ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE RANKED POSITION WEIGHT (RPW) (STUDI KASUS: PT. KRAKATAU STEEL, Tbk.

dokumen-dokumen yang mirip
KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT

ANALISIS KESEIMBANGAN LINI PADA LINTASAN TRANSMISI MF06 DENGAN PENERAPAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT

BAB V ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

Analisis Keseimbangan Lintasan pada Lantai Produksi CV. Bobo Bakery

ANALISIS METODE MOODIE YOUNG DALAM MENENTUKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENENTUAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE HELGESON-BIRNIE

BAB V ANALISIS HASIL

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING

Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Kata Kunci : Keseimbangan Lintasan, Metode Ranked Positional Weight, Produktivitas 1. PENDAHULUAN

Perbaikan Lintasan CU dengan Metode Line Balancing

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN METODE LINE BALANCING PADA PT. XYZ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB VI LINE BALANCING

ABSTRACT. Keywords: Efficiency, Productivity, Line Balancing, Idle Time. Universitas Kristen Maranatha

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISA HASIL Kondisi Keseimbangan Lintasan Produksi Aktual

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Kebutuhan Man Power dan Line Balancing Jalur Supply Body 3 D01N PT. Astra Daihatsu Motor Karawang Assembly Plant (KAP)

Improvement Proses Screwing pada Lini Kaleng Kopi di PT Sinar Djaja Can

BAB VI LINE BALANCING

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENYEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN METODE HEURISTIK (STUDI KASUS PT XYZ MAKASSAR)

PENENTUAN JUMLAH STASIUN KERJA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DI PT. MERCEDES BENZ INDONESIA

pekerja normal untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang dijalankan dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. dan juga hasil sampingannya, seperti limbah, informasi, dan sebagainya.

BAB II LANDASAN TEORI

METODE REGION APPROACH UNTUK KESEIMBANGAN LINTASAN

LINE BALANCING DENGAN METODE RANKED POSITION WEIGHT ( RPW)

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Analisis Line Balancing dengan RPW pada Departemen Sewing Assembly Line Style F1625W404 di PT. Pan Brothers, Boyolali

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. rupa sehingga tidak ada waktu dan tenaga yang terbuang sia-sia sehingga dapat

Perbaikan Keseimbangan Lintasan di Lini Produksi ECOSS Perusahaan Heat Exchanger

PENINGKATAN EFSIENSI DAN PRODUKTIVITAS KINERJA MELALUI PENDEKATAN ANALISIS RANGKED POSITIONAL WEIGHT METHOD PT. X

PERANCANGAN LINE BALANCING DALAM UPAYA PERBAIKKAN LINI PRODUKSI DENGAN SIMULASI PROMODEL DI PT CATERPILLAR INDONESIA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manajemen pemasaran, dan manajemen keuangan. Berikut ini merupakan

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

ANALISA PENINGKATAN EFISIENSI ASSEMBLY LINE B PADA BAGIAN MAIN LINE DENGAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHTS DI PT. X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Studi Gerak dan Waktu Studi gerak dan waktu terdiri atas dua elemen penting, yaitu studi waktu dan studi gerakan.

BAB 2 LANDASAN TEORI

Manajemen Perakitan Mesin Traktor Tangan Iseki-Agrindo Model KAI 711

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TENAGA KERJA PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA KUE PIA XYZ

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.10 Pengertian Efisiensi Pengertian Lintasan Produksi(Line Balancing) Keseimbangan Kapasitas Lintasan Produksi 25 2.

APLIKASI PREDETERMINED TIME SYSTEM DAN RANKED POSITIONAL WEIGHT PADA OPTIMALISASI LINTASAN PRODUKSI UPPER-SHOE DI PT. ECCO INDONESIA, SIDOARJO

PERANCANGAN SISTEM KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI UNTUK MENGURANGI BALANCE DELAY GUNA MENINGKATKAN OUTPUT PRODUKSI

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

PENULISAN ILMIAH SUGIANTO

BAB I PENDAHULUAN. massal. Sejumlah pekerjaan perakitan dikelompokkan kedalam beberapa pusatpusat

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN UNTUK MENCIPTAKAN PROSES PRODUKSI PUMP PACKAGING SYSTEMS YANG EFISIEN DI PT. BUMI CAHAYA UNGGUL

