN PADA PROTOTIPE TURBIN AIR TERAPUNG

Kopling tetap adalah suatu elemen mesin yang berfungsi sebagai penerus putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan secara pasti

PERENCANAAN MESIN PERAJANG SINGKONG DENGAN KAPASITAS 150 Kg/JAM SKRIPSI

Analisa kekuatan Poros Pada Mesin Pengolah Pakan ternak Sapi. Oleh : Jumardi, SPd. ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN MESIN PERAJANG APEL KAPASITAS 60 KG/JAM

PERENCANAAN MESIN PENGEPRES PLAT PISAU ACAR KAPASITAS 600 LEMBAR/ JAM

Gambar 2.1. Bagian-bagian Buah Kelapa

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS

PERENCANAAN MESIN PEMECAH KEMIRI DENGAN KAPASITAS 50 KG/JAM SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

PERANCANGAN ULANG DAN PEMBUATAN MESIN PENGIRIS SINGKONG UNTUK MEMBUAT KRIPIK DENGAN METODE VDI 2221

PERENCANAAN MESIN PENYANGRAI KACANG TANAH MODEL ROLL HEATER KAPASITAS 48 KG/JAM MENGGUNAKAN PEMANAS LPG

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

RANCANG BANGUN MESIN PENCACAH RUMPUT GAJAH

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN MESIN PENGADUK BAHAN BAKU PAKAN IKAN LELE DENGAN KAPASITAS 80 KG/JAM SKRIPSI. Diajukan Salah Satu Syarat

BAB II DASAR TEORI 2.1. Prinsip kerja Mesin Penghancur Kedelai 2.2. Gerenda Penghancur Dan Alur

TUGAS MATA KULIAH PERANCANGAN ELEMEN MESIN

Jumlah serasah di lapangan

PERENCANAAN MESIN PENGUPAS KULIT KACANG TANAH DENGAN KAPASITAS 400 KG/JAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

JURNAL PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN MESIN PEMIPIL JAGUNG DENGAN KAPASITAS 300 KG/JAM

Hopper. Lempeng Panas. Pendisribusian Tenaga. Scrubber. Media Penampung Akhir

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES PUTER DENGAN PENGADUK DAN PENGGERAK MOTOR LISTRIK

PERANCANGAN CAKE BREAKER SCREW CONVEYOR PADA PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS PABRIK 60 TON TBS PER JAM

BAB II LANDASAN TEORI

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERANCANGAN PISAU MESIN PEMIPIL DAN PENGHANCUR BONGGOL JAGUNG HADIYATULLAH

PERANCANGAN MESIN PENGUPAS KULIT KENTANG KAPASITAS 3 KG/PROSES

BAB III ANALISA PERHITUNGAN

PENDEKATAN RANCANGAN Kriteria Perancangan Rancangan Fungsional Fungsi Penyaluran Daya

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan transmisi sabuk, menurut Sularso (1979 : 163), dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI

PERHITUNGAN DAYA DAN PENGUJIAN MESIN PENGEPRESS SANDAL

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN. Mulai

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

TINJAUAN PUSTAKA. komponen pada beberapa wadah yang berbeda sehingga masih tetap terpisah satu

Transkripsi:

PKMT-1-2-1 DISAIN ALAT PENGESUT DAUN NENAS DENGAN SISTEM MEKANIS UNTUK MENGHASILKAN SERAT Alfatah Dwi Putra, Sumarlin, dan Marissa PS Teknik Pertanian, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya, Indralaya ABSTRAK Di Sumatera Selatan daun nenas selama ini masih merupakan limbah yang belum dimanfaatkan sama sekali. Walupun sudah yang memanfaatkan serat nenasnya menjadi benang jahit, untuk itu dibuat disain alat pengesut daun nenas dengan sistem mekanis untuk menghasilkan serta. Sehingga lebih meningkatkan produktivitas serta kualitas yang lebih baik dari pada secara manual. Hasil kegiatan luaran yang diharapkan. Akan dapat diciptakan alat pengesut serat nenas untuk meningkatkan produksi dan kualitas serat nenas. Dapat digunakan oleh mahasiswa sebagai tugas akhir dalam penyelesaian studi. Sebagai bahan praktikum mata kuliah alat dan mesin, Instrumentasi, ergonomika, elektronika, elektrifikasi dan energi maupun mata kuliah yang berhubungan dengan teknologi pasca panen. Terciptanya peluang untuk dapat bekerjasama dengan industri pembuat alat dan mesin pertanian, eksportir, dan konsumen serat-seratan. Melatih mahasiswa untuk berwiraswasta, sehingga setelah selesai dari perguruan tinggi diharapkan akan termotivasi untuk mengembangkan kreativitasnya untuk mendesain model pengesut daun untuk menghasilkan serat nenas. Setelah dilakukan pengujian, alat ini mampu memproduksi 0,691 g/dt dengan berat daun nenas mula-mula 58,347 setelah pengujian selama 89,744 dt. Sehingga alat ini dapat menggantikan kegiatan yang secara manual menjadi mekanis. Kata kunci: PENDAHULUAN Perkembangan luas panen dan produksi tanaman nenas secara nasional mencapai 381.964 ton pada tahun 1996 dan selalu meningkat mencapai 429.207 ton pada tahun 2000 dengan volume ekspor bentuk olahan 103.418 dan bentuk segar 40.894.891 pada tahun 1996 sedangkan meningkat menjadi bentuk olahan 38.532.073 bentuk segar 80.965.006 pada tahun 2000. Sehingga nilai ekspor pada tahun 1996 dalam bentuk olahan 50.133.536 US$, dan pada tahun 2000, nilai ekspor dalam bentuk olahan 29.639.191 US$. Daerah Sumatera Selatan adalah penghasil nenas nomr 2 secara nasional setelah Jatim yaitu mencapai 33.468 ton pada tahun 1996 dan menghasilkan 56.620 ton pada tahun 2000 (Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2001). Di Sumatera Selatan sendiri yang menjadi sentra produksi buah nenas adalah kabupaten Muara Enim, Ogan Ilir dan Prabumulih (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Tk I, 2000). Propinsi Sumatera Selatan sudah sejak lama dikenal sebagai daerah penghasil nenas dengan kondisi alam yang mendukung, tanaman nenqas dapat tumbuh dengan baik, sehingga banyak diusahakan oleh petani. Di Sumatera Selatan sudah banyak yang melakukan pengolahan buah nenas yang dijadikan keripik, sele dan sari nenas dalam bentuk usaha rumah tangga. Namun daun nenas masih belum dimanfaatkan secra maksimal bahkan sering menjadi limbah yang

PKMT-1-2-2 tidak dapat dimanfaatkan. Bahkan ternakpun tidak dapat memaknnya dikarenakan daunnya berduri. Akhir-akhir ini daun nenas sudah dapat dimanfaatkan, bahkan sudah ada yang dijadikan bahan tekstil seperti baju serat nenas. Berdasarkan pemikiran di atas maka perlu dilakukan proses pemanfaatan daun nenas untuk meningkatkan nilai ekonomi. Hanya saja kendala yang sering dihadapi oleh pengrajin serat nenas adalah pengambilan serat nenasnya masih dilakukan secara manual yaitu terbatasnya teknologi tepat guna untuk pengambilan serat nenas tersebut, bahkan kadangkadang serat yang diambil sering putus-putus karena alat pengesutnya tidak stabil, sehingga kapasitas pembuatan bahan kain tenun masih rendah. Salah satu metode yang digunakan untuk pengolahan serat Nenas yang berskala prototype. METODE PENDEKATAN Proses pengolahan daun nenas menjadi serat daun nenas dengan menggunakan alat pengesut daun nenas tipe silinder secara mekanis mempunyai beberapa tahap seperti berikut: Faktor teknis yang akan dibahas untuk mementukan kelayakan alat pengesut daun nenas adalah kapasitas produksi yaitu kapasitas kerja efektif dan kapasitas kerja efektif dan kapasitas kerja teoritis, kebutuhan putaran silinder, analisis gaya, analisis sudut kontak sabuk terhadap puli, analisis kecepatan keliling puli, analisis kebutuhan daya. METODELOGI PELAKSANAAN PROGRAM 1. Tempat dan Waktu Kegiatan ini dilakukan di Laboratorium Biosistem dan Alat dan Mesin Pertanian Program Studi Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya dan di Balai Latihan Kerja, dilaksanakan dari bulan Januari 2006 sampai Juni 2006. 2. Metode Metode yang digunakan adalah terbagi dalam beberapa tahap, dimulai dari tahap pendekatan rancangan dan analisis teknis, kemudian tahap pembuatan alat dan selanjutnya tahap pengujian alat. Hal ini meliputi: a. Proses Penelurusan Rancangan b. Kriteria Rancangan c. Desain Fungsional d. Rancangan Struktural e. Cara Kerja Alat Sortasi Tahap persiapan dalam kegiatan program ini meliputi : 1. Observasi Pada tahap ini kami melakukan observasi ke kecamatan Tanjung Batu desa Sunuro Kabupaten Ogan Komering Ilir dan didaerah tersebut kami menemukan bahwa banyak terdapat limbah Nenas khususnya daun nenas yang dapat kami manfaatkan untuk diambil seratnya. kami juga menemukan masyarakat yang sedang memanfaatkan limbah daun nenas untuk diambil seratnya yang masih dilakukan secara tradisional 2. Studi Pustaka Pada tahap ini kami mencari informasi mengenai pemanfaatan limbah nenas. Adapun sumber-sumber informasi yang kami dapatkan melalui penggunaan

