konsep penting yang dijadikan dasar untuk membangun hipotesis yang dijadikan kesimpulan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini desa penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
HALIMUN & HARAPAN PENYELAMATAN KAMPUNG HALAMAN Oleh: Tina, Medan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut tidak hanya terjadi di daerah perkotaan, tetapi juga. dengan keberadaan industri yang ada di pedesaan.

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB V PERAN USAHA KAYU RAKYAT DALAM STRATEGI NAFKAH RUMAH TANGGA PETANI

BAB I PENDAHULUAN. Pada era desentralisasi saat ini, pemberian wewenang dari pemerintah pusat kepada

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

BAB VI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY BAGI PERTAMBANGAN TANPA IZIN

I. PENDAHULUAN. dan pada umumnya penduduk negara ini tinggal di daearah pedesaan yang bekerja

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Jatiwangi merupakan wilayah yang memproduksi genteng, baik genteng

BAB IV PROFIL DESA 4.1. Aspek Geografis

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PENGARUH PEMBANG TERHADAP PERGESERAN MAYA P.E WARGA DESA BARENGKOK KECAMATAN CIKAND PATEN SERANG

PENGARUH PEMBANG TERHADAP PERGESERAN MAYA P.E WARGA DESA BARENGKOK KECAMATAN CIKAND PATEN SERANG

I. PENDAHULUAN. (space), seperti terlihat dalam perspektif geografi bahwa seluruh permukaan bumi

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

MATERI 1 HAKEKAT PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan SDM yang optimal demi meningkatkan pembangunan. pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini di karenakan tidak

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB IV PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

TEBASAN DI GUNUNG WURUNG KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan sumber agraria yang memiliki makna ekonomis serta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB V PE N U T U P A. Simpulan

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Sendayan, Desa Naga Beralih, dan Desa Muara Jalai.

VII. PERSEPSI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI TERHADAP PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi kehidupan petani karet, karena pada musim hujan petani karet

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di pedesaan merupakan sebagian dari proses pembangunan nasional yang

BAB IV ANALISIS. 4.1 Penentuan Batas Wilayah Adat

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

TUGAS AKHIR EVALUASI FAKTOR KEBISINGAN YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DAN MEMPENGARUHI PERFORMANSI KERJA

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tersebut dapat bermacam-macam, berkembang dan berubah terkadang tanpa

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

I. PENDAHULUAN. Usaha pertambangan adalah usaha mengolah sumber daya alam yang tidak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemanfaatan lingkungan yang ada di sekitar tempat tinggal sebagai lahan

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

RINGKASAN SKRIPSI. Oleh: Catur Dewi Saputri

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dibandingkan dengan kabupaten-kabupaten yang lainnya seperti Sleman,

BAB I PENDAHULUAN. perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, lebih rinci ditunjukkan pada bagian-bagian berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN. pedagang, jasa, serta usaha informal lainnya. Sementara itu Quibria (1990), menyatakan

BAB IV GAMBARAN UMUM

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

4.1. Letak dan Luas Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

TINJAUAN PUSTAKA. serta pendorong dan penarik tumbuhnya sektor sektor ekonomi, dapat. dan pengangguran serta dapat mensejahterakan masyarakat.

BAB V KARAKTERISTIK PETANI DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM SL-PTT

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, terutama persaingan dalam berbagai hal. Persaingan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan ekonomi masyarakat dalam bidang perikanan di Indonesia, telah

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

BAB V GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Banjar termasuk salah satu wilayah di Kecamatan Banjar Kabupaten

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN. setelah seseorang divasektomi maka untuk selanjutnya ia tidak lagi dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP

4. KARAKTERISTIK DESA. Pertemuan 5

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada.

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam penyediaan pangan, pangsa pasar, dan hasil produksi.

BAB I PENDAHULUAN , pada RPJMNtahap-3 ( ), sektor pertanian masih. menjadi sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

IV. DESA BABAKAN DALAM KONTEKS LINGKAR KAMPUS IPB DARMAGA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan mengelola bumi dengan baik. Bekal terakhir inilah yang

BAB VII STRUKTUR AGRARIA DESA CIPEUTEUY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya alam yang terdapat pada suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

PELUANG WANITA BERPERAN GANDA DALAM KELUARGA SEBAGAI UPAYA MENDUKUNG KEMITRASEJAJARAN PRIA DAN WANITA DI KABUPATEN BANDUNG