BAB 3 METODE PENELITIAN. Berikut ini adalah diagram alir yang digunakan dalam penyelesaian studi kasus ini: Mulai

PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK TERHADAP PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING PADA PT SCOIL INDONESIA

Perancangan Keseimbangan Lintasan Produksi untuk Mengurangi Balance Delay dan Meningkatkan Efisiensi Kerja

BAB 2 LANDASAN TEORI

UPAYA PENINGKATAN KAPASITAS PRODUKSI PADA PLONG MANUAL DAN GLUEING MANUAL DI PT. X

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Seminar Nasional IENACO ISSN PENGELOMPOKAN STASIUN KERJA UNTUK MENYEIMBANGKAN BEBAN KERJA DENGAN METODE LINE BALANCING

BAB II LANDASAN TEORI

BAB VII SIMULASI CONVEYOR

PENENTUAN JUMLAH TENAGA KERJA DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI PADA DIVISI PLASTIC PAINTING PT. XYZ

e-jurnal Teknik Industri FT USU Vol 3, No. 4, November 2013 pp

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN UNTUK MENINGKATKAN PROSES PRODUKSI PADA AIR MINERAL DALAM KEMASAN

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN LINE PRODUKSI DRIVE ASSY DI PT. JIDECO INDONESIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan budaya dan teknologi akan selalu memberikan dorongan kepada

Journal Knowledge Industrial Engineering (JKIE)

ANALISIS PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN EFISIENSI KERJA DENGAN PENERAPAN KAIZEN (Studi Kasus pada PT Beiersdorf Indonesia PC Malang)

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA DAN ERGONOMI ACARA 1 PENGUKURAN WAKTU KERJA DENGAN JAM HENTI

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERANCANGAN KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHTS DAN PENDEKATAN SIMULASI

BAB I PENDAHULUAN. internasional semakain meningkat. Hal tersebut menuntut perusahaan-perusahaan

ANALISA WAKTU BAKU PROSES PEMASANGAN INTERIOR UNIT MODEL GRAND LIVINA DI SECTION CHASSIS LINE DEPARTEMEN TRIM CHASSIS PT. NISSAN MOTOR INDONESIA

RESTU SYAIFUL MUHARROM

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan perusahaan bertipe repetitive manufacturing dengan produksi


MENINGKATKAN KAPASITAS PRODUKSI LINE REAR AXLE ASSY DENGAN METODE LINE BALANCING DI PT. XYZ

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri manufaktur yang begitu pesat menuntut perusahaan

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini adalah pengertian keseimbangan lini (line balancing)

Analisis Line Efficiency pada Proses Assembly Produk F-25TGU pada Business Unit Fan PT Panasonic Manufacturing Indonesia

: Neneng Suryani NPM : : Teknik Industri Dosen Pembimbing : Dr. Emirul Bahar, ACSI

Pengoptimalan Jumlah Man Power dengan Metode Work Force Analysis

Transkripsi:

ANALISIS KESEIMBANGAN LINTASAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE RANKED POSITION WEIGHT (RPW) (STUDI KASUS: PT. KRAKATAU STEEL, Tbk. CILEGON, BANTEN) Herlina Putri W, Ahmad Sidiq, dan Reza Maulana Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malahayati Jl. Pramuka No. 27 Kemiling Bandarlampung, Telp/Fax. (0721) 271112 (0721) 271119 e-mail : hpw_73@yahoo.com, sidiq68@yahoo.com ABSTRAK Perusahaan pada dasarnya dituntut untuk mampu bersaing dalam merebut pasar, sebagai suatu usaha untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan, yaitu dengan melakukan perencanaan yang baik untuk mengetahui efisiensi lintasan produksi. Jika perencanaan yang dilakukan kurang tepat maka akan dapat mengakibatkan stasiun kerja dalam lintasan produksi mempunyai kecepatan produksi yang berbeda. Hal ini mengakibatkan lintasan produksi menjadi tidak efisien karena terjadi penumpukan material di antara stasiun kerja yang tidak berimbang kecepatan produksinya. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa keseimbangan lintasan produksi, bedasarkan waktu standar dengan menggunakan Metode Rangked Position Weight (RPW), sehingga dapat mengetahui efisiensi lintasan produksi pada Divisi Pabrik Batang Kawat PT. Krakatau Steel Cilegon. Penggunaan Metode Rangked Position Weight (RPW) dalam menganalisa lintasan produksi pada Divisi Pabrik Batang Kawat PT. Krakatau Steel dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan Metode Rangked Position Weight (RPW) diperoleh urutan elemen kerja yang teratur dari Furnace ke Forklift, dengan demikian diperoleh keseimbangan lintasan produksi, dengan efisiensi lintasan produksi sebesar 93,40%, dengan demikian, maka keseimbangan lintasan produksi dapat diperoleh dengan baik dan sesuai dengan target produksi yang dinginkan, karena telah melewati ketetapan efisiensi lintasan produksi sebesar 85%. Kata Kunci : keseimbangan lintasan produksi, metode rangked position weight ABSTRACT Line Of Balancing Analysis Using Rangked Personal Weight (RPW) Method On re Rod Mill Division Of Pt. Krakatau Steel Cilegon. A company is basically required to be able to compete in capturing the market, as an attempt to maintain the viability of the company, by doing a good planning to determine the efficiency line of balancing. If the planning is not well done it will affect the work station in line of balancing has a different production rate. It makes line of balancing becomes inefficient due to the accumulation of material between work stations which have unequal production speed. The objective is balancing the production, based on the standard time by using Ranked Position Weight (RPW) method, so can find out the efficiency of the line production. The use of Ranked Position Weight (RPW) method in line of balancing can be concluded that by using the Ranked Position Weight (RPW) method, it obtains a regular sequence of work elements from Furnace into Forklift, therefore it obtain equilibrium line of balancing 93.40%, therefore, the line of balancing can be well obtained with good production according to the production target 85%. Keywords : line of balancing, ranked position weight method 1. LATAR BELAKANG Salah satu faktor yang sangat menunjang untuk melakukan perencanaan produksi adalah dengan cara melakukan penjadwalan produksi terutama dalam pengaturan operasi atau penugasan kerja yang harus dilakukan. Jika perencanaan yang dilakukan kurang tepat maka akan dapat mengakibatkan stasiun kerja dalam lintasan produksi mempunyai kecepatan produksi yang berbeda. Hal ini mengakibatkan lintasan produksi menjadi tidak efisien karena terjadi penumpukan material di antara stasiun kerja yang tidak berimbang kecepatan produksinya. Permasalahan yang terjadi adalah pada proses produksi terkadang dijumpai adanya masalah di stasiun pengepakan, berbeda dengan stasiun kerja yang lain, pada stasiun ini menggunakan tenaga manusia/manual, hal ini mengakibatkan lintasan produksi menjadi tidak efisien karena terjadi penumpukan material di antara stasiun kerja yang tidak berimbang kecepatan produksi antara stasiun kerja yang memakai semi automatis dan pekerjaan secara manual. 2. TINJAUAN PUSTAKA Line balancing adalah serangkaian stasiun kerja (mesin dan peralatan) yang dipergunakan 36

