BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Cilacap, Jl. Letjen Haryono MT. 77 Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM TENAGA LISTRIK. CNOOC SES Ltd NORTH BUSINIESS UNIT DENGAN TEGANGAN OPERASI 13.8 KV

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kesatuan interkoneksi. Komponen tersebut mempunyai fungsi

Analisis Kestabilan Transien dan Pelepasan Beban Pada Sistem Integrasi 33 KV PT. Pertamina RU IV Cilacap akibat Penambahan Beban RFCC dan PLBC

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (RU) VI Balongan

Analisis Kestabilan Transien dan Mekanisme Pelepasan Beban di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit (R.U.) VI Balongan Jawa Barat

SIMULASI PELEPASAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN RELE FREKUENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES LTD.

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) Refinery

ANALISIS PENGOPERASIAN SPEED DROOP GOVERNOR SEBAGAI PENGATURAN FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN PLTU GRESIK

Nama : Ririn Harwati NRP : Pembimbing : 1. Prof. Ir. Ontoseno Penangsang, M.Sc, PhD 2. Prof. Dr. Ir. Adi Soeprijanto, MT.

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempertahankan frekuensi nominalnya. peningkatan kualitas sistem kelistrikannya agar didapatkan sistem yang dapat bekerja

TUGAS AKHIR ANALISIS STABILITAS TRANSIEN DAN PELEPASAN BEBAN DI PT. WILMAR NABATI GRESIK AKIBAT ADANYA PENGEMBANGAN SISTEM KELISTRIKAN FASE 2

Simulasi dan Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban pada Sistem Kelistrikan PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh

Studi Kestabilan Sistem dan Pelepasan Beban (Load Shedding) Berdasarkan Standar IEEE di PT. Pertamina (Persero) Refinery Unit IV

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan masyarakat, baik pada sektor rumah tangga, penerangan,

Analisis Kestabilan Transien Dan Mekanisme Pelepasan Beban Di PT. Pusri Akibat Penambahan Generator Dan Penambahan Beban

Analisa Transient Stability dan Pelepasan Beban Pengembangan Sistem Integrasi 33 KV di PT. Pertamina RU IV Cilacap

ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN DAN PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM INTEGRASI 33 KV PT. PERTAMINA RU IV CILACAP AKIBAT PENAMBAHAN BEBAN RFCC DAN PLBC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban pada Joint Operating

SIMULASI PELEPASAN BEBAN DENGAN RELAYFREQUENCY PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES Ltd.NORTH BUSINESS UNIT MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 7.

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

Tugas Mingguan Peserta OJT Angkatan 13 Th. 2009

Erik Tridianto, Ontoseno Penangsang, Adi Soeprijanto Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS

Analisa Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban pada Industri Peleburan Nikel PT. Aneka Tambang di Pomaala (Sulawesi Tenggara)

Analisis Stabilitas Transien dan Pelepasan Beban di Perusahaan Minyak Nabati

Analisis Kestabilan Transien di PT. PUSRI Akibat Penambahan Pembangkit 35 MW dan Pabrik P2-B Menggunakan Sistem Synchronizing Bus 33 kv

STUDI STABILTAS TRANSIEN DI PT PERTAMINA UP IV CILACAP AKIBAT PENAMBAHAN PABRIK BARU

STUDI PELEPASAN BEBAN PADA SKEMA PERTAHANAN (DEFENCE SCHEME) JARINGAN SISTEM KHATULISTIWA

Strategi Interkoneksi Suplai Daya 2 Pembangkit di PT Ajinomoto Indonesia, Mojokerto Factory

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sistem Tenaga Listrik adalah suatu sistem yang terdiri atas sistem

BAB 2 SISTEM PELEPASAN BEBAN. listrik. Energi listrik mula-mula dibangkitkan oleh generator yang memanfaatkan

SIMULASI PELEPASAN BEBAN DENGAN MENGGUNAKAN RELE FREKUENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK CNOOC SES Ltd. SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Dapat dikatakan pula bahwa energi listrik menjadi

Analisa Stabilitas Transien pada Sistem Kelistrikan PT. Pupuk Kalimantan Timur (Pabrik KALTIM 1), Akibat Reaktivasi Pembangkit 11 MW.

OPERATION GENERATOR 1. PEMBEBANAN GENERATOR 2. KONTROL KECEPATAN DAN DAYA AKTIF 3. KONTROL DAYA REAKTIF 4. PERBAIKAN FAKTOR DAYA

ANALISA STABILITAS TRANSIEN PADA SISTEM KELISTRIKAN PT.CHANDRA ASRI,CILEGON AKIBAT INTEGRASI PLN

Analisis Stabilitas Transien di PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang Akibat Penggantian Sebuah Unit Pembangkit GTG 18 MW Menjadi STG 32 MW

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendukung di dalamnya masih tetap diperlukan suplai listrik sendiri-sendiri.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diperlukan suatu pengumpulan data dan fakta yang lengkap, relevan dan objektif

BAB IV ANALISIS DATA LAPANGAN. Ananlisi ini menjadi salah satu sarana untuk mencari ilmu yang tidak

ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN DAN MEKANISME PELEPASAN BEBAN DI PT. PERTAMINA RU IV CILACAP AKIBAT INTEGRASI DENGAN PLN