PKMT-1-2-3 internet serta buku-buku yang ada di perpustakaan dan jurnal jurnal ilmiah yamg berkaitan dengan pemanfaatan limbah nenas khususnya daun nenas. 3. Proposal Pada tahap ini kami membuat gambaran tentang alat yang akan kami ajukan ke Program Kreativitas Mahasiswa. Adapun format proposal yang kami buat mengikuti ketentuan yang berlaku secara nasional. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pengolahan daun nenas menjadi serat daun nenas dengan menggunakan alat pengesut daun nenas tipe silinder secara mekanis mempunyai beberapa tahap seperti berikut: Faktor teknis yang akan dibahas untuk mementukan kelayakan alat pengesut daun nenas adalah kapasitas produksi yaitu kapasitas kerja efektif dan kapasitas kerja efektif dan kapasitas kerja teoritis, kebutuhan putaran silinder, analisis gaya, analisis sudut kontak sabuk terhadap puli, analisis kecepatan keliling puli, analisis kebutuhan daya. 1. Daya Pemilihan Penyaluran Tenaga Menurut Daryanto (1988), perpindahan putaran adalah memindahkan daya dari sumbu yang berputar kepada sumbu lain, baik secara tegak lurus, bersilang maupun perubahan jumlah kecepatan yang berputar. Jarak yang jauh antara dua buah poros sering tidak memungkinkan terjadinya transmisi daya secara langsung. Oleh sebab itu untuk mentransmisikan daya dari satu poros ke poros yang lain dapat digunakan sabuk dan rantai yang dibelitkan di sekeliling puli pada poros (Sularso dan Suga, 1987). Sistem penyaluran tenaga dengan menggunakan puli dan sabuk dapat memilih menggunakan sabuk rata, sabuk v atau sabuk gigi (Stolk dan Kros, 1986). Keuntungan penggunaan sistem penyaluran tenaga dengan menggunakan puli dan sabuk adalah mudah penanganannya, sederhana konstruksinya, mudah untuk mendapatkan perbandingan putaran yang diingini, bekerjanya lebih halus dan harganya relatif murah (Sularso dan Suga, 1987). Sabuk v terutama diguanakan agar dalam keadaan yang paling tidak menguntungkan, seperti jarak sumbu kecil, perbandingan transmisi besar, prategangan kecil namun masih memberikan penyelesaian (Stolk dan Kros, 1986). Untuk penampang jenis v standar, kecepatan sabuk v harus kurang dari 30 m/ detik dan untuk jenis penampang sabuk v harus kurang ari 35 m/ detik. Sedangkan daya maksimum yang dapat ditranmisikan sekitar 500 kw (Sularso dan Suga. (1987). 2. Macam-macam Penyaluran Tenaga Menurut Daywin et al., (1984), suatu mesin atau alat terdiri dari beberapa bagian yang digunakan untuk menyalurkan tenaga. Penyaluran tenaga umumnya dilakukan oleh sabuk, rantai, roda gigi, puli dan poros. Terdapat tujuh macam type sabuk yang digunakan saat ini yaitu : 1) round belt, 2) flat belt, 3) v-belt, 4) banded V-belt, 5) linked V-belt, 6) timing belt dan 7) v-ribbed belts (Deere. J, 1980).

