BAB I PENDAHULUAN. Bambu merupakan salah satu material lokal Indonesia yang sering. kita jumpai di lingkungan masyarakat. Namun dalam pemanfaatannya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB I PENDAHULUAN. maupun sekelompok bangunan yang memfasilitasi kegiatan penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Semarang dan sebagian masuk wilayah Kabupaten Kendal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. Kudus dikenal sebagai kota penghasil rokok (kretek)

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, yang disebabkan oleh semakin beranekaragamnya produk

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. ke jaman, seirama dengan perkembangan mode. Sekitar abad. berubah menjadi barang yang memiliki fungsi ekonomis di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PROYEK Gagasan Awal. Dalam judul ini strategi perancangan yang di pilih adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemunculan berbagai komunitas otomotif khususnya komunitas mobil

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Gagasan awal,strategi/pendekatan Perancangan. Skywalk merupakan akses pejalan kaki yang letaknya dua

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kota yang cukup padat dan banyak di datangi. Selain. terdapat di Yogyakarta. Keberadaan kampus-kampus di

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kehidupan manusia. Alangkah lebih baiknya. Terlebih lagi jika ingin mendalami segala sesuatu yang berkaitan

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, analisis kualitatif adalah analisis dengan cara mengembangkan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Projek Observatorium Astronomi. masyarakat umum. Hal ini tidak lepas dari keterbatasan fasilitas

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bebas tanpa hambatan tarif maupun non-tarif. Dari total. penduduk Indonesia. Indonesia dengan SDM dan SDA nya

BAB III METODE PERANCANGAN

KAWASAN WISATA BUNGA KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan adalah melakukan studi banding ke objek site serta melihat hal apa sajakah yang

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Auditorium Universitas Diponegoro 2016

PENDAHULUAN BAB I. Latar Belakang. Kota Jakarta, ibukota negara sekaligus sebagai pusat ekonomi dan pusat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Selain itu bambu memberikan kesan alami yang eksotis dan indah sehingga akan mempengaruhi karakter orang yang tinggal di dalamnya.

BAB III. Metode Perancangan. Perancangan sentra industri batu marmer di Kabupaten Tulungagung

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. dari awal proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Service), serta media alam sebagai media pembelajaran dan tempat. school melalui penyediaan fasilitas yang mengacu pada aktivitas

darah tidak berfungsi dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. tempat ini ramai dikunjung oleh wisatawan baik dari dalam maupun dari luar

STUDIO TUGAS AKHIR (TKA- 490) ARSITEKTUR METAFORA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Seminar Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. I. Pendahuluan Latar Belakang Proyek. Batik sudah berabad abad tumbuh dan berkembang dari jaman ke

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. atas permasalahan dan potensi yang bersumber dari dari data data dan isu-isu

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. a. Strategi/ Pendekatan Perancangan. Untuk pemilihan judul rest area tol Semarang-Solo

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang

CLUB HOUSE Di kawasan perumahan kompleks VI PKT Bontang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang mempunyai prioritas penting saat ini.

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN PENGEMBANGAN UNIVERSITAS DHYANA PURA DI BADUNG 1

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

TUGAS AKHIR PERIODE 36 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TERMINAL BUS TIPE A KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal antara lain latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan metode penelitian.

BAB III METODE PERANCANGAN

PENGEMBANGAN BUMI PERKEMAHAN PENGGARON KABUPATEN SEMARANG

BAB III. Ide Rancangan. pengganti material kayu yang semakin susah diperoleh dan semakin mahal harga

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. 2) Isu global warming yang semakin meningkat di bumi.

