BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat menunjukkan bakat di lingkungan masyarakat. Pendidikan diarahkan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

Build the world with studying..

OPTIMALISASI KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK MELALUI MEDIA GAMBAR DI TK KARTIKA 1-18 AMPLAS. Yenni Nurdin 1) dan Umar Darwis 2) UMN Al Washliyah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perilakunya karena hasil dari pengalaman.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2004: 31). Di dunia

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani anak di lingkungan keluarga sebelum memasuki. pendidikan dasar. Anak yang dalam pandangan pendidikan modern

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Penggunaan Media Gambar Di Kelas III SDN Santigi Pada Meteri Makhluk Hidup

Peranan Psikologi Dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Tidak bisa kita sangkal lagi bahwa telah sejak lama bidang psikologi, terutama psikologi

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

TEORI TEORI BELAJAR. Oleh : Jumari Ismanto, M.Ag 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PLPG PGSD UAD 2016

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PADA SISWA SD N 89/I SENGKATI KECIL KECAMATAN MERSAM SKRIPSI OLEH M. RIDO A1D109193

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

Pengaruh Kelelahan Emosional Dan Motivasi Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika. Meilantifa

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama yang tidak terbiasa dengan sistem pembelajaran di Fakultas

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli

PERKEMBANGAN AFEKTIF

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999).

KATA PENGANTAR. Palangkaraya, 09 Maret Penulis

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Belajar matematika merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah dan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. akumulasi dari berbagai faktor dimulai dari faktor awal proses sampai denga hasil.

PENDAHULUAN. Setelah membaca bab ini Anda diharapkan dapat : 1. Mengetahui karakteristik program pembelajaran anak usia dini

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. perubahan kemampuan diri. Menurut Gagne (dalam Udin S.Winataputra

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

Hakikat Belajar dan Pembelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Dalam

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

I. PENDAHULUAN. pengetahuan. Ilmu pengetahuan tersebut di peroleh secara formal di jenjang tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas keseharian yang berkenaan dengan upaya untuk mendapatkan

PERBANDINGAN ANTARA TEORI BELAJAR DISIPLIN MENTAL, BEHAVIORISME DAN KOGNITIFISME

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Metode Pembelajaran Drill And Practice Pengertian Metode Pembelajaran Drill And Practice

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS. menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksi belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Model Pembelajaran Kreatif - Produktif. pembelajaran hal tersebut harus ditumbuhkan secara bersamaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian hasil penelitian yang telah dikemukakan pada babbab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

Prinsip dalam Pembelajaran

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MODEL PEMBELAJARAN AKTIF (ACTIVE LEARNING) TIPE TRUE OR FALSE TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. diberikan. Setiap anak merupakan individu yang unik, dimana masing-masing dari. menceritakan hal tersebut dengan cara yang sama.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama rentang pertumbuhan dan perkembangan, manusia tidak lepas dari proses belajar. Selam hidup selama itu pula manusia akan dihadapkan dalam situasi belajar. Proses belajar sangat menentukan bentuk perilaku seseorang. Mereka yang berpendidikan tinggi akan berbeda dengan mereka yang berpendidikan rendah. Pengalaman hidup yang terbentuk dari proses belajar, dapat meningkatkan dan memperbaiki perilaku seseorang ke arah perilaku yang dikehendaki. Belajar pada dasarnya merupakan proses ketika tingkah laku ditimbulkan melalui sederet reaksi atas situasi yang terjadi. Proses belajar tidak hanya menyangkut aktivitas fisik, tetapi kegiatan otak (berpikir). Otak akan menerjemahkan objek yang ditangkap panca indra dalam bentuk persepsi. Bagi orang dewasa sehat, persepsi terhadap sesuatu yang dilihat, didengar, diraba, dan dirasakan dapat berbeda. B. Tujuan 1. Untuk mengetahui definisi belajar. 2. Untuk mengetahui proses belajar. 3. Untuk mengetahui teori belajar. 4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar. 5. Untuk mengetahui proses belajar pada orang dewasa. 6. Untuk mengetahui prinsip-prinsip belajar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1