37 untuk membuat produk (Ginting, 2007). Lintasan produksi biasanya terdiri dari sejumlah aea kerja yang dinamakan stasiun kerja yang ditangani dengan menggunakan bermacam-macam alat. Adapun tujuan utama dalam menyusun line balancing adalah untuk membentuk dan menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada tiap- tiap stasiun kerja. Jika tidak dilakukan keseimbangan seperti ini maka akan mengakibatkan tidak efisien dalam bekerja di beberapa stasiun kerja, dimana antara stasiun kerja yang satu dengan stasiun kerja lain memiliki beban kerja yang tidak berimbang. Pembagian pekerjaan ini disebut line balancing (Ginting, 2007). Dalam suatu lintasan produksi diperlukan perencanaan produksi terutama dalam pengaturan operasi atau penugasan kerja yang akan dilaksanakan. Apabila pengaturan dan perencanaan yang tidak tepat, maka setiap tempat kerja di lintasan produksi akan mempunyai kecepatan produksi yang berbeda. Akibatnya lintasan produksi menjadi kacau karena terjadi penumpukan material di tempat- tempat kerja tertentu, yang pada akhirnya dapat menyebabkan lintasan produksinya menjadi tidak efisien. Pada umumnya merencanakan suatu keseimbangan didalam suatu lintasan produksi meliputi usaha yang bertujuan untuk mencapai suatu kapasitas optimal, sehingga tidak terjadi penghamburan fasilitas (Handoko, 2008). Tujuan tersebut dapat dicapai apabila: a. Lintasan produksi bersifat seimbang, dimana setiap stasiun kerja mendapat tugas yang sama nilanya jika diukur dengan waktu. b. Stasiun- stasiun kerja berjumlah minimum. c. Jumlah waktu menganggur di setiap stasiun kerja sepanjang lintasan produksi minimum. Dari tujuan tersebut diatas, maka jumlah stasiun kerja dinyatakan: Jumlah stasiun kerja (N) = xi/ CT (1) Dimana : Xi = Jumlah waktu kerja tiap elemen CT = Besarnya waktu siklus Dengan demikian, kriteria yang umum digunakan untuk suatu keseimbangan lintasan produksi adalah (Baroto, 2008) : a. Waktu menganggur (idle time) Idle time adalah waktu menganggur dari operator/ mesin terhadap proses produksi, yang dapat terjadi oleh faktor- faktor yang sulit dihindari maupun faktor sebenarnya dapat dihindari. Idle time dapat diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah stasiun kerja dengan waktu stasiun kerja terbesar dikurangi dengan jumlah waktu sebenarnya tiap stasiun kerja. W = n x W - W (2) b. Keseimbangan waktu senggang (balance delay) Balance delay adalah persentase keseimbangan waktu senggang antar tiap proses yang diperoleh dari perkalian jumlah stasiun kerja dengan jumlah stasiun kerja terbesar, dikurangi jumlah waktu sebenarnya seluruh stasiun kerja kemudian dibagi dengan perkalian jumlah stasiun kerja dengan waktu stasiun kerja dikalikan dengan 100%. B = (3) Keterangan: c. Efisiensi lintasan produksi (line efficiency) Line efficiency adalah efisiensi lintasan produksi yang dicapai dari pembagian antara jumlah waktu sebenarnya seluruh stasiun kerja dengan perkalian jumlah stasiun kerja dan waktu stasiun kerja terbesar lalu dikalikan 100%. E = (4) Keterangan: Langkah-langkah metode RPW adalah (Baroto, 2008): a. Membuat sebuah jaringan kerja berdasarkan proses operasi beserta waktu standarnya. b. Tentukan waktu siklus. c. Tentukan jumlah efisiensi stasiun kerja berdasarkan waktu siklus yang diperoleh. d. Membuat tabel matrik elemen kerja yang mendahului, berdasarkan elemen kerja yang mengikutinya. e. Membuat tabel bobot posisi dan hubungan elemen yang mendahuluinya, serta tabel rangking bobot posisi. f. Tempatkan elemen pada stasiun kerja menurut rangking bobot posisi, tetapi tidak boleh mendahului pekerjaan awalnya. Langkah-langkah perhitungan waktu baku (Sritomo, 2007): a. Observed/ Work/ Cycle Time (waktu siklus) melakukan pengerjaan satu buah produk/ part tanpa mempertimbangkan faktor kelonggaran dan kualitas pekerja. b. Waktu normal (Normal Time)