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

WANITA DAN STRUKTUR SOSIAL ( Suatu Analisa Tentang Peran Ganda Wanita Indonesia) Dra. LINA SUDARWATI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Lampung Barat, Balik Bukit adalah Kecamatan yang terletak di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penggunaan lahan di Kabupaten Serang terbagi atas beberapa kawasan :

PETA SOSIAL DESA CURUG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penambangan batu kapur di Desa Citatah telah dilakukan sejak abad ke-19 yang

Transkripsi:

RINGKASAN HERU PURWANDARI. Deindustrialisasi Pedesaan (Studi Kasus Desa Curug Bitung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat). Dibawah bimbingan IVANOVICH AGUSTA. Penelitian ini mempergunakan konsep deindustrialisasi yang diartikan oleh peneliti sebagai kebalikan dari proses industrialisasi. Pada proses industrialisasi akan terjadi transformasi dari rnasyarakat pertanian ke masyarakat industrial dan juga adanya peralihan modal dari kota ke desa. Transformasi yang dimaksud adalah transformasi ekonomi (mata pencaharian utama) terkait dengan pemikiran bahwa sisem ekonomi rnerupakan cultural fokus suatu masyarakat. Pada proses tersebut masyarakat pertanian yang memiliki mata pencaharian utama bertani akan terpengaruh keberadaan industri sehingga mata pencaharian utama penduduk adalah di bidang industri. Sedangkan proses deindustrialisasi berarti proses yang terjadi akibat pengaruh keberadaan industri dimana transformasi justru dari masyarakat industrial ke masyarakat pertanian. Proses tersebut dapat dilihat dari perubahan mata pencaharian utama penduduk yanng semula di bidang industri berubah menjadi bidang pertanian. Deindustrialisasi pedesaan sela~na ini hanya diartikan sebagai berpindahnya modal besar dari desa kembali ke kota (Berg dalam White,1990). Desa kemudian kehilangan daya tariknya, atau menurut Schneider (1993) menjadi kota mati dimana mata pencaharian baru harus dicari. Untuk kasus penelitian ini proses deindustrialisasi berjalan dalam tahapan dan dengan faktor pendorong yang khas atau berbeda. Permasalahannya adalah apakah faktor-faktor pendorong transformasi ~nasyarakat industrial ke masyarakat pertanian, bagaimana proses deindustrialisasi dilakukan masyarakat desa. Dari permasalahan tersebut peneliti ingin mengetahui faktor-faktor pendorong transformasi dari masyarakat industrial ke masyarakat pertanian dalam ha1 pergeseran mata pencaharian utama, sekaligus tahapan-tahapan yang dilakukan masyarakat desa dalam proses tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan strategi studi kasus. Jenis data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari subjek penelitian yang terdiri dari dua kategori yaitu warga yang mengalami transformasi masyarakat pertanian ke masyarakat industrial dan warga yang mengalami transformasi dari masyarakat industrial ke masyarakat pertanian yang ditandai dengan berubahnya mata pencaharian utarna penduduk serta informan yang terdiri dari informan yang mer~getahui enclave intiustry, informan sebagai kaum migran, informail yang dapat menceritakan kondisi desa, dan informan yang tahu kondisi pada masing-masing tahapan deindustrialisasi. Data sekunder diperoleh dari buku potensi desa, kantor Kecamatan Nanggung, PT Hevindo, dan PT Aneka Tambang. Fakta yang diperoleh dihimpun kemudian dipisah menurnt konsep-