A. Definisi Menurut konsep yang berkembang di Amerika, belajar adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia luar dan hidup bermasyarakat. Menurut konsep di Eropa, belajar hanya meliputi menghafal, mengingat, dan mereproduksi sesuatu yang dipelajari. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. ( Slamento, 1983:2 ) Jadi belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang dibutuhkan manusia dalam hidup bermasyarakat melalui penguasaan kemampuan tertentu. Terkait dengan promosi kesehatan, teori belajar menjadi sangat relevan karena tujuan promosi kesehatan adalah perubahan perilaku, di samping perubahan lingkungan. B. Proses Belajar Proses belajar (pengajaran) memiliki pengertian yang identik dengan pendidikan, tetapi kalau dilihat lebih lanjut, keduanya memeiliki pengertian yang berbeda. Proses belajar dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain, pendidikan dilihat secara makro, sedangkan pengajaran (proses belajar) dilihat secara mikro. Belajar adalah proses yang memungkinkan terjadinya perubahan perilaku sebagai akibat latihan (training), praktik atau observasi. Dengan demikian, proses belajar mencakup hal-hal sebagai berikut : 1 Latihan Latihan adalah penyempurnaan potensi tenaga yang ada dengan mengulang-ulang aktivitas tertentu. Latihan adalah suatu perbuatan dalam kegiatan belajar, sama dengan pembiasaan. Latihan dan pembiasaan terjadi dalam taraf biologis, tetapi jika berkembang ke taraf psikis, menjadi proses kesadaran yang disebut proses otmatisme. 2

B Proses ini menghasilkan tindakan yang tanpa disadari, cepat, dan tepat. Dalam kegiatan itu, tampak adanya gerakan berulang-ulang untuk mencapai kesempurnaan. Organisme yang bersangkutan menunjukan kesediaan dan keluwesan. 2 Menambah atau Memperoleh Tingkah Laku Baru Belajar sebenarnya adalah suatu usaha untuk memperoleh hal-hal baru dalam tingkah laku (pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan nilainilai) dengan aktivitas kejiawaan sendiri. Kegiatan belajar dapat terjadi di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan dalam pengetahuan, sikap maupun tindakan. Akan tetapi, perubahan yang terjadi tidak selalu melalui proses belajar, melainkan karena proses kematangan. Sebagai contoh, kemampuan tertentu pada anak (berjalan dan merangkak). Menurut Notoatmodjo (2003) kegiatan belajar memiliki ciriciri sebagai berikut : a. Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang sedang belajar, baik actual maupun potensial. b. Perubhan tersebut didapat karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relative lama. c. Perubahan terjadi karena usaha, bukan karena proses kematangan. Teori Belajar Teori belajar atau konsep belajar adalah suatu konsep pemikiran yang dirumuskan mengenai bagaimana proses belajar itu terjadi. Menurut Notoadmodjo (2003), perkembangan teori belajar dibagi menjadi dua kelompok yaitu teori stimulus respons dan teori transformasi. 1. Teori Stimulus Respons Teori ini hanya memperhitungkan faktor dari luar individu (factor eksternal), kurang memerhatikan faktor internal, dan teori yang termasuk adalah teori asosiasi. Menurut teori ini, belajar adalah mengambil dan menggabungkan tanggapan karena rangsangan diberikan berulang-ulang. Semakin banyak stimulus yang diberikan, respons yang diperoleh juga banyak. 3

Konsep asosiasi dikategorikan menjadi trial and error learning, conditioning, dan imitasi dan identifikasi. a. Trial and error learning : saat menerima stimulus tertentu, respons (perilaku) yang ditampilkan bersikap coba-coba. b. Conditioning : jika menerima rangsangan tertentu, individu akan melakukan respons tertentu pula. Agar hubungan stimulus dan respons menjadi kuat, harus dilakukan berulang-ulang. c. Imitasi dan identifikasi : perilaku timbul karena meniru orang lain atau pengidentifikasian terhadap orang lain, contoh : perilaku meniru tokoh idolanya. 2. Teori Transformasi Teori transformasi memperhitungkan factor internal dan eksternal. Teori ini berlandaskan teori psikologi kognitif. Adapun teori proses belajar yang lain yaitu : 1. Teori Belajar Gestart Di dalam peristiwa belajar, keseluruhan situasi belajar amat penting karena belajar merupakan interaksi antara subjek belajar dengan lingkungannya. Ahli psikologi Gestalt menyimpulkan bahwa seseorang dikatakan belajar apabila ia memperoleh pemahaman (insight) dalam situasi yang problematis ditandai dengan adanya : a. Suatu perubahan yang tiba-tiba dari keadaan yang tak berdaya menjadi keadaan yang mampu menguasai atau memecahkan masalah atau problema. b. Adanya retensi yang baik. c. Adanya peristiwa transfer. Pemahaman yang diperoleh dari situasi, dibawa dan dimanfaatkan atau ditransfer ke dalam situasi lain yang mempunyai pola atau struktur yang sama atau hampir sama secara keseluruhan. Untuk memperoleh pemahaman itu kita harus berhadapan dengan problem solving. 2. Teori Belajar Menghafal dan Mental Disiplin 4