BAB III METODE PERANCANGAN. ide/gagasan sampai dengan perumusan konsep perancangan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. Indonesia merupakan negara produsen kopi dan kakao

BAB I PENDAHULUAN. Landasan Konseptual Perancangan Tugas Akhir

2016 BANDUNG SPORTS CLUB

BAB III METODE PERANCANGAN

Asrama Mahasiswa Institut Teknologi Indonesia

BAB I PENDAHULUAN TAMAN BACAAN DI PATI

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. dapat digunakan ialah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif merupakan

BAB I PENDAHULUAN. No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pada pasal 1 ayat (1) disebutkan

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM

TERMINAL TERPADU AMPLAS BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Redesain Pasar Umum Sukawati. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Bab ini membahas dengan cara mengumpulkan dan menguraikan yang

REDESAIN PASAR INDUK BATANG Penekanan Desain Arsitektur Tropis

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

BAB III METODE PERANCANGAN. ingin dibuat sebelum kita membuatnya, berkali-kali sehingga memungkinkan kita

Medan Culinary Center Arsitektur Rekreatif

2015 RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Balai Kota Denpasar di Lumintang 1

BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

1BAB I PENDAHULUAN. KotaPontianak.Jurnal Lanskap Indonesia Vol 2 No

1 A p a r t e m e n S i s i n g a m a n g a r a j a S e m a r a n g

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. R. Arry Swaradhigraha, 2015 MUSEUM SEJARAH PERJUANGAN RAKYAT INDONESIA DI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN

KATA PENGANTAR. rahmat, kasih dan mukjizatnya yang tak terbatas kepada penulis, dan orang tua yang

Medan_Electronic_Mall

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Bambu merupakan salah satu material lokal Indonesia yang sering kita jumpai di lingkungan masyarakat. Namun dalam pemanfaatannya bambu kurang diminati oleh masyarakat Indonesia sebagai material yang sangat bernilai ekonomi tinggi. Kurang adanya minat masyarakat dalam pengembangan potensi bambu mempengaruhi nilai jual bambu di Indonesia, bambu dinilai sebagai bahan yang ketinggalan jaman dan belum diolah secara lebih oleh masyarakat Indonesia. Namun dalam perkembangannya di berbagai negara, pada bidang arsitektur dan kerajinan tangan bambu justru menjadi sebuah bahan yang cukup diminati dan memiliki nilai estetis yang tinggi. Di berbagai negara terutama pada negara-negara di Asia, bambu memiliki peminat yang cukup tinggi. Berbagai bangunan serta kerajinan yang berasal dari bambu dapat kita jumpai di berbagai negara di Asia seperti Jepang, Vietnam maupun Thailand. Indonesia memiliki beberapa bangunan dan kerajinan yang memanfaatkan material tersebut, namun dalam perkembangannya bambu dianggap kurang memenuhi kebutuhan sehingga masyarakat Indonesia kini mulai beralih pada bahan baku lain. Bambu merupakan salah satu vegetasi yang memiliki peran yang penting pada sebuah lingkungan terutama pada lingkungan pedesaan. 1

Bambu menjadi unsur penting dalam lingkungan ekologis desa, hal ini disebabkan karenan bambu memiliki peran dalam pembentuk air tanah pada lingkungan sekitar rumpun bambu. Selain itu bambu juga menjadi salah satu pembentuk vegetasi penyangga pada sebuah hutan. Rumpun bambu yang terbentuk pada hutan rakyat dapat menjadi salah satu sumber ekonomi bagi masyarakat desa. Masyarakat memanfaatkan bambu tersebut sebagai salah satu bahan pembuatan kerajinan khas pada desa tersebut. Hal tersebut berdampak positif bagi perkembangan perekonomian pada sebuah desa. Namun dalam hal ini pemanfaatan bambu dapat memiliki dampak yang negatif bagi lingkungan desa, yaitu semakin berkurang nya rumpun bambu dikarenakan pemanenan masal tanaman bambu tanpa memperhatikan kelangsungan rumpun bambu pada daerah tersebut. Hal ini juga di pengaruhi oleh beralih fungsinya lahan hutan bambu menjadi perumukiman warga, selain itu masyarakat lebih memilih untuk menanam tanaman lain yang nilai ekonomisnya lebih tinggi dibanding tanaman bambu. Hal ini merupakan salah satu faktor dari kurang paham nya masyarakat tentang budidaya tanaman bambu dari pembibitan sampai pengolahan hingga menjadi produk yang dapat memiliki nilai ekonomi tinggi. Dalam perkembangannya banyak petani bambu yang tidak memperhatikan dampak negatif dari pemanfaatan tanaman bambu tersebut, mereka kurang mengerti bagaimana memanen bambu dengan tidak merusak lingkungan ekosistem bambu. Pada dasarnya mereka 2

