BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. ketahanan dan pemulihan kardio-respirasi selama latihan fisik. Hal ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan protein yang ada di dalam bahan makanan (Almatsier,2004).

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Kebugaran / Kesegaran Jasmani. tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kuratif saja, tetapi juga usaha promotif, preventif, dan rehabilitatif. Gerak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

I. PENDAHULUAN. dan menghadapi hal-hal darurat tak terduga (McGowan, 2001). Lutan. tahan dan fleksibilitas, berbagai unsur kebugaran jasmani saling

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kualitas hidup seseorang, akan tetapi nilai kebugaran jasmani

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAHAN PENATARAN DI BPMD. OLEH: DRA. Hj. TITE JULIANTINE M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki potensi fisik, mengurangi pemberian obat-obatan, memperbaiki

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Perbandingan Tes Lari 15 Menit Balke dengan Tes Ergometer Sepeda Astrand

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. Pengertian kesegaran jasmani banyak sekali diungkap oleh para pakar

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

DAFTAR ISI. Halaman. repository.unisba.ac.id. viii

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 2), kesegaran fisik (physical fitness)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh. Setiap tiga sampai lima detik sinyal - sinyal saraf merangsang proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas

Mata Kuliah Olahraga 1 Soal-soal dan jawaban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV OLAHRAGA DAN OLAHRAGA KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. aktifitas lainnya dan kegiatan rekreasi (Hoeger, 2014).

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktifitas yang dilakukan bersifat pokok (karier) maupun aktifitas rileks

BAB I PENDAHULUAN. bertambahnya jaringan intraseluler. Sedangkan yang dimaksud dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992).

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

NARASI KEGIATAN TES KEBUGARAN JANTUNG PARU DENGAN METODE ROCKPORT BAGI KARYAWAN DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup yang aktif dan sikap sportif melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KONSEP PENDIDIKAN KEB. JASMANI

BAB I PENDAHULUAN. oksigen dalam darah. Salah satu indikator yang sangat penting dalam supply

SURVEI PERBEDAAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMPN 4 LAMONGAN DAN SMPN 1 SOLOKURO LAMONGAN

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK TUNAGRAHITA MAMPU DIDIK USIA TAHUN DI SLB NEGERI 1 BANTUL Oleh : Heige Ma shum Hidaya NIM ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. global. 1 Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. luang dan menanggulangi keadaan-keadaan mendadak yang tidak. yang berkaitan dengan kesehatan dan yang berkaitan dengan performance.

FISIOLOGI MANUSIA. Laporan Praktikum Daya Tahan Tubuh. Muhammad Reza Jaelani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa. menimbulkan kelelahan yang berlebihan. ( Muhajir : 2004 )

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)

Problem kebugaran dan kesehatan. Suharjana FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penunjangnya (Almatsier, 2003). Menurut WHO (2016), aktivitas fisik. sebagai komponen penting dari gaya hidup sehat (Pate, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

JURNAL EFFORTS TO INCREASE ACHIEVEMENT 50 METER RUN IN CLASS VI MI. TAUFIQUS SHIBYAN 01 TLANGOH SUB PROPPO PAMEKASAN LESSON YEAR 2015/2016

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

AKTIVITAS PENGEMBANGAN DAN KESEHATAN

PENDERITA JANTUNG MENJADI BUGAR MELALUI OLAHRAGA

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang kita lakukan.

KONSEP OLAHRAGA DALAM KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Atas. mengalami penurunan beberapa tahun terakhir.

BAB I PENDAHULUAN. statis artinya normalnya fungsi alat-alat tubuh pada waktu istirahat dan sehat

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya dengan baik (Depkes, 2006). Dalam sebuah negara

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB I PENDAHULUAN. bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa

BAB I PENDAHULUAN. dan kekuatan. Penelitian yang dilakukan oleh Badan Tim Nasional PSSI

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah penelitian korelasi yang menunjukkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan seseorang untuk menunaikan tugasnya sehari-hari dengan mudah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut 54 tahun untuk wanita dan laki-laki 50,9 tahun. Pada tahun 1985

BAB 1 PENDAHULUAN. yang terstruktur dengan berpedoman pada aturan-aturan atau kaidah-kaidah tertentu

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesegaran jasmani 1. Pengertian Kesegaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi )

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

AKTIVITAS FISIK BAGI KEBUGARAN DAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar dapat

