UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRILL Misnan SMP Negeri 1 Stabat, kab. Langkat e-mail: mien4n@gmail.com Abstract: This classroom action research aims to improve student learning outcomes in writing rhymes with drill method. The research was conducted in SMP Negeri 1 Stabat with research subjects students of class VII-I the first semester of the school year 2015/2016. The results showed that an increase in student learning outcomes in writing poem after doing pene-expectancy drill method. The average value of students prior to the study of 53.80 into 62.26 in the first cycle and 88.64 in the second cycle. The percentage of classical completeness on the first cycle of 56.8% to 86.0% in the second cycle. Keywords: drill, poem, write a poem Abstrak: Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis pantun dengan metode drill. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Stabat dengan subjek penelitian siswa kelas VII-I semester I tahun pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam menulis pantun setelah dilakukannya pene-rapan metode drill. Nilai rata-rata siswa sebelum dilakukan penelitian sebesar 53,80 menjadi 62,26 pada siklus I dan 88,64 pada siklus II. Presentase ketuntasan klasikal pada siklus I sebesar 56,8% menjadi 86,0% pada siklus II. Kata kunci: drill, pantun, menulis pantun Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik secara lisan maupun tertulis. Untuk mewujudkannya, mata pelajaran bahasa Indonesia diprogramkan untuk mengembangkan keterampilan berbahasa dan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Keterampilan berbahasa yang dimaksud adalah keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis, keterampilan berbahasa, menulis merupakan suatu proses perkembangan. Menulis merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang bersifat aktif dan produktif. Karenanya fungsi aktif menulis menempati urutan terpenting dalam pengajaran kemampuan berbahasa Indonesia, di samping aspek kemampuan berbahasa lainnya. 30
Keterampilan menulis dibutuhkan, dengan tidak berlebihan kita katakan bahwa kemampuan menulis merupakan ciri orang yang terpelajar. Pembelajaran Bahasa Indonesia pada jenjang pendidikan SMP terdiri dan beberapa materi. Salah satu diantaranya adalah materi menulis pantun. Materi ini merupakan pokok bahasan yang diajarkan pada kelas VII. Berdasarkan kenyataan di kelas VII-I SMP Negeri 1 Stabat, peneliti yang juga merupakan guru Bahasa Indonesia di kelas tersebut melihat bahwa siswa masih kurang tertarik untuk mempelajari materi menulis pantun, sehingga kegiatan belajar mengajar tidak berjalan dengan efektif. Hal ini disebabkan belum adanya perubahan metode pembelajaran. Metode yang sering digunaka adalah metode ceramah, belajar siswa masih rendah, hanya 65% siswa yang tuntas pada pelajaran Bahasa Indonesia. Adapun nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 75. METODE Tempat penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Stabat kecamatan Stabat kabupaten Langkat dengan Alamat Jl. K.H. Zainal Arifin Stabat Kode Pos 20815. Subjek penelitian ini dilakukan di kelas VII-I semester I SMP Negeri 1 Stabat tahun pelajaran 2015/2016. Adapun sabjek dalam penelitian ini terdiri dari satu kelas, yang berjumlah 35 siswa terdiri dari 18 orang laki-laki dan 17 perempuan. Waktu penelitian bulan Maret sd. Mei 2016. Untuk memperoleh data yang objektif tentang kemampuan siswa dalam menulis pantun dengan metode drill peneliti membuat blanko isian berisi teks bacaan yang belum disunting dan yang sudah disunting. Komponen-komponen yang dinilai adalah mengenai ketepatan membandingkan teks yang telah disunting dengan teks yang belum disunting, menyimpulkan hasil hasil penyuntingan dan melakukan penulisan pantun selanjutnya melakukan penyuntingan hasil karangan. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil tes awal didapat bahwa siswa yang memiliki skor atau nilai 80 ada 1 orang, skor 75 ada 3 orang, skor 60 ada 7 orang, skor 55 ada 6 orang, skor 40-50 ada 18 orang siswa dan < 40 ada 9 orang siswa. Rata-rata hasil belajar kelas VII-I SMP Negeri 1 Stabat dalam menulis pantun sebelum menggunakan teknik latihan diperoleh persentase nilai secara keseluruhan siswa adalah 53,80%. Hasil ini diperoleh dari jumlah nilai siswa dibagi jumlah siswa. Jumlah siswa yang tergolong tuntas ada 4 orang atau 10,5%, dan siswa yang tidak tuntas ada 31 orang atau 89,4%. Tahap perencanaan dihasilkan beberapa perangkat pembelajaran dan istrumen penelitian. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan adalah Rencana Pembelajaran (RPP), Buku Siswa (merupakan kumpulan lembar ahli), Buku Peneliti, dan Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Adapun pokok bahasan yang dibahas dalam perangkat pembelajaran tersebut adalah pokok bahasan tentang pantun 31
