BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyakit epidemik global yang mengancam kehidupan, kesehatan, dan kualitas hidup seseorang. Tiap tahunnya terdapat 795.000 orang yang terserang stroke, baik serangan pertama maupun berulang. Di Amerika, Stroke menempati peringkat 4 penyebab kematian di sebagian besar negara di dunia, setelah penyakit jantung, kanker, dan penyakit saluran nafas bawah kronis (Go et al., 2014). Menurut data statistik Amerika Serikat yang dikeluarkan oleh U.S. Center for Disease Control and Prevention, Stroke menyerang hampir setengah juta orang tiap tahunnya, menyebabkan lebih dari 130.000 kematian tiap tahunnya yang berarti bahwa 1 dari 19 kematian disebabkan karena strokedan merupakan penyebab utama ketidakmampuan berkepanjangan di Amerika (Kochanek et al., 2011). Menurut KMK No. 36 tahun 2010 tentang Rehabilitasi Kognitif, prevalensi stroke di Indonesia ditemukan
sebesar 8,3 per 1000 penduduk, dan yang telah di diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 6 per 1000 penduduk. Hal ini menunjukkan sekitar 72,3% kasus stroke di masyarakat telah di diagnosis oleh tenaga kesehatan (data riskesdas tahun 2008). Belum ada data pasti stroke di Indonesia, namun riset kesehatan dasar (Riskesdas) Departemen Kesehatan Indonesia tahun 2007 menunjukkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian utama di rumah-rumah sakit di Indonesia. Stroke adalah salah satu penyebab dari ketidakmampuan jangka panjang di Amerika dan Inggris, yaitu hemiparesis, tidak dapat berjalan tanpa pendamping, gangguanfungsi kognitif, depresi, afasia, ketergantungan beraktifitas dan memerlukan perawatan dari caregiver.beberapa pasien dapat sembuh sempurna dari disabilitas fisik setelah stroke namun terkadang tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari akibat gangguan fungsi kognitif (Danovska et al., 2012). Disfungsi kognitif terutama yang bersifat progresif, akan memperburuk prognosis dan outcome pada pasien stroke. Insidensi defisit kognitif meningkat tiga kali lipat setelah stroke (Danovska et al., 2012). Beberapa penelitian membuktikan bahwa stroke adalah prediktor kuat gangguan fungsi kognitif dan juga
demensia (Danovska et al., 2012). Penelitian yang dilakukan oleh Santabarbaraet al. (2014), menyatakan bahwa gangguan kognitif berhubungan dengan risiko mortalitas, makin tinggi derajat gangguan kognitif yang terjadi maka makin tinggi pula risiko mortalitas yang terjadi. Menurut Shin et al.(2005),frekuensi serangan ulang pada area yang berbeda karena oklusi pada pembuluh darah yang sebelumnya normal pada serangan pertama menyebabkan manifestasi klinis stroke semakin memburuk. Matsumoto et al. (2004), menyatakan hal yang sama, yaitu bahwa rekurensi infark dapat menyebabkan perburukan neurologis. Namun suatu penelitian di RSUP Dr. Sardjito tahun 2009 menyebutkan hasil yang berbeda, yaitu riwayat stroke berulang tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan fungsi kognitif yang rendah (Apriyanti, 2009). Berdasarkan dua hasil penelitian yang berbeda tersebut, penulis ingin mengetahui apakah benar terdapat perbedaan kejadian gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke infark pertama dan berulang. I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa: 1) Stroke adalah salah satu penyebab dari ketidakmampuan jangka panjang, dan salah satunya adalah gangguan fungsi kognitif. 2) Frekuensi serangan stroke dapat mempengaruhi keparahan gangguan fungsi kognitif. 3) Gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien danmeningkatkan tingkat mortalitas. I.3 Pertanyaan Penelitian Apakah terdapat perbedaan kejadian gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke infark pertama dan berulang di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta? I.4 Tujuan Penelitian I.4.a Tujuan Umum Mengetahui adanya perbedaan kejadian gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke infark pertama dan berulang. I.4.b Tujuan Khusus
