BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Hal ini disebabkan karena manusia dibekali akal pikiran, kesadaran,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. tepat untuk mengadakan perubahan secara mendasar, karena diyakini bisa

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja hanya satu kali dalam kehidupan, jika seorang remaja merasa

BAB I PENDAHULUAN. ghoirumahdloh (horizontal). Sebagaimana firman Allah swt berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan agama anak di sekolah. Hal ini sesuai dengan pemikiran jalaluddin

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. persamaan dengan orang-orang lain, sedangkan dalam hal-hal lain dia berbeda

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

KOMUNIKASI MENGOKOHKAN FUNGSI KELUARGA

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian dan Penegasan Judul

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP. Nama : Musafak NPM :

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Venty Fatimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

I. PENDAHULUAN. bukan hanya dari potensi akademik melainkan juga dari segi karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyederhanakan sumber-sumber moral dan disajikan dengan memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. Internet, media sosial, hand phone, dan lain-lain. Dan tantangan yang paling

BAB I PENDAHULUAN. sebuah masyarakat adalah aqidah, khususnya aqidah Islam. Maka tugas

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari masyarakat Islam itu sendiri. Keberadaan masjid pada

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB IV IMPLEMENTASI KONSEP MANUSIA MENURUT PANDANGAN PLATO DENGAN AJARAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

BAB IV ANALISIS PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA. A. Analisis Akhlak Remaja di Desa Karanganom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang dicita-citakan. Sejalan dengan Mukadimah Undang Undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Keluarga menjadi tempat pertama seseorang memulai

BAB I PENDAHULUAN. sulit untuk dientaskan diantaranya adalah karena rendahnya kemampuan. adalah dengan didirikannya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara filosofis, ibadah dalam Islam tidak semata-mata bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan. martabat kemanusiaan (Sinegar, UUD 1945: 31).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. perkembangan modernisasi yang mendunia serta menipisnya moral keimanan

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental baik

BAB I PENDAHULUAN. lembaga sekolah, non formal yakni keluarga dan informal seperti halnya pondok

PROBLEMATIKA PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI GAMPONG LHOK SEUNTANG KECAMATAN JULOK KABUPATEN ACEH TIMUR. Skripsi. Diajukan Oleh : J A S M A N I

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan satu unsur generasi muda yang menjadi titik tumpu

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilihat di kota-kota sampai ke pelosok-pelosok desa. Masjid mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses yang ditempuh oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. emosional orang lain, perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan manusia lain, membutuhkan sebuah kelompok dalam bentuknya

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi, menjadi tantangan serius bagi dunia pendidikan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa

Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila. 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah, b) Rumusan Masalah, c) Tujuan Penelitian, d) Manfaat Penelitian, e)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pertama, karena dalam keluarga inilah anak pertama-tama mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada sekat secara tidak langsung menciptakan batas batas moralitas

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV PERANAN MAJELIS TAKLIM AL-HAQ WAL HAŻ DALAM MEMBINA MORAL REMAJA PONCOL

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan BAB I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20. Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. asasnya. Masing-masing nilai itu dapat diimplementasikan dalam berbagai. persatuan dan kesatuan, kerakyatan dan keadilan.

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mengerti nilai-nilai dan mulai memakainya dengan cara-caranya sendiri. 1 Pada usia ini

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Parsons, Op. cit, hal. 206

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) Ar-Rahman merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Ia dan alam semesta terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam perspektif Al-Qur an merupakan wujud dari. penyesuaian diri dengan pengalaman hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia sebagaimana tertuang dalam. Undang Undang No 2/1989 Sistem Pendidikan Nasional dengan tegas

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB V PENUTUP. santri putra Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan. 1. Konsep Diri Santri Putra Pondok Pesantren Sunan Drajat Lamongan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makhluk-nya bersyukur atas karunia yang diberikan Allah SWT.

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

PENDAHULUAN. begitu pun keterkaitannya dengan Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Nya sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengembangan ekstrakurikuler merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kecerdasan, kepribadian, pengendalian diri serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna. Disamping manusia. terjadi karena manusia dianugerahi akal oleh Allah Swt, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. yang ia miliki, baik secara vertikal (hablumminallah) maupun secara horisontal