Analisis Kestabilan Sistem Daya pada Interkoneksi PT.Ajinomoto Indonesia dan PT.Ajinex Internasional Mojokerto Factory

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. panasbumi Unit 4 PT Pertamina Geothermal Energi area Kamojang yang. Berikut dibawah ini data yang telah dikumpulkan :

Analisis Kestabilan Sistem Daya pada Interkoneksi PT.Ajinomoto Indonesia dan PT.Ajinex Internasional Mojokerto Factory

Analisis Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban Sistem Kelistrikan Distrik II PT. Medco E&P Indonesia, Central Sumatera

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

ANALISA DAN SIMULASI STABILITAS TRANSIEN DENGAN PELEPASAN BEBAN PADA SISTEM PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK PT. INDO BHARAT RAYON SKRIPSI

PERENCANAAN KONTROL PID PADA MOTOR INDUKSI BERBASIS MATLAB SIMULINK

BAB I PENDAHULUAN. Analisis penerapan Kontroler PID Pada AVR Untuk Menjaga Kestabilan Tegangan di PLTP Wayang Windu

Pengontrolan Sistem Eksiter Untuk Kestabilan Tegangan Di Sistem Single Machine Infinite Bus (SMIB) Menggunakan Metode PID

SYNCHRONOUS GENERATOR. Teknik Elektro Universitas Indonesia Depok 2010

BAB IV ANALISA DATA. 4.1 ETAP (Electrical Transient Analyzer Program) Vista, 7, dan 8. ETAP merupakan alat analisa yang komprehensif untuk

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PARALEL GENERATOR. Paralel Generator


BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Suplai daya listrik dari pusat-pusat pembangkit sampai ke konsumen

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern saat ini, tenaga listrik memegang peranan penting dalam

STABILITAS SISTEM TENAGA LISTRIK di REGION 4 PT. PLN (Jawa Timur dan Bali)

Studi Load Shedding pada Sistem Kelistrikan Pengeboran Minyak Lepas Pantai, Kasus di Perusahaan X

BAB IV RELAY PROTEKSI GENERATOR BLOK 2 UNIT GT 2.1 PT. PEMBANGKITAN JAWA-BALI (PJB) MUARA KARANG

BAB IV ANALISA DATA. Berdasarkan data mengenai kapasitas daya listrik dari PLN dan daya

PERANCANGAN SKEMA PELEPASAN BEBAN DAN ANALISIS STABILITAS TRANSIEN DI PERUSAHAAN MINYAK DAN GAS BALIKPAPAN TUGAS AKHIR

ANALISIS KESTABILAN TRANSIEN BERBASIS CRITICAL CLEARING TIME PADA PT. PUPUK SRIWIDJAJA PALEMBANG

BAB IV HASIL DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. Politeknik Negeri Sriwijaya. 1.1.Latar Belakang

Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

ANALISIS PENGGUNAAN POWER SYSTEM STABILIZER (PSS) DALAM PERBAIKAN STABILITAS TRANSIEN GENERATOR SINKRON

Mesin Arus Bolak Balik

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

MODUL PRAKTIKUM SISTEM TENAGA LISTRIK II

Analisa Stabilitas Transien dan Koordinasi Proteksi pada PT. Linde Indonesia Gresik Akibat Penambahan Beban Kompresor 4 x 300 kw

BAB III LANDASAN TEORI

Analisis Stabilitas Transien Dan Perancangan Pelepasan Beban Pada Sistem Kelistrikan Tabang Coal Upgrading Plant (TCUP) Kalimantan Timur

BAB III Metodologi Penelitian

BAB III SISTEM PROTEKSI DENGAN RELAI JARAK. terutama untuk masyarakat yang tinggal di kota-kota besar. Kebutuhan tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. tegangan pengirim akibat suatu keadaan pembebanan. Hal ini terjadi diakibatkan

ANALISIS KONDISI STEADY-STATE

DOSEN PEMBIMBING : Prof. Ir Ontoseno Penangsang, M.Sc.Phd Dr. Ardyono Priyadi, ST.M.Eng NAMA : GEDHE ARJANA PERMANA PUTRA NRP :

Analisis Stabilitas Transien dan Perancangan Pelepasan Beban pada Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java (JOB P-PEJ), Tuban.

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

Kata kunci : Governor, load frequency control, fuzzy logic controller

BAB III METODE PENELITIAN. keras dan perangkat lunak, yaitu sebagai berikut:

Studi Pengaturan Arus Eksitasi untuk Mengatur Tegangan Keluaran Generator di PT Indonesia Power UBP Kamojang Unit 2

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam penelitian ini menggunakan data plant 8 PT Indocement Tunggal

PERBAIKAN STABILITAS DINAMIK TENAGA LISTRIK DENGAN POWER SYSTEM STABILIZER (PSS)

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN EKSITASI TERHADAP DAYA REAKTIF GENERATOR

D. Kronologis Gangguan (2)

Analisa Stabilitas Transien Pada Sistem Transmisi Sumatera Utara 150 kv 275 kv Dengan Penambahan PLTA Batang Toru 4 X 125 MW

PENENTUAN BATAS TEGANGAN STEADY STATE DENGAN MENGGUNAKAN KURVA PQ PADA TEGANGAN BEBAN SENSITIF

ALAT PEMBAGI TEGANGAN GENERATOR

Studi Penerapan Metode Island Operation Sebagai Defence Scheme Pada Gardu Induk Teluk Lembu

NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN HIGH PASS DAMPED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 9 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 7.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III SISTEM KELISTRIKAN DAN PROTEKSI

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian tugas akhir berada di PT Pertamina (Persero) RU IV Cilacap, Jl. Letjen Haryono MT. 77 Lomanis, Cilacap, Jawa Tengah, Indonesia. Gambar 3.1 Lokasi penelitian tugas akhir 3.2 Waktu Penelitian Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2016 dari tanggal 7 September 2016 sampai dengan tanggal 17 Oktober 2016. 40

41 3.3 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut: a. Perangkat keras (Hardware) Perangkat keras (hardware) yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini terdiri dari: 1. Laptop Sony Vaio SVF 14212SGW. 2. Processor Intel(R) Core(TM) i3-3217u CPU @ 1.80GHz (4 CPUs)- 1.8GHz. 3. RAM 2GB. 4. Harddisk 500GB. 5. Mouse Logitech M185. b. Perangkat lunak (Software) Perangkat lunak (software) yang digunakan dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Microsoft Windows 7 Ultimate 64-bit (6.1, Built 7601), sebagai perangkat lunak sistem operasi dan simulasi. 2. Program aplikasi sebagai perangkat lunak bantu dalam perancangan dan analisis sistem tenaga listrik.

42 3.4 Diagram Alir Penelitian Mulai Kondisi sistem tenaga listrik normal Skenario generator lepas Analisis stabilitas transien Y Ulangi proses simulasi skenario berikutnya? N Menarik kesimpulan N Frekuensi turun? Selesai Y 49 Hz 48,5 Hz 47,5 Hz LS 1 LS 2 LS 3 Manual Load Shedding f (Hz) turun? Y f (Hz) turun? Y f (Hz) turun? Y N N N Kondisi sistem tenaga listrik normal Gambar 3.2 Diagram alir penelitian

43 3.5 Pengumpulan Data Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan ada dua macam, yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data primer Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil stuudi dan pengamatan langsung di PT Pertamina RU IV Cilacap. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data primer adalah dengan melakukan wawancara (interview) dan pengamatan secara langsung di lapangan. Data primer yang diperlukan dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut: a. Single line diagram sistem tenaga listrik PT Pertamina RU IV Cilacap. b. Pengamatan secara langsung ketika terjadi generator lepas dari sistem tenaga listrik PT Pertamina RU IV Cilacap. 2. Data sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui referensi pustaka yang berhubunngan dengan penelitian tugas akhir ini. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian tugas akhir ini adalah sebagai berikut: a. Kapasitas masing-masing generator. b. Total kebutuhan daya PT Pertamina RU IV Cilacap. c. Data kemampuan pembangkitan generator. d. Data pengkabelan (wiring). e. Data pencatatan pembebanan rata-rata tiap substation. f. Data setting governor pembangkit. g. Daftar urutan pelepasan beban berdasarkan frekuensi.

44 3.5.1 PT Pertamina RU IV Cilacap PT Pertamina RU IV Cilacap merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan minyak bumi dan gas. PT Pertamina RU IV Cilacap memiliki unit pembebanan, unit pembebanan tersebut antara lain sebagai berikut: a. Unit FOC I b. Unit LOC I c. Unit UTL I d. Unit Terminal 1 e. Unit FOC II g. Unit UTL II h. Unit Terminal 2 i. Unit LOC III j. Unit KPC k. Unit Community f. Unit LOC II 3.5.2 Sistem Tenaga Listrik PT Pertamina RU IV Cilacap PT Pertamina RU IV Cilacap memiliki tiga unit area pembangkit, pembangkit area 50 (Utilities I), pembangkit area 05 (Utilities II), dan pembangkit area 500 (Utilities IIA). Pada pembangkit area 50 terdapat tiga unit generator masing-masing dengan kapasitas 8 MW, pembangkit area 05 terdapat tiga unit generator masing-masing dengan kapasitas 20 MW, sedangkan pada area 500 terdapat dua unit generator masing-masing dengan kapasitas 8 MW dan 20 MW, sehingga total daya yang terpasang adalah 112 MW. Masing-masing area tersebut saling terinterkoneksi, sehingga kehandalan dalam pemenuhan kebutuhan listrik untuk kebutuhan dalam kilang sangat baik. Tegangan yang dibangkitkan oleh pembangkit adalah 13,8 kv, sedangkan untuk jaringan distribusi tegangannya adalah 3,45 kv dan 400 V.