1) Mengetahui jumlah pasien stroke infark pertama dengan gangguan fungsi kognitif. 2) Mengetahui jumlah pasien stroke infark berulang dengan gangguan fungsi kognitif. 3) Menganalisis signifikan perbedaan kejadian gangguan fungsi kognitif antara pasien infark pertama dan berulang. 4) Mengetahui dan menganalisis faktor risiko dan faktor pengganggu yang mempengaruhi kejadian gangguan fungsi kognitif pasien Stroke. I.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan antara kejadian gangguan fungsi kognitif pada pasien dengan stroke infark pertama dan infark berulang. Jika memang terbukti terdapat perbedaan yang yang bermakna, maka informasi tersebut dapat berguna baik bagi dokter maupun pasien stroke. Bagi dokter, informasi tersebut bisa memberikan gambaran bahwa pencegahan terjadinya serangan stroke berulang itu sangat penting dilakukan sehingga bisa mempengaruhi seorang dokter dalam memberikan rencana
terapi, rehabilitasi, serta edukasi yang tepat kepada pasien. Selain itu, juga dapat memberikan informasi tentangfaktor risiko lain yang bisa mempengaruhi kejadian gangguan fungsi kognitif pada pasien stroke. Bagi pasien, informasi tersebut bisa meningkatkan kesadaran pasien yang pernah terserang stroke agar menghindari dan mengkontrol faktor-faktor risiko yang bisa menyebabkan serangan stroke berulang. I.6 Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain; 1) Early neurological deterioration represents recurrent attack in acute small non-lacunar stroke (Matsumoto N. et al., 2004). Kesimpulan: rekurensi infark berukuran kecil menyebabkan perburukan neurologis 2) Demographic and CT scan features related to cognitive impairment in the first year after stroke (Rasquin SMC et al., 2004). Kesimpulan: infark territorial, usia lanjut, dan tingkat pendidikan rendah merupakan preddiktor terjadinya gangguan kognitif setelah stroke.
3) Hubungan antara riwayat stroke berulang dengan fungsi fungsi kognitif pada pasien stroke RSUP dr. Sardjito tahun 2007 (Apriyanti, 2009). Kesimpulan: Setelah dianalis baik analisis univariat maupun multivariat ternyata diperoleh hasil bahwa riwayat stroke berulang tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan fungsi kognitif yang rendah. 4) A Prospective Study of Vascular Cognitive Impairment in Patients with Stroke (Verma R. et al., 2013). Kesimpulan: penelitian ini membuktikan bahwa gangguan kognitif pasca stroke terjadi akibat stroke itu sendiri dan faktor risiko stroke seperti hipertensi dan kadar LDL yang tinggi. Riwayat stroke sebelumnya, kadar gula darah yang tinnggi, dan keparahan stroke ketika masuk juga berkontribusi secara signifikan. 5) Clinico-radiological Predictors of Vascular Cognitive Impairment (VCI) in Patients with Stroke: A Prospective Observational Study (Chaudhari T.S. et al., 2014)
Kesimpulan: gangguan kognitif pasca stroke sering terjadi dan berhubungan dengan outcome fungsional yang buruk. Karya ilmiah yang akan disusun ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Perbedaan tersebut adalah: - Subjek penelitian yang kami pilih hanya pasien dengan tingkat pendidikan minimal Sekolah Menengah Pertama. Hal ini bertujuan untuk mengkontrol salah satu variabel pengganggu yaitu tingkat pendidikan yang merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi fungsi kognitif seseorang. Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya juga disebutkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah merupakan salah satu prediktor terjadinya gangguan fungsi kognitif pasca stroke (Chaudhari T.S et al., 2014 and Rasquin S.C.M et al., 2004). Selain itu, salah satu kriteria yang harus dipenuhi sebelum dilakukan pemeriksaan MMSE adalah subjek telah menempuh pendidikan formal minimal 9 tahun. - Subjek penelitian yang kami pilih adalah hanya yang mengalami stroke infark saja sedangkan pasien dengan stroke perdarahan tidak diikutsertakan sebagai subjek pada penelitian ini