PENGARUH WAKTU DAN METODE PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH WAKTU PENGENDALIAN GULMA DAN DOSIS PEMUPUKAN NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

THE EFFECT OF WEED CONTROL AND SOIL TILLAGE SYSTEM ON GROWTH AND YIELD OF SOYBEAN (Glycine max L.)

PENGARUH HERBISIDA AMETRIN DAN PENYIANGAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

THE INFLUENCE OF N, P, K FERTILIZER, AZOLLA (Azolla pinnata) AND PISTIA (Pistia stratiotes) ON THE GROWTH AND YIELD OF RICE (Oryza sativa)

PENGARUH CARA PENGENDALIAN GULMA PADA PERTUMBUHAN VEGETATIF AWAL TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) ASAL BIBIT BUD CHIP VARIETAS PSJK 922

THE EFFECT OF THE KINDS OF FERTILIZER AND WEED CONTROL TIME ON GROWTH AND YIELD OF SWEET CORN (Zea mays saccharata)

APLIKASI HERBISIDA 2,4-D DAN PENOXSULAM PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

Jimy Eko Julianto. 1) Prof. Dr. Ir. Bambang Guritno. 2) Dr. Ir. Agung Nugroho, SU. 2)

EFIKASI HERBISIDA PRATUMBUH METIL METSULFURON TUNGGAL DAN KOMBINASINYA DENGAN 2,4-D, AMETRIN, ATAU DIURON TERHADAP GULMA PADA PERTANAMAN TEBU

PENGARUH PENGENDALIAN GULMA PADA PERTUMBUHAN VEGETATIF DUA JENIS BIBIT TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.)

PENGARUH JARAK TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum)

PENGARUH PENGAPLIKASIAN ZEOLIT DAN PUPUK UREA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays L. saccharata Sturt.)

ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN DAN HASIL UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lam.) PENDAHULUAN

PENGARUH WAKTU PENYIANGAN DAN POPULASI TANAMAN TERHADAP HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) PADA KONDISI TANPA OLAH TANAH

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN PUPUK NITROGEN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KANGKUNG DARAT (Ipomoea reptans. Poir)

RESPONS TANAMAN KEDELAI TERHADAP PEMBERIAN PUPUK FOSFOR DAN PUPUK HIJAU PAITAN

APPLICATION OF MANURE AND Crotalaria juncea L. TO REDUCE ANORGANIC FERTILIZER ON MAIZE (Zea mays L.)

KAJIAN MODEL TANAM DAN WAKTU TANAM DALAM SISTEM TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BENIH JAGUNG

Pengaruh Populasi Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) dan Jagung (Zea mays L.) terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Sistem Pola Tumpang Sari

PENGARUH MULSA JERAMI PADI DAN FREKUENSI WAKTU PENYIANGAN GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.

UPAYA PENINGKATAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN PEMUPUKAN BOKASHI DAN Crotalaria juncea L.

PENGARUH MULSA ORGANIK PADA GULMA DAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) VAR. GEMA

THE INFLUENCE OF COVER CROPS UTILIZATION OROK-OROK (CROTALARIA JUNCEA L.) TOWARD WEED CONTROL ON MAIZE (ZEA MAYS L.) IN RAIN SEASON ABSTRAK

PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DI LAHAN KERING PADA BERBAGAI INTENSITAS PENYIANGAN. Wafit Dinarto dan Dian Astriani

PENGARUH APLIKASI PUPUK KANDANG DAN TANAMAN SELA (Crotalaria juncea L.) PADA GULMA DAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

PENGARUH DOSIS DAN LAMA PEMBENAMAN PUPUK HIJAU OROK-OROK (Crotalaria juncea L.) PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.

PENGARUH JARAK TANAM DAN DEFOLIASI DAUN PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.)

PENGARUH JARAK TANAM DAN TEKNIK PENGENDALIAN GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN UBI JALAR (Ipomoea batatas L.)

KAJIAN PENGGUNAAN PUPUK BIOURIN SAPI DAN PUPUK ANORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.)

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

Jurnal Pertanian Tropik ISSN No : Vol.4, No.3. Desember (22) :

GROWTH AND YIELD RESPONSE SWEET CORN (Zea mays L. saccharata) IN INTERCROPPING SYSTEM WITH MUNG BEAN (Vigna radiata L.)

THE EFFECT OF AZOLLA AND N FERTILIZER APLICATION ON RICE FIELD (Oryza sativa L.) VARIETY INPARI 13

THE EFFECT OF SPACING AND PLANTING TIME SOYBEAN OF GROWTH AND YIELD SOYBEAN (Glycine max) ON SUGAR CANE (Saccharum officinarum L.

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

PENGARUH DOSIS PUPUK N, P, K DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAPPERTUMBUHAN DAN HASIL WIJEN (Sesamum indicum L.)

