Enterobacter sakazakii dan Meningitis

dokumen-dokumen yang mirip
Mamah: susuku tercemar!

M E N I N G I T I S. Yayan A. Israr, S. Ked. Author : Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

ANALISIS COLIFORM PADA MINUMAN ES DAWET YANG DIJUAL DI MALIOBORO YOGYAKARTA

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT REGULER

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan salah satu indikator harapan hidup

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN. klien kekurangan cairan / dehidrasi. Keadaan kekurangan cairan apabila tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit bermunculan. Selain Demam Berdarah (DB) juga muncul penyakit. bagian persendian (arthralgia) (Arini, 2010).

Awal Kanker Rongga Mulut; Jangan Sepelekan Sariawan

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. permen soba alga laut Kappaphycus alvarezii disajikan pada Tabel 6.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dikonsumsi akan semakin besar. Tujuan mengkonsumsi makanan bukan lagi

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

I. PENDAHULUAN. Escherichia coli adalah bakteri yang merupakan bagian dari mikroflora yang

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),

Mengapa disebut sebagai flu babi?

September 22nd Tentang Kami Terkini & Terpopuler Home

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella sp dapat menyebabkan dua masalah penyakit, yaitu yang pertama adalah

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan 1,5 juta kematian setiap hari di seluruh dunia (Anonim, 2004).

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Ikan Selais (O. hypophthalmus). Sumber : Fishbase (2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN TETAP HYGIENE SANITASI DAN KEAMANAN INDUSTRI PANGAN UJI PENGARUH SANITASI TERHADAP TINGKAT KEBERSIHAN TANGAN PEKERJA

MIKROORGANISME DALAM PENGEMAS ASEPTIK PENGENDALIAN MUTU MIKROORGANISME PANGAN KULIAH MIKROBIOLOGI PANGAN PERTEMUAN KE-12

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

KEDARURATAN LINGKUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

KERACUNAN PANGAN AKIBAT BAKTERI PATOGEN

BAB I PENDAHULUAN. terdapat sampai pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Analisa Mikroorganisme

I. PENDAHULUAN. Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) merupakan

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT AVIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh serta kelangsungan hidup. Dengan demikian menyediakan air

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB XXV. Tuberkulosis (TB) Apakah TB itu? Bagaimana TB bisa menyebar? Bagaimana mengetahui sesorang terkena TB? Bagaimana mengobati TB?

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. adanya makanan maka manusia tidak dapat melangsungkan hidupnya. Makanan

Kesehatan Anak - Aneka penyakit anak yg perlu diketahui semua ortu

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi baik secara bakteriologis, kimiawi maupun fisik, agar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nilai konsumsi tahu tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

KEAMANAN PANGAN UNTUK INDONESIA SEHAT. keterkaitannya dengan penyakit akibat pangan di mana masalah keamanan pangan di suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KISI KISI SOAL PRETEST DAN POST TEST. Ranah Kognitif Deskripsi Soal Jawaban

KUESIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya terpenuhi (Depkes RI dalam Pratiwi, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri ini merupakan indikator kualitas air karena keberadaannya menunjukan bahwa

Waspada penyakit yang menyebar di musim kemarau : Nocardiosis!

Lampiran 1. Denah Rumah Tahanan Negara Kelas I Tanjung Gusta Medan

COCCIDIOIDES IMMITIS

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

BAB XXI. Nyeri atau Sakit di Perut bagian bawah. Nyeri perut hebat yang mendadak. Jenis nyeri perut. Beberapa pertanyaan mengenai nyeri perut

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Pencemaran Kuman Listeria monocytogenes

STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

dan menjadi dasar demi terwujudnya masyarakat yang sehat jasmani dan rohani.