Langkah-langkah pembelajaran yang disusun dalam RPP didesain sesuai dengan langkah-langkah teknik pembelajaran yaitu teknik latihan. Buku siswa yang disusun merupakan kumpulan lembar ahli berupa uraian materi dari topi yang dibahas. Instrumen penelitian yang dihasilkan adalah lembar pengamatan aktivitas siswa dan lembar pengamatan aktivitas peneliti. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan sesuai dengan RPP yang telah peneliti persiapkan sebelumnya. Pertemuan pada tiap siklus dengan kompetensi dasar menulis pantun dengan berpedoman pada ketepatan ejaan, tanda baca, pilihan kata, keefektifan kalimat, keterpaduan bahasa. Adapun yang bertindak sebagai observer pada penelitian ini adalah guru bahasa Indonesia teman sejawat peneliti yang mengajar SMP Negeri 1 Stabat. Observasi dilakukan pada saat siswa melakukan aktivitas dalam pembelajaran dengan memperhatikan siswa mengerjakan latihan. Pengamatan ini dilakukan untuk mengumpulkan data proses tindakan tentang kemampuan menata bahasa pada siswa kelas VII-I SMP Negeri 1 Stabat. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas peneliti dan aktivitas siswa. Dalam lembar observer aktivitas peneliti yang diamati adalah kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Observasi Aktivitas Siswa Aktivitas siswa yang diamati oleh peneliti adalah: (1) aktivitas siswa melakukan kegiatan (kegiatan yang terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia): tentang aspekaspek dalam menulis pantun, seperti menulis pantun dengan berpedoman pada ketepatan ejaan, tanda baca, pilihan kata, keefektifan kalimat, keterpaduan bahasa; (2) siswa berinteraksi satu sama lain, yakni: saling bertanya, mampu menjelaskan, saling berdiskusi; (3) siswa mengembangkan komunikasi yang terdiri dari: memformulasikan gagasan (tertulis), menyampaikan gagasan (lisan/tertulis) dan memberi tanggapan (lisan). Refleksi pada siklus pertama dari hasil data setiap langkah pelaksanaan tindakan yang peneliti deskripsikan pada tahap ini, dilihat dari rencana pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan pelaksaan Tabel 1. Hasil Aktivitas Peneliti Pada Siklus I Aktivitas Siklus I Siklus II Peneliti Pertemuan I Pertemuan II Pertemuan III Pertemuan IV Jumlah Nilai 25 37 35 45 Rata-Rata 1,6 2,5 2,3 3,0 Tabel 2. Evaluasi Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I Indikator Nilai Rata-Rata Siklus I Siklus II Membandingkan teks yang belum dan telah disunting 15,40 20,80 Menyimpulkan hasil penyuntingan 11,20 21,40 Menyunting hasil karangan 16,60 22,00 Menyunting karangan dengan metode drill 62,60 88,40 Nilai hasil belajar 56,80 75.00 32
tindakan. Namun siswa dalam pembelajaran belum dapat melaksanakan aktivitasnya dengan maksimal, hal ini disebabkan penerapan teknik pembelajaran yang digunakan yaitu teknik latihan baru dikenal siswa. Walaupun demikian kemampuan mereka dalam menentukan aspekaspek dalam menulis pantun, seperti menulis pantun dengan berpedoman pada ketepatan ejaan, tanda baca, keefektifan kalimat, keterpaduan bahasa, dan sudah mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari data hasil belajar siswa. Pada tahap refleksi dilakukan oleh peneliti dan observer setelah siklus I selesai dilaksanakan. Refleksi dilakukan bertujuan untuk memperbaiki nilai kemampuan menulis pantun siswa yang masih rendah pada siklus I. Setelah diadakan refleksi dan diskusi dengan observer, maka observer memberikan informasi pada peneliti tentang kekurangan-kekurangan peneliti dalam PBM. Kekurangan yang tampak pada pada siklus pertama adalah: (1) Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, (2) Kurang mampunya siswa mengemukakan materi di depan kelas, (3) Rendahnya kemauan siswa untuk mengerjakan latihan-latihan yang diberikan peneliti. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti akan memperbaiki tindakan pada siklus kedua dengan cara membimbing siswa untuk lebih mendalami materi yang akan dipelajari, dan dalam siklus II peneiliti memberikan teks bacaan atau karangan dengan judul yang lain dengan menggunakan teknik pembelajaran latihan, sehingga siswa diharapkan lebih termotivasi untuk menentukan aspek-aspek dalam menulis pantun tersebut. Pada siklus II proses pembelajaran telah mengalami peningkatan yang lebih baik. Siswa sudah terlihat aktif dalam melaksanakan diskusi. Hasilnya dapat dilihat dari penilaian observer tentang aktivitas siswa dan hasil belajar siswa. Pada siklus II apa yang diinginkan dari penerapan teknik pembelajaran yaitu metode drill dianggap sudah tercapai. Pada refleksi II hasil belajar siswa sudah meningkat, itu terlihat dari jumlah siswa yang tuntas sudah mencapai 95%, oleh karena itu peneliti tidak perlu lagi melanjutkan pembelajarn pada siklus berikutnya. Pembahasan Dilihat dari hasil penilaian observer tentang aktivitas siswa kelas VII-I SMP Negeri 1 Stabat dalam menulis pantun dengan menggunakan metode drill dapat dikatakan bahwa nilai rata-rata aktivitas siswa setiap pertemuan berbeda. Perbedaan ini terjadi karena siswa belum pernah mengenal teknik pembelajaran latihan, sehingga siswa ragu dalam beraktivitas dan semangatnya masih kurang, namun setelah diadakan refleksi aktivitas siswa meningkat. Perbedaan ini dapat dilihat dari nilai rata-rata aktivitas siswa pada siklus I pertemuan I masih berkategori cukup (1,14), pada siklus II menjadi berkategori sangat baik (2,85). Dilihat dari hasil perhitungan rata-rata daya serap/nilai siswa pada LKS dan pada ulangan harian dalam menentukan aspek-aspek menulis pantun dengan menggunakan metode drill pada siklus I dan siklus II menunjukkan adanya perbedaan hasil belajar, kenyataan ini dapat dibuktikan dengan melihat hasil rata-rata LKS 33
pada siklus pertama bahwa siswa yang tidak tuntas berjumlah 17 orang dari 35 orang. Jumlah siswa yang tuntas hanya 18 orang, nilai ulangan harian adalah 56,80 yang berkategori rendah. Sedangkan pada siklus II nilai ratarata LKS siswa 88,40 yang termasuk berkategori tinggi. Jumlah siswa yang tuntas 32 orang (92%) dan yang tidak tuntas 2 orang (8%). Perbedaan ini terjadi karena pada siklus I siswa belum memahami sepenuhnya teknik pembelajaran latihan sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Pada siklus II siswa terlihat sudah sangat aktif dan penuh semangat sehingga hasilnya pun memuaskan walaupun masih ada dua orang siswa masih belum tuntas belajarnya. Ketidak tuntasan kedua siswa ini diakibatkan kemampuan siswa dalam belajar memang tergolong lemah. Hal ini dapat dilihat dari aktivitasnya dalam belajar dan dari data hasil penilaian yang diperoleh pada mata pelajaran lain dan juga nilai di kelas VIII. Berarti keberhasilan siswa menata bahasa menggunakan metode drill dikatakan berhasil setelah diadakan refleksi atau pada siklus II. SIMPULAN Berdasarkan analisis dan interpretasi data, maka peneliti menyimpulkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dalam menulis pantun setelah dilakukannya penerapan metode drill sesuai dengan hipotesis yang peneliti kemukakan, jika metode drill diterapkan, maka siswa kelas VII-I SMP Negeri 1 Stabat dapat mening-katkan kemampuannya dalam menulis pantun. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa sebelum PTK (sebelum diterapkannya metode drill) dan setelah diterapkan metode drill juga dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada siklus I dengan siklus II mencakup aktivitas peneliti, aktivitas siswa, hasil belajar siswa dalam LKS dan hasil ulangan harian siswa. Rata-rata nilai siswa sebelum perlakuan sebesar 53,80 tergolong kurang (41 55) dan jumlah siswa yang tuntas hanya 4 orang atau 12% dari 35 orang siswa dan rata-rata nilai siswa setelah PTK pada LKS pada siklus I siswa yang tuntas ada 21 orang dari 35 siswa dengan skor ratarata 62,26 tergolong cukup (56 70), pada siklus kedua 88,64 berkategori baik sekali (86 100) dan rata-rata klasikal ulangan harian pada siklus I sebesar 56,8% berkategori cukup (56 70) pada siklus kedua diperoleh skor rata-rata klasikalnya 86,00% berkategori baik (71 90). 34
DAFTAR PUSTAKA Kunandar. 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesional Peneliti. Jakarta: Rajawali Pers. Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Slameto. 2003. Belajar dan Faktorfaktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme Konsep, Landasan Teoritis- Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka. Wiriaatmadja, R. 2008. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya. 35