THE EFFECT OF VARIOUS DOSAGES OF ORGANIC AND ANORGANIC FERTILIZERS ON PLANT GROWTH AND YIELD OF SWEET CORN (Zea mays Saccharata Sturt)

PERANAN JUMLAH BIJI/POLONG PADA POTENSI HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.) F6 PERSILANGAN VARIETAS ARGOMULYO DENGAN BRAWIJAYA

KAJIAN PENAMBAHAN PUPUK KANDANG KAMBING DAN KERAPATAN TANAMAN YANG BERBEDA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

Pertumbuhan dan Produktivitas Jagung Manis pada Beberapa Sistem Tanam

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

PENGARUH DOSIS PUPUK ANORGANIK NPK MUTIARA DAN CARA APLIKASI PEMUPUKAN TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN MENTIMUN

PENGARUH PEMBERIAN AIR DAN PUPUK KANDANG SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.)

KAJIAN POLA TANAM TUMPANGSARI PADI GOGO (Oryza sativa L.) DENGAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt L.)

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BABY CORN (Zea mays L) PADA BEBERAPA MACAM PENYIAPAN LAHAN DAN KETEBALAN MULSA JERAMI

PENGARUH DOSIS PUPUK UREA DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.)

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

PENGARUH WAKTU TANAM BAWANG PREI (Allium porum L.) PADA SISTEM TUMPANGSARI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata)

PENGARUH PENGENDALIAN GULMA PADA BERBAGAI UMUR BIBIT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

PENGARUH KONSENTRASI DAN WAKTU PEMBERIAN PUPUK ORGANIK CAIR BIOAKTIVATOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

PENGARUH WAKTU DAN FREKUENSI PENGENDALIAN GULMA PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench)

PERIODE KRITIS PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) SKRIPSI OLEH : WILTER JANUARDI PADANG

TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula.

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serealia sumber karbohidrat kedua

PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) PADA BERBAGAI FREKUENSI DAN WAKTU PENYIANGAN GULMA PENDAHULUAN

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN AWAL TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz) KLON UJ-5 (Kasetsart)

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA

Aplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN MULSA ORGANIK PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merril)

THE EFFECT OF DAY HARVEST AND APLICATION DOSAGE OF POTASSIUM FERTILIZER ON GROWTH AND QUALITY OF SWEET CORN (Zea mays saccharata Sturt)

PENGARUH PUPUK HIJAU Calopogonium mucunoides DAN FOSFOR TERHADAP SIFAT AGRONOMIS DAN KOMPONEN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Efikasi Herbisida Pratumbuh untuk Pengendalian Gulma Pertanaman Tebu (Saccharum officinarum L.)

Respons Pertumbuhan dan Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Terhadap Jarak Tanam dan Waktu Penyiangan Gulma

PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG DAUN (Allium fistulosum L.) VARIETAS LINDA AKIBAT PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM DAN PUPUK UREA

PEMBERIAN MULSA JERAMI PADI DAN PUPUK HIJAU Crotalaria juncea L. PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG VARIETAS KRETEK TAMBIN

PEMUPUKAN NPK PADA TANAMAN DURIAN (Durio zibethinus Murr.) LOKAL UMUR 3 TAHUN

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting

PENGARUH PENGOLAHAN TANAH DAN DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI

HASIL DAN PEMBAHASAN

PYRACLOSTROBIN ROLE IN IMPROVING EFFICIENCY NITROGEN FERTILIZER AND EFFECT ON QUALITY OF YIELD SEEDS CORN (Zea mays L.)

E-JURNAL ARSITEKTUR LANSEKAP ISSN: VOL. 3, NO. 1, APRIL 2017

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan

PENGARUH KERAPATAN DAN KEDALAMAN TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG HIJAU (Vigna radiata L.)

III. METODE PENELITIAN. dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan

Volume 10 Nomor 2 September 2013

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia gula tebu merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman yang penting bagi Indonesia.

PENGARUH VARIETAS KACANG TANAH DAN WAKTU TANAM JAGUNG MANIS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADA SISTEM TUMPANGSARI

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda ABSTRAK

JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 3 JULI-2013 ISSN :

PENGARUH LAMA PENGGUNAAN MULSA DAN PUPUK KANDANG PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) VARIETAS POTRE KONENG

Reza Widhi Pahlevi *), Bambang Guritno dan Nur Edy Suminarti

PENGARUH TANAMAN PENUTUP TANAH DAN JARAK TANAM PADA GULMA DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG BOGOR PADA BERBAGAI TINGKAT KERAPATAN TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN*

UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN

46 Jurnal Produksi Tanaman Vol. 5 No. 1, Januari 2017: ISSN: Rangga Herwanda *), Wisnu Eko Murdiono dan Koesriharti

PERTUMBUHAN DAN HASIL VARIETAS JAGUNG MANIS (Zea mays saccharata Sturt.) DALAM TUMPANGSARI KACANG TANAH (Arachis hipogeae L.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman yang dibudidayakan secara