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi alternatif makanan dan minuman sehari-hari dan banyak dikonsumsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN HIGIENE SANITASI DENGAN KEBERADAAN BAKTERI Eschericia coli PADA JAJANAN ES KELAPA MUDA (SUATU PENELITIAN DI KOTA GORONTALO TAHUN 2013)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

Analisis Kandungan Mikroba Pada Permen Soba Alga Laut Kappaphycus Alvarezii Selama Penyimpanan

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

Pangan dengan potensi bahaya. Bahan Pangan Apa yang Mudah Terkontaminasi? BERBAGAI JENIS BAHAYA SERTA CARA PENGENDALIANNYA

Kata Kunci :Ronto, jumlah mikroba, kadar air, kadar garam

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN. dari protein, karbohidrat, lemak, dan mineral sehingga merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia dan merupakan hak

TINJAUAN PUSTAKA UNIVERSITAS MEDAN AREA

UJI ANTIBAKTERI EKSTRAK TANAMAN PUTRI MALU (Mimosa pudica) TERHADAP PERTUMBUHAN Shigella dysentriae

Transkripsi:

Enterobacter sakazakii dan Meningitis Oleh : Djadjat Tisnadjaja Beberapa waktu lalu, masyarakat, khususnya ibu-ibu yang memiliki balita dan terbiasa memberikan nutrisi tambahan bagi bayi atau balita kesayangannya dengan susu formula dan atau makanan formula untuk bayi atau balita lainnya, dikejutkan oleh berita tentang hasil penelitian yang melaporkan bahwa susu formula dan makanan formula untuk bayi dan balita memiliki kemungkinan untuk tercemar oleh bakteri Enterobacter sakazakii. Tentunya tidak bisa disalahkan kalau kaum Ibu tersebut terkejut dan marah sehingga serentak menggelar unjuk rasa di bundaran Hotel Indonesia. Siapa atau ibu yang mana yang rela membiarkan anaknya memiliki resiko terserang suatu penyakit apalagi bila bisa menyebabkan kematian. Kekhawatiran memang layak kalau mengingat adanya resiko kematian akibat dari meningitis, khususnya pada balita yang kurang memiliki daya tahan. Kehebohan akan Enterobacter sakazaki ini disikapi secara bervariasi oleh ibu-ibu. Sebagian ibu -ibu memutuskan untuk menghentikan pemberian susu formula kepada balitanya. Ada yang berinisiatif mengganti susu formula dengan tajin (Kompas, 2 Maret 2008), dan mungkin beberapa inisiatif lainnya. Dalam unjuk rasanya ibu-ibu di Jakarta menuntut adanya penyelidikan tuntas tentang pencemaran E. sakazakii dan pelabelan bebas bakteri tertentu. Hal ini menunjukkan adanya kepanikan yang diakibatkan oleh kekurang pahaman. Walaupun beberapa pakar yang diwawancarai di beberapa stasiun televisi telah memberikan pernyataan yang seharusnya cukup mengurangi kepanikan, kehebohan itu terus mengalir dan bahkan cenderung berkembang kearah yang berbeda, seperti ada yang menyamakan antara bakteri dan virus, sehingga menyebut E. sakazaki sebagai virus. Selain bakteri Enterobacter sakazakii kata yang mendadak populer dan menjadi penyebab kepanikan adalah meningitis. Mengenal E. sakazaki E. sakazaki adalah bakteri patogen atau bakteri yang dapat menyebabkan penyakit yang tergolong dalam family Enterobacteriacea. Seperti bakteri Enterobacteriaceae lainnya, bakteri ini banyak terdapat di lingkungan sekitar kita bahkan bisa juga ditemukan di dalam pencernaan manusia yang sehat. Ini artinya bakteri ini bisa ditemukan di rumah kita, di rumah sakit dan tempat-tempat lain. Tentunya mungkin saja terdapat pada ruang produksi susu formula, tapi mengingat proses spray drying susu atau proses pengubahan susu cair menjadi bubuk menggunakan suhu sekitar 300 o C maka kemungkinan terjadinya pencemaran pada saat proses menjadi sangat kecil. Kecuali mungkin bila proses penambahan nutrisi tambahan sebagai bagian dari formulasi dilakukan secara kurang hygienis. Bakteri ini tumbuh dan berkembang biak dengan baik pada suhu kamar, dimana suhu ideal yang memungkinkannya berkembang biak secara optimal adalah suhu sekitar 37 44 o C. Beberapa jenis atau galur tertentu toleran terhadap suhu 50 60 o C, tapi tidak ada yang tahan terhadap suhu 70 o C atau lebih tinggi. Perlu dipahami bahwa susu yang kaya dengan nutrisi merupakan media tumbuh ideal bagi sebagian besar mikroorganisme termasuk bakteri, khamir

