ZAT WARNA BEJANA/INDHANTHREN UNTUK PEWARNAAN BATIK

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNIK PEMBUATAN IKAT CELUP DAN PEWARNAAN

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

PEMANFAATAN EKSTRAK WARNA DAUN ALPUKAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAM (ZPA) TEKSTIL PADA KAIN SUTERA

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL...

PEWARNAAN TEKSTIL 1. Ir. Sri Herlina, M.Si. Dwi Yuniasari Palupi, ST. Untuk Sekolah Menengah Kejuruan Kelas XI Semester 1

TEKNIK EKSPLORASI ZAT PEWARNA ALAM DARI TANAMAN DI SEKITAR KITA UNTUK PENCELUPAN BAHAN TEKSTIL Noor Fitrihana,ST Jurusan PKK FT UNY

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

HO-2 PROSES PEMBUATAN BATIK

Kerajinan Batik Tulis

Proses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata dengan menggunakan media air.

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

Laporan Tugas Akhir Pembuatan Zat Warna Alami dari Buah Mangrove Spesies Rhizophora stylosa sebagai Pewarna Batik dalam Skala Pilot Plan

PERBANDINGAN UJI KETAHANAN GOSOK ZAT WARNA ALAM KULIT AKASIA GUNUNG MERAPI (ACACIA DECURRENS)

III. METODE PENELITIAN

TEKNIK PENGOLAHAN ZAT WARNA ALAM (ZPA) UNTUK PEWARNAAN BATIK

Titiek Pujilestari Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh

Titiek Pujilestari dan Irfa ina Rohana Salma Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

Agus Haerudin, Dana Kurnia Syabana, Dwi Wiji Lestari Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No. 7 Yogyakarta

KEWIRAUSAHAAN (Kode : G-02)

BAB III TINJAUAN DATA, EKSPERIMEN, DAN ANALISA. Pohon kapuk berbunga tiga atau empat kali dalam setahun dengan selang

PEMANFAATAN DAUN INDIGOFERA SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK

THE COLORING AGENTS COMPARISON IN PROCESSING OF PINEAPPLE FIBRE COLORING. Luftinor. Abstrak

SEMINAR REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2010 ISSN :

Metodologi Penelitian

Dian Ramadhania, Kasmudjo, Panji Probo S. Bagian Teknologi Hasil Hutan,Fakultas Kehutanan, UGM Jl. Agro No : 1 Bulaksumur Yogyakarta.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Nama daerah :tahi kotok (Sunda), kenikir (Jawa)

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN

Disusun Oleh : Nama : Jakariya Nugraha Noerma Rachamwati Fani Miftah Rizkiyah Boby Fansha Graha : Sukirman S.

Buletin Peternakan Edisi IV 2017 Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Prov. Sulawesi Selatan

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL

UJI COBA PENGGUNAAN DAUN SIRIH GADING SEBAGAI BAHAN PEWARNA ALAMI PADA KAIN KATUN

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Batik merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang saat ini telah berkembang pesat, baik lokasi penyebaran, teknologi maupun desainnya.

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH LAMA PEMERAMAN TERHADAP HASIL JADI TIE DYE PADA KAIN KATUN

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK.. DAFTAR DIAGRAM.. DAFTAR BAGAN...

Kue Kering Tradisional yang Selalu Hadir saat Lebaran

2014 EKSPERIMEN WARNA ALAM MANGGA ARUMANIS, MANGGA GEDONG GINCU DAN MANGGA SIMANALAGI SEBAGAI PEWARNA KAIN SUTERA

INOVASI MOTIF JUMPUTAN. Eustasia Sri Murwati dan Suryawati Ristiani

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR GRAFIK... vii

Emy Budiastuti dan Kapti Asiatun ( Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana FT UNY)

BAB III METODOLOGI. A.2. Bahan yang digunakan : A.2.1 Bahan untuk pembuatan Nata de Citrullus sebagai berikut: 1.