Periode Kritis Pengendalian Gulma Pada Tanaman jagung (Zea mays L.) Critical periode of weed control in Zea mays L

Pengaruh Jarak Tanam dan Ukuran Umbi Bibit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kentang Varietas Granola untuk Bibit

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

Transkripsi:

Jurnal Produksi Tanaman Vol. 5 No. 2, Februari 2017: 191 197 ISSN: 2527-8452 191 PENGARUH WAKTU DAN METODE PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) THE EFFECT OF TIME AND WEED CONTROL METHODS ON GROWTH AND YIELD OF CORN (Zea mays L.) Aprianto Dinata *), Sudiarso dan Husni Thamrin Sebayang Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145 Jawa Timur, Indonesia *) E-mail: didindinata58@gmail.com ABSTRAK Keberadaan gulma pada siklus hidup tanaman dapat berpengaruh terhadap hasil tanaman. Pengaruh negatif gulma terhadap tanaman terjadi karena kompetisi unsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh. Prinsip utama dalam pengendalian gulma ialah menekan populasi gulma sebelum menurunkan hasil tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh waktu dan metode pengendalian gulma terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Desember 2014 di Kebun Percobaan Universitas Brawijaya yang terletak Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang, ketinggian tempat 303 m dpl, suhu rata-rata 23-26ºC, curah hujan rata-rata 100 mm bulan -1, jenis tanah Alfisol dan ph tanah 6,0-7,5. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini ialah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan yang diulang 3 kali, yaitu (N1) Tanpa pengendalian gulma (kontrol), (N2) Penyiangan 21 hst, (N3) Penyiangan 42 hst, (N4) Penyiangan 21 hst + 42 hst, (N5) Herbisida pra tumbuh, (N6) Herbisida pasca tumbuh (21 hst), (N7) Herbisida pra tumbuh + penyiangan 21 hst, (N8) Herbisida pasca tumbuh (21 hst) + penyiangan 42 hst, (N9) Herbisida pra tumbuh + herbisida pasca tumbuh (21 hst). Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu dan metode pengendalian gulma berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman. Kombinasi aplikasi herbisida pasca tumbuh umur 21 hst dan penyiangan 42 hst serta kombinasi penyiangan 21 dan 42 hst dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Kata kunci: Jagung, Gulma, Penyiangan, Herbisida. ABSTRACT The presence of weeds on the life cycle of plants affected to the crop yield. The negative effect of weeds on crops occurs to because competition for nutrients, water, light and space. The main principle of weed control is to suppress the weed population before decrease the yield of crop. The purpose of this research to study the effect of the time and weed control methods in the growth and yield of corn. The experiment was conducted from August to Desember 2014 at the experimental UB located Jatikerto Village, District Kromengan Malang, altitude 303 m above sea level, the average temperature of 23-26 C, an average rainfall of 100 mm month -1, soil type is alfisol and soil ph 6.0 to 7.5. The design in this research used randomized block design (RBD) with 9 treatment and 3 replication. The treatments were (N1) Without weed control (control), (N2) Weeding of 21 dap, (N3) Weeding of 42 dap, (N4) Weeding of 21 + 42 dap, (N5) herbicide pre-emergence, (N6) herbicide post-emergence (21 dap), (N7) herbicide pre-emergence + weeding of 21 dap, (N8) herbicide post-emergence (21 dap) + weeding of 42 dap, (N9) herbicide pre- and