dan kapang. Artinya bahwa susu merupakan jenis nutrisi yang sangat rentan untuk tercemar berbagai jenis mikroba dan E. sakazaki hanyalah salah satunya. Sebenarnya pada setiap pencemaran mikroba dikenal istilah dosis infektif atau jumlah minimal dari populasi mikroba pencemar yang dapat menyebabkan penyakit, namun untuk E. sakazaki dosis infektifnya belum diketahui secara pasti. Namun yang pasti adanya cemaran E. sakazaki pada suatu produk makanan belum tentu akan menyebabkan penyakit bila populasinya tidak cukup untuk menyebabkan hal itu. Hal ini juga sangat berkaitan dengan daya tahan atau tingkat imunitas dari bayi atau balita yang mengkonsumsinya. Meningitis dan beberapa penyebabnya Kata meningitis digunakan untuk mendeskripsikan penyakit ini mungkin karena yang terinfeksi adalah meninges, yaitu lapisan tipis/encer yang megelilingi otak. Infeksi meningitis juga bisa terjadi pada jaringan syaraf dalam tulang punggung. Pada beberapa kasus, meningitis dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak dan jaringan syaraf serta terkadang menjadi penyebab ketulian. Serangan meningitis pada bayi dibawah satu tahun dengan daya tahan rendah bisa menyebabkan kematian dalam jangka waktu yang relatif singkat. Sebenarnya, meningitis dapat dikelompokkan dalam beberapa tipe, dimana pengelompokan ini didasarkan pada mikroorganisme penyebabnya. Salah satu tipe meningitis, yaitu yang disebabkan oleh virus atau viral meningitis, dapat dikategorikan sebagai suatu bentuk penyakit infeksi yang menular. Sama seperti flu, pengantar virus umumnya adalah cairan dari tenggorokan atau hidung. Virus juga bisa menyebar melalui udara dan menularkan pada orang yang menghirup udara tersebut. Viral meningitis dapat dikategorikan sebagai penyakit ringan yang tidak perlu terlalu dikhawatirkan, dimana gejalanya sangat mirip dengan penyakit flu biasa dan umumnya penderita dapat sembuh sendiri. Meningitis juga bisa disebabkan oleh jamur, dalam hal ini jamur Kriptikokus. Jamur ini bisa terdapat pada debu atau tahi burung yang kering, sehingga penularan bisa terjadi ketika seseorang menghirup debu atau tahi burung tersebut. Kriptokokus ini dapat menginfeksi kulit, paru dan bagian tubuh lainnya. Diantara beberapa tipe meningitis, bacterial meningitis atau meningitis yang disebabkan oleh bakteri termasuk Enterobacter sakazaki merupakan penyakit yang serius, bahkan bisa menyebabkan kematian. Gejala penyakit ini bisa berupa timbulnya bercak kemerahan atau kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan berkembang menjadi memar yang akhirnya menghambat suplai darah ke organ-organ tubuh. Penderita akan merasakan demam tinggi, menggigil, nyeri kepala yang terus-menerus, kaku kuduk, kesadaran menurun, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan, kelemahan umum, disertai rasa nyeri pada punggung serta sendi. Selain E. sakazaki, Staphylococcus aureus yang merupakan mikroflora normal pada kulit dan selaput lendir manusia juga bisa menjadi penyebab bacterial meningitis yang juga bisa mematikan bagi individu dengan daya tahan yang rendah seperti manula, bayi dan manusia dalam kondisi lemah dengan alasan lainnya. Kalau untuk ini kita juga harus panik, lalu bagaimana karena S. aureus mudah ditemukan dalam telapak tangan kita, dahi kita dan