45 Gambar 3.3 Single line diagram sistem tenaga listrik PT Pertamina RU IV Cilacap 3.5.3 Sistem Pembangkit Tenaga Listrik Pembangkit tenaga listrik yang digunakan pada kilang PT Pertamina RU IV Cilacap menggunakan turbin uap sebagai penggerak mula (prime mover). Masingmasing area pembangkitan memiliki kapasitas dan pengaturan governor yang berbeda-beda antara lain sebagai berikut: a. Utilities I Generator-generator yang terdapat dalam sistem tenaga listrik utilities I PT Pertamina RU Cilacap diatur sebagai berikut: Tabel 3.1 Pengaturan generator utilities I No Generator Mode Kapasitas Operasi Tipe Mode Tipe (MW) Governor Governor Exciter 1 51G1 Voltage control 8 MW 6 505 Droop AC3 2 51G2 Voltage control 8 MW 6 505 Droop AC3 3 51G3 Voltage control 8 MW 6 505 Droop AC3

46 Pembangkit pada utilities I memiliki tiga unit generator dengan kapasitas 8 MW dengan faktor daya 0,8. Untuk daya maksimal yang bisa dibangkitkan tiaptiap generator adalah 8 MW dengan kontrol menggunakan governor, sedangkan untuk daya operasi pembangkitan rata-rata masing-masing generator adalah 6 MW. Pada utilities I ini memiliki governor dengan karakteristik droop, dimana kecepatan turbin akan selalu konstan dengan berbagai variasi beban, sehingga daya keluaran generator tetap. Pada simulasi ETAP, mode operasi yang digunakan generator yang ada di utilities I adalah voltage control. Generator dengan mode ini memiliki automatic voltage regulator (AVR) yang mengatur exciter untuk beroperasi pada tegangan konstan. b. Utilities II Generator-generator yang terdapat dalam sistem tenaga listrik utilities II PT Pertamina RU Cilacap diatur sebagai berikut: Tabel 3.2 Pengaturan generator utilities II No Generator Mode Kapasitas Operasi Tipe Mode Tipe (MW) Governor Governor Exciter 1 051G101 Voltage control 20 MW 13 505 Droop AC3 2 051G102 Voltage control 20 MW 13 505 Droop AC3 3 051G103 Voltage control 20 MW 13 505 Droop AC3 Pembangkit pada utilities II memliki tiga unit generator dengan kapasitas 20 MW dengan faktor daya 0,8. Untuk daya maksimal yang bisa dibangkitkan tiaptiap generator adalah 20 MW, sedangkan untuk pembangkitan rata-rata masingmasing generator adalah 13 MW. Ketika terjadi gangguan pada generator lain yang

47 dapat mengakibatkan suplai generator yang ada di utilities II meningkat hingga melebihi kapasitas, maka skema pelepasan beban akan bekerja. Pengaturan governor yang digunakan pada ketiga generator yang ada di utilities II adalah droop, dimana kecepatan turbin akan selalu konstan dengan berbagai variasi beban, sehingga daya keluaran generator tetap. Pada simulasi ETAP, mode operasi yang digunakan generator adalah mode voltage control. Generator dengan mode ini memiliki automatic voltage regulator (AVR) yang mengatur exciter untuk beroperasi pada tegangan konstan. c. Utilities IIA Generator-generator yang terdapat dalam sistem tenaga listrik utilities IIA PT Pertamina RU Cilacap diatur sebagai berikut: Tabel 3.3 Pengaturan generator utilities IIA No Generator Mode Kapasitas Operasi Tipe Mode Tipe (MW) Governor Governor Exciter 1 51G301 Voltage control 8 MW 6 505 Droop AC3 2 51G201 Swing 20 MW 14,72 505 Isoch AC3 Pembangkit pada utilities IIA memliki dua unit generator dengan kapasitas 20 MW dan 8 MW dengan faktor daya 0,8. Untuk daya maksimal yang bisa dibangkitkan tiap-tiap generator adalah 20 MW dan 8 MW, sedangkan untuk pembangkitan rata-rata masing-masing generator adalah 14,72 MW dan 6 MW. Ketika terjadi gangguan pada generator lain yang dapat mengakibatkan suplai generator yang ada di utilities IIA meningkat hingga melebihi kapasitas, maka skema load shedding akan bekerja. Pengaturan governor yang digunakan pada

48 generator 51G301 yang ada di utilities IIA adalah droop, dimana kecepatan turbin akan selalu konstan dengan berbagai variasi beban, sehingga daya keluaran generator tetap, sedangkan untuk generator 51G201 mode governor yang digunakan adalah isochronous, dimana governor akan menyesuaikan nilai output daya mekanik turbin supaya sesuai dengan daya listrik yang dibutuhkan sistem. Pada simulasi ETAP, mode operasi yang digunakan generator yang ada di utilities IIA adalah voltage control dan swing. Generator dengan mode voltage control memiliki automatic voltage regulator (AVR) yang mengatur exciter untuk beroperasi pada tegangan konstan. Untuk generator 51G201 beroperasi pada mode swing dan merupakan generator referensi, generator dengan mode ini akan berusaha memenuhi kekurangan aliran daya pada sistem dimana nilai dan sudut tegangan terminal generator akan dijaga tetap berada pada nilai operasi tertentu 3.5.3.1 Mode Operasi Generator Pada perangkat lunak ETAP (Electrical Transient Analysis Program), mode operasi generator dibedakan menjadi 4, yaitu: a. Swing Untuk studi aliran daya, sebuah generator dengan mode swing akan berusaha memenuhi kekurangan aliran daya pada sistem dimana nilai dan sudut tegangan terminal generator akan dijaga tetap berada pada nilai operasi tertentu. Salah satu dari mesin yang beroperasi pada mode swing akan dipilih sebagai mesin referensi untuk keseluruhan sistem. Sehingga harus ada minimal satu mesin swing yang terhubung dengan sistem pada diagram satu garis (single line diagram). Selain