PKMT-1-2-4 3. Tata Cara Merencanakan Penyalur Tenaga Untuk merencanakan rangkaian sistem transmisi sabuk-v yang menentukan jenis penampang sabuk-v yang akan digunakan, haruslah diketahui dulu daya dan kecepatan putaran poros yang akan ditransmisikan serta perbandingan transmisinya. Daya yang akan ditransmisikan dikalikan dengan factor koreksi (fc) tertera pada Lampiran 3, akan menghasilkan daya rencana (Pd). Menurut Creamer (1984) pengurangan rpm dapat dilakukan dengan merubah diameter puli yang digunakan. Semakin besar diameter puli maka akan semakin kecil rpm yang dihasilkan. Pengurangan rpm dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : D 1 n 2 = D 2 n 1 Keterangan : n : putaran permenit (rpm) D : diameter puli (m) Menurut Sularso dan Suga (1987), perhitungan dilanjutkan dengan menentukan momen puntir rencana (T) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : T = 9,74 x 10 5 ( Pd ) n Keterangan : T : momen puntir rencana (kg.mm) Pd : daya rencana (kw) n : putaran permenit poros (rpm) Berdasarkan bahan poros yang digunakan dapat diketahui kekuatan tariknya (Tb), dan kemudian besarnya tegangan geser yang diijinkan (Ta) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: Ta = Tb ( Sf 1 x Sf 2 ) Keterangan : Ta : tegangan geser yang diijinkan (kg/mm 2 ) Tb : kekuatan tarik poros (kg/mm 2 ) Sf 1 : faktor keamanan poros terhadap kelelahan beban puntir yang nilainya antara 5,6 sampai 6,0. Sf 2 : faktor keamanan poros terhadap pemberian alur pasak, poros bertangga dan kekasaran permukaan yang nilainya antara 1,3 sampai 3,0. Sedangakan untuk mennentukan diameter poros (ds) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : ds 5,1 = ( x Kt x Cb x T ) 1/3 Ta Keterangan : ds : diameter poros (mm) Ta : tegangan geser yang diijinkan (kg/mm 2 ) Kt : faktor keamanan poros terhadap momen puntir yang nilainya 1,0 sampai 1,5 untuk sedikit kejutan atau tumbukan dan 1,5 sampai 3,0 untuk kejutan atau tumbukan besar. Cb : faktor keamanan poros terhadap beban lentur yang nilainya 1,2 sampai 2,3 jika diperkirakan akan terjadi beban lentur dan 1,0 jika diperkirakan tidak terjadi beban lentur.

PKMT-1-2-5 T : momen puntir rencana (kg.mm) Untuk menentukan jarak sumbu poros (C), umumnya jarak sumbu poros harus sebesar 1,5 kali sampai 2 kali diameter puli besar. Berdasarkan hal tersebut dan untuk menghindari pemotongan dan penyambungan kembali sabuk v, sebaiknya sebelum menentukan jarak sumbu poros (C) panjang keliling sabuk-v (L) yang tersedia di pasaran diamati dulu. Setelah panjang keliling sabuk-v (L) diketahui, jarak sumbu poros (C) dapat dihitung dengan persamaan: C = b + b 2 8 (Dp dp) 2 8 Keterangan : b : 2 L - 3,14 (Dp + dp) C : jarak sumbu poros (mm) Dp : diameter puli penggerak (mm) dp : diameter puli motor listrik (mm) L : panjang keliling sabuk-v (mm) 4. Kebutuhan Putaran Silinder Menurut Mitchell et al. (1984), untuk menghitung kecepatan silinder dapat diperoleh dengan menggunakan rumus: n = 60 (10) 3 H / d Wt Keterangan: n = putaran per menit (rpm) H = Daya (watt) d = Diameter puli (mm) Wt = Beban yang dipindahkan (J) 5. Analisis Gaya Mesin pengesut daun nenas digunakan untuk tujuan industri menengah, untuk menggerakkan alat ini diguanakan transmisi daya yaitu : puli, belt, dan poros. Belt menghubungkan puli yang satu dengan puli yang lain, dengan melilitkan belt disekeliling puli. Menurut Sears dan Zemansky, (1991) gaya yang bekerja pada puli yang digerakkan digunakan rumus : F = m a t F = gaya untuk memutar benda (kg m/s 3 ) m = beban elemen yang diputar (kg) a t = percepatan puli yang digerakkan (m/s 2 ) Sedangkan untuk menghitung percepatan benda putar digunakan rumus : a t = x r = percepatan sudut puli yang digerakkan (rad/s 2 ) r = jari-jari puli yang digerakkan (m) Untuk menghitung percepatan sudut puli yang digerakkan digunakan rumus : = t t = kecepatan sudut puli yang digerakkan (rad/det 2 ) = waktu (s)

