Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online) URL : http://e-jurnalmitrapendidikan.com JMP Online Vol 1, No. 10, 1021-1030. 2017 Kresna BIP. ISSN 2550-481 DESKRIPSI PENGGUNAAN OTAK KIRI DAN OTAK KANAN PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI POLA BAGI SISWA SMP Wigati 1, Sutriyono 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK Dikirim : 22 Desember 2017 Revisi pertama :22 Desember 2017 Diterima : 26 Desember 2017 Tersedia online : 27 Desember 2017 Kata Kunci : Otak Kiri, Otak Kanan, Pola Bilangan, Pola Gambar Email : 202014023@student.uksw.edu 1, sutriyono@staff.uksw.edu 2 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh penggunaan otak kiri dan otak kanan pada pembelajaran matematika materi pola bagi siswa SMP. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIB SMP Negeri 2 Salatiga, dengan jumlah siswa 34 orang dan diambil 6 orang sebagai subjek untuk kemudian di wawancara. Subjek dikelompokkan dalam kategori dominan menggunakan otak kiri, dominan menggunakan otak kanan, dan dominan dalam menggunakan kedua belahan otak. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dominasi otak, tes pemahaman yang berbentuk soal uraian dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu subjek dengan dominasi otak seimbang dapat menemukan rumus dari setiap soal pola yang diberikan. Kemudian kedua subjek dengan dominasi otak kanan dapat menemukan 3 rumus soal pola bilangan dan 1 rumus soal pola gambar. Sedangkan kedua subjek dengan dominasi otak kiri dapat menemukan 2 rumus soal pola bilangan dan 1 rumus soal pola gambar. Wigati 1021
PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Mohamad Akil (2010) mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengolah, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup dalam keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Dengan kata lain matematika dapat membuat siswa terbiasa berfikir yang holistis untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang muncul dalam kehidupannya. Kaitannya dengan harus dimilikinya kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerjasama maka pelajaran matematika harus dapat mengoptimalkan penggunaan otak kiri dan otak kanan secara seimbang. Kemudian Asep Jihad (2008: 148) menjelaskan bahwa otak adalah organ tubuh yang mengatur segala aktivitas manusa. Berdasarkan teori split-brain Roger Sperry, bahwa otak besar (cerebrum) merupakan bagian terbesar dari otak manusa. Otak besar adalah bagian yang memproses semua kegiatan intelektual kecerdasan otak manusia, pada teori tersebut juga dikemukakan bahwa otak besar dibagi menjadi dua, belahan otak kiri (brain s left hemisphere) dan belahan otak kanan (brain s right hemisphere). Menurut Hamzah (2010:56) belahan otak kiri dan belahan otak kanan sangat memengaruhi gaya pemikiran setiap manusia. Gaya pemikiran belahan otak kanan lebih bebas dan acak, lebih menyeluruh, menekankan pada intuisi, subjektif, sintesis dan abstrak, sedangkan gaya pemikiran belahan otak kiri lebih kepada logis, rasional, analitik, objektif, berurutan dan spesifik. Gaya pemikiran inilah yang akan menyebabkan proses penerimaan informasi dari setiap manusia berbeda, termasuk dalam proses pembelajaran, khususnya dalam bidang matematika. Menurut Somakin (2008) pembelajaran matematika sampai saat ini masih dirasakan sebagian besar siswa sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan. Hal ini dipicu oleh bentuk pembelajaran matematika yang hanya didominasi oleh kegiatan menghitung, bernalar dan menganalisis. Bentuk kegiatan pembelajaran seperti ini cenderung hanya mengaktifkan peran otak kiri. Ini berarti kemampuan otak belum optimal