49 itu, tegangan rating generator swing digunakan sebagai basis tegangan pada bus yang terhubung dengan generator tersebut. Untuk studi analisis transien, generator swing menjadi mesin referensi untuk keseluruhan sistem, misalnya jika sudut dari sumber tegangan internal generator diset 0, maka sudut tegangan seluruh mesin sinkron pada sistem akan menjadi relatif terhadap mesin referensi ini. b. Voltage control Generator voltage control merupakan generator mode droop (nilai MW konstan) dengan sebuah automatic voltage regulator (AVR) yang mengatur exciter untuk beroperasi pada tegangan konstan. Selama studi aliran daya, jika MVAR generator yang terhitung berada di luar batas kemampuan MVAR generator, maka nilai MVAR akan diset sama dengan batasnya dan mode generator akan berubah menjadi MVAR Control. c. MVAR control Dengan MVAR control, generator diset dengan nilai MW dan MVAR yang konstan. Generator MVAR control berarti generator mode droop (nilai MW konstan) dengan pengaturan exciter yang juga konstan (tanpa aksi AVR). d. PF control Pada mode ini, governor beroperasi pada mode droop sehingga keluaran MW generator sama dengan pengaturan MW. Sebaliknya, exciter AVR menyesuaikan pengaturan faktor daya (Power Factor = PF). Intinya adalah, mode ini menjaga agar keluaran generator memiliki daya listrik (MW) dan PF yang konstan.

50 3.5.3.2 Governor Generator 51G1, 51G2, 51G3, 51G301, 051G101, 051G102, dan 051G103 diatur pada mode droop, sedangkan generator 51G201 diatur pada mode isochronous. Pada mode isochronous, set point putaran governor ditentukan berdasarkan kebutuhan daya listrik sistem pada saat itu (real time). Kemudian melalui internal proses di dalam governor (sesuai dengan control logika dari manufaktur), governor akan menyesuaikan nilai output daya mekanik turbin supaya sesuai dengan daya listrik yang dibutuhkan sistem. Pada saat terjadi perubahan beban, governor akan menentukan set point yang baru sesuai dengan keadaan aktual beban. Dengan pengaturan putaran ini diharapkan frekuensi listrik generator tetap berada di dalam interval yang bisa diterima dan generator tidak keluar dari sinkronisasi. Sedangkan pada mode droop, governor sudah memiliki set point daya mekanik yang besarnya sesuai dengan rating generator atau menurut kebutuhan. Dengan adanya pengaturan yang konstan ini, output daya listrik generator nilainya tetap dan adanya perubahan beban tidak akan mengakibatkan perubahan putaran turbin. Governor turbin seluruh generator dimodelkan dengan tipe 505 pada simulasi ETAP, yang merupakan model governor umum turbin uap. Model ini dapat digunakan untuk mempresentasikan penggerak utama yang bervariasi dan dikendalikan oleh governor PID.

51 3.5.3.3 Exciter Pada penelitian tugas akhir ini tipe exciter yang digunakan untuk generator 51G1, 51G2, 51G3, 51G301, 51G201, 051G101, 051G102, dan 051G103 diatur pada tipe AC3 dalam simulasi menggunakan perangkat lunak ETAP. 3.5.4 Sistem Transmisi dan Distribusi PT Pertamina RU Cilacap dalam sistem transmisi dan distribusi tenaga listrik menggunakan tegangan 13,8 kv, 3,45 kv, dan 400 V. Frekuensi yang digunakan dalam sistem ini adalah 50 Hz. 3.5.5 Jenis Beban PT Pertamina RU IV Cilacap Jenis beban yang terdapat pada sistem tenaga listrik PT Pertamina RU IV Cilacap antara lain motor induksi, perumahan, proses produksi, serta lampu penerangan kilang dan area pembangkitan listrik. Menurut Nugraheni (2011) pelepasan beban adalah fenomena pada sistem tenaga listrik yang mengijinkan beberapa beban keluar dari sistem untuk tercapainya kestabilan sistem tenaga listrik. Adapun jumlah dan pemilihan beban yang dilepas harus diperhitungkan terlebih dahulu dan ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan tingkat prioritas beban tersebut bagi sistem. Pada suatu sistem tenaga listrik yang dimiliki oleh perusahaan minyak bumi dan gas, tingkat prioritas beban yang dilepaskan dapat dilihat dari: a. Besar daya yang diserap b. Jumlah minyak atau gas yang dihasilkan setiap hari

52 c. Tingkat kesulitan pengasutan d. Kualitas minyak atau gas yang dihasilkan Pada sistem tenaga listrik PT Pertamina RU IV Cilacap jenis beban yang dimiliki terdiri dari dua jenis, yaitu: a. Motor induksi Motor induksi pada sistem tenaga listrik PT Pertamina RU IV Cilacap digunakan untuk proses produksi kilang. Motor induksi yang digunakan pada proses produksi kilang memiliki inersia yang kecil, sehingga ketika terjadi gangguan tidak akan memberikan efek yang signifikan terhadap sistem. Dalam simulasi menggunakan ETAP beban motor ini disajikan dalam suatu kumpulan beban motor (lumped load) dengan persentase beban motor (motor load) 100% dan beban statis (static load) 0% yang memiliki faktor daya 0,82. b. Lampu penerangan, perumahan, dan telekomunikasi Beban lain selain motor induksi yang terdapat di PT Pertamina RU IV Cilacap adalah lampu penerangan, perumahan, telekomunikasi, dan komputerisasi yang memiliki daya tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan motor induksi. Dalam simulasi ETAP, beban jenis ini disajikan dalam bentuk kumpulan beban (lumped load) dengan kombinasi beban motor (motor load) 0% dan beban statis (static load) 100% dengan faktor daya 0,92.