192 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 2, Februari 2017, hlm. 191-197 post-emergence (21 dap). The results showed that the time and weed control methods significanly effect on the growth and yield. The Combination application herbicide post-emergence 21 dap + weeding 42 dap and weeding 21 + 42 dap increase growth and yield of crops. Keywords: Corn, Weeds, Weeding, Herbicides. PENDAHULUAN Jagung (Zea mays L.) ialah tanaman pangan yang penting penghasil karbohidrat kedua setelah padi. Permintaan pasar komoditas jagung dalam negeri dan luar negeri cenderung meningkat setiap tahun, baik untuk kebutuhan pangan maupun non pangan. Produksi jagung tingkat nasional pada tahun 2013 diperkirakan 18,84 juta ton pipilan kering atau mengalami penurunan sebesar 0,55 juta ton atau 2,83 % jika dibandingkan tahun 2012 (BPS, 2013). Keberadaan gulma pada siklus hidup tanaman dapat berpengaruh terhadap hasil tanaman. Periode ini menggambarkan interval waktu untuk dua kompetisi terpisah yaitu lamanya waktu suatu tanaman harus bebas gulma sehingga gulma yang tumbuh kembali tidak menurunkan hasil panen dan lamanya waktu gulma tinggal bersama dengan tanaman sebelum gulma mulai mengganggu pertumbuhan tanaman (Zimdahl, 1980). Prinsip utama dalam pengendalian gulma pada budidaya tanaman ialah menekan populasi gulma sebelum merugikan tanaman. Penundaan pengendalian gulma sampai gulma berbunga akan memberikan kesempatan gulma untuk berkembangbiak dan penyebaran gulma pada lahan budidaya (Puspitasari et al., 2013). Hendrival et al (2014), menyatakan bahwa untuk memperoleh kualitas maupun kuantitas produksi secara maksimal pengendalian gulma perlu diperhatikan dan frekuensi pengendalian gulma tergantung pada pertumbuhan gulma di lahan budidaya. Penyiangan gulma dilakukan untuk membersihkan tanaman dari gulma yang dapat mengganggu proses pertumbuhan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Marliah et al (2010), menyatakan bahwa kerugian pengendalian gulma dengan metode penyiangan membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang tinggi. Namun kerugian metode pengendalian gulma dengan penyiangan dapat dikurangi dengan metode pengendalian gulma dengan cara aplikasi herbisida. Herbisida ametrin ialah herbisida yang diaplikasikan sebagai herbisida pra tumbuh maupun pasca tumbuh. Herbisida ini aktif di dalam tanah selama 11 sampai 110 hari (Lamid et al., 1998). Hasil penelitian Alfredo (2013), herbisida ametrin dengan dosis 1 liter ha -1 mampu menekan pertumbuhan gulma golongan daun lebar seperti Croton hirtus, Ipomoea triloba, Mimosa invisa, dan Richardia brasiliensis hingga 12 msa (minggu setelah aplikasi). Namun tidak mampu menekan pertumbuhan gulma Brachiaria mutica. Herbisida glifosat ialah herbisida berspektrum luas dan termasuk herbisida yang bersifat non selektif. Hasil penelitian Nurjannah (2003), menunjukkan bahwa 14 hsa (hari setelah aplikasi) menggunakan herbisida glifosat gulma belum mampu tumbuh, hal ini diduga karena racun dari herbisida tersebut masih terakumulasi dalam jaringan gulma sehingga gulma belum mampu mengadakan regenerasi. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus hingga Desember 2014 di Kebun Percobaan Universitas Brawijaya yang terletak Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan Kabupaten Malang, ketinggian tempat 303 m dpl, suhu rata-rata 23-26ºC, curah hujan rata-rata 100 mm bulan -1, jenis tanah Alfisol dan ph tanah 6,0-7,5. Bahan yang digunakan pada penelitian ini ialah varietas BISI-2, Amexone 500 SC (herbisida berbahan aktif ametrin) dengan dosis 3 liter ha -1, Roundup 486 SL (herbisida berbahan aktif glifosat) dengan dosis 3 liter ha -1, pupuk Urea (dosis 200 kg ha -1 ), SP-36 (dosis 75 kg ha -1 ) dan KCl (dosis 50 kg ha - 1 ). Aplikasi herbisida ametrin dilakukan satu hari setelah pengolahan lahan. Sedangkan