ALAT PENGERING BERKABUT UNTUK MENGHASILKAN ZAT WARNA ALAMI DARI KULIT KAYU MAHONI, JAMBAL, DAN TINGI GUNA MENGGANTIKAN SEBAGIAN WARNA SINTETIK BATIK

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT

Kata kunci: Kulit buah siwalan, Zat warna alam, Pre-mordating, Kain katun. ISBN

Dosen Program Studi Teknik Batik Politeknik Pusmanu Pekalongan 2) Program Studi D3 Teknik Batik Politeknik Pusmanu Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. Warna memiliki peranan dan fungsi penting dalam kehidupan yang dapat

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

TEKNOLOGI PROSES SASIRANGAN DENGAN VARIASI TEKNIK JELUJUR Sasirangan Process with Baste Technique Variation

LAMPIRAN C DOKUMENTASI

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis Penelitian ini adalah penelitian analitik. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analis Kesehatan

PENCELUPAN PADA KAIN SUTERA MENGGUNAKAN ZAT WARNA URANG ARING (ECLIPTA ALBA) DENGAN FIKSATOR TAWAS, TUNJUNG DAN KAPUR TOHOR

KISI-KISI MATERI PLPG MATA PELAJARAN TEKNIK PENYEMPURNAAN KAIN

14 Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami dan Terbukti Ampuh

Agus Haerudin dan Farida Balai Besar Kerajinan dan Batik, Jl. Kusumanegara No.7 Yogyakarta

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Kimia

Dalam proses ekstraksi tepung karaginan, proses yang dilakukan yaitu : tali rafia. Hal ini sangat penting dilakukan untuk memperoleh mutu yang lebih

ALUR PROSES PENYAMAKAN

TELUR ASIN 1. PENDAHULUAN

LATIHAN SOAL ULANGAN HARIAN

LAMPIRAN. Perangkat Pembelajaran. RPP Jobsheet Silabus

IV. KONSEP PERANCANGAN

PENYAMAKAN KULIT. Cara penyamakan melalui beberapa tahapan proses dan setiap tahapan harus berurutan tidak bisa di balak balik,

OLEH: YULFINA HAYATI

CABE GILING DALAM KEMASAN

SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS)

III. METODOLOGI Bahan dan Alat. Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerang bulu

Blanching. Pembuangan sisa kulit ari

PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE KHROM DALAM UPAYA PEMANFAATAN HASIL SAMPING PEMOTONGAN TERNAK

BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan A.1Alat yang digunakan : - Timbangan - Blender - Panci perebus - Baskom - Gelas takar plastik - Pengaduk -

PEMANFAATAN LIMBAH SERBUK KAYU MAHONI SEBAGAI PEWARNA ALAMI BATIK

PENGARUH JENIS FIKSATIF TERHADAP KETUAAN DAN KETAHANAN LUNTUR KAIN MORI BATIK HASIL PEWARNAAN LIMBAH TEH HIJAU

PENCELUPAN KAIN T/C DENGAN ZAT WARNA DISPERSI-BEJANA METODA 2 BATH 2 STAGE CONITUE VARIASI NaCl dan SUHU THERMOSOL. Kiki Bayu Murti

PENGARUH VARIASI ph DAN FIKSASI PADA PEWARNAAN KAIN KAPAS DENGAN ZAT WARNA ALAM DARI KAYU NANGKA TERHADAP KUALITAS HASIL PEWARNAANNYA

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

MAKALAH PROGRAM PPM PEMUTIHAN SERAT ECENG GONDOK. Oleh: Kun Sri Budiasih, M.Si NIP Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas MIPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

PENGARUH KOMPOSISI WARNA (PAGODA RED, WINDSOR PURPLE, MADONNA BLUE) TERHADAP KUALITAS WARNA UNGU PURPLE PADA KAIN KATUN DENGAN TEKNIK TIE DYE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN

KUALITAS PEWARNAN BATIK YANG DIHASILKAN DARI PERBEDAAN KONSENTRASI dan BAHAN FIKASI BAHAN PEWARNA DAUN MANGGA ARUM MANIS (Mangifera Indica LINN)

PENGARUH EKSTRAKSI ZAT WARNA ALAM DAN FIKSASI TERHADAP KETAHANAN LUNTUR WARNA PADA KAIN BATIK KATUN

PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat,

Masakan Pedas Penambah Nafsu Makan

PENGOLAHAN BUAH-BUAHAN

PEMANFAATAN TANAMAN KEMBANG TELEKAN SEBAGAI PEWARNA ALAM BATIK PADA KAIN MORI PRIMA SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMBUATAN TAWAS. Penyusun : Muhammad Fadli ( ) Kelompok 3 ( Tiga) : Pinta Rida.