memanen dengan membabat habis rumpun bambu yang dapat merusak kelangsungan hidup rumpun bambu. Dari hasil panen tersebut petani bambu akan mendapatkan kualitas yang kurang bagus untuk digunakan sebagai bahan kerajinan dan juga bahan baku konstruksi, sehingga menyebabkan nilai ekonomi dari batang bambu tersebut menjadi berkurang. Dengan terdapatnya Pusat Pengembangan Bambu di Kabupaten Sleman ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan pemerindah daerah dalam hal pengembangan potensi dari kabupaten tersebut yang berupa tanaman bambu dengan memanfaatkan batang bambu yang dapat dioleh menjadi berbagai macam produk. Batang bambu yang saat ini masih di oleh menjadi kerajinan tangan saja dapat berkembang menjadi material atau bahan baku yang lebih bermanfaat lagi seperti dalam bidang konstruksi, dalam bidang industri sebagai bahan baku pengganti kayu, kemudian pada bidang lingkungan ekologis dengan memanfaatkan rumpun bambu sebagai pemasok oksigen dan mencegah erosi pada tanah, kemudian rumpun bambu juga dapat memberikan dampak positif di lingkungan nya yang berupa lahan kritis. Pembuatan Pusat Pengembangan Bambu ini merupakan salah satu cara untuk mengembangkan potensi Bambu dari segi pemanfaatan dan pengolahan tanamanan bambu yang berupa batang bambu untuk menjadi material di bidang kerajinan, furniture, dan konstruksi yang memiliki nilai tinggi di Masyarakat, selian itu dari pembuatan Pusat Pengembangan 3

Bambu ini masyarakat dapat mengerti bagaimana mengkonservasi tanaman bambu tersebut agar tanaman bambu ini dapat menciptakan lingkungan ekologis desa yang lebih baik dan dapat memberikan dampak yang positif dari segi lingkungan, ekonomi dan juga budaya. Dengan pembuatan Pusat Pengembangan Bambu ini diharapakan material bambu yang terdapat pada Kabupaten Sleman dapat menjadi material lokal yang unggul dan dapat dimanfaatkan dengan luas bukan sekedar untuk bahan kerajinan saja. 1.2 Tujuan dan Sasaran Pembahasan 1.2.1 Tujuan Memberikan pengetahuan tetang potensi dari tanaman bambu dan batang bambu kepada masyarakat. Memberikan informasi tentang bagaimana memanfatkan tanaman bambu menjadi material lokal yang bernilai tinggi. Memberikan wadah belajar bagi pecinta bambu dalam mengembangkan potensi pada material tersebut. 1.2.2 Sasaran Mendapatkan wawasan tentang apa itu Pusat Pengembangan Bambu. Dapat menerapkan potensi bambu sebagai material bangunan pada Pusat Pengembangan Bambu. 4

Dapat menerapakan atau mengaplikasikan konstruksi bambu pada bangunan Pusat Pengembangan Bambu. Dapat memberikan wawasan kepada masyarakat mengenai pemanfaatan tanaman bambu menjadi bahan baku untuk berbagai macam bidang sepeti konstruksi dan kerajinan tangan atau furniture bambu. Memberikan wawasan bagaimana memproses tanaman bambu agar dapat dimanfaatkan menjadi bahan baku untuk kepentingan kerajinan, konstruksi dan furniture bambu. 1.3 Lingkup Pembahasan Proyek Pusat Pengembangan Bambu ini merupakan sebuah tempat untuk pengrajin, petani dan komunitas pecinta bambu untuk mengembangkan potensi daerahnya yang berupa bambu di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Proyek ini merupakan perancangan dari desain arsitektur pada bangunan yang meliputi studi aktifitas dan kegiatan pelaku, teknologi yang digunakan untuk bangunan serta persyaratan desain pada bangunan. Selain itu proyek ini juga membahas bagaimana melestarikan tanaman bambu pada sebuah desa sehingga memberikan dampak positif bagi desa di sektor ekonomi maupun lingkungan ekologis desa dengan memperhatikan bagaimana penanaman sampai pemanenan tanaman bambu yang akan berlanjut ke bagaimana pengolahan batang bambu menjadi bahan untuk konstruksi bangunan. Lingkup Pusat pengembangan Bambu meliputi : 5