bagian tubuh kita lainnya. Itulah alasan kenapa personil yang melakukan kegiatan produksi obat dan makanan dan melakukan kontak langsung dengan bahan yang digunakan sebagai bahan produksinya diharuskan menggunakan sarung tangan dan tutup kepala serta masker penutup mulut. Perlukah pelabelan bebas E. sakazaki dilakukan? Dalam salah satu tuntutannya kelompok ibu-ibu yang berunjuk rasa di bundaran HI meminta adanya klarifikasi pemerintah, dalam hal ini mungkin Badan POM, tentang keamanan susu formula yang mereka berikan pada bayi dan balitanya. Mereka juga meminta adanya label yang menunjukkan bahwa susu formula tertentu bebas bakteri berbahaya. Tapi apakah ini diperlukan??. Kembali ini menunjukkan adanya kekurang pahaman yang mungkin terjadi karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan Badan POM sebagai lembaga pemerintah yang bertanggung jawab dalam hal ini. Perlu disampaikan bahwa Badan POM bertanggung jawab mengawasi keamanan dari semua produk obat dan makanan yang diedarkan di masyarakat secara luas. Khususnya untuk makanan, tentunya terbatas pada produk yang dikemas dan memiliki masa edar atau masa kadaluarsa lebih dari satu minggu. Dengan tanggung jawab ini Badan POM menetapkan aturan yang intinya mewajibkan semua produk obat dan makanan yang diedarkan harus terlebih dahulu melewati dan lulus dari pengujian yang ditetapkan. Pengujian meliputi kandungan kimia dan mikrobiologi. Pengujian mikrobiologi bertujuan untuk mengidentifikasi adanya cemaran mikroba, dimana Badan POM akan mengacu pada SNI dari batas cemaran yang diijinkan. Sudah tentu semua produk makanan, utamanya yang siap konsumsi (ready to eat food), harus bebas dari semua jenis mikroba patogen seperti Salmonella dan E. coli, dan kandungan mikroba berpotensi berbahaya lainnya seperti Staphylococcus aureus harus hanya ada dalam batas tertentu, yaitu harus dibawah dosis infektifnya. Susu formula bayi yang dikategorikan sebagai MPASI (makanan pengganti air susu ibu) tentunya juga harus memenuhi batasan cemaran yang diijinkan ini. Memang untuk saat ini Badan POM, seperti juga badan-badan sejenis di negara lain, belum menempatkan E. sakazaki sebagai parameter uji yang diwajibkan untuk diperiksa. Namun demikian, karena E. sakazaki dalam beberapa tahun belakangan ini sedang diselidiki kemungkinan keberadaannya sebagai cemaran dalam susu formula bayi, pencegahan kehadirannya sudah diantisipasi dengan memperketat batasan untuk koliform. Koliform yang merupakan kelompok bakteri dari beberapa genus family Enterobacteriaceae umumnya digunakan sebagai indikator untuk menilai tingkat hygienis. Bila kandungan koliformnya rendah maka tingkat hygienisnya baik dan kemungkinan adanya bakteri patogen juga semakin kecil. Sebagai contoh batasan cemaran koliform yang diijinkan untuk MPASI siap santap adalah APM (angka paling mungkin) Koliformnya harus lebih kecil dari 3 per gram. Ini hampir sama artinya dengan tidak boleh ada bakteri Koli didalam MPASI siap santap. Kalau bakteri Koliform tidak terdeteksi berarti bakteri patogen dari family Enterobacteriaceae tidak mungkin ada dan Enterobacter sakazaki atau Enterobacter lainnya juga tidak akan ada. Hal ini memang masih memiliki celah untuk diperdebatkan karena dalam pengujian Koliform tidak menggunakan media pertumbuhan yang spesifik, berbeda