a. Teori menghafal Belajar adalah menghafal. Menghafal adalah usaha mengumpulkan pengetahuan dan digunakan bilamana diperlukan. Di dalam proses belajar, subjek belajar adalah manusia yang dapat berfikir dan mempunyai tujuan, yakni terjadi hal-hal baru yang bermanfaat pada dirinya. b. Teori mental disiplin Teori ini belajar adalah mendisiplinkan mental. Disiplin mental ini dapat diperoleh melalui latihan terus-menerus secra kontinu, berencana dan teratur. Dengan latihan-latihan itu daya pikir sudah dibiasakan dan diarahkan untuk mencari pemecahan persoalan yang tepat. Dalam melatih daya pikir ada dua faktor penting, yakni : 1) Faktor asah otak Latihan daya pikir dalam berbagai bidang studi bukan hanya untuk menguasai bidang itu saja, tetapi daya yang sudah terlatih itu dapat diperunakan untuk memecahkan masalah apa saja yang ditemukan dalam segala bidang kehidupan. 2) Faktor transfer Ketika kita mempelajari sesuatu yang baru, akan dipermudah dengan pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya sudah dimiliki. Karena itu pengetahuan dan keterampilan yang diberikan kepada subjek belajar hendaknya dapat ditransferkan dalm kehidupan/pekerjaan sehari-hari C Faktor-Faktor yang Mempengarugi Proses Belajar Kegiatan belajar adalah suatu sistem yang terdiri atas input, proses, dan output. Dengan demikian, dalam kegiatan belajar terdapat tiga persolan yang mendasar, antara lain sebagai berikut : 1 Input, terdiri atas subjek atau sasaran belajar dari berbagai latar belakang. 2 Proses, berupa adanya pengaruh timbal balik diantara berbagai faktor, termasuk subjek belajar, pengajar atau fasilitator, metode yang digunakan, alat bantu belajar, dan materi atau bahan yang dipelajari. 3 Output, berupa kemampuan baru atau perubahan baru pada diri subjek belajar. 5

Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dikelompokkan menjadi faktor eksternal ( meliputi lingkungan keluarga : sikap orangtua yang acuh, lingkungan sekitar : pengaruh teman bergaul, dan instrumental : alat bantu belajar ). Menurut Notoadmodjo (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah : D 1. Faktor materi Materi adalah bahan yang digunakan dalam proses belajar. Materi untuk pengetahuan, sikap dan ketrampilan substansinya akan berbeda. 2. Faktor lingkungan Mencakup lingkungan fisik (suhu, cuaca, ventilasi, penerangan, kebisingan, dan kondisi tempat belajar), dan lingkungan social (manusia dengan segala interaksi dan statusnya). 3. Faktor instrumental Terdiri atas perangkat keras (perlengkapan belahar dan alat peraga), dan perangkat lunak kurikulum, pengajar dan metode belajar. 4. Faktor individu atau subjek belajar Kondisi individual subjek belajar yang terdiri atas kondisi fisiologis (gizi dan panca indra terutama pendengaran dan penglihatan), dan konsisi psikologis (intelegensi, daya tangkap, motivasi, bakat, dan sikap). Proses Belajar pada Orang Dewasa Pendidikan kesehatan masyarakat merupakan salah satu bentuk pendidikan orang dewasa (adult education). Menurut UNESCO, yang di kutip oleh Lunardi, pendidikan orang dewasa apapun isi, tingkatan, dan metodenya, baik formal maupun tidak, merupakan lanjutan atau pengganti pendidikan di sekolah ataupun universitas. Subjek belajar di dalam pendidikan orang dewasa sudah jelas, yaitu orang dewasa atau anggota masyarakat umum yang ingin mngembangkan pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan kemampuan-kemampuan lainnya. 6