karenaa fungsi otak kanan belum sepenuhnya ikut aktif. Padahal kemampuan otak kiti hanya mengingat atau menyimpan memori yang sifatnya jangka pendek sedangkan otak kanan mempunyai memori daya ingat jangka panjang. Oleh karena itu, apabila hanya otak kiri yang dominan maka ada kemungkinan peserta didik dalam menyerap pelajarannya mudah lupa. Berdasarkan uraian diatas, maka pembelajaran matematika cenderung menggunakan otak kiri. Namun, peneliti ingin mencari tahu apakah pengguna otak kanan juga dapat menguasai pembelajaran matematika. Sehingga mengacu pada karakteristik otak kiri dan otak kanan yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti mengadakan penelitian mengenai Deskripsi Penggunaan Otak Kiri dan Otak Kanan Pada Pembelajaran Matematika Materi Pola Bagi Siswa SMP. Wigati 1022
Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat ditarik rumusan masalah apakah ada pengaruh penggunaan otak kiri dan otak kanan pada pembelajaran matematika materi pola bagi siswa SMP?. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan otak kiri dan otak kanan pada pembelajaran matematika materi pola bagi siswa SMP. KAJIAN PUSTAKA Pengertian Otak Manusia Menurut Gamal (2013: 20) otak merupakan organ paling rumit sekaligus organ paling bital bagi manusia. Dengan volume berkisar 1.350 cc yang terdiri atas 100 juta neuron (sel saraf), menjadikan otak tidak hanya berfungsi sebagai pusat kontrol terhadap organ-organ atau anggota tubuh semata-mata, melainkan juga berfungsi sebagai pengatur dari semua apa yang dilakukan, dipikirkan, maupun dirasakan. Otak juga bertanggung jawab atas berbagai fungsi, misalkan ingatan, emosi, pengenalan, pembelajaran motorik, dan aneka bentuk pembelajaran yang lain. Dari otak akan keluar perintah ke seluruh tubuh untuk melakukan aksi atau reaksi setelah sebelumnya data-data diterima dan diolah terlebih dahulu. Pembagian Otak Manusia Gamal (2013: 21) menjelaskan bahwa otak manusia dibagi menjadi 4 bagian, yaitu otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebellum), batang otak (brainstem), dan sistem limbik (limbic system). Otak besar adalah bagian paling besar di otak yang memiliki kemampuan untuk berpikir, menganalisis, nalar (logika), bahasa, kesadaran, perencanaan, memori (ingatan) dan juga kemampuan visual. Otak besar terbagi menjadi 2 belahan (hemisfer), yaitu hemisfer kiri atau lebih dikenal dengan sebutan otak kiri dan hemisfer kanan atau dikenal dengan sebutan otak kanan dengan fungsi dan kegunaan-kegunaan sendiri-sendiri. Otak kanan merupakan bagian pengendalian Emotional Quotient (EQ) yang berfungsi dalam pengendalian emosi, sosialisasi, komunikasi dan interaksi dengan orang lain. Kemampuan intuitif, merasakan, memadukan, dan ekspresi tubuh yang ditujukan dalam tindakan yang berhubungan dengan seni, semisal melukis, menyanyi, menari dan juga aktivitas motorik lainnya. Kemudian Gamal (2013: 22-23) menjelaskan bahwa otak kanan sangat berperan ketika melakan aktivitas motorik, semisal bermain, berolahraga, melukis atau menggambar, memperagakan sesuatu, dan aktivitas motorik yang lain. Cara kerja otak kanan mengabaikan hal-hal yang terlalu terperinci. Sedangkan otak kiri cenderung bertanggung jawab pada pengendalian Intelligence Quotient (IQ) yang berkaitan dengan logika (nalar), rasio (perbandingan), kemampuan menulis dan membaca tanggung jawab. Selain itu, otak kiri juga menjadi pusat matematika. Otak kiri merespon masukan-masukan yang membutuhkan kemampuan untuk menelaah, menyatakan, menganalisis, menjelaskan, berdiskusi, dan memutuskan. Cara kerja otak kiri sangat rapi, tersusun, terstruktur, dan sistematis yang berguna ketika menghadapi masalah-masalah yang kompleks dan membutuhkan pemikiran yang terperinci. Wigati 1023