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk yang lain. Hal ini disebabkan karena manusia dibekali akal pikiran, kesadaran, nalar, atau rasio yang merupakan salah satu keistimewaan yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia. Dengan potensi akalnya tersebut, manusia selalu mempertanyakan, berpikir, dan merenung segala sesuatu. Rangkaian aktivitas tersebut dilakukan untuk selalu memenuhi kebutuhan hidupnya. Di lain sisi, selain sebagai makhluk rasional, manusia juga merupakan makhluk yang terdiri dari aspek organis-jasmaniah, psikis-rohani, sosial kebersamaan, dan religius yang melekat pada tiap individu. 1 Dari gambaran tersebut, dapat dipahami bahwa manusia selain sebagai makhluk rasional, makhluk sosial sekaligus juga sebagai makhluk religius. Sebagai makhluk rasional, manusia berusaha mencukupi semua kebutuhan hidupnya dengan cara berpikir yang logis. Tentunya di dalam memenuhi kebutuhannya manusia selalu membutuhkan orang lain di dalam kebersamaanya sebagai makhluk sosial. Dengan artian, sebagai mahluk sosial, manusia selalu mengadakan interaksi dengan manusia lainnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas dalam kehidupannya. Interaksi sosial adalah proses di mana antara individu dan kelompok berhubungan satu dengan yang 1 M. Munandar Soelaeman. Ilmu Sosial Dasar Teori Dan Konsep Ilmu Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2001), 123. 1

2 lainnya. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kehidupan sosial, tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. 2 manusia dengan manusia lain tidak akan menghasilkan pergaulan tanpa adanya interaksi sosial. Terjadinya interaksi sosial akan menghasilkan aktifitas sosial. Salah satu aktivitas sosial yang perlu dikembangkan adalah jalinan ukhuwah di antara manusia. Hal ini penting, karena dalam jiwa manusia terdapat sisi-sisi religius, di mana setiap seseorang di dalam kesehariannya selalu membutuhkan rasa tenang dan kedamaian dalam hidup bermasyarakat. Terlebih di jaman sekarang, di saat umat manusia memasuki era globalisasi, di mana manusia yang hidup di era tersebut rata-rata mengalami anomie, yaitu suatu keadaan di mana setiap individu manusia mengalami kehilangan ikatan yang memberikan perasaan aman dan ketenangan dengan sesama manusia lainnya sehingga menyebabkan kehilangan pengertian yang memberikan petunjuk tentang tujuan dan arti kehidupan di dunia ini. 3 Begitu juga halnya yang terjadi pada masyarakat Indonesia, gaya hidup yang individual, pola pikir yang materialis, hedonis, sekuler, seakanakan menjadi karakter baru dalam masyarakat Indonesia. Lihat saja berbagai ironi dalam kehidupan sehari-hari, di saat kita ramai-ramai mendengungkan nilai-nilai keluhuran Islam Nusantara yang identik dengan keramahan, kesopanan, gotong royong, persaudaraan, kepeduliaan, dan tenggang rasa 2 Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2007), 54-55. 3 Haedar Nashir, Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), 3.

3 tetapi di waktu yang bersamaan pula muncul problem sosial di sekitar masyarakat kita. Kekerasan dan kejahatan muncul dalam berbagai bentuk di lingkungan keluarga, sekolah, maupun pendidikan. Kriminalitas tumbuh subur dengan berbagai jenisnya, konflik antar suku dan agama sering terjadi mewarnai media massa, kehidupan seks bebas antar pelajar dan mahasiswa menjadi menu sehari-hari. Berangkat dari permasalahan di atas, maka menjadi sebuah keharusan bagi setiap individu untuk kembali mengokohkan nilai-nilai ukhuwah antar umat manusia, terlebih pada sesama umat muslim dengan membangun kembali tali Ukhuwah Islamiyah fi din al-islam. Hal ini penting, karena setiap muslim menurut ajaran Islam sebenarnya saudara yang sama-sama mempunyai iman yang sama. Selain persamaan iman, tentunya dalam kehidupan bermasyarakat setiap muslim ingin hidup dengan damai, aman, tenteram, dan penuh kebahagiaan. Kondisi seperti ini, tentunya juga dicitacitakan Islam. Di mana agama Islam menghendaki agar manusia bersatu dalam asas kebersamaan persaudaraan, keadilan, kebenaran, saling tolongmenolong, saling menasihati dan lain sebagainya. Sebagaimana dijelaskan dalam al-quran surat al-hujurat ayat 10: Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaiki hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