Hasil pendidikan orang dewasa adalah perubahan, kemampuan,penampilan atau perilakunya. Selanjutnya perubahan perilaku di dasari adanya perubahan atau penambahan pengetahuan, sikap, atau keterampilan. Namun demikian,perubahan pengetahuan dan sikap ini belum merupakan jaminan terjadinya perubahan perilaku, sebab perilaku baru tersebut kadangkadang memerlukan uang untuk dapat mengelola dan memberikan makanan yang bergizi kepada anakanya. Perubahan perilaku di dalam proses pendidikan orang dewasa (andragogi) pada umumnya lebih sulit daripada perubahan perilku di dalam pendidikan anak (pedagogi). Ihwal ini dapat dipahami karena orang dewasa sudah mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan tertentu yang mungkin sudah mereka miliki bertahun-tahun. Jadi pengetahauan, sikap dan perilaku baru yang belum meereka yakini tersebut menjadi sulit diterima. Untuk itu diperlukan usaha-usaha tersendiri agar subjek belajar meyakini pentingnya pengetahuan, sikap dan perilaku tersebut bagi kehidupan mereka. Dengan kata lain, pendidikan orang dewasa dapat efektif menghasilkan perubahan perilaku apabila isi dan cara atau metode belajar mengajarnya sesuai dengan perubahan yang dirasakan oleh subjek belajar. Salah satu upaya agar pesan-pesan pendidikan tersebut dapat dipahami oleh orang dewasa dan dapat memberikan dmapak perubahan perilaku adalah dengan memilihkan metode belajar mengajar yang tepat. Diskusi kelompok, studi kasus, dan simulasi tampaknya merupakan metode yang sangat cocok untuk pendidikan orang dewasa. Akan tetapi sering terjadi bahwa masyarakat atau subjek belajar tidak selalu dapat merasakan kebutuhan mereka sendiri. Untuk itu diperlukan upaya awal guna menumbuhkan rasa membutuhkan tersebut. 7

Pendidikan bagi orang dewasa yang menyangkut masalah harga diri tidak akan berarti dalam proses belajar apabila kebutuhan fisik (makanan) untuk mempertahankan hidupnya saja belum terpenuhi. sebaliknya pendidikan untuk orang dewasa tentang cara mencapai kebutuhan fisik tidak akan diperhatikan apabila sasaran pendidikan tersebut telah berkecukupan dalam kebutuhan fisiknya (makanan, pakaian dan perubahan), keamanan milik serta dirinya, bahkan telah mencapai tingkat pengakuan sebagai anggota masyarakat yang terhormat. pada tingkatan ini yang dibutuhkan oleh mereka adalah pengetahuan yang lebih luas dan sikap yang lebih mantap untuk meningkatkan harga dirinya dalam pergaulan yang lebih luas. Dengan mengetahui kebutuhan kelompok sebagai subyek pendidikan orang dewasa, maaka dapat ditentukan strategi dan susunan belajar mengajar yang tepat. strategi belajar yang tepat mencakup isi atau materi belajar yang releven, metode, dan tehnik belajar mengajar yang sesuai dengan kondisi subjek belajar tersebut. di dalam pendidikan orang dewasa terutama didalam pendidikan nonformal, yang terpenting adalah apa yang dipelajari subjek belajar, bukan apa yang diajarkan oleh pengajar. Ungkapan ini mengandung maksud, hasil akhir yang dinilai dalam pendidikan orang dewasa adalah apa yang diperoleh sasaran belajar, bukan apa yang dilakukan oleh pelatih atau fasilitator belajar. E Prinsip-prinsip Belajar 1 Prinsip 1 Belajar adalah suatu pengalaman yang terjadi didalam diri si pelajar yang diaktifkan oleh individu itu sendiri. Proses belajar dikontrol oleh si pelajar sendiri dan bukan oleh si pengajar. Perubahan persepsi pengetahuan, sikap dan perilaku adalah suatu produk manusia itu sendiri, bukan kekuatan yang dipaksakan kapada individu. 8

Belajar bukan berarti melakukan apa yang dikatakan atau yang diperbuat oleh pengajar saja tetapi suatu proses perubahan yang unik didalam diri si pelajar sendiri. Oleh karena itu mengajar bukan berarti memaksakan sesuatu terhadap si pelajar, tetapi menciptakan iklim atau suasana, sehingga si pelajar mau melakukan dengan kemampuan sendiri yang dikehendaki oleh si pengajar. 2 Prinsip 2 Belajar adalah penemuan diri sendiri. hal ini berarti bahwa belajar adalah proses penggalian ide-ide yang berhubungan dengan diri sendiri atau masyarakat sehingga pelajar dapat menentukan kebutuhan dan tujuan yang akan dicapai. untuk itu apa yang releven bagi pelajar harus ditemukan oleh pelajar itu sendiri. Implikasi prinsip ini adalah bahwa proses pendidikan kesehatan ini akan lebih baik apabila yang disediakan rangsangan-rangsangan saja, sehingga masyarakat/individu akan berproses untuk menemukan kebutuhannya sendiri. dengan demikian individu/masyarakat akan dimungkinkan menemukan pribadinya. 3 Prinsip 3 Belajar adalah suatu konsekuensi dari pengalaman. seseorang menjadi bertanggung jawab ketika ia diserahi tanggung jawab. ia menjadi atau dapat berdiri sendiri bila ia mempunyai pengalaman dan pernah berdiri sendiri. orang tidak akan mengubah perilakunya hanya seseorang mengatakan kepadanya untuk mengubahnya. untuk belajar yang efektif tidak cukupjika hanya dengan memberikan informasi saja, tetapi kepada pelajar tersebut perlu diberikan pengalaman. Kita tidak cukup hanya dengan mengatakan bahwa imunisasi bagi anak itu penting. tetapi juga dengan memberikan imunisasi kepada anak sehingga orang tua akan memperoleh pengalaman. 4 Prinsip 4 Belajar adalah proses kerja sama dan kolaborasi. kerja sama akan memperkuat proses belajar. orang pada hakikatnya senang saling 9