193 Dinata, dkk, Pengaruh Waktu dan.. aplikasi herbisida glifosat dilakukan saat tanaman berumur 21 hst. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini ialah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 9 perlakuan yang diulang 3 kali, yaitu (N1) Tanpa pengendalian gulma (kontrol), (N2) Penyiangan 21 hst, (N3) Penyiangan 42 hst, (N4) Penyiangan 21 hst + 42 hst, (N5) Herbisida pra tumbuh, (N6) Herbisida pasca tumbuh (21 hst), (N7) Herbisida pra tumbuh + penyiangan 21 hst, (N8) Herbisida pasca tumbuh (21 hst) + penyiangan 42 hst, (N9) Herbisida pra tumbuh + herbisida pasca tumbuh (21 hst). Pengamatan pertumbuhan dilakukan secara nondestruktif dan destruktif dengan mengambil dua tanaman contoh untuk setiap perlakuan dan dimulai saat umur tanaman 14 hst, 28 hst, 42 hst 56 hst, 70 hst dan 84 hst. Pengamatan hasil tanaman dilakukan dengan mengambil sepuluh tanaman contoh untuk setiap perlakuan pada saat tanaman berumur ± 103 hst. Parameter pertumbuhan tanaman jagung meliputi tinggi tanaman, luas daun, bobot kering total tanaman dan indeks luas daun (ILD). Parameter hasil tanaman meliputi panjang tongkol tanpa klobot (cm), bobot kering tongkol tanpa klobot per tanaman (g), bobot kering biji per tanaman (g) dan bobot hasil biji (ton ha -1 ). Data dari hasil pengamatan selanjutnya dilakukan analisis menggunakan analisis ragam (uji F) dengan taraf 5% dengan tujuan untuk mengetahui nyata tidaknya pengaruh dari perlakuan. Apabila terdapat beda nyata, maka dilanjutkan uji BNT dengan taraf 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman (cm) Hasil analisis ragam tinggi tanaman akibat waktu dan metode pengendalian gulma menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata pada pengamatan umur 14 dan 84 hst tetapi berpengaruh nyata pada pengamatan umur 28, 42, 56 dan 70 hst. Tabel 1 menunjukkan bahwa pengamatan umur 28 hst tinggi tanaman nyata lebih tinggi pada perlakuan herbisida pra tumbuh + pasca tumbuh (21 hst) (N9), herbisida pra tumbuh + penyiangan 21 hst (N7), herbisida pasca tumbuh (21 hst) (N6), herbisida pasca tumbuh (21 hst) + penyiangan 42 hst (N8), penyiangan 21 + 42 hst (N4) dan penyiangan 21 hst (N2). Sedangkan tinggi tanaman nyata lebih rendah pada perlakuan tanpa pengendalian gulma (N1), penyiangan 42 hst (N3), dan herbisida pra tumbuh (N5). Pengamatan umur 42 hst menunjukkan bahwa tinggi tanaman nyata lebih tinggi pada perlakuan N9, N8 dan N6. Sedangkan tinggi tanaman nyata lebih rendah pada perlakuan N1, N3 dan N5. Pengamatan 56 hst menunjukkan bahwa tinggi tanaman nyata lebih tinggi pada perlakuan N8, N4, N9, N7 dan N6. Sedangkan tinggi tanaman nyata lebih rendah pada perlakuan N1, N5, N2 dan N3. Pada pengamatan 70 hst menunjukkan bahwa tinggi tanaman nyata lebih tinggi pada perlakuan N8, N4, N7, N9 dan N6. Sedangkan tinggi tanaman nyata lebih rendah pada perlakuan N1, N5, N2 dan N3. Luas Daun (cm 2 ) Hasil analisis ragam luas daun akibat waktu dan metode pengendalian gulma menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata pada pengamatan umur 14, 28 dan 84 tetapi berpengaruh nyata pada pengamatan umur 42, 56 dan 70 hst. Tabel 2 menunjukkan bahwa pengamatan 42 hst luas daun nyata lebih tinggi pada perlakuan herbisida pra tumbuh + pasca tumbuh (21 hst) (N9) dan herbisida pasca tumbuh (21 hst) + penyiangan 42 hst (N8). Sedangkan luas daun nyata lebih rendah pada perlakuan tanpa pengendalian gulma (N1), penyiangan 42 hst (N3), herbisida pra tumbuh (N5), penyiangan 21 + 42 hst (N4) dan penyiangan 21 hst (N2). Pengamatan 56 hst menunjukkan bahwa luas daun nyata lebih tinggi pada perlakuan N8 dan N4. Sedangkan luas daun nyata lebih rendah pada perlakuan N1, N5, N2, dan N3. Pengamatan 70 hst menunjukkan bahwa luas daun nyata lebih tinggi pada perlakuan N8 dan N4. Sedangkan luas daun nyata lebih rendah pada perlakuan N1, N5, N2, N3, N6 dan N7. Faktor kompetisi antara tanaman dan gulma mempengaruhi pertumbuhan tanaman terutama luas daun.

194 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 2, Februari 2017, hlm. 191-197 Tabel 1 Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) Akibat Waktu dan Metode Pengendalian Gulma pada Berbagai Umur Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) N1 10,08 38,75 a 82,82 a 183,88 a 192,00 a 200,53 N2 10,35 42,12 abc 94,88 bc 187,73 ab 197,40 ab 203,73 N3 11,50 38,92 a 83,23 a 189,97 abc 198,97 abc 204,30 N4 11,30 42,55 abc 90,67 bc 202,97 d 207,63 cd 212,97 N5 11,90 39,92 ab 89,03 ab 184,42 a 192,53 a 201,25 N6 11,20 45,42 c 106,37 d 198,33 bcd 200,63 abcd 205,20 N7 11,57 45,48 c 95,30 c 199,07 bcd 205,82 bcd 206,73 N8 11,17 44,83 bc 107,47 d 205,82 d 210,40 d 215,82 N9 12,03 46,85 c 113,18 d 200,83 cd 204,50 bcd 209,50 BNT (5%) tn 5,33 6,26 11,62 10,04 tn KK 11,53 % 22,14 % 13,63 % 23,13 % 16,73 % 21,77 % Tabel 2 Rata-Rata Luas Daun (cm 2 ) Akibat Waktu dan Metode Pengendalian Gulma pada Berbagai Umur Pengamatan Luas Daun (cm 2 ) N1 19,97 208,85 854,23 a 2402,64 a 3205,31 a 4969,31 N2 21,80 219,88 870,27 ab 2418,75 a 3211,75 ab 5000,75 N3 22,32 216,93 856,43 a 2424,61 ab 3214,28 ab 5011,81 N4 22,11 220,29 863,87 ab 2484,13 cd 3290,80 c 5020,80 N5 22,75 217,70 860,93 ab 2410,53 a 3209,53 ab 4971,20 N6 22,08 221,08 903,17 c 2457,71 bc 3220,71 ab 5012,04 N7 22,43 221,41 881,77 b 2459,32 c 3230,32 ab 5016,65 N8 21,84 220,74 936,80 d 2506,09 d 3312,75 c 5046,75 N9 23,03 221,89 954,40 d 2471,76 c 3244,43 b 5018,76 BNT (5%) tn tn 21,18 34,20 44,79 tn KK 13,72 % 18,75 % 16,88 % 15,94 % 20,68 % 23,91 % Tingginya kompetisi yang terjadi menyebabkan penggunaan hasil fotosintesis untuk perkembangan daun semakin rendah. Peningkatan luas daun yang maksimal diperlukan oleh tanaman karena semakin lebar luas daun maka semakin tinggi kandungan fotosintat untuk mendukung pertumbuhan (Kusuma et al., 2009). Bobot Kering Total Tanaman (g) Hasil analisis ragam bobot kering total tanaman akibat waktu dan metode pengendalian gulma menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata pada pengamatan 14 dan 28 hst tetapi berpengaruh nyata pada pengamatan umur 42, 56, 70 dan 84 hst. Tabel 3 menunjukkan bahwa pengamatan 42 hst bobot kering total tanaman nyata lebih berat pada perlakuan N9, N8 dan N6. Sedangkan bobot kering total tanaman nyata lebih ringan pada perlakuan N1, N3, N5, N2 dan N4. Pengamatan 56 hst menunjukkan bahwa bobot kering total tanaman nyata lebih berat pada perlakuan N8, N4, N9, N7 dan N6. Sedangkan bobot kering total tanaman nyata lebih ringan pada perlakuan N1, N5, N2 dan N3. Pengamatan 70 hst menunjukkan bahwa bobot kering total tanaman nyata lebih berat pada perlakuan N8, N4, N9, dan N7. Sedangkan bobot kering total tanaman nyata lebih ringan pada perlakuan N1, N5, N2, N3 dan N6.