Pembahasan mengenai gambaran umum Proyek Pusat Pengembangan Bambu yang meliputi : latar belakang, tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Pembahasan mengenai terminologi proyek Pusat Pengembangan Bambu. Pembahasan mengenai tinjauan Proyek sejenis dengan memberikan gambaran dan analisa tentang bagaimana Pusat Pengembangan Bambu mengupayakan pelestarian tanaman bambu dengan memberikan pengetahuan kepada publik tentang bagai mana merawat tanaman bambu dan mengolahnya secara benar dengan memperhatikan efek terhadap lingkungan sekitar. Pembahasan mengenai pelaku, fasilitas, serta sarana dan prasarana apasaja yang ada pada kompleks bangunan Pusat Pengembangan Bambu. Pembahasan mengenai spesifikasi dan persyaratan desain sebuah Kompleks bangunan Pusat Pengembangan Bambu meliputi aspek : Arsitektural, Bangunan, dan Lingkungan. Pembahasan mengenai konteks lingkungan yang meliputi : analisa pemilihan lokasi dan tapak. Pembahasan mengenai penekanan desain serta permasalahan dominan yang ada pada proyek Komplek bangunan Pusat Pengembangan Bambu. 6

1.4 Metode Pembahasan 1.4.1 Metode Pengumpulan Data a. Metode Pengumpulan Data Primer Pengambilan data primer diperoleh dari pengambilan data yang berasal dari lokasi proyek dan narasumber yang berada dalam proyek. Hal ini dilakukan dengan cara sebagai berikut : i. Studi observasi Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan studi observasi pada beberapa proyek sejenis atau lokasi yang memungkinkan untuk digunakan sebagai Pusat Pengembangan Bambu di daerah kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dari studi observasi akan didapatkan data berupa foto dan informasi yang berhubungan dengan proyek Pusat Pengembangan Bambu. ii. Wawancara Wawancara yang dilakukan dengan mengadakan tanyajawab dengan narasumber terkait dengan proyek sejenis, apasajakah yang dibutuhkan dalam proyek tersebut, bagaimana kekurangan serta kelebihan dari proyek sejenis tersebut. b. Metode Pengumpulan Data Sekunder Pengambilan data sekunder ini tidak diperoleh secara langsung di lokasi. Hal ini dapat dilakukan dengan caraa sebagai berikut : 7

i. Pencarian literatur terkait dari sumber-sumber seperti buku maupun jurnal mengenai apa itu Pusat Pengembangan Bambu, bagaimana bentuk-bentuk bangunan maupun ruang yang ada pada bangunan terkait, apasaja kebutuhan ruang yang dibutuhkan untuk bangunan tersebut. ii. Mencari data stradart mengenai dimensi yang dibuthkan dalam bangunan Pusat Pengembangan Bambu tersebut. iii. Mencari data dari internet mengenai peraturan-peraturan daerah yang berkaitan dengan publik/ komersial dan pendidikan khususnya bidang arsitektur. 1.4.2 Metode Penyusunan dan Analisa Metode yang dipakai dalam penyusunan panulisan dan analisa antara lain : a. Metode Induktif, yaitu dengan melakukan pengumpulan data yang dilakukan dengan dengan cara : data dari instansi terkait, wawancara dengan narasumber, observasi lapangan dan mendokumentasikan data dari proyek sejenis. b. Metode deduktif, yaitu pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara studi literatur ataupun mencari datadata yang berasal dari internet mengenai pertauran-pertauran untuk kampus arsitektur, standard-standard yang dibutuhkan dalam sebuah kampus arsitektur. 8