4 Ayat di atas menegaskan bahwa manusia menurut fitrahnya adalah umat yang terpadu dan bersatu, suka bekerja sama, bahu membahu dan saling membantu. Oleh karena itu, Allah memerintahkan kaum muslimin dengan memupuk persatuan, agar tidak mudah dipecah-belah dan mengatur hubungan satu sama lain, melalui tolong menolong dan saling bantu membantu. Dengan arti lain, Ukhuwah Islamiyah fi din al-islam mempunyai makna persaudaraan dan kebersamaan dalam Islam. Lahirnya Ukhuwah dalam Islam sangat erat kaitannya dengan pengalaman ajaran agama secara keseluruhan. Orang mukmin yang bersaudara berkumpul dalam satu dasar yaitu iman, oleh karena itu hukumnya wajib mempererat tali persaudaraan antar sesama muslim. Pernyataan di atas semakin meneguhkan bahwa menjalin persaudaraan sesama muslim sangat penting artinya, karena dengan ikatan persaudaraan akan diperoleh persatuan. Dengan adanya persatuan dapat diraih kekuatan. Jika persatuan dan kekuatan telah dimiliki oleh umat Islam maka Insyaallah, segala apa yang menjadi harapan hidup kaum muslim dapat terwujud. Salah satu contoh untuk mewujudkan persatuan antar sesama muslim, yaitu menjadikan masjid sebagai basis pergerakan dengan cara meramaikan masjid dengan kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh kelompok remaja, baik dalam lingkungan pendidikan dan masyarakat. Dalam hal ini remaja menjadi sorotan utama, selain fase remaja merupakan fase transisi yang rawan, di mana psikologi remaja masih labil, senang mencoba hal-hal yang baru, dan senang akan resiko, di lain sisi fase remaja juga merupakan kelompok manusia yang penuh potensi akhirnya

5 kesan itu menempatkan remaja sering dituding menjadi biang keladi dari berbagai problem sosial. Berawal dari kerentanan yang ada dalam diri remaja tersebut, maka kiranya perlu adanya pemberian wawasan keagamaan kepada kelompok remaja. Salah satunya yaitu melalui kegiatan ekstrakurikuler Remaja Masjid. Secara umum, Remaja Masjid merupakan organisasi yang lahir dari institusi masjid, di mana wadah tersebut merupakan suatu perkumpulan remaja Islam di masyarakat atau lembaga pendidikan yang mempunyai nilai aspiratif, representatif, dan edukatif. Aspiratif adalah mereka mampu mengemban amanat hati nurani umat, menjaga norma-norma yang ada di masyarakat dengan melaksanakan ajaran Islam dengan baik, representatif adalah mewaliki generasinya sebagai pilar yang membela tegaknya ajaran ilahi diseluruh bumi, sedangkan edukatif yaitu suatu media religius yang menjadi penyaluran bakat dan minat seseorang di mana di dalamnya berisi tentang pembinaan moral dan dakwah Islam. 4 Sehingga perilaku remaja yang berkumpul dalam suatu komunitas tersebut akan membentuk karakter yang baik dan perilaku sosial di masyarakat. Keberadaan Remaja Masjid tentu saja memberikan dampak yang positif karena mereka terjun langsung dan dapat membaur dengan masyarakat serta berdampak positif terhadap perilaku sosial para remaja di masyarakat. Dengan adanya kegiatan Remaja Masjid maka perilaku-perilaku sosial remaja pun ikut terpengaruh, seperti sikap mereka akan semakin toleran, memberikan 4 Siswanto, Panduan Praktis Organisasi Remaja Masjid. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), 14.

6 kesempatan kepada orang lain untuk menyampaikan pendapatnya, menerima perbedaan pendapat, meningkatkan kepedulian terhadap orang lain, aktif di masyarakat, dapat bekerja sama dengan baik, dan tentunya akan semakin memperkokoh ikatan antar sesama muslim (Ukhuwah Islamiyah fi din al- Islam). Hadirnya organisasi Remaja Masjid menjadi harapan tersendiri di tengah masyarakat yang sibuk dengan urusan duniawi. Melalui Remaja Masjid kekosongan peran orangtua dalam mendidikkan nilai-nilai keagamaan dapat terisi. Dengan demikian, kelak ketika sudah menginjak dewasa dan bersentuhan dengan budaya dan peradaban lain, para remaja bisa beradaptasi dengan perubahan jaman dan memiliki ikatan solidaritas yang kuat antar remaja muslim. Berawal dari wacana tersebut, maka peneliti mempunyai ketertarikan untuk lebih lanjut meneliti kegiatan Remaja Masjid dalam menanamkan nilainilai Ukhuwah Islamiyah fi din al-islam di SMA Negeri 2 Jember. Penelitian ini didasari oleh beberapa pertimbangan, yaitu di kota Jember, Remaja Masjid Babus Salam di SMA 2 Jember termasuk salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang aktif dan sering melakukan kegiatan keagamaan. Hal ini terlihat dari keaktifan peranan Masjid Babus Salam yang tidak pernah sepi setiap harinya, selalu dijadikan tempat sholat berjamaah lima waktu baik oleh siswa, tenaga kependidikan, maupun oleh masyarakat umum. Selain itu, para siswa yang tergabung dalam Remaja Masjid sering mengadakan kegiatan kajian keislaman yang terdiri dari materi politik, ekonomi Islam, dan sejarah Islam

