BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Trombosit merupakan sel darah yang berperan penting dalam hemostasis, yakni suatu proses penghentian perdarahan dari suatu pembuluh darah yang rusak (Ciesla, 2007). Pada kondisi kekurangan trombosit atau trombositopenia, terjadi peningkatan risiko perdarahan yang apabila tidak ditangani dengan baik akan memperburuk kondisi pasien hingga berujung pada kematian. Menurut Lieberman et al. (2014), kondisi trombositopenia ini cukup banyak dijumpai di Intensive Care Unit (ICU), yakni berkisar 8,3-67,6% pada pasien dewasa dan 20-50% pada neonatus. Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah perdarahan ini adalah dengan transfusi Thrombocyte concentrate (TC), baik sebagai terapi maupun tindakan profilaksis pada pasien trombositopenia dengan risiko perdarahan. Selain itu transfusi TC juga digunakan 1
2 sebagai terapi disfungsi trombosit (Blumberg et al., 2010). Sejak keberhasilannya dalam menurunkan angka mortalitas akibat perdarahan pada pasien leukemia akut pada 1950-an, transfusi komponen trombosit menjadi bagian esensial dalam manajemen kanker, keganasan hematologis, kegagalan sumsum tulang, dan transplantasi haemopoietic stem cell (Stroncek & Rebulla, 2007). Kini sebagian besar transfusi TC diberikan pada pasien dengan keganasan hematologis secara berkala (Holbro et al., 2013). Terlepas dari manfaatnya yang besar, transfusi TC dapat menimbulkan berbagai efek samping. Menurut Holbro et al. (2013), beberapa efek samping yang dapat timbul akibat keberadaan lekosit kontaminan pada komponen TC ini antara lain: febrile nonhaemolytic transfusion reactions (FNHTR), transfusion related lung injury (TRALI), aloimunisasi, peningkatan risiko transmisi virus (terutama cytomegalovirus), dan sebagainya. Menurut Kumar et al. (2006), efek samping tersebut terjadi akibat keberadaan plasma, eritrosit, dan terutama lekosit di dalam produk TC (Gernsheimer & Delaney, 2012). Pada kantong unit TC, keberadaan lekosit kontaminan dapat memicu reaksi aktivasi trombosit, yakni suatu reaksi yang menimbulkan
3 terjadinya perubahan bentuk, pelepasan konstitutan granular, adhesi dan agregasi trombosit, juga interaksi trombosit dengan sel-sel lain, seperti sel endotelial dan lekosit (Jy et al., 1998). Menurut Vucic et al. (2011), perubahan morfologis, fungsional dan ultrastruktural yang terjadi pada aktivasi in vitro ini akan menurunkan viabilitas trombosit, fungsionalitas in vivo dan efikasi klinisnya. Selain itu, human leukocyte antigen (HLA) dari lekosit dapat memicu aloimunisasi pada 30-50% penerima transfusi berulang dan mengakibatkan refraktori trombosit (Hod & Schwartz, 2008). Berbagai kerugian yang timbul akibat keberadaan lekosit kontaminan ini dapat diturunkan dengan melakukan leukodeplesi pada komponen TC. Leukodeplesi merupakan proses memisahkan lekosit dari produk sel darah sebelum ditransfusikan, dengan ketentuan jumlah lekosit per unit akhir kurang dari 5x10 6 (McDonald, 2001). Leukodeplesi menggunakan filter sudah dilakukan di sebagian besar negara-negara maju seperti Austria Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Jerman, dan sebagainya, sebagai prosedur rutin pada transfusi komponen darah (Gombotz & Dehkharghany, 2004). Meski
4 demikian, di Indonesia sendiri hal ini belum diimplementasikan, salah satunya karena keterbatasan kajian ilmiah di Indonesia terkait efektivitas filter leukodeplesi dalam menurunkan kadar lekosit kontaminan pada unit TC. Penelitian ini menekankan pada ekspresi CD62P sebagai salah satu indikator untuk menilai kualitas komponen TC. CD62P merupakan protein adhesif yang disimpan di α-granule trombosit dan ditranslokasikan ke permukaan selama proses aktivasi dan kini digunakan sebagai marker untuk menilai aktivasi trombosit yang dipicu oleh keberadaan lekosit kontaminan (Ley, 2003). Pada penelitian ini, ekspresi CD62P pada komponen TC leukodeplesi dibandingkan dengan komponen TC nonleukodeplesi untuk mengetahui apakah proses leukodeplesi dapat meningkatkan kualitas komponen TC in vitro secara signifikan.
5 I.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian: Apakah terdapat perbedaan ekspresi CD62P pada komponen transfusi trombosit konsentrat (TC) leukodeplesi dibandingkan dengan TC non-leukodeplesi? I.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan ekspresi CD62P pada TC leukodeplesi dengan TC nonleukodeplesi sebagai salah satu parameter untuk menilai kualitas trombosit yang akan ditransfusikan. I.4 Manfaat Penelitian Berikut merupakan manfaat yang diharapkan dari penelitian bagi penulis, institusi pendidikan dan masyarakat: I.4.1 Penulis 1. Menambah pengetahuan tentang efektivitas leukodeplesi pada komponen TC secara in vitro. 2. Menambah pengetahuan tentang CD62P dan hubungannya dengan kualitas TC.
6 I.4.2 Institusi pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan dan sebagai pertimbangan untuk pengembangan penelitian selanjutnya. I.4.3 Masyarakat Penelitian ini diharapkan ini dapat menjadi pertimbangan dalam meningkatkan kualitas keamanan dan keefektifan transfusi trombosit pada masyarakat yang membutuhkan. I.5 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai perbedaan ekspresi CD62P pada TC non-leukodeplesi dengan yang telah melalui proses leukodeplesi belum banyak dilakukan. Ahmed et al. (2010) melakukan penelitian untuk menilai secara in vitro pengaruh leukodeplesi terhadap lesi TC dengan menggunakan serangkaian assay, salah satunya dengan flow cytometric untuk melihat ekspresi CD62P. Pada penelitian ini, TC dibuat dengan metode manual (random donor method) yang kemudian disentrifugasi dua kali hingga menjadi PPP (platelet poor plasma) yang kemudian dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok TC nonleukodeplesi dan kelompok TC yang mengalami
7 leukodeplesi pre-storage. Penilaian kemudian dilakukan pada hari 1, 3, dan 5 penyimpanan. Hasilnya, CD62P dan shla-1 secara signifikan lebih rendah pada unit TC leukodeplesi dibanding dengan TC non-leukodeplesi. Vucic et al. (2011) melakukan penelitian untuk menguji efek leukodeplesi pada aktivasi trombosit. Unit TC yang diperoleh dengan metode buffy coat dan unit TC yang mengalami pre-storage filtration menggunakan filter Imuflex dibandingkan dari segi jumlah sel-sel mononuklear yang terkandung serta ekspresi reseptor permukaan trombosit, yakni CD62P dan CD63. Hasilnya ekspresi CD62P dan Cd63 yang lebih rendah pada unit TC yang telah mengalami leukodeplesi dibandingkan dengan TC model klasik yang berasal dari buffy coat. Hasil ini berkorelasi dengan penurunan jumlah monosit pada sampel TC leukodeplesi, mengindikasikan peran penting filter leukodeplesi dalam proses aktivasi trombosit. Berbeda dengan kedua penelitian tersebut, penelitian ini menggunakan TC yang diproduksi dengan menggunakan metode PRP (platelet-rich plasma) serta menggunakan filter Pall Acrodose TM system untuk leukodeplesi.