38 melakukan pengerjaan satu buah produk/ part tanpa mempertimbangkan faktor kelonggaran. Wn = CT x P (5) Wn : Waktu normal P : Penyesuaian keahlian pekerja c. Waktu standar (Standard Time) melakukan pengerjaan satu buah produk/ part dengan mengakomodasi kelonggaran manusia dan kecepatan, keahlian, usaha, dan kualitas rata-rata. % Wb = (6) Wb Allowance % % : Waktu Standar : Kelonggaran kerja 3. METODE PENELITIAN Tahap awal penelitian adalah mengumpulkan data pengukuran rata-rata waktu proses produksi, data kelonggaran operator dan data faktor penyesuaian operator, dilanjutkan dengan menghitung waktu standar, dan tahap terakhir adalah melakukan analisis keseimbangan lintasan dengan metode RPW melalui perhitungan efisiensi stasiun kerja dan efisiensi lintasan produksi. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk proses produksi batang kawat terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Furnace b. Pre-roughing Mill c. Intermediate Mill d. Finishing Mill e. Water Box f. Laying Head g. Stelmor Conveyor h. Two Arm Mandel i. Compactor j. Forklift Waktu proses produksi adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proses produksi, mulai dari awal pengolahan hingga produksi akhir. Dalam penelitian ini dilakukan pencatatan waktu di semua elemen kerja. Tabel 1 berikut merupakan rekapitulasi hasil perhitungan waktu proses produksi di semua elemen kerja. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Rata-rata Elemen Waktu Proses Kerja Faktor Penyesuaian Waktu Normal Kelonggaran ( % ) Waktu Standar 1 2,32 1,06 2,46 13 2,83 2 2,45 1,06 2,60 14 3,02 3 2,32 1,04 2,41 13 2,77 4 2,57 1,08 2,77 14 3,22 5 2,55 1,05 2,68 14 3,12 6 2,57 1,09 2,80 13 3,22 7 2,40 1,09 2,61 13 3,00 8 2,32 1,14 2,64 14 3,07 9 2,65 1,06 2,80 14 3,26 10 2,65 1,09 2,53 14 2,94 Jumlah 30,45 Sumber: Krakatau Stell, 2011 Penentuan jumlah stasiun kerja dimaksudkan untuk menempatkan elemen-elemen kerja menjadi beberapa stasiun atau ruang kerja, sehingga lintasan atau perpindahan komponen dari satu elemen kerja ke elemen pekerjaan berikutnya menjadi lebih dekat dan lebih efisien. Tabel 2 merupakan perhitungan urutan pembobotan dengan metode Rangked Personal Weight (RPW). Waktu Siklus (CT) = = / / ( ) / / = 0,058 jam/ ton 3,50 menit/ ton Efisiensi tiap stasiun kerja adalah : Stasiun kerja I 2,83/3,50 = 80,86% Stasiun kerja II 3,02/3,50 = 86,28% Stasiun kerja III 2,77/3,50 = 79,14% Stasiun kerja IV 3,22/3,50 = 92,00% Stasiun kerja V 3,12/3,50 = 89,14%

39 Stasiun kerja VI 3,22/3,50 = 92,00% Stasiun kerja VII 3,00/3,50 = 85,71% Stasiun kerja VIII 3,07/3,50 = 87,71% Stasiun kerja IX 3,26/3,50 = 93,14% Stasiun kerja X 2,94/3,50 = 84,00% Perhitungan efisiensi lintasan produksi. Waktu Menganggur (W) W = n. W - W = (10.3,26) 30,45 = 2,15 menit Keseimbangan Waktu Senggang (B) n. Wc B = n. Wc 2,15 = 32,60 = 6,60 % Tabel 2. Perhitungan Urutan Pembobotan dengan Metode RPW Elemen Kerja Urutan Bobot Posisi Urutan Elemen Kerja Waktu Proses 1 30,45 1 2,83 2 27,62 2 3,02 3 24,60 3 2,77 4 21,83 4 3,22 5 18,61 5 3,12 6 15,49 6 3,22 7 12,27 7 3,00 8 9,27 8 3,07 9 6,20 9 3,26 10 2,94 10 2,94 Sumber : Data Primer, 2012 Sehingga didapatkan stasiun kerja sebagai berikut : 2,83 3,02 2,77 3,22 3,12 3,22 3,00 3,07 3,26 2,94 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Gambar 1. Jumlah Stasiun Kerja Dengan Metode RPW Efisiensi Lintasan Produksi (E) E = n.. 30,45 = 10x3, 26 30,45 = 32, 60 = 93,40% Besarnya efisiensi lintasan produksi dengan metode RPW menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh sebesar 93,40% sudah dapat dikatakan sangat baik dan mencapai target yang telah ditentukan sebesar 85%. 5. SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Keseimbangan lintasan produksi dari stasiun Furnace ke stasiun Forklift dengan metode RPW terlihat dengan jelas pada Gambar 1. 2. Hasil efisiensi lintasan produksi dengan menggunakan Metode RPW sebesar 93,40 %.

40 DAFTAR PUSTAKA Baroto, Teguh. (2008). Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ginting, Rosnani. (2007). Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Handoko, T. Hani. (2008). Dasar- dasar Manajemen Produksi dan Operasi Edisi ke- 4. Yogyakarta: BPFE Universitas Gadjah Mada. gnjosoebroto, Sritomo. (2007). Ergonomi Studi Gerak dan Waktu. Surabaya: Guna dya.