Kebanyakan manusia hanya dominan pada satu bagian otak saja, entah itu otak kanan atau otak kiri, meski terdapat pula orang yang dapat menyeimbangkan antara otak kanan dan otak kirinya. Menurut para ahli, sebagian besar orang di dunia lebih mengandalkan otak kirinya dalam kehidupannya. METODE PENILITIAN Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu penelitian yang menggunakan data kualitatif kemudian mendeskripsikan data tersebut untuk menghasilkan gambaran yang jelas dan terperinci (Pluto: 2013) tentang deskripsi penggunaan otak kiri dan otak kanan pada pembelajaran matematika materi pola. Menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini tidak berhubungan dengan angka-angka dan dengan pendekatan ini diharapkan dapat memastikan suatu kebenaran data (Sugiono, 2010: 36). Dikatakan deskriptif karena pada akhirnya dari data yang diperoleh dideskripsikan dengan katakata. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIIB SMP Negeri 2 Salatiga yang berjumlah 34 orang dan diambil 6 orang sebagai subjek yang terdiri dari 3 kategori, yaitu: Subjek yang dominan otak kiri : S1 dan S5. Subjek yang dominan otak kanan : S2 dan S4. Subjek yang dominan kedua otak : S3 dan S6. Instrumen Penelitian Pemilihan subjek berdasarkan pada angket dominasi otak untuk mengetahui dominan otak siswa, tes pemahaman pada materi pola yang berbentuk soal uraian dan wawancara. Angket dominasi otak terdiri dari 20 soal pilihan ganda yang memiliki 2 jawaban yaitu pilihan jawaban a yang mencerminkan sifat dari otak kanan dan pilihan jawaban b yang mencerminkan sifat dari otak kiri. Setelah diberi angket dominasi otak, jawaban akan dihitung dengan rumus: Kemudian setiap siswa diberi tes pemahaman berbentuk soal uraian dengan materi pola. Tes pemahaman terdiri dari 4 jenis soal pola bilangan dan 4 jenis soal pola gambar. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa keenam subjek dapat menemukan jawaban dari soal pola bilangan dan soal pola gambar yang ditanyakan dan beberapa subjek dapat menemukan rumus untuk menyelesaikannya permasalahan tersebut. Wigati 1024
Soal pertama Keenam subjek mencari urutan selanjutya dengan cara menambahkan angka 6. Untuk mencari urutan bilangan tertentu S1, S4, dan S6 dapat menemukan rumus cepat untuk melanjutkan pola sampai urutan yang ditanyakan dengan cara menambahkan angka 6 pada bilangan terakhir soal sebelumnya yang sudah dikali dengan selisih urutan yang ditanyakan (misalkan pada urutan keduapuluh, maka subjek menulis ). Sedangkan S2, S3, dan S5 menjawab soal yang ditanyakan dengan cara mengurutkan sampai pada pola yang ditanyakan. Jawaban masing-masing subjek didukung dengan wawancara yang dilakukan peneliti untuk menguatkan jawaban tersebut. Soal kedua Keenam subjek mencari urutan selanjutnya dengan cara mengurangkan bilangan terakhir pada soal dengan angka 5. Untuk mencari urutan pola bilangan pada urutan tertentu S4 dan S6 dapat menemukan pola dari soal yang ditanyakan dengan cara mengurangkan angka lima yang telah dikalikan dengan selisih urutan yang ditanyakan (misalnya untuk mencari urutan keduapuluh, maka subjek menulis ). Sedangkan S1, S2, S3, dan S5 menjawab soal yang ditanyakan dengan cara mengurutkan sampai pada pola yang ditanyakan. Jawaban subjek didukung oleh hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti untuk menguatkan jawaban subjek. Wigati 1025