7 serta sering mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota takmir masjid di sekolah. Di samping itu, penanaman nilai-nilai Ukhuwah Islamiyah fi din al-islam melalui kegiatan ekstrakurikuler Remaja Masjid Babus Salam bagi siswa di SMA Negeri 2 Jember dilakukan melalui program unggulan Islami yaitu Program 10s 1i (Shalat berjamaah, Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun, Silaturahim, Sabar, Syukur, Senang hati, dan Ikhlas). Adapun nilainilai Ukhuwah Islamiyah fi din al-islam dalam program tersebut yaitu sikap saling mengutamakan asas/nilai-nilai kebersamaan dalam berbagai kegiatan yang ditunjukkan dengan saling bersilaturahmi, rasa saling memiliki, bersikap kekeluargaan, ramah, dan bersahabat. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa keberadaan Masjid Babus Salam menjadi basis keagamaan di SMA Negeri 2 Jember, di mana keaktifan dari masjid tersebut jadi lokasi yang strategis dalam menananmkan nilai-nilai fi Din al-islam pada siswa. 5 Adapun lokasi penelitian dipilih karena SMA 2 Jember merupakan SMA Negeri yang favorit di Jember. Maka, dalam hal ini, peneliti mengangkat judul Penanaman Nilai-nilai Ukhuwah Islamiyah fi din al-islam Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Remaja Masjid Babus Salam Bagi Siswa di SMA Negeri 2 Jember Tahun Pelajaran 2016/2017. 5 Observasi: SMA Negeri 2 Jember (29 Agustus 2016)

8 B. Fokus Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut: 1. Bagaimana penanaman nilai-nilai Ukhuwah Isfi din al-islam pada aspek kepedulian melalui kegiatan ekstrakurikuler Remaja Masjid Babus Salam bagi siswa di SMA Negeri 2 Jember Tahun Pelajaran 2016/2017? 2. Bagaimana penanaman nilai-nilai Ukhuwah Islamiyah fi din al-islam pada aspek kerjasama melalui kegiatan ekstrakurikuler Remaja Masjid Babus Salam bagi siswa di SMA Negeri 2 Jember Tahun Pelajaran 2016/2017? C. Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian merupakan gambaran tentang arah yang akan dituju dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian harus mengacu kepada masalah-masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. 6 Sebagai konsekuensi dari permasalahan, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan penanaman nilai-nilai Ukhuwah Islamiyah fi din al-islam pada aspek kepedulian melalui kegiatan ekstrakurikuler Remaja Masjid Babus Salam bagi siswa di SMA Negeri 2 Jember Tahun Pelajaran 2016/2017. 2. Untuk mendeskripsikan penanaman nilai-nilai Ukhuwah Islamiyah fi din al-islam pada aspek kerjasama melalui kegiatan ekstrakurikuler Remaja 6 STAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jember: STAIN Press, 2015), 45

9 Masjid Babus Salam bagi siswa di SMA Negeri 2 Jember Tahun Pelajaran 2016/2017. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian berisi tentang konstribusi apa yang akan diberikan setelah selesai melakukan penelitian. Kegunaan dapat berupa kegunaan yang bersifat teoritis dan kegunaan praktis, seperti kegunaan bagi penulis, instansi, dan masyarakat secara keseluruhan. 7 Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah, memperdalam dan memperluas khazanah keilmuan Ukhuwah Islamiyah, khususnya tentang Ukhuwah Islamiyah fi din al-islam. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat menjadi pengembangan wawasan pengetahuan tentang penulisan karya ilmiah sebagai bekal awal untuk mengadakan penelitian di masa mendatang. b. Bagi Almamater IAIN Jember, dapat menjadi koleksi kajian dan refrensi tambahan tentang penanaman nilai-nilai Ukhuwah Islamiyah fi din al- Islam dalam hal kegiatan keagamaan Islam. c. Bagi lembaga SMA Negeri 2 Jember, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan acuan praktis bagi, siswa, pendidik, dan tenaga kependidikan 7 STAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 45.