195 Dinata, dkk, Pengaruh Waktu dan.. Pengamatan 84 hst menunjukkan bahwa bobot kering total tanaman nyata lebih berat pada perlakuan N8, N4, N9 dan N7. Sedangkan bobot kering total tanaman nyata lebih ringan pada perlakuan N1, N5, N2, N3 dan N6. Hal ini dapat dipahami bahwa aplikasi herbisida pra tumbuh tidak dapat mengendalikan gulma pada fase periode kritis tanaman jagung sehingga menyebabkan tingginya persaingan antara tanaman dan gulma. Tingginya kompetisi tanaman dan gulma menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal akibat terbatasnya faktor ruang tumbuh dan unsur hara. Terbatasnya ruang tumbuh tanaman akan mengganggu proses perkembangan akar serta penyerapan unsur hara dan air. Indek Luas Daun Hasil analisis ragam indeks luas daun akibat waktu dan metode pengendalian gulma menunjukkan hasil yang tidak berpengaruh nyata pada pengamatan umur 14, 28 dan 84 hst tetapi berpengaruh nyata pada pengamatan umur 42, 56 dan 70 hst. Tabel 4 menunjukkan bahwa pada pengamatan 42 hst ILD nyata lebih tinggi pada perlakuan N9, N8, N6, N7, N4 dan N2. Sedangkan ILD nyata lebih rendah pada perlakuan N1, N3 dan N5. Pada pengamatan 56 hst menunjukkan bahwa ILD nyata lebih tinggi pada perlakuan N8, N4 dan N9. Sedangkan ILD nyata lebih rendah pada perlakuan N1, N5 dan N2. Pada pengamatan 70 hst dapat dijelaskan bahwa ILD nyata lebih tinggi pada perlakuan N8, N4, N9 dan N7. Tabel 3 Rata-Rata Bobot Kering Total Tanaman (g) Akibat Waktu dan Metode Pengendalian Gulma pada Berbagai Umur Pengamatan Bobot Kering Total Tanaman (g) N1 0,40 7,78 48,57 a 134,70 a 149,37 a 157,03 a N2 0,43 8,12 52,30 ab 139,86 ab 153,53 abc 159,53 abc N3 0,77 7,82 48,63 a 140,23 ab 153,90 abc 159,90 abc N4 0,73 8,33 52,30 ab 145,50 bc 160,50 cd 167,17 cd N5 0,82 7,83 50,80 ab 135,78 a 150,78 ab 157,45 ab N6 0,54 8,57 60,07 cd 142,13 bc 154,13 abc 161,47 abc N7 0,80 8,73 55,00 bc 143,15 bc 154,82 cd 162,82 abcd N8 0,47 8,53 60,27 d 147,77 c 161,77 d 170,10 d N9 0,88 8,93 60,30 d 144,37 bc 156,70 bcd 165,03 bcd BNT (5%) tn tn 5,20 7,28 7,25 7,97 KK 11,34 % 11,51 % 16,63 % 12,50 % 11,31 % 13,06 % Tabel 4 Rata-rata Indeks Luas Daun (ILD) Akibat Waktu dan Metode Pengendalian Gulma pada Berbagai Umur Pengamatan ILD (Indeks Luas Daun) N1 0,01 0,09 0,61 a 2,10 a 2,39 a 3,41 N2 0,02 0,16 0,99 ab 2,49 a 2,75 ab 3,99 N3 0,05 0,11 0,63 a 2,58 ab 2,80 ab 4,08 N4 0,04 0,19 0,97 ab 3,53 bc 3,85 cd 4,27 N5 0,09 0,14 0,67 a 2,22 a 2,41 a 3,55 N6 0,04 0,25 1,50 b 2,79 ab 2,90 abc 4,13 N7 0,06 0,26 1,17 ab 2,92 ab 3,55 bcd 4,16 N8 0,03 0,20 1,52 b 4,01 c 3,97 d 4,35 N9 0,10 0,29 1,56 b 3,50 bc 3,60 bcd 4,23 BNT (5%) tn tn 0,64 1,00 1,02 tn KK 6,74 % 8,37 % 12,77 % 11,49 % 10,97 % 13,23 %