53 Tabel 3.4 Daftar rata-rata beban tiap substation 13,8 kv/3,45 kv No Substation Feeder KW MW Cos φ MVA 1 10-SS-1 2 10-SS-2 3 20-SS-1 4 30-SS-1 5 30-SS-2 6 50-SS-1 7 60-SS-1 8 70-SS-1 9 10-SS-3 10 200-SS-1 11 200-SS-2 12 500-SS-1 13 500-SS-2 10EE101A 10EE101B 10EE201A 10EE201B 20EE101A 20EE101B 30EE101A 30EE101B 30EE201A 30EE201B 50EE101A 50EE101B 60EE101A 60EE101B 70EE101A 70EE101B 10EE0301A 10EE0301B 200EE0101A 200EE0101B 200EE0201A 200EE0201B 500EE0101A 500EE0101B 500EE0203A 500EE0203B 1000 610 1.0 0.6 0.82 0.82 1.220 0.732 1510 1.5 0.82 1.829 700 0.7 0.82 0.854 1200 1.2 0.82 1.463 1400 1.4 0.82 1.707 400 0.4 0.82 0.488 80 0.08 0.82 0.098 800 0.8 0.82 0.976 200 0.2 0.82 0.244 1119 1.1 0.82 1.341 1041.7 1.0 0.82 1.220 625 0.6 0.82 0.732 704.2 0.7 0.82 0.854 41.7 0.04 0.82 0.051 700 0.7 0.82 0.854 990 1.0 0.82 1.220 270 0.3 0.82 0.366 1130 1.1 0.82 1.341 510 0.5 0.82 0.610 2420.8 2.4 0.82 2.927 1791.7 1.8 0.82 2.195 228.3 0.2 0.82 0.244 559.5 0.6 0.82 0.732 ----- ----- ----- -----

54 Tabel 3.4 Daftar rata-rata beban tiap substation 13,8 kv/3,45 kv (lanjutan) No Substation Feeder KW MW Cos φ MVA 14 50-SS-21 50EE2111A 1054.6 1.1 0.82 1.341 50EE2111B 1304.2 1.3 0.82 1.585 15 60-SS-21 60EE2111A 100 0.1 0.82 0.122 60EE2111B 132.5 0.1 0.82 0.122 16 80-SS-21A 80EE2111A 2400 2.4 0.82 2.927 80EE2111B 2425 2.4 0.82 2.927 17 80-SS-21B 80EE2111C 3400 3.4 0.82 4.146 80EE2111D 1100 1.1 0.82 1.341 18 01-SS-11 01EE1111A 2916.7 2.9 0.82 3.537 01EE1111B 4250 4.3 0.82 5.244 19 01-SS-12 01EE1211A 2240 2.2 0.82 2.683 01EE1211B 2800 2.8 0.82 3.415 20 01-SS-13 01EE1311A 1041.7 1.0 0.82 1.220 01EE1311B 1166.7 1.2 0.82 1.463 21 30-SS-31 30EE3105A 2000 2.0 0.82 2.439 22 02-SS-11 02EE1111A 700 0.7 0.82 0.854 02EE1111B 500 0.5 0.82 0.610 23 02-SS-12 02EE1211A 1016.7 1.0 0.82 1.220 02EE1211B 400 0.4 0.82 0.488 24 05-SS-11 05EE1111A 1560 1.6 0.82 1.951 05EE1111B 1125 1.1 0.82 1.341 25 90-SS-1 90EE0111A 1856.2 1.9 0.82 2.317 26 30-SS-11 30EE1111A 1000 1.0 0.82 1.220 30EE1111B 2800 2.8 0.82 3.415 27 30-SS-12 30EE1211A 354.2 0.4 0.82 0.488 30EE1211B 300 0.3 0.82 0.366

55 Tabel 3.4 Daftar rata-rata beban tiap substation 13,8 kv/3,45 kv (lanjutan) No Substation Feeder KW MW Cos φ MVA 28 40-SS-11 40EE1111A 620 0.6 0.82 0.732 40EE1111B 900 0.9 0.82 1.098 29 63-SS-11 63EE1111A 1840 1.8 0.82 2.195 63EE1111B 1800 1.8 0.82 2.195 30 70-SS-11 70EE1111A 700 0.7 0.82 0.854 70EE1111B 125 0.1 0.82 0.122 32 GUNUNG SIMPING 1 60EE505A 1230 1.2 0.92 1.304 33 GUNUNG SIMPING 2 60EE505B 1420 1.4 0.92 1.522 33 KATILAYU ----- 156.3 0.2 0.92 0.217 34 GRIYA PATRA 60EE505C 13.7 0.01 0.92 0.012 35 RSPC 60EE505D 330.3 0.3 0.92 0.326 36 APT 60EE505E 145 0.1 0.92 0.109 37 BOILER 50EE206A 1689 1.7 0.82 2.073 38 LOMANIS 30EE201B 517.5 0.5 0.92 0.543 39 HEAD OFFICE 30EE201B 183.7 0.2 0.92 0.217 40 NEW HEAD OFFICE 30EE1111A 198.7 0.2 0.92 0.217 TOTAL 71844.6 70.9 ----- 85.896 Beban total sistem tenaga listrik PT Pertamina RU IV Cilacap sebesar ±70,9 MW dengan persebaran beban seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.4. Bebanbeban tersebut berupa beban dinamis dan statis. Beban dinamis mencakup:

56 a. Kompresor, pompa-pompa, dan motor-motor pada area kilang produksi dimodelkan sebagai lumped load dengan tipe beban 100% motor 0% beban statis dan dengan faktor daya 0,82. b. Utilities dan Camp dimodelkan sebagai lumped load dengan tipe beban 0% motor dan 100% beban statis dengan faktor daya sebesar 0,92. 3.5.6 Skema Pelepasan Beban PT Pertamina RU IV Cilacap Skema pelepasan beban akibat frekuensi rendah yang diberlakukan pada sistem tenaga listrik PT Pertamina RU IV Cilacap dilakukan menjadi tiga tahap pelepasan beban, tahap pelepasan beban dengan menggunakan UFR (Under Frequency Relay) adalah sebagai berikut: a. Tahap Pertama Pelepasan beban tahap pertama dilakukan ketika frekuensi sistem tenaga listrik turun pada nilai 49 Hz. Jumlah beban yang dilepas pada tahap pertama adalah sebagai berikut: Tabel 3.5 Skema pelepasan beban tahap pertama No Area Frekuensi Daya CB Feeder Beban (Hz) (MW) 1 05 49.0 52-A10 60-GS-1 Community 1.4 2 05 49.0 52-C7 30-SS-11 32P101A/B/C 0.1 3 05 49.0 52-C7 30-SS-11 36P101A/B/C 0.8 4 05 49.0 52-C7 30-SS-11 37P101A/B ----- 5 05 49.0 ----- 30-SS-12 36P103A/B/C 0.1 Total beban yang dilepaskan (MW) 2.4

57 b. Tahap Kedua Pelepasan beban tahap kedua dilakukan ketika frekuensi sistem tenaga listrik turun pada nilai 48,5 Hz. Jumlah beban yang dilepas pada tahap kedua adalah sebagai berikut: Tabel 3.6 Skema pelepasan beban tahap kedua No Area Frekuensi Daya CB Feeder Beban (Hz) (MW) 1 50 48.5 52-14 30EE101A 30-SS-1-A 0.4 2 50 48.5 52-33 30EE101B 30-SS-1-B 0.08 3 50 48.5 52-24 30EE201A 30-SS-2-A 0.8 4 50 48.5 52-34 30EE201B 30-SS-2-B 0.2 5 50 48.5 52-35 70EE101B 70-SS-1-B 0.7 6 50 48.5 52-17 20EE101A 20-SS-1-A 1.2 7 50 48.5 52-26 20EE101B 20-SS-1-B 1.4 8 05 48.5 ----- ----- New Drum Plant ----- 9 05 48.5 52-C4 40EE1111A 40-SS-11-A 0.6 10 05 48.5 52-B4 40EE1111B 40-SS-11-B 0.9 11 05 48.5 52-A4 70EE1111A 70-SS-11-A 0.7 12 05 48.5 52-B6 02EE1111A 02-SS-11-A 0.7 13 05 48.5 52-A6 02EE1111B 02-SS-11-B 0.5 14 05 48.5 52-B7 02EE1211B 02-SS-12-B 0.4 15 05 48.5 52-B11 80EE2111D 80-SS-21-D 1.1 16 500 48.5 52-E4 80EE2111A 80-SS-21-A 2.4 17 500 48.5 52-E5 80EE2111C 80-SS-21-C 3.4 18 500 48.5 52-E6 60EE2111A 60-SS-21-A 0.1 Total beban yang dilepaskan (MW) 15.58

58 c. Tahap Ketiga Pelepasan beban tahap ketiga dilakukan ketika frekuensi sistem tenaga listrik turun pada nilai 47,5 Hz. Jumlah beban yang dilepas pada tahap ketiga adalah sebagai berikut: Tabel 3.7 Skema pelepasan beban tahap ketiga No Area Frekuensi Daya CB Feeder Beban (Hz) (MW) 1 500 47.5 52-E7 200EE0101A 200-SS-1-A 1.1 2 500 47.5 52-F3 200EE0101B 200-SS-1-B 0.5 3 50 47.5 52-16 10EE101A 10-SS-1-A 1.0 4 50 47.5 52-25 10EE101B 10-SS-1-B 0.6 5 50 47.5 52-27 10EE201A 10-SS-2-A 1.5 6 50 47.5 52-36 10EE201B 10-SS-2-B 0.7 7 50 47.5 52-19 10EE301A 10-SS-3-A 1.0 8 50 47.5 52-38 10EE301B 10-SS-3-B 0.3 Total beban yang dilepaskan (MW) 6,7 3.5.7 Pengaturan UFR (Under Frequency Relay) Pada penelitian tugas akhir ini untuk mensimulasikan skenario gangguan berupa lepasnya generator dari sistem tenaga listrik PT Pertamina RU IV Cilacap dan untuk melihat stabilitas transien yaitu frekuensi dan tegangan digunakan perangkat lunak ETAP (Electrical Transient Analysis Program) dengan menggunakan fitur Transient Stability Analysis. Komponen yang digunakan untuk mendetaksi ketika terjadi penurunan frekuensi pada sistem tenaga listrik adalah