TENUNAN SONGKET MELAYU RIAU DI KOTA DUMAI PROVINSI RIAU MUTIA SARI

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

TEKNIK PEWARNAAN AGEL DENGAN ZAT WARNA ALAM DARI DAUN JATI. Eustasia Sri Murwati 1 Endang Pristiwati 2 Lucius Pradana Adhi Nugroho 3

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

ABSTRAK Zat warna untuk kain katun terdiri dari zat warna Alami (Natural Dyes) dan zat warna Sintetis (Synthetic Dyes). Zat warna alam terdiri dari akar, batang, kulit, buah, dan bunga. Sedangkan zat warna sintetis adalah zat warna buatan pabrik seperti direk, napthol, bejana, indigosol, rapid dan sebagainya. Zat warna bejana merupakan salah satu zat warna sintetis yang telah lama dipergunakan untuk mewarnai serat tekstil terutama serat yang berasal dari alam. Zat warna bejana termasuk golongan zat warna yang tidak larut dalam air dan tak mungkin dipergunakan untuk mencelup apabila tidak dirubah dahulu struktur molekulnya, dengan pertolongan suatu reduktor, senyawa tersebut di bejanakan artinya dirubah menjadi bentuk leuko yakni bentuk zat warna bejana yang tereduksi yang akan larut dalam larutan alkali. Senyawa leuko tersebut mempunyai substantivitas terhadap serat kapas sehingga dapat dipergunakan untuk mencelup. Zat warna indanthren ini banyak digunakan untuk memncelupkain yang berasal dari serat alam. Saat ini zat warna indanthren mulai banyak digunakan untuk mewarnai batik. Sehingga warna-warna batik sekarang sangat banyak variasi warna dan jenis warna yang digunakan. Kata kunci: indanthren, zat warna sintetis, batik 1

ZAT WARNA BEJANA/INDHANTHREN UNTUK PEWARNAAN BATIK Zat warna untuk kain katun terdiri dari zat warna Alami (Natural Dyes) dan zat warna Sintetis (Synthetic Dyes). Zat warna alam terdiri dari akar, batang, kulit, buah, dan bunga. Sedangkan zat warna sintetis adalah zat warna buatan pabrik seperti direk, napthol, bejana, indigosol, rapit dan sebagainya. Zat warna untuk kain katun mempunyai syarat-syarat sebagai berikut : Pewarnaan tidak menggunakan cara panas, Hasil warna tidak luntur, Obat-obat bantu pada proses pewarnaan tidak menimbulkan kerusakan pada kain katun. Zat warna bejana merupakan salah satu zat warna sintetis yang telah lama dipergunakan untuk mewarnai serat tekstl terutama serat yang berasal dari alam. Zat warna bejana termasuk golongan zat warna yang tidak larut dalam air dan tak mungkin dipergunakan untuk mencelup apabila tidak dirubah dahulu struktur molekulnya, dengan pertolongan suatu reduktor, senyawa tersebut di bejanakan artinya dirubah menjadi bentuk leuko yakni bentuk zat warna bejana yang tereduksi yang akan larut dalam larutan alkali. Senyawa leuko tersebut mempunyai substantivitas terhadap serat kapas sehingga dapat dipergunakan untuk mencelup. Dengan perantaraan suatu oksidator atau oksigen dari udara, bentuk leuko yang berada dalam serat akan teroksidasi kembali ke bentuk semula yakni pigmen zat warna bejana. Zat warna bejana mempunyai sifat tahan cuci, tahan gosok dan tahan sinar yang sangat baik. 2