10 dalam menerapkan nilai-nilai Ukhuwah Islamiyah khususnya terkait dengan aspek persaudaraan, kepeduliaan, dan kerjasama. d. Bagi masyarakat luas, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan salah satu solusi alternatif dalam menyikapi berbagai problem dalam persatuan dan persaudaraan antar umat manusia dan sesama muslim. E. Definisi Istilah Definisi Istilah berisi tentang pengertian istilah-istilah penting yang menjadi titik perhatian peneliti di dalam judul penelitian. Tujuannya agar tidak terjadi kesalahpahaman makna istilah sebagaimana yang dimaksud oleh peneliti. 8 Adapun definisi istilah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Penanaman Nilai-nilai Ukhuwah Islamiyah fi din al-islam Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, penanaman berasal dari kata tanam yang mendapat imbuhan pe- dan akhiran -an. Dengan demikian, pengertian dari penanaman adalah suatu cara, perbuatan, dan kegiatan dalam menanam, menanami, dan menanamkan. 9 Adapun pengertian dari nilai adalah norma, etika, peraturan, undang-undang, adat, kebiasaan, aturan agama, dan rujukan lainnya yang memiliki harga dan dirasakan berharga bagi seseorang. 10 8 STAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 45. 9 J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1992), 378. 10 Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1992), 295.

11 Sedangkan pengertian Ukhuwah Islamiyah fi din al-islam adalah suatu ikatan persaudaraan antar sesama orang Islam (muslim) yang berdasarkan karena adanya persamaan iman. Berdasarkan dari pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan penanaman nilai-nilai Ukhuwah Islamiyah fi din al-islam dalam penelitian ini adalah kegiatan dalam menanamkan ajaran keagamaan yang bersifat substansi mengenai persaudaraan sesama muslim. 2. Kegiatan Ekstrakurikuler Remaja Masjid Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilaksanakan di luar jam sekolah yang telah ditentukan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Di mana kegiatan ini berguna sebagai media penyaluran bakat dan minat yang dimiliki siswa. Adapun pengertian dari Remaja Masjid yaitu perkumpulan remaja yang berusia antara 17-21 tahun yang melakukan aktivitas sosial dan ibadah di lingkungan masjid. 11 Sedangkan yang dimaksud dengan kegiatan ekstrakurikuler Remaja Masjid dalam penelitian ini adalah sejumlah kegiatan keagamaan yang dilakukan siswa di luar jam sekolah dengan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan. Maka, yang dimkasud dengan Penanaman Nilai-Nilai Ukhuwah Islamiyah fi din al-islam Melalui Kegiatan Ekstra Kurikuler Remaja Masjid adalah kegiatan menanamkan rasa persaudaraan sesama muslim 11 Muzakyatul Bariroh, Aktualisasi Remaja Masjid di Era modernisasi http://wikipedia.web.id/remaja.masjid.html (28 Juli 2016).

12 melalui kegiatan keagamaan yang dilakukan siswa di luar jam sekolah dengan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan berisi tentang deskripsi alur pembahasan skripsi yang dimulai dari bab pendahuluan hingga bab penutup. 12 Keseluruhan penulisan skripsi ini terdiri atas beberapa bab, dan setiap bab terbagi menjadi beberapa sub-bab, hal ini merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh. Oleh karena itu kami akan diskripsikan secara singkat mengenai keseluruhan pembahasan. Bab pertama adalah Pendahuluan. Bab ini berusaha memberikan gambaran secara singkat mengenai keseluruhan pembahasan sekaligus memberikan rambu-rambu untuk masuk pada bab-bab berikutnya. Bab ini dimulai dari latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi istilah dan sistematika pembahasan. Bab kedua berisi tentang kajian terdahulu dan kerangka teoritik yang berusaha menyajikan landasan teori tentang kajian teori ukhuwah Islamiyah beserta ruang lingkupnya dan kajian teori tentang kegiatan ekstrakurikuler Remaja Masjid. Bab ketiga berisi metode penelitian. Dalam bab ini dibahas mengenai pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, keabsahan data dan tahap-tahap penelitian. 12 STAIN Jember, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, 48.

13 Bab keempat berisi mengenai gambaran objek penelitian, penyajian dan analisis data, serta pembahasan temuan. Bagian ini adalah pemaparan data yang diperoleh di lapangan dan juga menarik kesimpulan dalam rangka menjawab masalah yang telah dirumuskan. Bab kelima berisi tentang kesimpulan dan saran-saran. Kesimpulan ini berisi tentang berbagai temuan hasil analisa dari bab-bab sebelumnya, sedangkan saran-saran merupakan tindak lanjut dan bersifat konstruktif. Selanjutnya skripsi ini diakhiri dengan daftar pustaka dan beberapa lampiran-lampiran sebagai pendukung pemenuhan kelengkapan data skripsi.