bergantung dan saling membantu. dengan kerja sama, saling berinteraksi, dan berdiskusi, di samping memperoleh pengalaman dari orang lain juga dapat mengembangkan pemikiran-pemikiran dan daya kreasi individu. Implikasi prinsip ini di dalam pendidikan kesehatan adalah dengan pembentukan kelompok dan diskusi kelompok akan sangat mempermudah proses belajar. 5 Prinsip 5 Belajar adalah proses evolusi, bukan proses revolusi karena perubahan perilaku memerlukan waktu dan kesabaran. Perubahan perilaku adalah suatu proses yang lama, karena memerlukan pemikiran-pemikiran dan pertimbangan orang lain, contoh dan mungkin pengalaman sebelum menerima atau berperilaku baru. bagaimanapun menguntungkan bagi dirinya, belajar akan selalu dirasakan sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan dan sangat menggangu. untuk itu dalam melakukan pendidikan kesehatan hasilnya tidak dapat kita peroleh dengan segera, dan tidak boleh tergesa-gesa, tetapi memerlukan kesabaran dan ketekunan. 6 Prinsip 6 Belajar kadang-kadang merupakan suatu proses yang menyakitkan karena menghendaki perubahan kebiasaan yang sangat menyenangkan dan sangat berharga bagi dirinya dan mungkin harus melepaskan sesuatu yang menjadi jalan hidup atau pegangan hidupnya. maka dalam mengintroduksikan hal-hal baru yang menghendaki mereka untuk berperilaku baru, sebaiknya dilakukan tidak secara drastis dan radikal. harus hati-hati dan sedikit demi sedikit, sehingga individu/masyarakat mau meninggalkan perilaku lama dengan senang hati, tidak menyakitkan hati, dan tidak menimbulkan frustasi. 7 Prinsip 7 Belajar adalah proses emosional dan intelektual. belajar dipengaruhi oleh keadaan individu atau si pelajar secara keseluruhan. belajar bukan hanya proses intelektual, tetapi emosi juga turut menentukan. oleh karena itu 10

hasil belajar sangat ditentukan oleh situasi psikologis individu pada saat belajar. bila seseorang sedang dalam keadaan kalut, murung, frustasi, konflik, dan tidak puas, maka jangan dibawa kedalam suatu proses belajar. Demikian juga iklim proses belajar harus diciptakan sedemikian rupa sehingga terasa tidak tegang, kaku dan mati. harus diciptakan situasi yang hidup, gembira dan tidak terlalu formal. 8 Prinsip 8 Belajar bersifat individual dan unik. setiap orang mempunyai gaya belajar dan keunikan sendiri dalam belajar. untuk itu kita harus menyediakan media belajar yang bermacam-macam sehingga tiap individu dapat memperoleh pengalaman belajar sesuai dengan keunikan dan gaya masing-masing. Seluruh prinsip-prinsip belajar di atas, mencakup situasi proses belajar yang menguntungkan, mempunyai ciri-ciri komunikasi yang bebas dan terbuka, konfrontasi, penerimaan. respek, diakuinya hak untuk salah, kerja sama kolaborasi, saling mengevaluasi, keterlibatan tiap individu, aktif, kepercayaan, dan sebagainya. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 11

Proses belajar (pengajaran) memiliki pengertian yang identic dengan pendidikan, tetapi kalau dilihat lebih lanjut, keduanya memeiliki pengertian yang berbeda. Proses belajar dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan. Belajar bukan berarti melakukan apa yang dikatakan atau yang diperbuat oleh pengajar saja tetapi suatu proses perubahan yang unik didalam diri si pelajar sendiri. Agar kesehatan didalam masyarakat terwujud maka perlu dilakukan proses belajar pada masyarakat yang dibantu dengan kegiatan promosi kesehatan. B. Saran Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA 1. http://olifdwiaja.blogspot.com/2011/10/proses-belajar.html 2. Heri D. J, Maulana. 2007. Promosi Kesehatan. ECG. Jakarta. 3. Notoatmodjo,Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 12

13