196 Jurnal Produksi Tanaman, Volume 5 Nomor 2, Februari 2017, hlm. 191-197 Sedangkan ILD nyata lebih rendah pada perlakuan N1, N5, N2, N3 dan N6. Hal ini sesuai dengan penelitian Abadi et al (2013), bahwa tanaman tumbuh optimal karena gulma dikendalikan pada saat periode kritis tanaman sehingga mampu mengurangi tingkat persaingan antara tanaman dengan gulma. Pentingnya mengurangi kompetisi pada fase periode kritis akan menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman karena pada fase ini tanaman memerlukan ruang tumbuh, air dan unsur hara yang optimal. Parameter Hasil Tanaman Jagung Hasil analisis ragam panjang tongkol tanpa klobot, bobot kering tongkol tanpa klobot, bobot kering biji per tanaman dan bobot hasil biji akibat waktu dan metode pengendalian gulma menunjukkan bahwa berpengaruh nyata pada parameter panjang tongkol tanpa klobot, bobot kering tongkol tanpa klobot, bobot kering biji per tanaman dan bobot hasil biji. Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa panjang tongkol tanpa klobot nyata lebih tinggi pada perlakuan N8, N4, N9 dan N7. Sedangkan panjang tongkol tanpa klobot nyata lebih rendah pada perlakuan N1, N5, N2, N3 dan N6. Pada parameter bobot kering tongkol tanpa klobot menunjukkan bahwa bobot kering tongkol tanpa klobot nyata lebih tinggi pada perlakuan N8, N4, N9 dan N7. Sedangkan bobot kering tongkol tanpa klobot nyata lebih rendah pada perlakuan N1, N5, N2 dan N3. Pada parameter bobot kering biji per tanaman menunjukkan bahwa bobot kering biji per tanaman nyata lebih tinggi pada perlakuan N8, N4 dan N9. Sedangkan bobot kering biji per tanaman nyata lebih rendah pada perlakuan N1, N5, N2, N3 dan N6. Pada parameter bobot hasil biji menunjukkan bahwa bobot hasil biji nyata lebih tinggi pada perlakuan N8, N4, N9 dan N7. Sedangkan bobot hasil biji nyata lebih rendah pada perlakuan N1, N5, N2, N3 dan N6. Pengendalian gulma mampu mengurangi populasi gulma yang berkompetisi dengan tanaman dalam mendapatkan air, udara, cahaya matahari dan unsur hara sehingga hasil opmital dapat tercapai (Harjoso et al., 2012). Persaingan yang tinggi antara gulma dan tanaman dapat menurunkan hasil tanaman karena fotosintat dan energi yang terbentuk (ATP) rendah sehingga translokasi fotosintat ke dalam tongkol menurun. Akumulasi asimilat dalam biji sangat tegantung pada distribusi fotosintesis dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Andriyani, 2012). Kastanja (2011), menyatakan bahwa karbohidrat ialah bentuk energi yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman sehingga jika karbohidrat yang dihasilkan oleh tanaman tersebut rendah maka proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan terhambat. Tabel 5 Rata-Rata Panjang Tongkol Tanpa Klobot, Bobot Kering Tongkol Tanpa Klobot, Bobot Kering Biji Per Tanaman dan Bobot Hasil Biji Akibat Waktu dan Metode Pengendalian Gulma Panjang Tongkol Bobot Kering Tongkol Bobot Kering Biji Bobot Hasil Biji Tanpa klobot (cm) Tanpa klobot (g) per Tanaman (g) (ton ha -1 ) N1 18,81 a 296,57 a 253,23 a 5,13 a N2 20,56 ab 305,43 ab 256,60 ab 5,81 ab N3 20,60 ab 306,37 ab 258,30 ab 6,46 abc N4 23,84 cd 328,97 c 274,73 c 8,54 cd N5 19,27 ab 299,47 a 254,23 ab 5,36 a N6 20,91 abc 311,87 b 260,43 ab 6,51 abc N7 22,04 bcd 325,10 c 263,60 b 7,88 bcd N8 24,14 d 333,70 c 278,17 c 8,85 d N9 22,49 bcd 326,30 c 271,50 c 7,99 cd BNT (5%) 3,22 12,38 10,03 2,15 KK 16,22 % 16,24 % 12,74 % 22,26 %