PKMT-1-2-6 6. Analisis Sudut Kontak Sabuk Terhadap Puli Menurut Khurmi dan Gupta (1982), sudut kontak puli terhadap sabuk dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Sin = r 1 r 2 d Keterangan : r 1 : jari-jari puli besar (m) r 2 : jari-jari puli kecil (m) d : jarak kedua puli (m) : sudut kontak puli terhadap sabuk (radian) 7. Analisis Kecepatan Keliling Sabuk (belt) Menurut Suryanto (1995), untuk menghitung kecepatan keliling sabuk dapat digunakan rumus : V = x dp x n 60 Keterangan : V : kecepatan keliling sabuk (m/s) dp : diameter puli (m) n : putaran permenit puli (rpm) 8. Analisis Kebutuhan Daya Menurut sunaryo, (1995) kebutuhan daya pada benda putar menggunakan rumus sebagai berikut : Kerja ( Joule) F 2 r n P = = Waktu (Detik) 60 P r n = daya yang dibutuhkan untuk memutar puli yang digerakkan (watt). F = gaya pada puli yang digerakkan (N) = jari-jari puli digerakkan (m) = putaran silinder per menit (rpm) 9. Kapasitas dan Efisiensi Kerja Menurut Irwanto (1983), kapasitas kerja suatu mesin atau alat adalah kemampuan kerja mesin atau alat tersebut untuk memberikan hasil (hektar, kilogram, liter) persatuan waktu. Menurut Lubis et al. (1987), kapasitas kerja suatu mesin atau alat terdiri dari kapasitas kerja teoritis dan kapasitas kerja efektif. Kapasitas teoritis adalah kemampuan maksimum suatu alat atau mesin untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan factor-faktor maksimum yang berpengaruh terhadap pekerjaannya. Sedangkan kapasitas kerja efektif adalah kemampuan kerja yang sebenarnya suatu mesin atau alat untuk menyelesaikan pekerjaannya. Untuk menghitung kapasitas efektif alat penyerut dapat menggunakan persamaan 9 : Kapasitas efektif alat = jumlah bahan jumlah waktu (s)

PKMT-1-2-7 Menurut Muin (1986), secara teoritis dapat diperoleh persamaan matematik untuk menentukan kapasitas teoritis alat dengan menggunakan persamaan: Kapasitas teoritis alat (G) = A x s x N x td x pd Keterangan : G = Kapasitas serutan (gr/s) A = luas bidang mata pisau (cm 2 ) s = jarak antar mata pisau (cm) N = kecepatan putaran permenit (cm/rpm) = massa jenis daun nenas (gr/cm 3 ) td = tebal daun nenas (cm) pd = panjang daun nenas (cm) Menurut Daywin et al (1983) efisiensi kerja alat ditentukan dengan membandingkan antara kapasitas kerja efektif terhadap kapasitas kerja teoritis yang dinyatakan dalam persen (%). Efisiensi alat penyerut daun nenas ini adalah : Efisiensi = Kapasitas kerja efektif alat Kapasitas kerja teoritis alat x 100 % Hasil pengujian kapasitas efektif kerja alat pada alat penyerut daun nenas yang dirancang dengan menggunakan tenaga penggerak listrik dan tenaga penggerak manusia disajikan dalam Tabel 1 dan Tabel 2. Gambar 1. Alat Pengesut Daun Nenas