Tinjauan Buku ISBN : MEMPERKENALKAN AKTIVITAS KEBUGARAN JASMANI SEJAK DINI

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kebugaran Kebugaran merupakan elemen mendasar dalam mempertahankan ketahanan dan kekuatan fisik. Kebugaran fisik didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas fisik. Menjadi sehat secara fis ik berarti seseorang mampu melaksanakan tugas sehari-hari dengan semangat dan kewaspadaan, tanpa ada kelelahan yang berarti dan dengan energi yang cukup untuk me nikmati kegiatan waktu luang serta untuk menghadapi keadaan darurat yang tidak terduga (Haskell dan Kiernan, 2000). 2.1.1. Komponen Kebugaran Kebugaran dapat dibagi menja di dua yaitu kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan dan kebugaran yang berkaitan dengan penampilan (performance). a) Kebugaran berkaitan dengan kesehatan Kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan mencakup empat komponen kebugaran yaitu: 1)Kebugaran kardiorespirasi Kebugaran daya tahan fisik yang berhubungan dengan kemampuan sistem sirkulasi darah dan sistem pernafasan untuk pasokan bahan bakar selama aktivitas fisik yang berkelanjutan. 2) Kebugaran komposisi tubuh Kebugaran fisik yang berkaitan dengan jumlah relatif otot, lemak, tulang, dan bagian penting lain dari tubuh. 3) Kebugaran daya tahan otot

Berkaitan dengan kemampuan kelompok otot un tuk mengerahkan kekuatan eksternal untuk latihan fisik yang berulang atau berurutan 4) Kebugaran kelenturan sendi Kelenturan / fleksibilitas otot adalah kemampuan daya otot dan persendian untuk mengerakkan anggota gerak badan seluas -luasnya. Komponen kebugaran ini mempengaruhi pergerakan tubuh. b) Kebugaran berkaitan dengan penampilan 1) Agility Kebugaran fisik yang berkaitan dengan kemampuan untuk secara cepat mengubah posisi tubuh dengan kecepatan dan ketepatan. 2) Keseimbangan Kebugaran fisik yang berkaitan dengan pemeliharaan keseimbangan saat diam atau bergerak. 3) Koordinasi Kebugaran fisik yang berkaitan dengan kemampuan unt uk menggunakan indera, seperti penglihatan dan pendengaran, bersama - sama dengan bagian-bagian tubuh melakukan tugas motorik yang lancar dan akurat. 4) Waktu reaksi Kemampuan untuk merespon suatu rangsangan secara cepat. 5) Power Kemampuan maksimal otot yang dap at dihasilkan dalam masa yang singkat.

Tabel 2.1. Komponen kebugaran fisik dan hubungannya antara keterampilan (Haskell dan Kiernan, 2000). kesehatan dan 2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebugaran Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi k esegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain : a.usia Penelitian di Belanda melaporkan bahwa kekuatan ae robik (VO2 max) mencapai puncaknya pada umur 18 dan 20 tahun pada laki-laki serta 16 dan 17 tahun pada anak perempuan, bertepatan dengan umur puncak massa otot. Pengukuran kesegaran jasmani pada sebuah penelitian yaitu sebanyak 8800 orang Amerika berusia 10-18 tahun menunjukkan bahwa kesegaran kardiorespirasi cenderung tetap konstan atau meningkat antara usia 12-18 tahun. Hal ini menunjukk an bahwa daya tahan tiap unit massa tubuh tanpa lemak mungkin menurun atau masih belum berubah ( Meredith, 1996). b. Jenis kelamin Secara umum anak perempuan lebih lentur daripada anak laki -laki. Dalam suatu penelitian The Helena Study menyatakan laki-laki mempunyai tingkat kebugaran yang lebih tinggi dalam semua komponen kebugaran kecuali kelenturan (Ortega, 2011).

c. Genetik Terdapat bukti-bukti kuat yang menunjukkan bahwa variasi genetik berbeda dalam hal respon terhadap kebugaran jasmani yang berhubunga n dengan kesehatan. Pengaruh keturunan terhadap lemak tubuh 25%, kesegaran otot 20-40%, dan kesegaran kardiovaskuler 10-25%. Hal ini dibandingkan pada orangorang yang tidak terlatih (Bouchard,1993). d. Aktivitas fisik Aktivitas fisik didefinisikan sebagai s etiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot skeletal dan menghasilkan peningkatan resting energy expenditure yang bermakna (Kurpad, Swaminathan & Bhat, 2004). Aktivitas fisik juga dapat didefinisikan sebagai suatu gerakan fisik yang menyeb abkan terjadinya kontraksi otot (Goran, 2008). Aktivitas fisik pada anak dan remaja dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya adalah faktor fisiologis/perkembangan (misalnya pertumbuhan, kesegaran jasmani, keterbatasan fisik), lingkungan (fasilitas, musim, keamanan) dan faktor psikologis, sosial dan demografi (pengetahuan, sikap, pengaruh orang tua, teman sebaya, status ekonomi, jenis kelamin, usia) (Kohl & Hobbs, 1998). 2.1.3. Pengukuran tingkat kebugaran Terdapat berbagai variasi tes kesegaran jasmani untuk mene tapkan tingkat kesegaran jasmani seseorang. Ada beberapa tes yang sering dipergunakan, antara lain: 1. Tes kebugaran lapangan a) Tes Balke, lari dalam 15menit b) Tes Cooper, lari dalam 12 menit (Budiman, 2007) c) Tes ACSPFT Tes kesegaran jasmani ACSPFT ( Asian Commitee on the Standardization of Physical Fitness Test) merupakan tes kesegaran jasmani di lapangan. Tes ACSPFT merupakan rangkaian tes yang terdiri dari:

Lari 50 meter untuk mengukur kecepatan. Lompat jauh tanpa awalan untuk mengukur gerak eskplosif tubuh/ d aya ledak otot. Bergantung angkat badan (putra) atau berg antung siku tekuk (putri) untuk mengukur kekuatan statis dan daya tahan lengan serta bahu. Lari hilir mudik 4 x 10 m untuk mengukur ketangkasan. Baring duduk 30 detik untuk mengukur daya tahan otot -otot perut. Forward flexion of trunk untuk mengukur kelenturan. Lari jauh 600 m untuk mengukur daya tahan kardiorespirasi (Suryanto, 2006). d) Tes kebugaran laboratorium i. Treadmill, yang paling sering dipakai adalah protokol Bruce. ii. Ergometer sepeda, merupakan tes submaksimal, yang sering dilakukan adalah tes ergometer sepeda Astrand dan Fo x (Budiman, 2007). iii. Harvard Step Test, merupakan salah satu jenis pengukuran tingkat kebugaran seseorang. Dalam Harvard step test ini ketinggian bangku yang digunakan pada l aki-laki adalah 45cm dan perempuan adalah 43cm. Caranya, subjek disuruh naik turun bangku dengan irama 120x/menit dengan menggunakan metronom selama 5 menit. Subjek meletakkan kaki kanan di atas bangku dan setelah diberi arahan (memulakan perlakuan) dan menaikkan kaki kirinya ke atas bangku, setelah itu menurunkan kaki kanan dan diikuti dengan kaki kiri. Sekiranya sebelum 5 menit subjek terasa lelah perlaku an tersebut dihentikan dan dicatat waktu. Pada masa pemulihan, dinilai denyut nadi pada 1-1.5 menit, 2-2.5 menit dan 3-3.5 menit (Rusip, 2006).

Physical Fitness Index : time in seconds x 100 2 x Sum of pulse counts at 1-1.5, 2-2.5 and 3-3.5 mins Tabel 2.2. Physical Fitness Index (Rusip,2006). Criteria Score Value Excellent 5 >90 Above average 4 80-89 Average 3 65-79 Below average 2 50-64 Poor 1 <50 2.2. Olahraga Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak (yang berarti mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (yang berarti meningkatkan kualitas hidup). Olahraga merupakan alat untuk merangsang perkembangan fungsional jasmani, rohani dan sosial. Struktur anatomis-anthropometris dan fungsi fisiologisnya, stabilitas emosional dan k ecerdasan intelektualnya maupun kemampuannya bersosialisasi dengan lingkungannya nyata lebih unggul khususnya generasi muda yang aktif mengikuti olahraga dari pada yang tidak aktif mengikutinya. Pelaku olahraga kesehatan dalah orang yang tidak kekurangan gerak tetapi bukan pelaku olahraga berat. Olahraga yang dianjurkan untuk keperluan kesehatan adalah aktivitas gerak raga dengan intensitas yang setingkat di atas intensitas gerak raga yang biasa dilakukan untuk keperluan pelaksanaan tugas kehidupan sehari-hari.

2.2.1 Ciri-ciri olahraga kesehatan 1. Gerakan mudah, sehingga dapat diikuti oleh orang kebanyakan 2. Intensitasnya sub-maksimal dan homogen (faktor keamanan), bukan gerakangerakan maksimal atau gerakan eksplosif maksimal. 3. Terdiri daripada satuan-satuan gerak yang dapat (secara sengaja) dibuat untuk menjangkau seluruh sendi dan otot, serta dapat dirangkai untuk menjadi gerakan yang kontinu. 4. Bebas stress (non kompetitif= tidak untuk dipertandingkan) 5. Diselengarakan 3-5x/minggu (minimal 2x/minggu) 6. Dapat mencapai intensitas antara 65-80% denyut nadi maksimal (DNM) sesuai umur, denyut nadi maksimal sesuai umur = 220 - umur dalam tahun. 2.2.2 Manfaat Olahraga Olahraga yang dilakukan secara rutin bermanfaat dalam hal: a) Meningkatkan sensitivitas insulin. b) Meningkatkan kontrol glikemik pada ora ng dengan diabetes tipe 2. c) Menurunkan tekanan darah. d) Mengurangi tingkat low-density lipoprotein dan trigliserida. e) Meningkatkan kadar high-density lipoprotein. (Suleman, 2012) 2.3 Oksigen dan Air Oksigen dan air adalah komponen dasar dari alam. Keseimbangan komponen air dan oksigen menghasilkan kesegaran, vitalitas, dan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas hidu p. Hasil klinis menunjukkan bah wa jumlah nitrat dalam air berkurang ketika air oksigen diperkaya. Ini meningkatkan kualitas air dan membuat air sehat bagi setiap orang, khususnya anak -anak. Menurut data statistik yang baru diterbitkan, sekitar 36% penduduk bumi menderita kekurangan oksigen. Situasi ini menciptakan tanggung jawab yang besar bagi pemerintah untuk mengatasi kekurangan