197 Dinata, dkk, Pengaruh Waktu dan.. Sebagian hasil asimilasi yang tidak didistribusikan untuk pertumbuhan vegetatif akan tertinggal pada jaringan yang berfungsi untuk pemeliharaan sel. Apabila translokasi berlangsung lambat maka asimilat diubah dalam bentuk cadangan makanan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa komponen hasil tertinggi pada perlakuan kombinasi pengendalian gulma umur 21 dan 42 hst jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Nurjannah (2003), menyatakan bahwa aplikasi herbisida berbahan aktif glifosat dalam dosis yang rendah mampu berperan sebagai hormon tumbuh sehingga dapat meningkatkan hasil tanaman. KESIMPULAN Kombinasi aplikasi herbisida pasca tumbuh berbahan aktif gifosat umur 21 hst dan penyiangan 42 hst serta kombinasi penyiangan 21 dan 42 hst mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman mulai umur pengamatan 56 hst sampai 84 hst jika dilihat dari tinggi tanaman, luas daun, bobot kering total tanaman dan Indeks Luas Daun. Kemudian kombinasi aplikasi herbisida pasca tumbuh berbahan aktif gifosat umur 21 hst dan penyiangan 42 hst serta kombinasi penyiangan 21 dan 42 hst juga mampu meningkatkan bobot hasil biji (ton ha -1 ) sebesar 42,03 %, penyiangan 21 + 42 hst (N4) 39,93 % jika dibandingkan dengan perlakuan tanpa pengendalian gulma. DAFTAR PUSTAKA Abadi, I. J., H. T. Sebayang dan E. Widaryanto. 2013. Pengaruh Jarak Tanam dan Teknik Pengendalian Gulma pada Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.). J. Produksi Tanaman. 1(2):8-16. Alfredo, N., N. Sriyani, dan D. R. J. Sembodo. 2012. Efikasi Herbisida Pratumbuh Metil Metsulfuron Tunggal dan Kombinasinya dengan 2,4-D, Ametrin, atau Diuron Terhadap Gulma pada Pertanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Lahan Kering. J. Agrotropika. 17(1):29-34. Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Padi, Jagung, dan Kedelai (Angka Ramalan I Tahun 2013). Berita Resmi Statistik No. 45/07/ Th. XVI. Available at. http://www.bps.go.id. Harjoso, T dan A. Yugi. 2012. Karakter Hasil Biji Kacang Hijau pada Kondisi Pemupukan P Dan Intensitas Penyiangan Berbeda. J. Agrivigor. 11(2):137-143. Hendrival, Z. Wirda dan A. Azis. Periode Kritis Tanaman Kedelai Terhadap Persaingan Gulma. J. Florantek. 9(1):6-13. Indriyani, L. Y. 2012. Pengaruh Waktu Penyiangan dan Populasi Tanaman Terhadap Hasil Kacang Hijau (Vigna radiata L.) pada Kondisi Tanpa Olah Tanah. J. Agronomi. 10(1):27-31. Kusuma, R.S. Basuki dan H. Kurniawan. 2009. Uji Adaptasi Varietas Bawang Merah Asal Dataran Tinggi dan Medium pada Ekosistem Dataran Rendah Brebes. J. Hortikultura. 19(3):281-286. Lamid, Z., Harnel, Adlis, dan W. Hermawan. 1998. Pengkajian TOT dengan Herbisida Glifosat pada Budidaya Jagung di Lahan Kering. Prosiding Seminar Nasional Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi VI. Padang. 4(2):45-54. Marliah, A., Jumini dan Jamilah. 2010. Pengaruh Jarak Tanam antar Barisan pada Sistem Tumpangsari Beberapa Varietas Jagung Manis dengan Kacang Merah Terhadap Pertumbuhan dan Hasil. J. Agrista. 14(1):30-38. Nurjannah, U. 2003. Pengaruh Dosis Herbisida Glifosat dan 2,4 D Terhadap Pergeseran Gulma dan Tanaman Kedelai Tanpa Olah Tanah. J. Ilmu Pertanian Indonesia. 5(1):27-33. Puspitasari, K., H. T. Sebayang dan B. Guritno. 2013. Pengaruh Aplikasi Herbisida Ametrin dan 2,4-D dalam Mengendalikan Gulma Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.). J. Produksi Tanaman. 1(2):72-80. Zimdahl, R. L. 1980. Weed Crop Competition. I.P.P.C. Oregon, USA.