59 UFR (Under Frekuensi Relay). Untuk itu perlu dilakukan beberapa pengaturan pada UFR (Under Frekuensi Relay). Pengaturan tersebut antara lain sebagai berikut: a. Frekuensi pick-up b. Waktu tunda c. Pemutus tenaga yang terkait Berikut ini merupakan pengaturan UFR (Under Frequency Relay) yang digunakan pada simulasi: Tabel 3.8 Pengaturan UFR (Under Frequency Relay) No Area CB Relay %Hz f(hz) Waktu Tunda (s) Daya Beban (MW) 1 05 52-A10 81AX 98 49.0 0.1 Community 1.4 2 05 52-C7 81AX 98 49.0 0.1 32P101A/B/C 0.1 3 05 52-C7 81AX 98 49.0 0.1 36P101A/B/C 0.8 4 05 52-C7 81AX 98 49.0 0.1 37P101A/B ----- 5 05 ----- ----- 98 49.0 0.1 36P103A/B/C 0.1 6 50 52-14 81AX1 97 48.5 0.1 30-SS-1-A 0.4 7 50 52-33 81AX1 97 48.5 0.1 30-SS-1-B 0.08 8 50 52-24 81AX1 97 48.5 0.1 30-SS-2-A 0.8 9 50 52-34 81AX1 97 48.5 0.1 30-SS-2-B 0.2 10 50 52-35 81AX1 97 48.5 0.1 70-SS-1-B 0.7 11 50 52-17 81AX2 97 48.5 0.1 20-SS-1-A 1.2 12 50 52-26 81AX2 97 48.5 0.1 20-SS-1-B 1.4 13 05 ----- ----- 97 48.5 0.1 New Drum Plant ----- 14 05 52-C4 81AX2 97 48.5 0.1 40-SS-11-A 0.6 15 05 52-B4 81AX2 97 48.5 0.1 40-SS-11-B 0.9 16 05 52-A4 81BX 97 48.5 0.1 70-SS-11-A 0.7

60 Tabel 3.8 Pengaturan UFR (Under Frequency Relay) (lanjutan) No Area CB Relay %Hz f(hz) Waktu Tunda (s) Daya Beban (MW) 17 05 52-B6 81BX 97 48.5 0.1 02-SS-11-A 0.7 18 05 52-A6 81CX 97 48.5 0.1 02-SS-11-B 0.5 19 05 52-B7 81CX 97 48.5 0.1 02-SS-12-B 0.4 20 05 52-B11 81DX 97 48.5 0.1 80-SS-21-D 1.1 21 500 52-E4 81AX 97 48.5 0.1 80-SS-21-A 2.4 22 500 52-E5 81AX 97 48.5 0.1 80-SS-21-C 3.4 23 500 52-E6 81AX 97 48.5 0.1 60-SS-21-A 0.1 24 500 52-E7 81BX 95 47.5 0.1 200-SS-1-A 1.1 25 500 52-F3 81BX 95 47.5 0.1 200-SS-1-B 0.5 26 50 52-16 81BX1 95 47.5 0.1 10-SS-1-A 1.0 27 50 52-25 81BX1 95 47.5 0.1 10-SS-1-B 0.6 28 50 52-27 81BX2 95 47.5 0.1 10-SS-2-A 1.5 29 50 52-36 81BX2 95 47.5 0.1 10-SS-2-B 0.7 30 50 52-19 81BX2 95 47.5 0.1 10-SS-3-A 1.0 31 50 52-38 81BX2 95 47.5 0.1 10-SS-3-B 0.3 3.5.8 Kombinasi Generator Lepas Pada penelitian tugas akhir ini akan membahas tentang analisis stabilitas transien sistem tenaga listrik PT Pertamina RU IV Cilacap dan untuk mengembalikan sistem tenaga listrik ke dalam kondisi normal dilakukan pelepasan beban berdasarkan penurunan frekuensi sistem. Dalam simulasi ini akan dilakukan beberapa skenario generator lepas pada saat terdapat satu generator sedang dilakukan perawatan yaitu generator 51G1 dari sistem tenaga listrik yang menyebabkan beban lebih sehingga stabilitas sistem tenaga menjadi tidak stabil.

61 Beberapa skenario generator lepas dalam pembangkitan minimum dari sistem tenaga listrik yang akan disimulasikan pada perangkat lunak ETAP adalah sebagai berikut: Tabel 3.9 Kombinasi generator lepas No 51G1 51G2 51G3 51G301 51G201 051G101 051G102 051G103 1 OFF X 2 OFF X X 3 OFF X X X 4 OFF X 5 OFF X X 6 OFF X X 7 OFF X X X 8 OFF X X X 9 OFF X X X X 10 OFF X X X Keterangan: X OFF : Generator trip : Generator aktif beroperasi : Generator maintenance (OFF) : Generator referensi