PKMT-1-2-8 Tabel 1. Kapasitas efektif alat penyerut daun nenas dengan menggunakan tenaga penggerak listrik Ulangan Berat daun nenas mulamula Berat serat daun nenas setelah diserut Berat serutan yang terbuang Waktu penyerutan (dt) Kapasitas efektif (g/dt) 1 56,52 25,14 31,38 73,38 0,77 2 52,23 20,34 31,99 126,65 0,41 3 56,76 15,30 41,46 63,18 0,89 4 59,86 18,64 41,22 96,64 0,62 5 66,41 24,81 41,60 132,31 0,5 6 55,78 18,27 37,51 85,11 0,65 7 64,22 22,50 41,72 65,54 0,98 8 62,32 25,27 37,05 107,47 0,58 9 56,53 19,85 36,68 67,49 0,84 10 52,74 19,98 32,76 78,67 0,67 Rata-rata 58,347 23,56 34,061 89,744 0,691 Tabel 2. Kapasitas efektif alat penyerut daun nenas dengan menggunakan tenaga Manusia. Ulangan Berat daun nenas mula-mula Berat serat daun nenas setelah diserut Berat serutan yang terbuang Waktu penyerutan (dt) Kapasitas efektif (g/dt) 1 11,37 3,53 7,84 74,85 0,15 2 17,56 5,04 12,52 81,78 0,21 3 12,4 4,28 8,12 67,50 0,18 4 15,02 4,91 10,11 51,81 0,29 5 18,54 6,08 12,6 90,22 0,2 6 12,9 4,76 8,14 60,35 0,21 7 11,59 3,91 7,68 85,66 0,13 8 18,37 5,54 12,83 80,69 0,1 9 18,31 5,49 12,82 82,50 0,22 10 11,1 3,12 7,98 70,12 0,16 Rata-rata 14,716 4,666 10,05 74,548 0,185 Hasil pengujian menunjukkan bahwa kapasitas efektif rata-rata kerja alat penyerut daun nenas yang dirancang sebesar 0,691 g/dt atau 2,49 kg/jam (Tabel 1) dan dengan menggunakan tangan, kapasitas efektif rata-rata sebesar 0,185 g/dt atau 0,666 kg/jam (Tabel 2).

PKMT-1-2-9 Hal ini disebabkan karena terdapat perbedaan kecepatan putaran pisau penyerut. Jika menggunakan tenaga listrik lebih cepat dan waktu yang dibutuhkan dalam penyerutan lebih singkat jika dibandingkan dengan penyerutan daun nenas dengan menggunakan tenaga manusia membutuhkan waktu yang cukup lama. Gambar serat daun nenas setelah mengalami penyerutan sebanyak tiga kali : Gambar 2. Serat Daun Nenas Hasil Serutan Tabel 3. Efisiensi tenaga penggerak penyerutan daun nenas Tenaga Penggerak Manusia Listrik Kapasitas Teoritis 6,15 kg/jam 2,3 kg/jam (kg/jam) Kapasitas Efektif 2,49 kg/jam 0,666 kg/jam (kg/jam) Efisiensi kerja alat 40,48 % 28,96 % (%) Berdasarkan perhitungan, diperoleh kapasitas teoritis kerja (K.T), yaitu sebesar 6,15 kg/jam untuk tenaga penggerak listrik dan 2,3 kg/jam untuk tenaga manusia maka diperoleh nilai efisiensi kerja alat yaitu sebesar 40,48 % untuk tenaga penggerak listrik dan 28,96 % untuk tenaga manusia. Hasil pengujian efisiensi kerja penyerutan daun nenas yang dirancang dengan menggunakan tenaga listrik dan tenaga manusia disajikan dalam Tabel 3. dan hasil pengujian efisiensi penyerutan menggunakan tenaga penggerak listrik dan tenaga manusia disajikan dalam Tabel 4 dan Tabel 5. Nilai efisensi penyerutan diperoleh dari hasil perbandingan antara berat daun nenas sebelum diserut dengan berat serat daun nenas setelah diserut. Berdasarkan hal tersebut ternyata nilai efisensi penyerutan alat dengan menggunakan tenaga penggerak listrik sebesar 36,011 % (Tabel 4) dan menggunakan tenaga penggerak manusia sebesar 31,862 % (Tabel 5)