konsep penting yang dijadikan dasar untuk membangun hipotesis yang dijadikan kesimpulan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini desa penelitian (Desa Curug Bitung) dilihat dari tiga tahapan masyarakat yaitu desa pertanian sawah dengan ciri bidang pekerjaan utama mayoritas penduduk di sawah, desa industri dengan ciri bidang pekerjaan utama mayoritas penduduk menambang emas, dan desa pertanian sawah dalam deindustrialisasi dengan ciri alternatif penambangan menurun setelah kontrol pabrik meningkat, sekaligus terdapat peluang bekerja di sawah dan perkebunan. Pada masa desa pertanian sawah (1976-1994) lahan pertanian dominan (86,6%) dengan sistem persawahan berbentuk terasering yang didukung oleh banyak sungai yang melintasi desa dan mengairi persawahan. Kelak sungai-sungai tersebut beralih fungsi menjadi salah satu sarana produksi pengolahan emas bagi warga desa terlebih pada masa pengetatan pengamanan oleh pihak perusahaan Aneka Tarnbang (Antam) yang menggunakan sebagian lahan Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) untuk lokasi penambangan. Di bidang pertambangan beberapa bidang yang ditekuni meliputi penggalian pasir, bat11 belah, batu kapur, pembuatan teras, genteng, batako dan batu bata merah. Kesemua bidang tersebut memerlukan tenaga kerja kasar. Kelak pengalaman dalam pekerjaan tersebut berguna untuk melakukan pertambangan emas. Demikian juga kemampuan berdagang yang dimiliki masyarakat kelak berguna untuk beradaptasi dengan keadaan desa di masa industrialisasi. Peluang bekerja dan berusaha penduduk pada masa ini lebih ditekankan pada pekerjaan bertani dengan menggunakan pembagian kerja secara seksual atas dasar nilai pria lebih kuat dan wanita lebih lemah. Nilai kuat dan lemah tersebut menentukan banyaknya upah yang diterima antara pria dan wanita dimana pria mendapat upah lebih tinggi dibanding wanita. Terkait dengan adanya penggalian bentonit, maka petani memililci nafkah kerja ganda. Ada saat dimana terdapat waktu senggang yang digunakan petani untuk menambah pendapatan. Sebelum masuk ke ke desa industri masyarakat mengalami mass transisi dari pertanian ke industri (1990-1994). Pada masa ini masyarakat lokal bel~~m banyak yang ke gunung karena masih mempertimbangkan kehalalan atau keharaman penambangan emas. Ketertarikan masyarakat terhadap pertambangan emas muncul setelah perekonomian desa turut mengalami krisis ekonomi nasional sejak 1997. Tahapan masyarakat selanjutnya adalah desa industri (1994-1998). Pada masa ini terjadi peningkatan jumlah rumah permanen (57,3%), rumah semi permanen (25,3%) dan rumah temporer (17,4%) (Kantor Kecamatan Nanggung, 1999). Manfaat lain yang dirasakan oleh masyarakat dari PT Aneka Tambang terlihat pada peningkatan kesempatan kerja di luar pertanian. Pada desa industri terjadi beberapa perubahan dalam mata pencaharian penduduk, diantaranya di bidang pertanian, pertambangan emas, jasa dan perdagangan. Anggapan bahwa bertani adalah dasar dari kehidupan masyarakat desa masih dipegang teguh, sehingga pertanian tidak ditinggalkan oleh sebagian masyarakat pada saat kejayaan penggalian emas. Masih dikerjakannya lahan pertanian juga terkait dengan pembagian kerja secara seksual dimana kerika suami ke gunung, pengawasan pengelolaan sawah diserahkan kepada istri. Pada mas3 ini kegiatan di bidang pertambangan emas dilakukan hampir