Soal ketiga Keenam subjek mencari urutan selanjutnya dengan cara mengurutkan secara bergantian (selang-seling). Untuk mencari urutan pada bilangan tertentu semua subjek kecuali S3 memperoleh jawaban dengan cara melihat urutan soal yang ditanyakan. Jika pola yang ditanyakan adalah angka genap maka jawabannya adalah 98, sedangkan pola yang ditanyakan adalah angka ganjil maka jawabannya adalah 45. Sedangkan S3 menjawab soal yang ditanyakan dengan cara mengurutkan sampai pada pola yang ditanyakan. Jawaban subjek didukung oleh hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti untuk menguatkan jawaban subjek. Soal keempat Keenam subjek mencari urutan selanjutnya dengan cara mengurutkan secara manual (selang-seling). Untuk memperoleh jawaban pada pola urutan tertentu hanya S6 yang dapat menemukan rumus cepat dengan cara membagi urutan yang ditanyakan dengan jumlah pola yang ada (misalkan urutan yang ditanyakan adalah urutan 20 dan pola yang ada sebanyak tiga pola bilangan maka sisa 2, maka sisa 2 tersebut diurutkan pada pola sehingga diperoleh jawaban 36). Sedangkan S1 sampai dengan S5 menjawab soal yang ditanyakan dengan cara mengurutkan sampai pada pola yang ditanyakan. Jawaban subjek didukung oleh hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti untuk menguatkan jawaban subjek. Wigati 1026
Soal kelima Keenam subjek mencari urutan selanjutnya dengan cara menambahkan 2 kotak secara terus-menerus sampai pada urutan yang ditanyakan. Untuk mencari kotak pada urutan tertentu S1, S2, dan S5 mengalikan urutan kotak yang ditanyakan sebanyak 2 kali. Sedangkan S3 dan S4 memperoleh jawaban dengan cara mengurutkan secara manual sampai pada urutan yang ditanyakan. Kemudian S6 memperoleh jawaban dengan cara menggambar dua buah persegi panjang yang kongkruen yang kemudian persegi panjang tersebut dibagi oleh garis-garis vertikal yang sama besar sebanyak jumlah urutan yang telah dikurangi satu (misalkan urutan keduabelas, maka garis vertikal yang ada sebanyak ). Jawaban subjek didukung oleh hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti untuk menguatkan jawaban subjek. Soal keenam Keenam subjek mencari urutan selanjutnya dengan cara menambahkan satu lingkaran pada ketiga sisi lingkaran pada soal sebelumnya. Untuk mencari jumlah lingkaran pada urutan terntentu S1, S2, dan S6 menemuka jawaban dengan cara menambahkan lingkaran dengan urutan lingkaran yang ditanyakan dikurangi satu (misalkan urutan keduabelas maka banyaknya lingkaran pada ketiga sisi lingkaran pusat adalah buah lingkaran untuk masing-masing sisi). Sedangkan S3, S4, dan S5 memperoleh jawaban dengan cara menambahkan lingkaran secara manual pada ketiga sisi sampai pada urutan yang ditanyakan. Jawaban subjek didukung oleh hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti untuk menguatkan jawaban subjek. Wigati 1027
Soal ketujuh Keenam subjek mencari urutan selanjutnya dengan cara mengurutkan gambar sebelumnya sampai pada urutan pola yang ditanyakan. Untuk mencari urutan pada pola tertentu S6 memperoleh jawaban dengan cara membagi urutan yang ditanyakan dengan angka tiga (misalkan pola yang ditanyakan pada urutan keduapuluh maka diperoleh sisa 2, sedangkan sisa dua tersebut diurutkan pada pola gambar yang ada sehingga diperoleh jawaban pola persegi). Sedangkan S1 sampai dengan S5 memperoleh jawaban untuk urutan pola yang ditanyakan dengan cara mengurutkan pola yang ada secara manual. Jawaban subjek didukung oleh hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti untuk menguatkan jawaban subjek. Soal kedelapan Keenam subjek mencari urutan selanjutnya dengan cara menambahkan lingkaran kecil disekitar pusat lingkaran besar dengan jumlah dan posisi lingkaran kecil sesuai pola pada gambar sebelumnya. Untuk mencari urutan pada pola gambar tertentu S6 memperoleh jawaban dengan cara membagi urutan pola yang ditanyakan dengan jumlah pola yang ada (misalkan pola yang ditanyakan pada urutan keduapuluh, maka diperoleh sisa 2, kemudian sisa 2 tersebut diurutkan pada pola gambar yang ada dan diperoleh pola gambar dengan tambahan lingkaran kecil di sisi kiri bawah dan sisi kanan bawah lingkaran besar yang menjadi pusat lingkaran kecil Wigati 1028