Tabel 4. Efisiensi penyerutan alat penyerutan daun nenas menggunakan tenaga penggerak listrik. Ulangan Berat daun nenas mulamula Berat serat daun nenas setelah diserut Berat serutan yang terbuang Waktu penyerutan (dt) Efisiensi penyerutan (%) 1 56,52 25,14 31,38 73,38 44,48 2 52,23 20,34 31,99 126,65 38,87 3 56,76 15,30 41,46 63,18 26,95 4 59,86 18,64 41,22 96,64 31,14 5 66,41 24,81 41,60 132,31 37,36 6 55,78 18,27 37,51 85,11 32,75 7 64,22 22,50 41,72 65,54 35,0 8 62,32 25,27 37,05 107,47 40,55 9 56,53 19,85 36,68 67,49 35,11 10 52,74 19,98 32,76 78,67 37,9 Rata-rata 58,347 23,56 34,061 89,744 36,011 Tabel 5. Efisiensi penyerutan alat penyerutan daun nenas menggunakan tenaga manusia Ulangan Berat daun nenas mula-mula Berat serat nenas setelah diserut Berat serutan yang terbuang Waktu Efisiensi penyerutan penyerutan (dt) (%) 1 11,37 3,53 7,84 74,85 31,05 2 17,56 5,04 12,52 81,78 28,70 3 12,4 4,28 8,12 67,50 34,51 4 15,02 4,91 10,11 51,81 32,69 5 18,54 6,08 12,6 90,22 32,79 6 12,9 4,76 8,14 60,35 36,9 7 11,59 3,91 7,68 85,66 33,74 8 18,37 5,54 12,83 80,69 30,16 9 18,31 5,49 12,82 82,50 29,98 10 11,1 3,12 7,98 70,12 28,10 Rata-rata 14,716 4,666 10,05 74,548 31,862 KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat ditarik adalah : 1. Nenas merupakan salah satu jenis buah yang memiliki limbah, yang sampai saat ini belum ada pemanfaatan limbahnya. 2. Proses pengolahan daun nenas menjadi serat daun nenas dengan menggunakan alat pengesut daun nenas tipe silinder secara mekanis mempunyai beberapa tahap.

3. Kapasitas kerja suatu mesin atau alat adalah kemampuan kerja mesin atau alat untuk memberikan hasil persatuan waktu. 4. Kapasitas efektif kerja alat menggunakan tenaga penggerak listrik lebih besar daripada jika menggunakan tenaga manusia. 5. Efisiensi kerja alat ditentukan dengan membandingkan antara kapisitas efektif kerja alat terhadap kapasitas teoritis kerja alat yang dinyatakan dalam persen (%). 6. Nilai efisiensi penyerutan diperoleh dari hasil perbandingan antara berat daun nenas sebelum diserut dengan berat serat daun nenas setelah diserut. DAFTAR PUSTAKA Direktoret Jendral Pertanian Tanaman Pangan. 1983. Pengembangan Prodeksi Hortikultura. Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan. Departemen Pertanian RI. Jakarta. Kantor Wilayah Departemen Perdagangan Propinsi Sumatera Selatan. 1990. Produksi Nenas di Sumatera Selatan. Kantor Wilayah Departemen Propinsi Sumatera Selatan. Palembang Lisdiana dan Soemadi, W. N. 1997. Budidaya Nenas. C. V. Aneka. Solo. Muljohadjo, M. 1984. Nenas dan Teknologi Pengolahannya. Liberty. Yogyakarta. Pracaya. 1982. Nenas, Budidaya, Guna Budidaya dan Hasil Olahannya. Penerbit C. V. Guna Yasa. Jakarta. Sunaryono. 1989. Budidaya Buah-buahan. Penerbit Swadaya. Jakarta. Suganda, H. 1983. Dinamika Mesin-mesin. Erlangga. Jakarta.