ini dan untuk menyediakan air minum yang sehat dan oksigen untuk konsumsi manusia. Untuk mendukung fungsi tubuh manusia dan kebutuhan energi makanan harus mengandung apa yang disebut unsur penting. Unsur-unsur penting yang sebagian memasuki tubuh manusia dalam bentuk cair. Terlepas dari unsur-unsur penting, oksigen dan air memainkan peran yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup. Air oksigen diperkaya telah diterapkan dalam kedokteran gizi, klinis dan penelitian, untuk mengobati hipoksia seluler. Sebagai terapi, air oksigen diperkaya diresepkan untuk orang yang menderita penyakit yang berbeda, seperti migrain, aritmia jantung atau kanker (Pakdaman, 1985). 2.3.1. Absorbsi oksigen Penyerapan air beroksigen dimulai d alam jaringan mulut dan sepanjang saluran pencernaan. Dengan difusi dan osmosis, oksigen memanfaatkan isotop O2 15, telah menunjukkan hubungan antara jumlah darah yang diterima oleh otak dan seberapa efektif oksigen dipergunakan. Ini adalah hasil dari tran sportasi oksigen aktif. Sekitar 5 menit setelah minum air oksigen, terjadi peningkatan nilai P O2 dalam darah vena. Berbeda dengan suplai oksigen melalui masker, efek oksigen dalam larutan dapat berlangsung selama beberapa jam. Bahk an setelah 3 sampai 4 jam kandungan oksigen tetap tinggi dalam darah (Pakdaman, 1985). 2.3.2. Transpor oksigen Transpor oksigen merupakan bagian dari proses eksternal respirasi, yaitu pertukaran gas antara atmosf er dan paru-paru, pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara paru-paru dan darah, transpor oksigen dan karbon dioksida dalam darah dan pertukaran gas antara darah dan sel. Di dalam darah oksigen terdapat dalam dua bentuk, larut dalam fisik dan terikat secara kimiawi ke hemoglobin. O2 yang secara fisik larut dalam air plasma jumlahnya sangat sedikit karena O2 kurang larut dalam cairan tubuh. Jumlah yang terlarut berbanding lurus dengan P O2 darah; semakin tinggi

PO2 semakin mudah larut O2. Pada P O2 arteri normal sebesar 100mmHg, hanya 3 ml O yang dapat larut dalam 1 liter darah. Dengan demikian, hanya 15ml O /menit yang dapat dilarutkan dalam aliran darah paru normal yang besarnya 5 l/menit (curah jantung istirahat). Bahkan pada keadaan istirahat sel mengkonsumsi sampai 250ml/ O /menit dan jumlah dapat meningkat sampai dua puluh lima kali lipat selama olahraga berat. Untuk menyalurkan O yang diperlukan oleh jaringan bahkan dalam keadaan istirahat, curah jantung harus mencapai 83,3 liter/menit apabila O hanya dapat diangkut dalam bentuk terlarut. Jelaslah, harus terdapat mekanisme lain untuk mengangkut O ke jaringan. Mekanisme ini adalah haemoglobin (Hb). Hanya 1,5% O dalam darah yang larut sisanya (98.5%) diangkut bersama Hb. O yang terikat dengan Hb ini tidak ikut menentukan PO darah; dengan demikian, PO darah bukan ukuran kandungan O total dalam darah melainkan hanya bagian O yang larut. Hemoglobin, suatu molekul protein yang mengandung besi, memiliki kemampuan untuk membentuk ikatan longgar -reversibel dengan O. Apabila tidak berikatan dengan O, Hb disebut sebagai hemoglobin tereduksi; apabila berikatan dengan O, Hb disebut sebagai oksihemoglobin (HbO ) (Sherwood, 2001)

Hb + O HbO Tabel 2.3 Metode transportasi oksigen dan karbon dioksida (Sherwood, 2001). Gas Metode transportasi dalam darah Persentase (%) O CO Larut secara fisik Terikatan dengan hemoglobin Larut secara fisik Terikat dengan hemoglobin Bikarbonat (HCO ) 1.5 98.5 10 30 60