Pada dasarnya pencelupan dengan zat warna bejana terdiri 3 tahap : Pembejanaan yaitu membuat larutan bejana yang mengandung senyawa leuko. Pencelupan bahan tekstil dengan senyawa leuko. Oksdasi senyawa leuko berubah menjadi senyawa asal. Dilihat dari cara pemakaian dalam pencelupan, zat warna bejana dibagi menjad 4, yaitu : Golongan IK (Indanthren Kalt), mempunyai sifat sebagai berikut : Memerlukan jumlah alkali yang sedikit Suhu pembejanaan dan pencelupan rendah 20-25 ºC Memerlukan penambahan garam yang banyak untuk penyerapannya Golongan IW(Indanthren Warm), mempunyai sifat sebagai berikut : Memerlukan jumlah alkali cukup banyak Suhu pembejanaan dan pencelupan 45-50 ºC Memerlukan penambahan garam untuk penyerapannya Golongan IN, (Indanthren Normal), mempunyai sifat sebagai berikut : Memerlukan jumlah alkali yang banyak Suhu pembejanaan dan pencelupan 50-60 ºC Tdak memerlukan penambahan garam untuk penyerapannya Golongan IN Sp (Indanthren Normal Spesial), mempunyai sifat-sifat yang hampir sama dengan golongan IN, hanya penggunaan alkali lebih banyak. Pada kesempatan ini yang akan dibahas adalah golongan IN, karena golongan IN dianggap yang paling normal/netral Resep pencelupan dengan zat warna Bejana secara umum : Pembejanaan/Pembentukan Leuko Zat Warna Bejana/Indanthren : 3-5 gr/l Kostik Soda : 1 x zat warna Natriumhidrosulfit : 2 x Zat warna Air hangat (50 ºC) : 1/10 dari vlot 3

Pencelupan Vlot : 1 : 30 Zat Warna Bejana/Indanthren : 3-5 gr/l Kostik Soda : 1 x zat warna Natriumhidrosulfit : 2 x Zat warna TRO : 1 gr/l Suhu dan Waktu : 40 50 ºC dan 1 jam Oksidasi o Dengan cara diangin-anginkan Pencucian o Di cuci dengan air bersih Diagram Pencelupan Zat Warna Bejana larutan zat warna kostik soda natriumhidrosulfit (40-50 ºC) (40 ºC) Air Kain 30 menit Di anginangin Di cuci Prosedur Pencelupan Zat Warna Bejana: Rendam terlebih dahulu kain yang akan diwarna dengan larutan TRO menggunakan air dingin ± 10 menit kemudian angkat dan tiriskan 4

Pembejanaan /pembuatan leuko zat warna dengan cara zat warna dicampur dengan air hangat (50 ºC) sedikit demi sedikit sambil diaduk, lalu masukkan kostik soda dan natriumhidrosulfit sesuai resep, hingga larutan berwarna kuning dengan bagian atasnya berwarna biru tua, berarti zat warna sudah larut, leuko siap digunakan. Siapkan air sesuai vlot untuk mencelup, kemudian masukkan leuko zat warna ke dalam ember celup, mulailah kain yang sudah direndam larutan TRO di masukkan ke dalam ember celup, selama 30 menit atau ulangi sampai 3 kali pencelupan, sambil di bolak balik supaya hasil pencelupan rata. Setelah selesai bahan diangkat, dicuci Selanjutnya dilakukan proses Oksidasi untuk membangkitkan warna, yang dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain : Diangin-anginkan lalu dicuci sampai bersih. Dibilas dengan air mengalir Dimasukkan kedalam larutan 2 gr/l Kalium bikhromat dan 2 gr/l Asam cuka kerjakan selama 10-20 menit pada suhu 30-40ºC. Dimasukkan kedalam larutan 2 gr/l Natrum perborat dan 2 gr/l Asam asetat kerjakan selama 10-20 menit pada suhu 40-50ºC. Dalam dunia perdagangan zat warna bejana dikenal dengan nama yang berbeda-beda tergantung dari pabrk yang membuat, antara lan : Indanthrene (Bayer, Hoechst, BASF) Cibanone (Ciba) Sandozthren (Sandoz) Caledone (ICI) Mikethren Helanthren 5