sebagian penduduk. Melalui hubungannya dengan migran, masyarakat lokal mengenal seluk beluk pertambangan, yaitu proses pengolahan, teknologi sistem perentalan, dan penggunaan gulundung. Pada tahun 1998 terjadi masa transisi dari industri ke pertanian. Pada masa transisi tejadi pengurangan penambang ilegal atau gurandil. Hal ini berkaitan dengan; pertama, pengamanan lokasi Antam diperketat terkait dengan kerusuhan Cihiris pada tahun 1998. Setelah kerusuhan tersebut PT Aneka Tambang menggunakan tenaga Brimob sebagai tenaga keamanan menggantikan Pam-swakarsa. Kedua, semakin banyak jawara yang berkuasa di sekitar lokasi terkait dengan semakin inginnya jawara tersebut memperoleh emas dari lokasi penambangan. Ketiga, lokasi Ciurug dibuldoser oleh PT Antam sehingga masyarakat semakin memiliki waktu yang sempit untuk menggali lokasi. Tahapan terakhir dalam masyarakat Curug Bitung adalah desa pertanian sawah dalam deindustrialisasi (1998-2000). Masa ini ditandai dengan semakin berkurangnya jumlah penduduk yang beraktivitas sebagai gurandil. Lahan milik PT Hevindo yang semula dipersiapkan untuk penanaman albasia mulai dimanfaatkan penduduk melalui perjanjian. Isi perjanjian tersebut yaitu masyarakat sementara boleh menanami lahan dengan mematuhi beberapa persyaratan. Mereka tidak boleh mengganggu tanaman yang ada dan tidak boleh memberi batasan lahan lebih dari 500 m2, dan yang mengelola harus petani murni. Alternatif usaha setelah tidak bisa mengolah gunung adalah kembali ke pertanian, meskipun pertania~ masih menjadi bagian hidup masyarakat. Pada masa ini, sawah dan kebun kembali digarap oleh para pemiliknya setelah sebelumnya menggunakan tenaga kuli. Ladang yang tadinya ditelantarkan digarap kembali, bahkan ~nasyarakat mulai mengelola lahan perkebunan milik PT Hevindo. Ridang pertanbangan emas tidak seluruhnya ditinggalkan. Masyarakat n~asih terikat dengan hal-ha1 yang berhubungan dengan emas. Gurandil yang memiliki modal besar masih rnenggali emas ke gunung meski persentasenya kecil (5%). Sedangkan gurandil yang tidak memiliki modal besar mengolah lumpur emas yang dihasilkan dari pengolahan pertama, meskipun kadar emasnya sudah rnenurun. Apabila barnng mengandung kadar emas 70% maka clalam lumptrr hanya diperoleh emas dengan kadar 60%. Demikian seterusnya lumpzrr selalu diolah bahkan sampai pada kadar yang hanya mencapai 8%. Apabila ditinjau dari penjelasan tersebut maka faktor pendorong transformasi dari masyarakat pertanian ke masyarakat industrial terdiri dari faktor fisik dan faktor ekonomi dan sosial yang masing-masing dipisahkan menjadi faktor ekstern dan intern. Faktor pendorong fisik ekstern mencakup migran yang masuk ke Desa Curug Bitung dan penetrasi pabrik PT Aneka Tambang. Sedangkan faktor pendorong fisik intern adalah sungai yang terdapat di Desa Curug Bitung yang bisa digunakan untuk mengolah emas. Faktor pendorong dari bidang ekonomi dan sosial yang ekstern meliputi krisis nasional yang terjadi dan peluang bekerja dan berusaha di pbrik yang meningkat. Sedangkan faktor intern adalah pen~bagian kerja secara seksual di sawah sehingga laki-laki bisa bekerja di pertambangan, pengalaman bekerja di industri bentonit, dan pengalaman berdagang untuk merespons peningkatan kebduhan barang dagangan.

Faktor pendorong transformasi dari masyarakat industrial ke masyarakat pertanian terdiri dari faktor fisik dan faktor ekonomi dan sosial yang masing-masing dipisahkan menjadi faktor ekstern dan intern. Faktor pendorong fisik intern terlihat pada pembuldoseran lokasi penggalian gurandil. Sementara itu sawah, kebun dan ladang masih terpelihara dan bisa ditanami kembali. Faktor pendorong dari bidang ekonomi dan sosial yang intern meliputi kontrol dari pabrik yang semakin ketat dengan mendatangkan aparat Brimob. Selain itu dibuat perjanjian pengolahan lahan perkebtu~an untuk warga desa. Sedangkan faktor pendorong ekonomi sosial ekstern meliputi konflik yang meningkat dengan penduduk Banten. Faktor lain adalah nilai dan pembagian kerja secara seksual di sawah yang terpelihara untuk membudidayakan pertanian. Dalam konteks bidang pertambangan, industrialisasi muncul ketika peluang penambangan meningkat. Sebaliknya deindustrialisasi muncul ketika peluang penambangan menurun. Dalam kasus ini deindustrialisasi dialami sebagian besar masyarakat desa ketika peluang menambang bagi mereka semakin kecil, meskipun industri pertambangan modern di tempat yang sama semakin berkembang. Saat itu terjadi pembuldoseran lokasi gurandil dan lokasi pabrik semakin luas. Hal itu menunjukan bahwa sifat enclave semakin kuat. Dengan demikian deindustrialisasi pedesaan bisa terjadi tanpa modal kembali ke kota (Berg dalam White,1990). Sebaliknya, modal tetap mengalir kedesa namun hanya pada industri modern dan enclave. Deindustrialisasi juga tidak selalu ~nenghasilkan kota mati (Schneider,l993) ketika sebagian besar masyarakat yang tersingkir dari industri pertambangan masih memiliki alternatif bekerja lain, misalnya bidang pertanian. Sedangkan industri pertambangan yang bersifat enclave masih bisa memperoleh bahan tambang untuk waktu yang lama. Dalam konteks bidang pertambangan masyarakat harus diikutsertakan dalam industrialisasi dengan cara memberi mereka kesempatan bekerja atau peluang lahan penambangan diluar lokasi pabrik. Hal ini dilakukan sambil memperhatikan ekologi, mengingat dimensi ekologi sangat penting terutama ketika bahan tambang sudah benar-benar habis.