c. Selain metoda induktif dan deduktif yang digunakan, penyusunan data juga menggunakan pengambilan kesimpulan dari hasil wawancara dengan narasumber yang telah dilakukan. Pengambilan kesimpulan dari hasil wawancara bertujuan untuk melengkapi data yang sudah diperoleh dari keduanya. Data-data yang diperoleh dari metoda diatas kemudian dianalisis menggunakan teori yang sudah ada. Analisis dilakukan dengan menganalisis data mengenai bangunan Pusat Pengembangan Bambu dengan teori yang sudah ada. Begitu juga lokasi yang akan dipilih dianalisis terlebih dahulu terkait dengan kriteria bangunan dan lokasi apakah cocok diletakkan pada lokasi tersebut. selain itu menganalisis lokasi tapak yang akan dipilih dengan memperthatikan aspek yang berpengaruh terhadap bangunan. Setelah melakukan analisis dapat dilakukan program ruang dan juga program tapak untuk kasus Pusat Pengembangan Bambu. 1.4.3 Metode Pemrograman Metode yang digunakan dalam pemrograman antara lain : a. Analisa Analisa meliputi analisa dari proyek sejenis yang mengelola tanaman bambu dari pembibitan sampai pengolahan, serta area eksisting lokasi. Sehingga didapatkan informasi mengenai 9

kebutuhan ruang, fasilitas serta aspek-aspek yang diperlukan untuk membuat Pusat Pengembangan Bambu. Analisa yang akan dilakukan meliputi : Pendekatan arsitektur : studi pelaku, studi aktifitas, studi pencapaian dan sirkulasi, studi ruang. Sistem bangunan: studi sturktur dan konstruksi, studi sistem dan jaringan utilitas, sistem enclousure. Pendekatan konteks lingkungan: analisa pemilihan lokasi, analisa pemilihan tapak. b. Sintesa Setelah melakukan analisa, akan didapatkan apa saja aspekaspek yang dibutuhkan untuk Proyek Pusat Pengembangan Bambu mulai dari ruang, fasilitas, aspek kenyamanan, aspek keamanan serta apa saja yang dibutuhkan sebuah Pusat Pengembangan Bambu untuk menunjang kegiatan yang berupa pembibitan sampai penanaman tanaman bambu serta aspek ruang yang berkaitan dengan pengolahan kerajian yang berbahan baku bambu. Selain itu aaspek yang berkaitan dengan tempat pengolahan bambu dari pasca panen sampai ke pemotongan hingga pengawetan tanaman bambu. Sintesa dalam proyek ini meliputi : 10

Melihat kelebihan yang ada pada kasus proyek sejenis yang telah terbangun dengan mengurangi kekurangan yang ada pada proyek tersebut kedalam proyek yang akan dibuat. Menerapkan prinsip perencanaan yang sesuai dengan proyek yang akan dibuat. Menciptakan fasilitas- fasilitas atau kebutuhan ruang yang memiliki fungsi dan fasilitas yang dapat menunjang aktifitasaktifitas pelaku. Melakukan pengaturan atau zoning dan perancangan fungsifungsi bangunan yang disesuaikan dengan hasil analisa tapak. 1.5 Sistematika Pembahasan 1.5.1 BAB I Pendahuluan Menguraikan latar belakang, tujan dan sasaran pembahasan,lingkup pembahasan, metode pembahasan dan sistematika pembahasan. 1.5.2 BAB II Tinjauan Proyek Menguraikan deskripsi mengenai tinjauan umum, tinjauan khusus, batasan proyek, serta asusmsi dengan pertimbangan dan alasan kuat. 1.5.3 BAB III Analisa Pendekatan Program Arsitektur Menguraikan analisa pendekatan arsitektur, pendekatan sistem bangunan dan pendekatan konteks lingkungan. 1.5.4 BAB IV Program Arsitektur 11

Menguraikan konsep program, tujuan perencanaan, faktor penentu, faktor persyaratan perancangan dan program asritektur. 1.5.5 BAB V Kajian Teori Menguraikan kajian teori tema desain, interpretasi elaborasi, studi preseden, kemungkinan penerapan dan kajian teori permasalahan dominan. 12