dengan bila pengujian dilakukan secara spesifik untuk E. sakazakii. Namun demikian hampir dapat dipastikan bahwa bilapun ada E. sakazakii didalam sampel pasti populasinya sangat sedikit dan tidak akan cukup untuk menyebabkan infeksi. Ini artinya bahwa semua produk obat dan makanan yang sudah terdaftar dan mendapat ijin edar dari Badan POM adalah aman untuk dikonsumsi. Atau dapat dikatakan bahwa pelabelan bebas bakteri tertentu itu tidak diperlukan karena itu sudah diwakili oleh ijin edar yang dimiliki produk tersebut. Hanya kalau dirasa perlu adalah mengusulkan E.sakazakii sebagai parameter uji wajib untuk produk susu formula dan makanan formula bayi dan balita lainnya. Walaupun untuk hal ini pemerintah, dalam hal ini Direktorat Standarisasi Badan POM, kemungkinan akan memiliki kendala dalam mencari acuan karena sampai saat ini di negara-negara maju sekalipun E. sakazakii belum dijadikan sebagai persyaratan wajib. Bagaimana sebaiknya menyikapi issue ini Apa yang dilaporkan oleh Ibu Dr. Sri Estuningsih tidaklah salah, tapi mungkin kita harus menyikapinya secara lebih baik. Tidak berarti bahwa, misalkan, satu kemasan dari produk susu formula dari suatu merek tertentu tercemar oleh E. sakazaki kemudian dipastikan bahwa semua produk dengan merk yang sama tersebut tercemar E. sakazaki. Karena pencemaran bisa saja terjadi akibat dari kemasan tersebut lebih dahulu tercemar, atau cemaran masuk saat pengemasan dan berbagai kemungkinan lainnya. Perlu diakui bahwa makin banyak bahan tambahan yang diberikan pada suatu susu formula maka kemungkinan terjadi pencemaran bisa meningkat. Tapi hampir bisa dipastikan bahwa tidak mungkin ada cemaran yang dibawa oleh bahan susu itu sendiri karena susu tersebut harus melewati proses spray drying yang dilakukan dengan suhu tinggi. Dan yang harus diyakini, semua produsen susu termasuk susu formula pasti akan berusaha meminimalkan kemungkinan terjadinya cemaran mikroba, baik untuk kepentingan konsumen maupun kepentingan perlindungan produk itu sendiri. Karena susu merupakan media pertumbuhan ideal bagi mikroba, maka setiap cemaran mikroorganisme akan mudah untuk memperbanyak diri istimewanya mikroba anaerobic atau facultatif anaerobic yang tidak tergantung pada ketersediaan oksigen. Bila ini terjadi maka waktu simpan produk susu tersebut akan menjadi jauh berkurang, yang tentunya tidak dikehendaki oleh setiap produsen. Beberapa pakar baik di koran maupun melalui televisi sudah melakukan sosialisasi yang baik tentang bagaimana seharusnya kita bersikap. Dengan lebih memahami bakteri ini maka kita seharusnya menjadi tenang, yang penting selalu siapkan susu untuk anak kita dengan cara melarutkan dalam air panas (sekitar 70 o C), gunakan tempat susu yang bersih, jangan biarkan susu yang sudah disajikan tersimpan lama, dan selalu bersihkan botol untuk minum susu bayi tersebut dengan baik dan tidak meninggalkan sisa susu sedikitpun. Penting diperhatikan bahwa susu adalah media pertumbuhan ideal untuk sebagian besar mikroorganisme, oleh karena itu hindari menyimpan susu yang sudah dilarutkan didalam suhu ruang dalam

jangka waktu lebih dari dua jam. Hal ini dapat memberikan kesempatan bagi bakteri apa saja untuk memperbanyak populasinya, sehingga mencapai jumlah yang membahayakan. Penulis adalah staf peneliti pada Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI, Cibinong. Jl. Raya Bogor Km 46, Cibinong 16911. Email: d.tisnadjaja@gmail.com