tersebut). Sedangkan S1 sampai dengan S5 memperoleh jawaban hanya dengan mengurutkan pola gambar secara manual sampai pada pola yang ditanyakan. Jawaban subjek didukung oleh hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti untuk menguatkan jawaban subjek. Pembahasan Berdasarkan pembahasan diatas, subjek keenam dapat menemukan pola bilangan maupun pola gambar yang ditanyakan dan dapat menemukan rumus cepat untuk menyelesaikan permasalah tersebut. Dalam tes otak untuk mengetahui dominasi penggunaan otak, subjek keenam mampu menggunakan otak kiri dan otak kanan secara seimbang. Kemampuan subjek keenam dalam menyelesaikan soal dapat dilihat dari lembar tes pemahaman pada materi pola dan didukung dengan wawancara pada subjek untuk memperkuat jawaban yang diberikan. Selain itu, salah satu subjek yang dominan terhadap otak kanan yang seharusnya mudah menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan gambar mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang diberikan pada bagian gambar. Hal ini dilihat dari hasil wawancara yang dilakukan pada subjek tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 2 Salatiga pada kelas VIIB diperoleh kesimpulan bahwa dari enam orang yang menjadi subjek penelitian satu subjek yang dapat menyeimbangkan antara otak kiri dan otak kanan dapat menemukan rumus cepat dalam menjawab setiap soal pola yang diberikan baik dalam bentuk pola bilangan maupun pola gambar. Kemudian dua orang subjek yang memiliki dominasi penggunaan otak kiri dapat menemukan 2 rumus pada soal pola bilangan dan 1 rumus soal pola gambar. sedangkan dua orang subjek yang memiliki dominasi penggunaan otak kanan dapat 3 rumus pada soap pola bilangan dan 1 rumus soal pola gambar. Maka subjek yang dapat menyeimbangkan otak dapat menemukan rumus baik dalam bentuk pola bilangan maupun pola gambar. Saran Berdasarkan hasil penelitian diatas, bahwa dalam memberikan soal matematika kepada siswa guru hendaknya memberikan dalam berbagai macam variasi soal yang dipadukan juga dengan gambar. Selain itu, siswa diajarkan untuk lebih teliti dalam mengerjakan soal. Sedangkan untuk siswa harus sering-sering berlatih agar dapat mengerjakan soal dengan variasi yang beragam. Berusaha untuk memahami konsep matematika, agar dapat menemukan penyelesaiannya. Jika mengalami kendala dalam menyeesaikan suatu soal, siswa hendaknya bertanya kepada guru. DAFTAR PUSTAKA Akil, Mohamad. (2010). Mengoptimalkan Kerja Otak Kiri dan Otak Kanan. http://mohamadakil.blogspot.co.id. Media Dedikasi dan Pembelajaran. Komandoko, Gamal. (2013). Orang Kidal Memang Istimewa. Yogyakarta: Media Pressindo. Wigati 1029
Lestari, Karunia Eka. (2014). Implementasi Brain-Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Kemampuan Berpikir Kritis serta Motivasi Belajar Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Unsika. http://journal.unsika.ac.id. Putra, Darma. (2013). Rahasia Membuat Otak Super. Yogyakarta: Laksana. Sari, Novita Hesti. (2017). Artikel Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMP Negeri 3 Kediri Materi Bangun Ruang Sisi Datar Ditinjau dari Dominasi Otak Tahun 2017. Jurnal Universitas Nusantara PGRI Kediri. http://simki.unpkediri.ac.id. Somakin. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Melibatkan Manajemen Otak. Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta. http://eprints.uny.ac.id. Wigati 1030