TEKNIK PENCELUPAN KAIN KATUN DENGAN ZW BEJANA Ukuran batik yang akan di celup 25 cm 25 cm Resep Pencelupan Pembejanaan/Pembuatan leuko Zat Warna Bejana/Indanthren 1,0 gr Kostik Soda 1,0 gr Natriumhidrosulfit 2,0 gr Air hangat (50 ºC) 20 cc Pencelupan Vlot 1 : 30 Berat kain 6,5 gr Air hangat (30-40 ºC) 200 cc Larutan ZW Bejana /Indanthren Oksidasi o Dengan cara diangin-anginkan Pencucian o Di cuci dengan air bersih Sebelum pencelupan, dilakukan perendaman kain dalam larutan TRO, kemudian angkat dan tiriskan larutan TRO kain 6

Pembejanaan /pembuatan leuko zat warna dengan cara zat warna dicampur TRO, kemudian diencerkan dengan air hangat (50 ºC) sedikit demi sedikit sambil diaduk, lalu masukkan kostik soda dan natriumhidrosulfit sesuai resep. zat warna kostik soda natriumhidrosulfit air hangat Masukkan leuko zat warna ke dalam ember celup, tambahkan air hangat (30-40 ºC) sesuai kebutuhan, mulailah kain yang sudah direndam larutan TRO di masukkan ke dalam ember celup, selama 30 menit atau ulangi sampai 3 kali pencelupan, sambil di bolak balik supaya hasil pencelupan rata. larutan /leuko zat warna kostik soda natriumhidrosulfit air hangat kain Setelah selesai bahan diangkat, dicuci, kemudian diangin-anginkan lalu dicuci sampai bersih. TEKNIK PENCELUPAN BATIK DENGAN ZW BEJANA Bahan Kain katun yang sudah di batik ukuran 110 cm x 200 cm Resep Pencelupan Pembejanaan/Pembuatan leuko Zat Warna Bejana/ Indanthren 20 gr TRO 2 gr Kostik Soda 10 gr Natriumhidrosulfit 20 gr Air hangat (50 ºC) 1 liter 7

Pencelupan Larutan ZW Bejana /Indanthren TRO Oksidasi Kostik Soda Natriumhidrosulfit Air hangat (30-40 ºC) o Dengan cara diangin-anginkan Pencucian o Di cuci dengan air bersih Skema Pencelupan larutan zat warna kostik soda natriumhidrosulfit (30-40 ºC) 8 gr 10 gr 60 gr 4 liter (25-30 ºC) Air Kain 30 menit Diangin-angin Di cuci Sebelum pencelupan, dilakukan perendaman kain dalam larutan TRO, kemudian angkat dan tiriskan Pembejanaan /pembuatan leuko zat warna dengan cara zat warna dicampur TRO, kemudian diencerkan dengan air hangat (50 ºC) sedikit demi sedikit sambil diaduk, lalu masukkan kostik soda dan natriumhidrosulfit sesuai resep Masukkan pasta zat warna ke dalam ember celup, tambahkan TRO, Kostik Soda, Natriumhdrosulft dan Air hangat (30-40 ºC) sesuai kebutuhan. Mulailah kain yang sudah direndam larutan TRO 8

di masukkan ke dalam ember celup, selama 30 menit atau ulangi sampai 3 kali pencelupan, sambil di bolak balik supaya hasil pencelupan rata. Setelah selesai bahan diangkat, dicuci, kemudian diangin-anginkan lalu dicuci sampai bersih. Setelah pencelupan selesai, dilanjutkan dengan proses melorod (melepaskan lilin dari kain) dengan cara merebus kain dengan air mendidih yang dicampur waterglas, sampai lilin lepas semua dari kain. Selanjutnya di angkat, dan cuci dengan air bersih sampai benarbenar bersih lalu tiriskan dan keringkan dengan cara dianginanginkan. ######Selamat mencoba###### CURRICULUM VITAE Dra Wiwik Pudiastuti, M.Sn. lahir di Bantul 27 Juni 1965. Gelar S1 diperoleh di Seni Rupa Program Studi Disain Tekstil Fakultas Sastra Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta tahun 1991, AKTA IV diperoleh dari IKIP Yogyakarta tahun 1991, gelar S2 diperoleh di Program Pascasarjana ISI Yogyakarta tahun 2007. Tahun 2006 sampai sekarang sebagai Widyaiswara pada Program Studi Kriya Tekstil di PPPPTK SB (Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Seni dan Budaya) Yogyakarta. 9